Uploaded by User48825

PRESENTASI KASUS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka
kematian
ibu
(AKI)
merupakan
salah
satu
indikator
keberhasilanlayanan kesehatan di suatu Negara. AKI berguna untuk mengetahui
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan pelayanan kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, ibu melahirkan dan nifas. Angka kematian ibu di Indonesia relative tinggi
di bandingkan dengan Negara-negara lain Association of South East Asia
Nations(ASEAN).1
AKI adalah jumlah angka kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang di sebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada
tahun 2015 baik AKI menunjukan penurunan Angka Kematian Ibu 305 per
100.000 kelahiran hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016 AKI di provinsi
Jawabarat mengalami penurunan. Pada tahun 2016 lalu kasus kematian ibu
sebanyak 780 per 100.000 kelahiran hidup . Dibandingkan pada tahun 2015
sebanyak 823 kasus kematian ibu. 2
Penyebab kematian ibu yang paling utama adalah perdarahan sekitar 60-70
%, dibanding sebab-sebab lain seperti preeklamsi dan Eklamsia 10-20%, infeksi
20-30 %, termasuk partus terlantar dan penyebab lain seperti emboli air ketuban.3
Peristiwa perdarahan yang dimaksud adalah perdarahan postpartum,
perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
persalinan. Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua jenis yaitu perdarahan
postpartum primer dan sekunder, pada perdarahan postpartum primer salah
satunya penyebabnya adalah retensio sisa plasenta.4
1
Perdarahan post partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan syok
dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Bila hal ini terusterjadi
maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.5
Perdarahan post partum yang disebabkan karena sisa plasenta dimana
tertinggalnya sisa plasenta atau selaput plasenta didalam rongga rahim yang
mengakibatkan perdarahan post partum dini (early post partum hemorrhage) atau
perdarahan post partum lambat (late post partum hemorrhage) yang biasanya
terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Apabila pada permeriksaaan
Ultrasonography (USG) diperoleh kesimpulan adanya sisa plasenta tahap pertama
bisa dilakukan eksplorasi digital (jika servik terbuka) untuk mengeluarkan bekuan
atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan kuretase. Bidan dapat berkolaborasi dengan dokter untuk
melakukan kuretase.6
Menurut profil RSUD Sayang Cianjur tahun 2017 kasus Sisa Plasenta
sebanyak (5,8 %) atau sekitar 214 kasus dari 3.734 Kelahiran. Walaupun angka
kejadian karena sisa plasenta tidak terlalu banyak, namun memerlukan
penanganan cepat dan tepat karena apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat
akan menyebabkan perdarahan dan kematian dan komplikasi pada persalinan
selanjutnya.
Diruang Nifas RSUD Sayang Cianjur datang pasien rujukan dari
Puskesmas Cianjur Kota dengan diagnose sisa plasenta bernama Ny.S. pasien
telah melahirkan di rumah ditolong oleh paraji tetapi selama 2 jam ari-ari tidak
dapat lahir setelah bayi lahir dan dilakukan rujukan ke puskesmas. Dan di
puskesmas telah dilakukan manual plasenta tetapi terdapat pengeluaran darah ±
500 cc.
Berdasarkan banyaknya kasus sisa plasenta di ruang nifas RSUD Sayang
Cianjur. Rata-rata kasus dengan sisa plasenta adalah rujukan. Terdapat pasien di
ruang Nifas Ny. S datang rujukan dari puskesmas dengan sisa plasenta. Pada saat
melakukan observasi kepada NY.S dengan Sisa plasenta penulis tertarik untuk
2
melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.S 32 tahun dengan sisa plasenta dan
karena angka kejadian sisa plasenta cukup tinggi di RSUD Sayang Cianjur dan
Ny. S datang rujukan dari Puskesmas Cianjur Kota.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk melakukan asuhan kebidanan pada pasien Ny. S 39 tahun P3A0
dengan sisa plasenta di Ruang Delima RSUD sayang Cianjur
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya data subjektif pada Ny. S 39 tahun P3A0 dengan sisa
plasenta di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
b. Diperolehnya data objektif pada Ny.S 39 tahun P3A0 dengan,sisa plasenta
di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
c.
