BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai definisi asrama mahasiswa, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, dan metode pembahasan. A. Pengertian Judul Secara etimologis, dalam KBBI didefinisikan bahwa asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama; Menurut The Enyclopedia American, asrama yang dikenal dengan istilah Dorminotory, adalah berasal dari kata Dormotorius (Latin), yang berarti a sleeping place, dengan pengertian bahwa dorminotory merupakan keseluruhan bangunan dalam hubungannya dengan bangunan pendidikan, yang terbagi atas kamar tidur dan meja belajar bagi penghuninya. Sedangkan menurut KH. Dewantoro, asrama adalah (pondok, pawiyatan, bahasa Jawa) merupakan rumah pengajaran dan pendidikan yang dipakai untuk pengajaran dan pendidikan. melakukan interaksi sosial antar mahasiswa sebagai usaha pengembangan pribadinya. Pada asrama mahasiswa terdapat beberapa peraturan yang wajib ditaati oleh penghuni. Pengadaan peraturan ditujukan supaya para mahasiswa berperilaku disiplin. Khususnya dalam kasus ini merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Tugas pada Studio Perancangan Arsitektur 3 adalah merancang asrama mahasiswa. Klien kita pada kali ini merupakan pihak Universitas Sebelas Maret, site yang tersedia berlokasi di Jebres, Surakarta. Kebutuhan klien yaitu supaya asrama nantinya tidak hanya berfungsi sebagai tempat menampung mahasiswa untuk menuntut ilmu tapi juga memperhatikan aspek kenyamanan dan juga estetika sehingga mahasiswa lebih termotivasi untuk berkreasi. Hal ini juga nantinya diharapkan menjadikan mahasiswa lebih menjaga dan merawat asrama. Berdasarkan kebutuhan dan keinginan klien maka perlu dilakukan berbagai analisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan desain. D. Permasalahan Bagaimana merencanakan dan merancang asrama mahasiswa yang dapat memenuhi dan mewadahi aktivitas sehari – hari serta penunjang dalam pembelajaran? E. Persoalan Secara umum Asrama didefinisikan sebagai suatu tempat tinggal bersama yang berhubungan dengan sebuah lembaga pendidikan atau bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Asrama mahasiswa adalah bangunan untuk tempat tinggal bagi para mahasiswa dari luar daerah yang digunakan sebagai tempat tinggal selama melakukan kegiatan belajar dalam sebuah institusi. Asrama mahasiswa juga didefinisikan sebagai sebuah atau sekelompok bangunan tempat tinggal yang difungsikan untuk menampung sejumah pelajar secara kontinu atau periodik dengan kepentingan yang sama yaitu menuntut ilmu, dengan tujuan dan harapan agar dapat belajar dan beraktifitas secara efisien dan efektif tanpa paksaan. Bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pelajar dan mahasiswa dengan tujuan untuk memudahkan aktivitas para penghuni. B. Fungsi Asrama 1. Menyediakan fasilitas tempat tinggal selama menjalankan pendidikan. 2. Menciptakan suasana tempat tinggal bagi mahasiswa sebagai penunjang kegiatan serta kelancaran pembelajaran. 3. Menyediakan lingkungan untuk melakukan interaksi sosial antar mahasiswa. Visi Asrama : Menjadikan asrama mahasiswa sebagai tempat tinggal, istirahat, beraktifitas Bersama, berakhlak, berkreasi, berkreatifitas dan belajar. Misi Asrama : 1. Mengembangkan komunitas yang kondusif, ilmiah, edukatif dan religious 2. Membina kebersamaan dan kekeluargaan yang berakhlak mulia 3. Membimbing kehidupan mahasiswa yang berkarakter, beretika, aktif, kreatif, produktif, disiplin, dan bertanggung jawab 4. Mendorong penyelesaian studi, mahasiswa cepat dan berprestasi C. Latar Belakang Asrama mahasiswa menyediakan fasilitas tempat tinggal selama menjalankan pendidikan, menciptakan suasana tempat tinggal bagi mahasiswa sebagai penunjang kegiatan dan menyediakan lingkungan untuk Setelah mengungkapkan masalah yaitu bagaimana mewujudkan rumah tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan, muncul beberapa persoalan seperti : 1. Bagaimana konsep asrama dengan program ruang, hubungan ruang dan organisasi ruang yang sesuai dengan kaidah arsitektur sebagai dasar untuk merancang? 2. Bagaimana konsep tapak bangunan dengan pemilihan tapak yang dapat memberi kemudahan bagi penghuni ketika ingin melakukan mobilisasi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar untuk merancang? 3. Bagaimana konsep struktur-konstruksi serta pemilihan material yang sesuai dengan kebutuhan asrama dan sesuai dengan kaidah arsitektur sebagai dasar untuk merancang? 4. Bagaimana konsep tampilan asrama yang dapat menunjukan bahwa bangunan tersebut adalah asrama Universitas Sebelas Maret sebagai dasar untuk merancang? 5. Bagaimana konsep sistem utilitas yang dapat menunjang kemudahan saat melakukan kegiatan seharihari di dalam asrama mahasiswa sebagai dasar untuk merancang? F. Tujuan Menghasilkan konsep dan desain asrama mahasiswa yang berfungsi untuk mewadahi aktivitas sehari-hari dan juga aktivitas penunjang dalam pembelajaran. sebagai dasar untuk merancang. G. Sasaran Berdasarkan hasil persoalan yang telah dibuat muncul sasaran dalam pembahasan laporan kali ini, berupa: 1. Didapatkan konsep peruangan yang dapat menjadi asrama yang baik bagi penghuni asrama dengan aman dan nyaman. 2. Didapatkan konsep tapak bangunan yang tapaknya dapat memberi kemudahan bagi penghuni asrama saat ingin pergi ke lingkungan sekitarnya dan dekat dengan fasilitas umum serta suasana lingkungan yang aman dan nyaman. 3. Didapatkan konsep struktur-konstruksi serta pemilihan material yang sesuai dengan kebutuhan, kenyamanan, dan keamanan asrama yang dirancang. 4. Didapatkan konsep tampilan asrama yang dapat menunjukan bahwa bangunan tersebut merupakan asrama serta memiliki bentuk yang indah dan sesuai dengan jaman yang ada. 5. Didapatkan sistem konsep utilitas yang ikut menunjang kegiatan sehari-hari di dalam asrama. H. Lingkup dan Batasan Segala aspek yang berkaitan dengan pembelajaran di mata kuliah studio perancangan arsitektur 3 dan ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan asrama mahasiswa, yaitu asrama maksimal tiga lantai serta site tapak terletak di Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. I. Metode Metode adalah cara yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan merencanakan dan merancang. Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan asrama mahasiswa adalah analisis-deskriptif. Analisis adalah sebuah aktivitas berpikir untuk menguraikan suatu permasalahan secara menyeluruh dari datadata yang telah dikumpulkan sehingga dapat ditarik menjadi sebuah informasi baru berupa kesimpulan analisis. Deskriptif merupakan kaidah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak mengalaminya secara langsung. Metode penelitian analisis-deskriptif terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir dari sebuah perancangan. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari survey ke lapangan dan wawancara untuk mencapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, dilanjutkan dengan mencari masalah, merumuskan konsep perencanaan, merumuskan kriteria desain atau perancangan, transformasi desain. Pada metode analisis-deskriptif melalui tahapan penguraian data dan informasi disertai gambar sebagai media berdasar pada teori normatif yang ada. Tahapan analisis akan dilakukan pengolahan data-data yang telah terkumpul dikelompokkan berdasarkan program fungsional, performansi, dan arsitektural. ▪ ▪ ▪ Analisis fungsional : bertujuan untuk mengindentifikasi penggunaan rumah tinggal, termasuk kegiatan pengguna, kebutuhan serta aktivitas di dalam rumah tinggal tersebut. Analisis performansi : membahas tentang persyaratan, kriteria dan program ruang pada site yang ada. Analisis arsitektural : merupakan tahap penggabungan dari dua tahap analisis sebelumnya (fungsional dan performansi). Masalah mengenai massa ruang, tampilan bangunan, dan pengolahan site yang dapat menyatukan antara tuntutan kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada. J. Sistematika 1. Sistematika Konsep BAB I (PENDAHULUAN) Bab pendahuluan menjelaskan pemahaman judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan, metode dan sistematika pembahasan yang didukung dengan data yang diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang asrama mahasiswa. BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA) Bab tinjauan pustaka menjelaskan kajian teori mengenai asrama mahasiswa, sejarah asrama mahasiswa, serta teori preseden asrama mahasiswa. .Bagian ini selanjutnya akan menjadi landasan teori bagi proses perencaaan dan perancangan secara keseluruhan. BAB 3 (METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN) Bab berisi metode-metode yang digunakan dalam merencanakan dan merancang proyek yang diambil, seperti studi literatur, survey lapangan, wawancara, serta observasi. BAB 4 (TINJAUAN KOTA) Bab ini menjelaskan kajian tentang tinjauan kota Surakarta, Universitas Sebelas Maret serta Asrama Mahasiswa BAB 5 (TINJAUAN DATA) Bab ini menyampaikan hasil survei yang dilakukan di asrama mahasiswa UNS, meliputi ragam pengguna, kebutuhan ruang, kegiatan, besaran ruang, jumlah user, site (luasan, posisi). BAB 6 (ANALISIS) Bab ini berisi analisis dari hasil survey yang telah dilakukan. Adapun hal yang dianalisis meliputi ragam ruang, zonasi, organisasi ruang, besaran ruang, pencahayaan dan penghawaan. BAB 7 (KONSEP) Bab ini membahas tentang konsep yang akan direncanakan berdasar dari tinjauan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Sehingga menghasilkan konsep transformasi desain asrama mahasiswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI TEORITIK 1. Pengertian Asrama Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-2 tahun 1991 Asrama adalah bangunan rumah tinggal bagi kelompok orang yang bersifat homogen. Menurut The Random House Dictionary of English Language (1967,p.427), asrama adalah "suatu bangunan seperti yang ada di perguruan tinggi, yang didalamnya terdapat sejumlah ruang privat atau semi privat untuk penghuninya, biasanya terdapat juga fasilitas kamar mandi bersama dan tempat untuk rekreasi". 2. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi. 3. Pengertian Asrama Mahasiswa Asrama Mahasiswa adalah suatu tempat tinggal sementara yang dihuni bersama oleh kelompok pelajar Perguruan Tinggi yang biasanya mempunyai keterkaitan dengan suatu instansi Pendidikan. 4. Fungsi dan Tujuan Asrama Asrama dibangun sebagai tempat tinggal bagi sekelompok orang yang sedang menjalankan suatu tugas atau kegiatan yang sama, walaupun ada juga Asrama yang dibangun sebagai tempat penginapan seperti halnya losmen, tetapi tidak umum. Secara umum, Asrama lebih diperuntukan bagi pelajar dan Mahasiswa, tergantung, dari instansi pembelajarannya, sekolah atau universitas. 4.1 Fungsi Asrama Mahasiswa adalah sebagai berikut : Sebagai sarana untuk tempat tinggal bagi mahasiswa selama menempuh studinya Sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial antar sesama Sebagai sarana membentuk pribadi mahasiswa sehingga dapat mandiri, disiplin dan bertanggung jawab Sebagai sarana penunjang kegiatan belajar yang efektif dengan lingkungan yang kondusif. 4.2 Tujuan Asrama Mahasiswa adalah: Membantu mengatasi kesulitan mahasiswa dalam menemukan tempat tinggal, terutama bagi pelajar yang berasal dari kota dan propinsi lain Memberi kontribusi positif dalam mengisi kegiatan bagi mahasiswa yang diselenggarakan oleh perserikatan asrama, kerohanian maupun kegiatan kemahasiswaan Menciptakan lingkungan belajar yang baik dengan fasilitas penunjang seperti perpustakaan, pusat bimbingan dan ruang belajar sehingga meningkatkan 5. Jenis Asrama 5.1 Berdasarkan Fungsi dan Tujuan : Menurut Garis Panduan dan Peraturan bagi Perancangan Bangunan oleh Jawatan kuasa Kecil Piawaian dan Kos bagi JPPN jabatan PM Malaysia tahun 2005, Asrama mahasiswa atau pelajar dibagi menjadi empat jenis, yaitu : a. Sistem Dormitori : Sistem ini diterapkan pada sekolah khusus di Malaysia seperti sekolah menengah kerajaan dan sekolah menengah sains, dalam satu kamar menampung kurang lebih 8 – 12 pelajar sekaligus, dengan ruang kamar yang tergolong besar. b. Sistem 2 orang pada satu kamar (double room) : tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur tingkat (double decker), dan bila mahasiswa sudah masuk pada tingkat semester yang lebih tinggi diperbolehkan untuk mengganti tempat tidur dengan tempat tidur terpisah. c. Sistem Satu Orang Satu Kamar (Single Room) : hanya diperbolehkan satu pelajar satu kamar. d. Campuran : digunakan pada institut tingkat kebangsaan atau antar bangsa. 