Dirumuskannya analisa pada Ny.S 39 tahun P3A0 dengan,sisa plasenta di
ruang delima RSUD Sayang Cianjur
d. Dibuatnya penatalaksanaanpada Ny.S 39 tahun P3A0 dengan,sisa plasenta
di ruang delima RSUD Sayang Cianjur
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan kemampuan dan keteramp ilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum
karenasisa plasenta
2.
Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan informasi untuk klien dan keluarga mengenai dampak yang
terjadi apabila sisa plasenta tidak segera ditangani.
3. Bagi profesi bidan
Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan informasi bagi profesi
dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
3
4. Bagi institusi
Diharapkan dapat memberi masukan dan menambah referensi tentang
perdarahan post partum karena sisa plasenta.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masa nifas
1. Definisi
Masa Nifas merupakan masa setelah melahirkan bayi dan
plasentasampai 6 minggu atau 40 hari. Masa nifas ini sangat penting bagi
seorang
wanita
karena
merupakan
masa
pemulihan
untuk
mengembalikan alau kandungan serta fisik ibu ke kondisi sebelum
hamil.8Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
sampai selesai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.lama
masa nifasyaitu 6-8 minggu. masa nifas ini mulai sejak 1 jam setelah
lahir nya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu.9Masa nifas adalah
masa yang dimulai setelah plasenta keluar danberakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula, masanifas berlangsung kirakira 6 minggu. 10
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa masa
nifas merupkakan masa yang dimulai dari keluarnya plasenta hingga alat
kandungan kembali seperti semula kira-kira 6 minggu.
B. Perdarahan Post Partum
1. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yangterjadi
setelah persalinan. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh,
lemah, berkeringat dingin, menggigil, takipnea, tekanan darah sistolik
< 90 mmHg, denyut nadi > 100 kali permenit
5
2. Klasifikasi perdarahan post partum
Perdarahan post partum terbagi menjadi dua yaitu :
a. Perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum primer
(early post partum hemorrhage) perdarah post partum dini adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
Penyebab utama perdarahan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir.
b. Perdarahan masa nifas atau perdarahn post partum sekunder ( late
postpartum hemorrhage) perdarahan pada masa nifas adalah
perdarahanyang terjadi pada masa nifas tidak termasuk 24 jam
pertama setelah kala III.
3. Etiologi perdarahan post partum
Penyebab perdarahan post partum diantaranya :
a. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma,
pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatic akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itudihidarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belumlengkap. Robekan jalan
lahir biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma
forceps atau vakum ekstraksi.
b. Retensio plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah bayi lahir
disebut retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III biasa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus. Disebut dengan plasenta akreta bila implantasi
menembus desi dua basalis dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta
inkreta apabila plasenta sampai menembus myometrium dan disebut
plasenta prekerta bila villi korialis sampai menembus perineum.
c. Sisa plasenta
Peradarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggal
kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu kontraksi uterus
6
dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan
perdarahan.
d. Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir.
4. Penatalaksanaan perdarahan post partum
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam komponen
yaitu.
a. Nilai sirkulasi, jalan nafas, dan pernafasan pasien
b. Bila menemukan tanda-tanda syok lakukan penatalaksanaan syok
c. Berika oksigen
d. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau18)dan
mulai pemberian cairan kristaloid ( NaCL 0,9 % atau RingerLaktat
atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Pada saat pemasangan
infus lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
e.
Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan:
1) Kadar haemoglobin
2) Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sample untuk
pencocokan silang
f. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi dan pernafasan ibu
g. Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, luka parut,
dan tinggi fundus uteri
h. Periksa jalan lahir dan perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi ( jika ada misal robekan serviks atau robekan vagina)
i. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
j. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urine dibandingkan
dengan cairan jumlah yang masuk
k. Siapkan dan segera berikan transfuse darah jika kadar Hb < 8 g/dL
atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat.
7
1) 1 Labu transfuse darah atau packed red cell ( PRC) dapat
menaikan hemoglobin 1 g/dL atau hematocrit sebesar 3 %
pada dewasa normal.