5.2 Berdasarkan Ketinggian Bangunan (Liebermen, 1976) : a. Maisonette : Asrama dengan tinggi 1 – 4 lantai b. Low Rise : Asrama dengan tinggi 4 – 6 lantai c. Medium Rise : Asrama dengan tinggi 6 – 9 lantai d. High Rise : Asrama dengan tinggi 9 lantai 5.3 Berdasarkan Bentuk Hunian (Widiastuti, 1995) : a. Room in private homes Tempat tinggal berupa rumah pondokan atau kos – kosan, dengan jumlah kamar dan fasilitas yang sangat terbatas. Biasanya bersangkutan langsung dengan pemilik rumah yang berperan sebagai pengelola bangunan. b. Co-operative House Tempat tinggal yang dikelola secara bersama oleh penghuninya, atau yang sering disebut dengan rumah kontrakan. Terpisah dari pemilik rumah serta memiliki fasilitas yang lebih lengkap dari pada jenis Room in private homes. c. Dormitory Tempat tinggal yang dapat menampung sampai beberapa ratus mahasiswa dengan fasilitas dan perlengkapan yang tergolong cukup lengkap, bertujuan supaya mahasiswa dapat lebih berkonsentrasi pada kuliah dan belajar hidup bersosial. d. Hostel Tempat tinggal yang hampir sama seperti Dormitory, akan tetapi hostel bersifat lebih santai dan tidak dihuni hanya satu disiplin ilmu. Memiliki fasilitas ruang yang cukup lengkap. e. Apartment Jenis asrama ini ditargetkan untuk penghuni yang sudah berkeluarga dengan fasilitas ruang yang cukup lengkap. f. Perkampungan Mahasiswa Ialah tempat tinggal sebagian masyarakat kecil dengan satu tujuan yang sama yaitu berkuliah. Penghuni tempat ini bersifat heterogen, sehingga lingkungan yang ada sangat mempengaruhi dalam menjembatani sifat dan watak mahasiswa dengan masyarakat sekitar. 5.4 Sistem Kepemilikan Asrama (Widiastuti, 1995) : Terdapat tiga jenis kepemilikan Asrama : a. Asrama Mahasiswa yang berada di bawah Perguruan Tinggi, sehingga penghuni Asrama adalah dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan, bersifat sosial. b. Asrama Mahasiswa Yang Bersubsidi : - Subsidi Sebagian, yaitu penghuninya berasal dari daerah tertentu, bersifat sosial dan pemiliknya adalah suatu badan usaha yang bersangkutan dengan subsidi sebagian dari Pemerintah. - Subsidi Seluruhnya, yaitu prioritas penghuni dari anggota yayasan atau bersifat sosial dan pemiliknya berasal dari yayasan tertentu. c. Asrama Mahasiswa Komersial adalah asrama yang penghuninya mahasiswa berasal dari Perguruan Tinggi tertentu, bersifat komersial dengan pemiliknya adalah badan usaha / swasta yang memiliki modal. 5.5 Sistem Pengelolaan Asrama (Kumalasari, 1989) a. Self Contained : Pengelolaan asrama yang dilakukan suatu badan usaha yang terlepas dari peraturan suatu perguruan tinggi mana pun karena bersifat berdiri sendiri. Serta memiliki penghuni mahasiswa yang berasal dari beberapa perguruan tinggi. b. Komersial : Pengelolaan asrama oleh suatu badan usaha dengan target mendapat keuntungan sebesar – besarnya dengan jaminan lokasi dan fasilitas yang ditawarkan. c. Bersubsidi : Pengelolaan asrama oleh suatu badan usaha yang mengatur segala tata operasionalnya supaya mendapatkan subsidi. 6. Syarat Asrama a. Aksesbilitas : Kebutuhan transportasi terpenuhi dengan mudah, Jarak tempat ke fasilitas umum mudah dan cepat, Jalan menuju lokasi cukup baik, aman, dan nyaman. b. Lingkungan: Kesehatan lingkungan terpenuhi. Misalnya: Jauh dari polusi (Pabrik maupun kendaraan umum), Penataan lingkungan cukup asri dan alami, Cukup ruang terbuka. Misalnya: taman atau komunitas, Prasarana dan sarana memadai. Misalnya: jalan lingkungan, tempat-tempat ibadah, olahraga, c. Bersosialisasi Ruang mahasiswa selalu mengundang ketidak elarasan sosial. Tetapi, dengan pemisahan pada penekanan kegiatan belajar dan tidur, justru berlawanan sebagai lingkungan sosial. Aktif, perabot bebas (perabot yangmudah dipindah) mengijinkan mahasiswa untuk berkesempatan mengatur ruang dengan cara yang paling efektif di pertemuan sesuai dengan kebutuhan mereka, hal tersebut harus memungkinkan adanya percakapan atau pertemuan yang intim dengan jumlah penambahan secara individu pada ruang privat. B. TEORI ARSITEKTUR 1. Bangunan 3.1 Sirkulasi Horizontal (Liebermen, 1976) Dalam bukunya yaitu Personal Remembrance. Paul M Lieberman, 1976, SB 1976 Pg 8. Terdapat beberapa sirkulasi horizontal, yaitu : a. Open Corridor / Single Loaded Coridor / Gallery Acces Merupakan sirkulasi memanjang yang meletakkan ruang – ruang huniannya pada salah satu sis selasar, sedangkan sisi satunya merupakan open view. taman, sekolah dll. c. Syarat asrama secara fisik : Nyaman, Sehat, Aman. 7. Aspek Aktivitas dalam Asrama Mahasiswa Menurut de Chiara, aktivitas di dalam asrama mahasiwa adalah sebagai beri a. Belajar Perencanaan ruang mahasiswa harus mengakomodasi berbagai macam metode dan berbagai alat penunjang belajar yang digunakan mahasiswa. Untuk mengakomodasi segala kemungkinan, maka disediakan ruang untuk meja belajar (desk) yang cukup dan lemari penyimpanan. Meja belajar mahasiswa digunakan untuk banyak aktivitas termasuk belajar. Lemari penyimpanan dan juga rak buku juga harus diperhitungan. b. Tidur Pola aktivitas mahasiswa jarang konsisten, mahasiswa dapat tidur kapan pun baik siang maupun malam. Dua penghuni dalam satu ruang jarang memiliki jadwal yang sama. Ujian dan aktivitas sosial membentuk pola mereka secara meluas. Terdapat beragam pola yang saat ini mengakibatkan konflik dalam satu unit ruang hunian. Variabel ini menjadi penting dalam mempertimbangkan perabot dan layout dalam ruang mahasiswa. Gambar 1.1.a Sketsa Sirkulasi Open Coridor. Sumber : De Chiara, 2001 b. Interior Coridor / Double Loaded Corridor Merupakan sirkulasi memanjang yang berada diantara ruang – ruang hunian yang saling berhadapan. Gambar 1.1.b Sketsa Sirkulasi Interior Coridor. Sumber : De Chiara, 2001 c. Centered Coridor Sirkulasi utama terpusat di seputar sirkulasi vertikal. Mewadahi kontak sosial yang didapat dari dua orang yang