2) Mulai lakukan transfuse darah setelah informed consent di
tanda tangani untuk tindakan tranfusi
3) Tentukan
penyebab
dari
perdarahannya
dan
lakukan
tatalaksana spesifik sesuai penyebab.
5. Pencegahan
a. Pemberian uterotonic ( dianjurkan oksitosin) segera bayi dilahirkan
b. Penjepitan dan pomotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
c. Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi uterus ketika uterus
berkontraksi dengan baik
C. Sisa Plasenta
1. Definisi
Sisa plasenta merupakan potongan-potongan plasenta yang
tertinggal tanpa diketahui, biasanya menimbulkan perdarahan postpartum
lambat. Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam
rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau
perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari-10 hari
pasca persalinan. Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang
tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus
berkontraks itetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang. Sisa plasenta yang
masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada dinding uterus
mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang
terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi / terjepit dengan
sempurna. Dari beberapa penjelasan diatas dapat di simpulkan sisa
plasenta adalah jaringan sisa plasenta yang masih tertinggal dan dapat
menimbulkan perdarahan.
8
2. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder.
a. Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan
lebih darisatu kali sedangkan semakin sering wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan lebih dari 2 kali maka uterus semakin
lemah hingga besar resiko terjadi pedarahan. Selain itu juga pada
multipara
terjadi
penurunan
elastisitas
uterus
sehingga
myometrium tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan
maksimal yang mengakibatkan terjadinya retensio plasenta
b. Persalinan kurang dari 2 tahun
Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua
kehamilan yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan
yang pendek secara langsung akan memberikan efek pada
kesehatan wanita maupun janin yang dikandung. Wanita setelah
melahirkan membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
dan persalinan selanjutnya. Bila jarak kehamilan terlalu dekat
maka cenderung menimbulkan kerusakan pada system reproduksi
wanita baik secara fisiologis ataupun patologis sehingga memberi
kemungkinan terjadi anemia pada ibu bahkan sampai dapat
menimbulkan kematian. Jarak anak terakhir dengan kehamilan
sekarang kurang dari 2 tahun. Alat reproduksi memerlukan waktu
untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang diperlukan
untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Jika persalinan kurang
dari 2 tahun maka alat reproduksi belum berfungsi secara
sempurna sehingga kemungkinan terjadi perdarahan.
Pada kehamilan dengan jarak kurang dari 2 tahun keadaaan
endometrium mengalami perubahan, perubahan ini berkaitan
dengan persalinan sebelumnya yaitu timbulnya thrombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Adanya
kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah
9
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah
tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < dari 3
tahun dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak
dan keadaan plasenta. Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak
kelahiran yang terakhir sering kali mengalami komplikasi dalam
persalinan. Sementara dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu
kembali
seperti
kondisi
sebelumnya.
Namun
apabila
ibu
melahirkan secara berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat
akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan
organ reproduksi ibu belum pulih secara sempurna, sehingga pada
saat persalinan berikutnya uterus tidak dapat bekrontraksi dengan
baik maka bagian-bagian plasentayang dikeluarkan tersebut tidak
lengkap dan dapat mengakibatkan perdarahan sisa plasenta.
c.
Pertolongan kala III sebelum waktunya
Dikatakan bahwa faktor ini menjadi penyebab perdarahan
pascapartum yang paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi
uterus dapat mencetuskan terjadinya kontrasi aritmik sehingga
plasenta hanya sebagian terpisah dan kehilangan retraksi. Hal ini
disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata, karena cara
menekan dan mendorong uterus yang terlalu dalam sedangkan
plasenta belum dapat terlepas dari uterus.
d. Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium ( menembus desi dua
basalis). Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai atau memasuki myometrium. Plasenta prekerta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai serosa dinding uterus. Dengan keadaan
plasenta akreta, inkreta dan perkreta maka plasenta sukar untuk
dilepaskan karena adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus atau
yang disebutdengan retensio plasenta.Jika plasenta tetap menempel
secara utuh pada dinding rahim tidak akan menyebabkan terjadinya
10
perdarahan. Namun jika pemisahan telah terjadi, pembuluh
maternal telah robek, dan sebagian jaringan plasenta tetap tertanam
dalam desidua yang menyerupai spons, kontraksi dan retraksi akan
terganggu.
e.