saling berbagi ruang bersama dalam waktu bersamaan dan menyelesaikan masalah sosial secara bersama. Ruang ini terdiri dari dua ruang dengan bukaan penghubung. Ketika dihubungkan oleh pintu maka terdapat privasi secara akustik. Gambar 1.1.c Sketsa Sirkulasi Centered Coridor. Sumber : De Chiara, 2001 d. Extended Core Corridor Plan Terdapat dua koridor sebagai area sirkulasi linier. Gambar 1.1.d Sketsa Sirkulasi Centered Coridor. Sumber : De Chiara, 2001 3.2 Konfigurasi Ruang a. Single Rooms Menyediakan kontrol privasi bagi penghuni. Ruang ini memiliki akses secara langsung dengan koridor dan menyediakan kebebasan bagi penghuni untuk pulang dan pergi. Privasi untuk beristirahat dapat terkontrol jika pemisah antar ruang memiliki akustik yang baik. Single room disusun agar orang kedua dapat belajar secara efektif. Gambar 1.2.a. Contoh kamar single Sumber : me-saver standards for building types second edition international edition by McGraw-Hill (1983) b. Split Double Rooms Gambar 1.2.b Susunan Split Double Room. Sumber : De Chiara, 2001 c. Double Rooms Double room adalah ruang kamar standard yang biasa dipakai dalam asrama.Kamar ini privasinya kurang dan karena ketidak cukupan ruang belajar dan ruang penyimpan, menjadi memaksa. Tipe kamar ini memungkinkan beberapa alternatif furnitur layout. Keuntungan tipe kamar ini penghuni dapat bersosialisasi dengan teman sekamarnya, namun kerugiannya adalahseperti telah disebutkan diatas bahwa penghuni merasa kurang privasi dan kurang bebas. Gambar 1.2.c. Contoh kamar double Sumber : me-saver standards for building types second edition international edition by McGraw-Hill (1983) d. Triple Rooms Bentuk ini telah dikenal oleh beberapa murid di sedikit kampus. Bentuk ini lebih menghasilkan masalah antar penghuni karena privasi yang kurang, namun selain itu kelebihan tipe ini adalah suasana dalam ruangan lebih ramai, kebersamaan lebih terasa Gambar 3.1 Skema Pondasi Sumber : Google image 3.2 Supper Struktur Kolom merupakan rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom utama merupakan sebuah kolom yang berfungsi untuk menyanggah beban utama yang ada diatasnya. Kolom praktis adalah sebuah kolom yang berfungsi untuk membantu kolom utama dan juga sebagai sebuah pengikat dinding supaya dinding menjadi lebih stabil, jarak kolom maksumum 3,5 meter atau pada pertemuan sudut-sudut. Gambar 1.2.d Contoh kamar triple Sumber: Newfert, Ernst. (2002). First Edition. Di terjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga 2. Tapak Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang jelas, dengan kondisi permukaan serta ciri-ciri istimewa yang dimiliki oleh lahan tersebut. sebuah tapak tidak pernah tidak berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan yang sangat aktif yang terus berkembng yang jalin-menjalin alam perhubungan-perhubungan yang rumit. a. GSB (Garis Sempadan Bangunan) Garis batas yang tidak boleh dilampaui oleh bangunan kearah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kota. Misalnya saja, rumah anda memiliki GSB 3 meter, artinya anda hanya diperbolehkan membangun sampai batas 3 meter tepi jalan raya. b. GSJ (Garis Sepadan Jalan) Misalnya di dekat lahan anda ada GSJ tertulis 1,5 meter, artinya 1,5 meter dari tepi jalan kearah halaman anda sudah ditetapkan sebagai lahan untuk rencana pelebaran jalan. Bila suatu saat ada pekerjaan pelebaran jalan, lahan anda selebar 1,5 meter akan "terambil". c. Lingkungan Alam Dibayangkan sebagai suatu sistem ekologi dari air, udara, energi,tanah, tumbuhan ( vegetasi ) d. Kontur Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara relatif, maupun secara absolute. Informasi relief secara relatif ini, diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat di perlihatkan dengan menggambarkan garis-garis tersebut secara renggang. 3. Struktur 3.1 Sub Struktur Bangunan asrama merupakan bangunan bertingkat tinggi karena luas lahan yang terbatas dengan peraturan daerah mengenai koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan serta mengingat kebutuhan ruang sehingga bangunan asrama akan dibangun sejumlah 3 lantai. Sistem pondasi yang akan digunakan adalah pondasi footplate untuk mengurangi gaya moment karena bangunan terlalu tinggi ke atas. Gambar 3.2 Skema Kolom Sumber : Google image 3.3 Upper Struktur a. Atap Limasan - Terkesan megah dan mampu melindungi dari matahari dan hujan dari tiap sisi - Resiko bocor pada jurai Gambar 3.3.a Atap Limasan Sumber : Google image b. Atap Dak Beton - Multifungsi - Daya tahan kuat Gambar 3.3.b Atap Dak Beton Sumber : Google image 4. Utilitas b. Sumber Listrik Generator untuk keadaan darurat Berikut ini merupakan mekanisme penerapan sistem jaringan listrik pada bangunan: 4.1 Sistem Air Bersih Sumber air bersih diperoleh dari sumur galian dan jaringan PAM. Sistem distribusi air yang dipakai menggunakan sistem down feed. Berikut merupakan mekanisme distribusi air bersih: Gambar 4.3.b Skema Listrik Generator 4.4 Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran Pada Asrama, struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam (kelas B), dan perlu adanya gang kebakaran untuk memudahkan petugas yang menanggulangi bencana kebakaran. Berikut ini merupakan persyaratan material dan sistem untuk mencegah kebakaran yaitu: Gambar 4.1 Skema Air Bersih 4.2 Sistem Air Kotor Sistem pembuangan air kotor menggunakan sistem pembuangan langsung. Sistem pembuangan air kotor dapat dibedakan menjadi tiga: ▪ Sistem pembuangan air bekas (Air sabun dan air berlemak) ▪ ▪ Sistem pembuangan air kotor (air buangan dari closet dan bidet) Sistem pembuangan air hujan Berikut ini merupakan mekanisme sistem pembuangan air kotor pada bangunan : • • • • • • • Gambar 4.2 Skema Air Kotor 4.3 Listrik Sumber listrik pada Asrama terdiri atas 2 bagian: a. Sumber listrik yang berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) Sumber pasokan listrik utama bagi bangunan. Listrik bertegangan tinggi dialihkan ke gardu induk dan gardu lingkungan terlebih dahulu sehingga menjadi listrik bertegangan rendah yang kemudian dipasokkan ke bangunan. Gambar 4.3.a Skema Listrik PLN Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke, dan heat ventilating. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau terhadap lingkungannya. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir. Hidran diletakkan 1 buah/1000 m² (penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda- benda/barang-barang lain yaitu pada selasar), terdapat sprinkler karena bangunan Asrama merupakan bangunan 4 lantai. Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam dengan arah bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup kembali secara otomatis, dilengkapi lampu dan tanda petunjuk serta ruangan tangga yang bebas asap. Tangga dalam ruang efektif mempunyai jarak maksimum 25 m dengan lebar tangga minimum 120 cm dan tidak boleh menyempit ke arah bawah. Tangga kebakaran tidak boleh berupa tangga puntir/melingkar. Semua bahan finishing dari tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan api. 4.5 Sirkulasi Tangga Sistem transportasi yang diperlukan dalam bangunan adalah tangga utama sekaligus sebagai tangga darurat. Tangga utama harus memenuhi persyaratan tangga darurat karena tangga utama inilah yang digunakan sebagai tangga darurat apabila terjadi kebakaran. Contoh perencanaan tangga adalah sebagai berikut : • • • • • Kedap api penggunaan bahan beton Kedap asap tangga terbuka sehingga pada saat terjadi kebakaran asap dapat terbawa angin keluar dari ruangan Penggunaan lampu dengan sumber daya sendiri atau penggunaan cat khusus yang dapat berpendar di waktu gelap sangat diutamakan untuk menghindari hilangnya pandangan akibat mati lampu saat terjadi kebakaran. 2. Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Gambar 4.5 Tangga C. TEORI PRESEDEN Preseden adalah hal yang telah terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh. Dari preseden yang ada diharapkan dapat menjadi referensi dalam membangun rumah tinggal. Dalam kasus ini kami mengambil beberapa preseden asrama mahasiwa perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri : 1. Asrama Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Bulaksumur Residence adalah asrama putri, yang diperuntukan bagi mahasiswa tahun pertama jenjang Diploma dan sarjana UGM.lokasinya terletak di dalam kompleks UGM sisi timur, berdekatan dengan fakultas peternakan dan stadion lembah UGM ( stadion lapangan pancasila ). Bulaksumur Residence memiliki 2 gedung bangunan ( gedung merapi dan gedung parangtritis ) yang terdiri dari 168 kamar dan setiap kamar bisa digunakan untuk 2 orang. Bulaksumur Residence juga dilengkapi beberapa fasilitas antara lain: Loby, Mushola, kantin, hotspot area, sarana olahraga, ruang meeting, ruang belajar, pantry, SPAM (sistem Penyediaan Air Minum),serta keamanan 24 jam. Untuk biaya sewa dikenakan tarif sekitar Rp250.000,00 hingga Rp 500.000,00 per bulan, dengan aturan satu kamar diisi minimal dua orang. Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) ini terletak di dalam area kampus. Asrama yang memiliki jumlah kamar sebanyak 422 kamar ini mengakomodasi mahasiswa baru tahun pertama dengan tujuan pengenalan lingkungan kampus dan sekitar. Bangunan memiliki gaya arsitektur yang diadopsi dari gaya arsitektur yang sering terdapat di Surabaya, yaitu langgam arsitektur jengki. 3. Asrama Mahasiswa Industrial Technology Research Institute Taiwan Pengembangan tahap pertama dari asrama ini dilakukan pada awal tahun 2003 dibawah teknologi green building dan desain konstruksi ekologis. Asrama ini diperuntukkan untuk 1500 mahasiswa. Memiliki unsur bioregional berupa kolam berkonsep ekologi yang diletakkan di bagian depan berada di bawah entrance. dan hasil diskusi. Pada data fisik dlakukan observasi dan survey sedangkan pada data non fisik BAB III METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. PERENCANAAN didapatkan melalui survey dan diskusi. . 5. ANALISIS DATA 1. PENDAHULUAN Pada bab ini semua data yang sudah terkumpul akan diuraikan dan dianalisis untuk mengetahui Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, kriteria desain yang dibutuhkan. Bab analisis perencanaan dan perancangan ini akan membahas dan lingkup dan batasan, serta sistematika yang akan menjadi pedoman dan dasar dalam membuat menguraikan elemen-elemen perencanaan seperti analisis peruangan, analisis tapak, analisis tampilan rancangan asrama mahasiswa. Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam sebuah metode bangunan, analisis struktur, dan analisis utilitas dari galeri seni. Metode analisis didasarkan dari studi perencanaan dan perancangan. Identifikasi masalah adalah menganalisis masalah dari semua data yang preseden, observasi, survey, dan literatur. Studi preseden berfungsi untuk mendapatkan analisis sudah didapatkan dengan pertanyaan 5W+1H. tampilan bangunan dan bahan material bangunan. Studi observasi dilakukan untuk mendapatkan analisis tapak yang berupa kebisingan, view, dan iklim. Survey dilakukan untuk mendapatkan analisis 2. TINJAUAN PUSTAKA peruangan seperti kegiatan ruang. Survey juga dilakukan untuk menentukan analisis tapak seperti Tinjauan pustaka merupakan tahap kedua yang dilakukan, yaitu mengumpulkan semua data yang luasan tapak, pencapaian, dan sebagainya. Sedangkan studi literatur digunakan untuk mendapatkan sudah didapatkan dari identifikasi masalah. Tinjauan pustaka berisi tentang teori dan referensi analisis struktur bangunan, dan utilitas bangunan. mengenai asrama mahasiswa, teori pendekatan desain, dan preseden arsitektur. Metode yang digunakan dalam penulisan tinjauan pustaka berdasarkan sumber literatur yaitu artikel, buku, jurnal, majalah, 6. PENYUSUNAN KONSEP skripsi, tesis, dan lain-lain. Pada tahap ini membahas mengenai kajian yang menjadi pedoman dalam Bab ini dilakukan penggabungan dari apa yang telah diperoleh dari proses analisis pada tahap merancang asrama mahasiswa dan pengumpulan data empirik dilakukan dengan cara observasi, survey, sebelumnya. Pada tahap ini sudah didapatkan bagaimana desain asrama mahasiswa dalam bahasa dan wawancara dengan klien. Observasi adalah mencari data dengan mengamati atau mengunjungi verbal yang belum divisualisasikan, yaitu konsep