Penolong persalinan
Faktor dominan dalam terjadinya gangguan masa nifas adalah
faktor daerah tempat tinggal. Ibu yan tinggal di pedesaan, baik
persalinannya yang ditolong oleh tenaga kesehatan maupun non
kesehatan mempunyai resiko sangat tinggi dibanding ibu yang
tinggal diperkotaan. Dapat disimpulkan ibu yang melahirkan di
tolong oleh tenaga non kesehatan akan, dengan demekian
komplikasi yang akan terjadi karena penolong tidak terlatih untuk
menolong persalinan sehingga terjadi komplikasi dan akan di rujuk
ke tenaga kesehatan, sehingga gangguan tersebut lebih banyak
terjadi pada penolong persalinan tenaga kesehatan. Kejadian
gangguan pada masa nifas hubungannya dengan penolong
persalinan.
f.
Faktor Tiga terlambat
Banyak penyebab tidak langsung yang bisa menyebabkan kematian
ibu misalnya adalah tiga terlambat . Tiga terlambat yaitu terlambat
membuat keputusan untuk merujuk oleh keluarga, terlambat
menuju fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam mendapatkan
pertolongan medis. Sehingga pasien dengan perdarahan post
partum denganterlambat merujuk bisa mengakibatkan kematian
pada ibu.
3. Patofisiologi
Sewaktu sebagian plasenta ( satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan secara normal, setelah bayi lahir uterus akan mengecil secara
mendadak
dan
akan
berkontraksi
11
untuk
melahirkan
plasenta,
menghentikan perdarahan yang terjadi pada bekas insersi plasenta dengan
menjepit pembuluh darah pada tempat tersebut. Apabila mekanisme ini
tidak terjadi atau terdapat sesuatu yang menghambat mekanisme ini
( adanya sisa plasenta, selaput ketuban yang tertinggal dan bekuan
darah ) akan terjadi perdarahan akibat lumen pembuluh darah akibat bekas
insersi plasenta tidak tertutup atau tertutup tidak optimal. Sisa plasenta
diduga bila kala III berlangsung tidak lancar, atau setelah melakukan
manual plasenta atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum pada saat kontraski rahim sudah baik dan robekan
jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi kedalam
rahim dengan cara manual / digital atau kuret dan pemberian uterotonika.
Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah
sesuai dengan keperluan.
4. Tanda dan gejala
a. Tanda dan gejala.
1) Terdapat subinvolusi uterus
2) Terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan
3) Perdarahan banyak yang mendadak setelah berhenti beberapa
waktu.
4) Perasaan tidak nyaman diperut bagian bawah
5) Penurunan tinggi fundus uteri terlambat walaupun uterus
berkontraksi.
b. Adapun gejalah klinik yang sering dirasakan pasien dengan sisa
plasenta yaitu :
1) Suatu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal,maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta
2) Keadaan umum lemah
3) Peningkatan denyut nadi
12
4) Tekanan darah menurun
5) pernapasan cepat
6) Gangguan kesadaran (syok)
7) Pasien pusing dan gelisah.
8) Tampak sisa plasenta yang belum keluar .
5.
Komplikasi
Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya sisa plasenta masih
tumbuh dan dapat menjadi besar , perdarahan terjadi intermien sehingga
kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menjadi
korio karsinomas dengan manifestasi klinisnya. memudahkan terjadinya :
a. Anemia
b. Syok
c. Kematian akibat perdarahan
6.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi untuk menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
7. Penatalaksanaan medis
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara
digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai
suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim di
bersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera di bersihkan
walaupun ada demam. Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau
kuret besar. Jaringan yang melekat dengan kuat mungkin merupakan
plasenta akreta. Usaha untuk melepas plasenta terlalu kuat melekatnya
dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus yang biasanya
membutuhkan tindakan hisrektomi.
8. Penatalaksanaan Sisa Plasenta
a. Berikan antibotika yaitu ampisilin dengan dosis awal 1 g IV di
lanjutkan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol
13
1 g supositoria di lanjutkan 3x500 mg oral.
b. Tentukan adanya syok atau tidak, bila dijumpai adanya syok maka
segera diberikan cairan infuse kristaloid, control perdarahan dan
pemberian O2.
c. Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase. Jika
ada demam sampai suhu tubuh turun dengan pemberian antibiotic 3-4
hari kemudian rahim dibersihkan, tetapi bila ada perdarahan banya,
rahim segera dibersihkan walaupun ada demam.
d. Periksa kadar Hb apabila Hb < 8 g/ dL berikan tranfusi darah, apabila
kadar Hb > 8 g / dL berikan sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 10 hari.
9. PROTAP RSUD Sayang Cianjur
a. Lakukan persetujuan tindakan medis/informed consent dengan suami
atau keluarga pasien.
b. Persiapan alat tindakan gawat darurat harus selalu tersedia dan siap
pakai, meliputi alat infus, obat-obat uterotonika, obat-obat penanganan
syok, dan lain-lain.
c. Periksa keadaan umum pasien, dan segera atasi apabila dalam keadaan
syok.
d. Lakukan anamnesa secara singkat dan tepat
e.
Segera siapkan pemeriksaan darah lengkap dan persiapan transfusi
darah.
f. Tentukan segera penyebab perdarahan untuk mempercepat penanganan
yang tepat.
g. Segera konsultasikan dengan dokter konsulen tentang keadaan pasien,
diagnosis, dan penanganannya.
Penanganan perdarahan postpartum karena Sisa Plasenta :
a) Bila syok teratasi, kontraksi uterus baik, pada pemeriksaan dalam
teraba jaringan sisa plasenta, segera lakukan eksplorasi kavum uteri
untuk mengeluarkan bekuan darah dan jaringan.
b) Perkuat kontraksi dengan uterotonika.
14
c) Berikan antibiotik spectrum luas dan roborantia.
d) Curetage hari ke 2/3 postpartum.
e) Catat semua tindakan dalam rekam medis.
10. Kewenangan bidan dengan perdarahan post partum primer
Berdasarkan
peraturan
Mentri
Kesehatan
(Permenkes)
Nomor1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan praktik
bidan, salah satu kewenangan yang dimilik bidan adalah kewenangan
normal yaitu pelayanan kesehatan ibu. Salah satu bentuk pelayanan
kesehatan ibu adalah penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan. Penanganan kegawatdaruratan tersebut salah satunya adalah
penanganan awal terhadap kasus perdarahan post partum primer. Langkahlangkah penanganan pada perdarahan pospartum primer menurut yaitu :
a) Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
b) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,
kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang
sudah keluar
c) Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan
melalui IM apabila tidak bisa melalui IV)
d) Kandung kemih selalu dalam keadaan kosong
e) Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik
f) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan
kompresibimanual
g) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,
maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk
menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
h) Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti
dengan demam, mengiggil, lokhea yang berbau busuk segera
berikan antibiotik berspektrum luas
i) Lakukan pencatatan yang akurat. Rujukan pada perdarahan post
partum apabila tindakan yang dilakukan pada kasus perdarahan
post partum tidak berhasil untuk menimbulkan kontraksi uterus
15
yang adekuat sehingga menghentikan perdarahan yang terjadi,
maka rujukan akan menjadi alternative terkahir. Dalam melakukan
rujukan
perlu
dipertimbangkan
beberapa
prinsip
rujukan
kegawatdaruratan obstretik dan neonatal:
1) Komunikasi awal harus sudah dilakukan sebelum dan
selama proses rujukan dilaksanakan
2) Rujukan harus dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki fasilitas dan kemampuan untuk melakukan
tindakan yanglebih baik bagi kondisi pasien
3) Rujukan hanya dilakukan setelah upaya stabilisasi pasien
sesuai dengan prosedur buku nasional
( Buku Acuan Nasional PelayanKesehatan Maternaldan
Neonatal ) stabilisasi ini harus tetap dilakukan selama
proses rujukan berlangsung
4) Selama rujukan berlangsung pasien harus di damping oleh
tenaga medis yang memiliki keterampilan klinik untuk
melakukan tindakan dukungan terhadap kehidupan
5) Rujukan harus merupakan bagian dari proses peningkatan
pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan, sehingga
apabila telah dilakukan tindakan definitif ditempat tujuan
rujukan, harus kembali dilakukan komunikasi tentang apa
yang telah dilakukan dan tindak lanjut pasca rujukan.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Pengkaji : Kelompok 8
Hari/tanggal Pengkaji : Jum’at, 13 September 2019
Waktu Pengkaji : 21.30 WIB
Tempat Pengkaji : RSUD Sayang Cianjur Ruang Delima
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas klien
Istri
Suami
Nama :
N.S
Tn.D
Umur :
39 tahun
45 tahun
Suku :
Sunda
Sunda
Pendidikan :
SD
SD
Agama :
Islam
Islam
Pekerjaan :
IRT
Petani
Alamat :
Sindang Barang
Sindang Barang
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan pasien tampak lemas dan keluar banyak
darah sejak 2 jam pasca melahirkan ari-ari, keluarga mengatakan
pasien sudah mengganti pempers 5 kali ± pengeluaran darah±500
cc.