tapak, konsep peruangan, konsep struktur, konsep lokasi secara langsung. Survey yang di dalamnya termasuk wawancara adalah mencari data yang bahan material, konsep tampilan bangunan, dan konsep utilitas bangunan. terkait langsung dengan bangunan dan berinteraksi langsung dengan klien. Data yang diantaranya pengguna (user) dan tapak. B. PERANCANGAN a. Pengguna 1. TRANSFORMASI DESAIN Informasi yang perlu diketahui dari pengguna adalah jumlah, usia, aktivitas sehari-hari, Pada tahap ini dilakukan proses transformasi desain atau perubahan bentuk desain dari yang profesi, hobi, kendaraan dan kebutuhan ruang. bahasa verbal ke bentuk yang sudah divisualisasikan menjadi gambar-gambar teknik yang berupa b. Tapak gambar tapak, denah, potongan, tampak, dan model 3D. Transformasi desain disusun berdasarkan Informasi yang perlu diketahui dari tapak adalah letak, luasan, aturan mengenai, potensi, analisis menjadi sebuah deskripsi skematik. Dalam transformasi desain, dilakukan proses perubahan batas, kontur, dan lain sebagainya 3. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN dengan pengembangan desain sehingga menghasilkan gambar desain akhir. 2. GAMBAR SKEMATIK Berisi tentang metode perencanaan dan metode perancangan. Pada tahap ini membahas mengenai Tahap ini merupakan tahap akhir penyajian desain. Gambar skematik berfungsi untuk menyajikan metode perencanaan dan perancangan yang digunakan mengenai rancangan galeri seni. Metode hasil desain supaya klien dapat memahami rancangan yang akan dibuat. Selain itu, gambar skematik penulisan dalam bab ini dengan mendeskripsikan proses yang akan dilalui dalam perencanaan dan juga berfungsi sebagai gambar untuk mempermudah mencari izin untuk mendirikan bangunan. perancangan galeri seni. 4. TINJAUAN DATA Bab tinjauan data menjelaskan tentang data fisik dan non fisik. Data non fisik mendeskripsikan pengguna dan kegiatan yang berlangsung di asrama mahasiswa. Data fisik meliputi tapak, ruang, struktur, dan utilitas. Metode penulisan dalam bab tinjauan data adalah berdasarkan hasil observasi, hasil survey, BAB IV TINJAUAN KOTA I. Tinjauan Kota Surakarta Surakarta dikenal sebagai kota seni dan budaya denga keunikan tersendiri dan didukung latar belakang sejarah dan kekayaan budaya yang kuat. Budaya sebagai mata rantai sejarah menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan kota menuju modernitas. Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi pada kehidupan masyarakat, tetapi juga pada wujud bangunan yang ada di Surakarta. Namun, perkembangan perwujudan bangunan di Surakarta tetap memperhatikan simbol budaya untuk menunjukkan ciri khas yang mencerminkan budaya Surakarta. Kota Surakarta mempunyai posisi yang strategis karena terletak di antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang – Madiun sehingga menjadikannya sebagai kota transit. Selain itu Kota Surakarta juga dilalui oleh jalur kereta api dari utara dan selatan Jawa, dengan didukung sarana stasiun Stasiun Balapan, Stasiun Jebres, Stasiun Solo Kota, dan Stasiun Purwosari. Fasilitas transportasi umum berupa bus didukung oleh prasarana berupa Terminal Tirtonadi, Terminal Harjodaksino, Terminal Kartasura dan Terminal Palur. Moda transportasi udara didukung oleh bandara internasional Adi Soemarmo yang terletak di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Perkembangan sarana dan prasaran di Surakarta terutama dalam bidang pendidikan dapat dikatakan mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Menurut klasifikasi iklim Koppen, kota Surakarta memiliki iklim muson tropis. Seperti kota-kota di Indonesia pada umunya, bulan Oktober hingga Maret merupakan musim hujan, sedangkan bulan April hingga September berlangsung musim kemarau. suhu udara sepanjang tahun relatif konsisten, yaitu rata-rata 30 derajat Celcius dengan suhu tertinggi 32,5 derajat Celcius dan terendah 21 derajat Celcius. Tinjauan data dengan beberapa faktor tersebut di atas yang mendasari pemilihan Kota Surakarta sebagai lokasi kota yang ideal untuk proyek asrama mahasiswa akan dibangun. II. Tinjauan UNS Kota surakarta terdapat banyak universitas yang berdiri salah satunya adalah universitas sebelas maret. Universitas Sebelas Maret (disingkat UNS) adalah salah satu universitas negeri di Indonesia yang berada di Kota Solo. Universitas yang giat membangun ini, menyediakan berbagai paket pendidikan diploma, sarjana, pascasarjana, dan doktoral. UNS merupakan universitas muda dengan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misal seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran), penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja lainnya. UNS juga melakukan langkah maju dalam perkembangan teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah UNS dalam buku kemajuan dan perkembangan UNS. Torehan-torehan sejarah yang lebih mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan universitas ini. Mahasiswa yang masuk di perguruan tinggi universitas sebelas maret sangatlah banyak dikarenakan saat ini sudah termasuk kampus dominan sebab rating yang naik sejak tahun 2019 kemarin, oleh sebab itu diperlukan sebuah hunian atau tempat tinggal maupun kost untuk tempat bersinggahnya mahasiswa mahasiswi serta membutuhkan tempat yang tepat untuk menampung mahasiswa. Kami mengambil salah satu tempat sebagai pola bermukim dari mahasiswa yang berada di sekitar wilayah Kentingan, Jebres, Surakarta, karena pada daerah tersebut terdapat lebih dari satu perguruan tinggi yang tergolong besar. Dari data populasi mahasiswa yang bermukim di sekitar kampus Kentingan terdapat total 7.743 orang, dengan persebaran 7.275 orang bermukim di kamar sewa atau kos-kosan, 236 orang bermukim di rumah sewa, dan 232 orang bermukim di asrama (Wahyuningtyas, 2015). Terlihat dari data diatas maka terjadi penumpukan pada daerah tersebut oleh karena itu kami memutuskan untuk membangun sebuah asrama yang berguna untuk menampung lebih banyak mahasiswa UNS yang berkuliah di kampus UNS III. Tinjauan Asrama Asrama memiliki relevansi dengan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun dengan kota/daerah dimana