3. Alasan Masuk Rumah sakit
Ibu datang rujukan dari Puskesmas Cianjur kota dengan diagnose
sisaplasenta. Ibu mengeluh lemas dan pusing dan terdapat
pengeluaran darah ±500 cc. di puskesmas sudah dilakukan
tindakan infus pada lengan kiri dan pemasangan Dower kateter.
4. Riwayat masuk Rumah Sakit
Pasien tiba di RSUD Sayang Cianjur pukul 20.00 WIB, dengan
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis. Di ruang IGD
sudah dilakukan pemeriksaan fisik muka pucat, TFU 2 jari di
17
bawah pusat, kontraksi lemah, portio tebal lunak pembukaan 1-2
cm, tindakan pemasangan infus dilengan kanan dengan drip 20 unit
oksitosin, sudah dilakukan eksplorasi, dilakukan pemberian
oksigen 6 L/menit dan memberikan posisi trendelenburg, dan pada
pukul 20.00 WIB sesuai dengan advice dokter dilakukan
pemberian Cefotaxime 2x1 mg , metronidazole 2x 500 mg melalu
infus, dan metergin1 ml melalui IV. Dilakukan pemeriksaan Lab
lengkap dengan hasil HB 9 gr %.
5.
Riwayat kehamilan persalinan nifas
Ini merupakan anak ketiga dan ibu belum pernah keguguran, tidak
ada penyulit selama hamil terdapat penyulit saat melahirkan. Ibu
tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga
kesehatan dan ibu tidak mengkonsumsi tablet penambah darah. Ibu
hanya melakukan pemeriksaan kehamilan ke paraji. Ibu telah
melahirkan di rumah di tolong oleh paraji pada tanggal 13
september 2019, bayi lahir spontan pukul 04.00 WIB. Bayi lahir
spontan menangis kuat bergerak aktif kulit kemerahan, berat badan
3000 gram dan panjang 48 cm. setelah bayi lahir selama 2 jam
plasenta tetap tidak lahir dilakukan rujukan oleh paraji ke
Puskesmas pada pukul 06.00 WIB. Ibu tiba di Puskesmas pukul
08.00 WIB. Di puskesmas telah dilakukan pemasangan infus untuk
memperbaiki keadaan ibu dan dilakukan manual untuk melepaskan
plasenta pada pukul 08.00 WIB. setelah plasenta lahir terjadi
perdarahan secara terus menerus menghabiskan 5 permfers ± 500
cc. dilakukan rujukan oleh bidan ke RSUD Sayang atas indikasi
sisa plasenta
18
6. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu
Tabel riwayat kehamilan dan persalinan lalu
No
Tgl
Tempat
Usia
persalinan
persalinan
kehamlan
Penolong
Penyulit
Jenis
BB
PB
2800
48cm
kehamilan, kehamilan
persalinan
1.
07-01-
Rumah
Aterm
Paraji
Tidak ada
Normal
2014
2.
gr
26-06-
Rumah
Aterm
Paraji
Tidak ada
Normal
2018
3200
gr
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b.
Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110 kali/menit
Suhu : 35,5 ̊C
Respirasi : 28 kali/ menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtive pucat sclera putih
b. Bibir
Tampak Pucat
c. Payudara
Bentuk simetris, putting menonjol, terdapat pengeluaran ASI, tidak ada
masa atau benjolan
d.