asrama tersebut berdiri. Asrama mahasiswa UNS merupakan sebuah bangunan yang mewadahi mahasiswa UNS untuk bertempat tinggal sementara. Meningkatnya minat mahasiswa dari luar daerah untuk melanjutkan studi di Surakarta mengakibatkan bertambahnya kebutuhan hunian berupa kos – kosan, rumah sewa, dan sebagainya. Pembangunan tempat hunian mahasiswa ini semakin menambah kepadatan ruang yang ada. Terdapat 831 kamar sewa, 41 rumah sewa, dan 1 asrama mahasiswa yang tersebar di kelurahan Jebres dan Pucang Sawit. Rata – rata pembangunan yang dilakukan para pengembang usaha kos-kosan maupun rumah sewa hanya memperhatikan kuantitas atau banyaknya kamar dengan luas lahan yang sempit, sehingga pada umumnya menggunakan 100% dari luas lahan yang ada. Hal ini tentu menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan dan ruang terbuka hijau, serta berkurangnya jumlah ruang untuk kegiatan komunal. Peletakkan bangunan secara ideal memperhatikan fungsi jalan, sehingga untuk bangunan denagn tapak yang relative besar ditempatkan di jalan arteri primer atau sekunder. Selain itu juga diperhatikan peruntukan lahan, seperti daerah perkantoran, perdagangan, dan pendidikan. Pembagian peruntukan lahan tersebut mengacu pada Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kota Surakarta 2011-2031. Asrama sebagai salah satu hunian sementara berbentuk rumah susun merupakan sarana yang tepat sebagai solusi permasalahan kepadatan hunian sementara. Selain sebagai pemenuh kebutuhan hunian, asrama dapat memepermudah pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya. Penyediaan asrama bagi mahasiswa berguna sebagai sarana penunjang pengembangan dan pembinaan generasi muda dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi. Serta sebagai ajang saling mengenal satu dengan lainnya yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. BAB IV TINJAUAN DATA Jenis Penghuni DATA NON FISIK Dari data populasi mahasiswa yang bermukim di sekitar kampus Kentingan terdapat total 7.743 orang, dengan persebaran 7.275 orang bermukim dikamar sewa atau kos-kosan, 236 orang bermukim di rumah sewa, dan 232 orang bermukim di asrama (Wahyuningtyas, 2015). Kelurahan RW Jebres Pucang Sawit 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 15 TOTAL Kamar Sewa 72 39 60 30 32 31 68 61 14 20 54 16 59 123 48 81 20 0 3 831 Jumlah Hunian Rumah Asrama Sewa Mahasiswa 0 0 2 0 2 0 0 1 (198 2 kamar) 2 2 5 3 12 5 3 3 0 0 0 41 1 Kamar Sewa 608 296 549 250 268 255 606 421 118 109 12 93 520 1496 437 1036 187 0 14 7275 Jumlah Penghuni Rumah Asrama Sewa Mahasiswa 0 0 15 0 12 0 0 14 232 12 17 34 18 55 32 12 15 0 0 0 236 232 Tabel 1 Jumlah Hunian Sewa dan Penghuni di Wilayah Kentingan. Sumber : Tugas Akhir Wahyuningtyas PWK, 2015 Terdapat 831 kamar sewa, 41 rumah sewa, dan 1 asrama mahasiswa yang tersebar di kelurahan Keduanya memiliki jumlah peminat dan penghuni tiap tahunnya yang berbeda beda, dilihat tabel di bawah berikut : Kampus Jumlah rata-rata peminat Asrama tiap tahun (2013 – 2017) Jumlah diterima bermukim tiap tahun (2013 – 2017) Jumlah rata – rata tidak diterima tiap tahun (2013 – 2017) UNS 190 mahasiswa 120 mahasiswa 70 mahasiswa UMS 1500 mahasiswa 270 mahasiswa 460 mahasiswa JUMLAH Laki-laki Perempuan Persebaran - Gedung C Single Sharing - Gedung DA Single Sharing - Gedung DB Single Sharing - Total single - Total sharing Total penghuni laki-laki - Gedung DA Single Sharing - Gedung E Single Sharing - Total single - Total sharing Total penghuni perempuan Total Jumlah - 109 mahasiswa 39 mahasiswa 70 mahasiswa - 22 mahasiswa 16 mahasiswa 6 mahasiswa - 58 mahasiswa 36 mahasiswa 22 mahasiswa 91 mahasiswa 98 mahasiswa 189 mahasiswa - 6 mahasiswa 4 mahasiswa 2 mahasiswa - 51 mahasiswa 25 mahasiswa 26 mahasiswa 29 mahasiswa 48 mahasiswa 57 mahasiswa 246 mahasiswa DATA FISIK 1. Lokasi Kondisi fisik site : ▪ Berlokasi di Jalan Kartika III, Ngoresan, Jebres, Kota Surakarta Jawa Tengah ▪ Tapak asrama masih berupa tanah dengan bebatuan kecil dan pasir. ▪ Kontur tanah bertingkat dan bergelombang ▪ Orientasi bangunan utara - selatan. ▪ Batas – batas site - Utara Selatan Barat Timur : Indekost : Rumah warga : Rumah warga : Sungai Bengawan Solo 530 mahasiswa Tabel 2 Jumlah peminat asrama mahasiswa di surakarta Penghuni asrama dibedakan berdasarkan jenis kelamin, yakni penghuni laki- laki dan penghuni perempuan. Penghuni laki-laki tersebar di Gedung C, Gedung DA, Gedung DB, dan Gedung E lantai 1 (pada kamar sewa harian). Sedangkan penghuni perempuan berada di Gedung E lantai 2 hingga lantai 5. Gambar Peta Kota Surakarta Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Solo.jpg Kantor Pengelola - 4,5 m x 3,6 m = 16,2 m2 Gambar 4. 6 Denah Kantor Pengelola Gambar Peta Asrama Sumber : google earth Ruang Makan Pengelola dan KM/ WC Pengelola - 29,3 m2 - 1,3 m x 1 m = 1,3 m2 Gambar 4. 7 Denah Ruang Makan Pengelola dan Denah Kamar Mandi Pengelola Gambar Peta Asrama Mini Market - 7,2 m x 4,5 m = 32,4 m2 2. Besaran Ruang Aspek Gambar Tempat Parkir Gambar 4. 5 Area Parkir Keterangan dan Permasalahan Keterangan Gedung A - Luas parkir utara 64 m2 - Luas parkir selatan 96 m2 Gedung B - Luas 64 m2 Gedung C - Luas parkir timur 96 m2 - Luas parkir barat 96 m2 Gedung D - Luas 303,75 m2 Permasalahan - Gedung E tidak memiliki tempat parkir Gambar 4. 8 Denah Mini Market Gambar 4.12 Ruang Jemur Gedung DA Gambar 4. 9 Musholla Gedung C Gedung A dan Gedung B Gedung C - Ukuran 7,8 m x 4,8 m = Musholla Ruang Jemur 2 37,44 m Gedung D - Ukuran 5,6 m x 4 m Gambar 4.13 Ruang Jemur Gedung DB 2 Gambar 4. 10 Musholla Gedung D =22,4 m Gedung E - Ukuran 4,5 m x 3,6 m = 16,2 m Gedung A Gedung B Gedung C Gedung DA - Ukuran 4,5 m x 3,5 m = 15,75 m2 Jumlah 4 buah Gedung DB - Ukuran 5,5 m x 3,5 m = 19,25 m2 Jumlah 4 buah Gedung E Ukuran 4,5 m x 3 m = 13,5 m2 Jumlah 20 buah 2 Gambar 4.14 Ruang Jemur Gedung E Gambar 4. 11 Musholla Gedung E Gedung A, B, C, DA dan DB Gedung E - Ukuran 1,5 m x 1 m = 1,5 m2 Jumlah 10 buah Gudang Gambar 4. 15 Gudang Gedung E Dapur Gedung A Gedung B Gedung C - Ukuran 1,5 m x 3 m = 4,5 m - Jumlah 2 8 buah Gedung DA 2 - Ukuran 3 m x 2,5 m = 7,5 m - Jumlah 5 buah Gedung DB 2 Kantin - Ukuran 3 m x 2 m = 6 m Gambar 4. 16 Dapur Gedung C - Jumlah 4 buah Gedung E Gambar 4. 20 Kantin Gedung C 2 - Ukuran 1 m x 1,5 m = 1,5 m Jumlah 20 buah Gedung A Gedung B Gedung C - Ukuran 8 m x 4 m = 32 m2 Gedung DA - Ukuran 16,8 m x 4 m = 67,2 m 2 Gedung DB Gedung E - Gambar 4. 21 Kantin Gedung DA Gambar 4. 17 Dapur Gedung Da Gambar 4. 22 Ruang Sala Gambar 4. 18 Dapur Gedung Db Gedung C - Ruang Sala, ukuran 10 m x 4,25 m = 42,5 m2 Gedung D Ruang Rapat Gambar 4. 23 Ruang Pinus - Ruang Pinus, ukuran 11,2 m x 4 m = 44,8 m2 - Ruang Beringin, ukuran 6 m x 4,2 m = 25,2 m2 Ruang Cemara, ukuran 9 m x 4,5 m = 40,5 m2 Gambar 4. 19 Dapur Gedung E Gambar 4. 24 Ruang Beringin Orientasi ke dalam bangunan Gambar 4. 25 Ruang Cemara Keterangan Gambar 4. 26 Denah Kamar Tidur Gedung A Gambar 4. 27 Denah Kamar Tidur Gedung B Kamar Tidur Gambar 4. 28 Denah Kamar Tidur Gedung C Gambar 4. 29 Denah Kamar Tidur Gedung DA Gedung A - Orientasi ke luar bangunan, menghadap ke arah timur - Kapasitas 1 orang - Sarana : ranjang, kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : kamar mandi, WC, bak cuci piring, dan balkon - Ukuran 3,6 m x 3,5 m = 12,6 m2 - Jumlah 48 kamar Gedung B - Orientasi ke luar bangunan, menghadap ke arah barat - Kapasitas 1 orang - Sarana : ranjang, kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : kamar mandi, WC, bak cuci piring, dan balkon - Ukuran 3,6 m x 3,5 m = 12,6 m2 - Jumlah 54 kamar Gedung C - Orientasi ke dalam bangunan - Kapasitas 4 orang - Sarana : ranjang tingkat besi, kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : balkon - Ukuran 4,8 m x 3,6 m = 17,28 m2 - Jumlah 96 kamar - 78 kamar terpakai - 7 kamar kosong Gedung DA - Orientasi ke dalam bangunan - Kapasitas 4 orang - Sarana : kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : balkon - Ukuran 5,6 m x 4 m = 22,4 m2 - Jumlah 44 kamar - 22 kamar terpakai - 14 kamar kosong Gedung DB - Orientasi ke dalam bangunan - Kapasitas 4 orang - Sarana : kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : balkon - Ukuran 5,6 m x 4 m = 22,4 m2 - Jumlah 52 kamar - 37 kamar terpakai - 8 kamar kosong - 22 kamar merupakan Taiwan Center Gedung E Gambar 4. 30 Denah Kamar Tidur Gedung DB Gambar 4. 31 Denah Kamar Tidur Gedung E Gambar 4. 32 Denah Kamar Mandi dan WC Gedung A dan B Gambar 4. 33 Denah Kamar Mandi dan WC Gedung C - Terdapat 2 jenis kamar sewa : kamar sewa harian dan kamar sewa bulanan - Kamar sewa harian kapasitas 3 orang - Kamar sewa bulanan kapasitas 4 orang - Sarana : kasur busa, rak jemur, lemari, meja, dan kursi - Fasilitas : kamar mandi dan WC - Ukuran 4,5 m x 3,6 m = 16,2 m2 - Jumlah 114 kamar - 11 kamar harian - 103 kamar bulanan - 8 kamar harian kosong - 33 kamar terpakai - 55 kamar kosong Permasalahan Gedung A dan Gedung B - Seluruh fasilitas kamar tidur yang disediakan dalam keadaan rusak - Pintu mengalami kerusakan - Kamar tergenang air hujan Gedung C - 11 kamar dalam keadaan rusak - Balkon tidak dapat diakses Gedung DA - 8 kamar dalam keadaan rusak Gedung DB - 7 kamar dalam keadaan rusak Gedung E - 3 kamar harian dalam keadaan rusak 15 kamar dalam keadaan rusak Gedung A - Ukurna kamar mandi 1 m x 1,1 m = 1,1 m2 - Jumlah kamar mandi 48 buah - Ukuran WC 0,85 m X 1 m = 0,85 m2 - Jumlah WC 48 buah - Kamar Mandi dan WC terletak di dalam kamar tidur Gedung B - Ukuran kamar mandi 1 m x 1,1 m = 1,1 m2 - Jumlah kamar mandi 54 buah - Ukuran WC 0,85 m X 1 m = 0,85 m2 - Jumlah WC 54 buah - Kamar Mandi dan WC terletak di dalam kamar tidur Gedung C - Ukuran kamar mandi 1 m x 1,3 m = 1,3 m2 - Jumlah kamar mandi 49 buah - Ukuran WC 1 m X 1,3 m = 1,3 m2 Kamar Mandi dan WC Gambar 4. 34 Denah Kamar Mandi Gedung D A Gambar 4. 35 Denah Kamar Mandi Gedung D B - Jumlah WC 50 buah - Kamar Mandi dan WC komunal, terletak di luar kamar tidur Gedung DA - Ukuran kamar mandi 1,5 m x 2 m = 3 m2 - Jumlah kamar mandi 49 buah - Ukuran WC 1,5 m X 1 m = 1,5 m2 - Jumlah WC 48 buah - Kamar Mandi dan WC terletak di dalam kamar tidur Gedung DB - Ukuran kamar mandi 1 m x 1,3 m = 1,3 m2 - Jumlah 42 buah - Ukuran WC 1 m X 1,3 m = 1,3 m2 - Jumlah WC 24 buah - Kamar Mandi dan WC komunal, terletak di luar kamar tidur Gedung E - Ukuran kamar mandi 1 m x 1,5 m = 1,5 m2 - Jumlah 114 buah - Ukuran WC 1 m x 1 m = 1 m2 - Jumlah WC 115 buah - Kamar Mandi dan WC terletak di dalam kamar tidur Gambar 4. 36 Denah Kamar Mandi dan WC Keterangan Gambar 4. 37 Sirkulasi Gedung A dan Gedung B Gambar 4. 38 Sirkulasi Gedung C Gambar 4. 39 Sirkulasi Gedung DA Sirkulasi Gambar 4. 40 Sirkulasi Gedung DB Gedung A - Jenis sirkulasi horizontal : selasar - Jenis sirkulasi vertikal : tangga - Terdapat 3 buah tangga yang terletak di samping kanan, tengah, dan samping kiri bangunan Gedung B - Jenis sirkulasi horizontal : selasar - Jenis sirkulasi vertikal : tangga - Terdapat 3 buah tangga yang terletak di samping kanan, tengah, dan samping kiri bangunan Gedung C - Jenis sirkulasi horizontal : koridor - Jenis sirkulasi vertikal : tangga - Terdapat 3 buah tangga yang terletak di samping kanan, tengah, dan samping kiri bangunan Gedung DA - Jenis sirkulasi horizontal : koridor - Jenis sirkulasi vertikal : tangga - Terdapat 2 buah tangga yang terletak di samping dan tengah bangunan Gedung DB - Jenis sirkulasi horizontal : koridor - Jenis sirkulasi vertikal : tangga Gedung E - Jenis sirkulasi horizontal : koridor - Jenis sirkulasi vertikal : tangga - Terdapat 3 buah tangga yang terletak di samping kanan, tengah, dan samping kiri bangunan Permasalahan Gedung A dan Gedung B - Tidak terdapat teritisan di atas selasar Gambar 4. 41 Sirkulasi Gedung E sehingga lantai tergenang air saat hujan - Tidak terdapat barrier dan teritisan (pada tangga yang terletak di bagain utara dan selatan bangunan), sehingga saat hujan lantai akan tergenang air Gedung C - Tidak terdapat teritisan pada void menyebabkan koridor-koridor kamar pada bangunan bagian timur tergenang air saat hujan tiba Gedung DA Gedung DB - Hanya terdapat satu buah tangga sebagai sirkulasi vertikal Gedung E - Tidak terdapat teritisan pada void menyebabkan koridor-koridorkamar tergenang air saat hujan tiba