Abdomen
TFU 2 jari bawah pusat kontrasi lemah , kandung kemih kosong
e. Genetalia
Vulva dan vagina tidak ada kelainan. Tampak pengeluaran darah yang
mengalir berwarna merah segar dari vagina ± 50 cc. Perineum lecet.
Terpasang Dower Chateter.
19
50cm
f. Anus
Tidak ada hemoroid
g.
Ektremitas
Tidak ada oedema, tidak ada varises, pada ekstremitas bawah teraba
dingin. terpasang kanan drip oksitosoin 20 iu dan pospargin 1 ampul
dengan tetesan 40 tpm dan terpasang infus RL di lengan kiri dengan 60
tpm.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan di ruang IGD
HB : 9 gr%
Leukosit : 27,4
Eritrosit : 1,99
C. ANALISA
Ny. S 39 tahun P3A0 Post Partum 2 jam dengan sisa plasenta
D. PENATALAKSANAAN
1. Mengatur posisi ibu yaitu posisi trendelenburg → ibu dalam posisi
kaki lebih tinggi.
2. Memberikan oksigen 6 L/menit → terpasang oksigen.
3. Mengatur tetesan infusan pada lengan kanan sudah drip ampul
oksitosin di ruang IGD dengan tetesan 40 tpm dan mengatur
tetesan infusan pada lengan kiri ibu dengan tetesan 60 tpm.
4. Menghitung pengeluaran urine di Dower Chateter → pengeluaran
urine 400 cc
5. Melakukan observasi keadaan umum ibu TTV, kontraksi,
Perdarahan.
6. Berikan antibotika yaitu ampisilin dengan dosis awal 1 g IV di
lanjutkan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 g
supositoria di lanjutkan 3x500 mg oral.
7. Melakukan skin test Cefotaxime → hasil tidak ada reaksi
8. Periksa kadar Hb kadar Hb 9 g / dL → berikan sulfas ferosus 600
mg/ hari selama 10 hari.
20
9. Memberikan minum kepada ibu.
10. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga bahwa terjadi
perdarahan pada ibu
11. Melakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
Jika ada demam sampai suhu tubuh turun dengan pemberian
antibiotic 3-4 hari kemudian rahim dibersihkan, tetapi bila ada
perdarahan banyak, rahim segera dibersihkan walaupun ada
demam.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
A. DATA SUBJEKTIF
Dari data berdasarkan hasil pengkajian Ny.S 39 tahun datang
rujukandari puskesemas karena terdapat perdarahan setelah dilakukan
manual. Keluarga mengatakan ibu melakukan proses persalinan yang di
tolong oleh tenaga non kesehatan, ibu melahirkan senin tanggal 13
september 2019 pukul 04.00 WIB tetapi setelah 2 jam bayi lahir plasenta
tetap tidak lahirakhirnya dilakukan rujukan oleh paraji ke puskesmas, dan
di puskesmas dilakukan manual oleh bidan pukul 08.00 WIB tetapi setelah
dilakukan
manual
terjadi perdarahan
yang berkepanjangan
yang
mengakibatkan keadaan ibu lemah, pusing, lemas, nafas cepat. Akhirnya
dilakukan rujukan oleh bidan ke RSUD Sayang Cianjur.
Data Subjektif yang menunjang diagnose didapatkan dari keluhan
utama ibu saat masuk RSUD sayang Cianjur yaitu keluarga mengatakan
pasien mengalami perdarahan banyak ± 500 cc habis 5 pempers saat
setelah plasenta lahir dan pasien mengeluh pusing, lemas, berkeringat
dingin, nafas cepat. Hal ini sesuai dengan teori yaitu perdarahan post
partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah persalinan.
Kondisi
dalam
persalinan
menyebabkan
kesulitan
untuk
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh,
lemah, berkeringat dingin, menggigil, takipnea terjadi perdarahan karena
sisa plasenta. Keluarga mengatakan ibu merasa lemas dan pusing. Ini
adalah kehamilan ke 3 dan keluarga mengatakan proses persalinan di
tolong oleh paraji hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan
penyebab dari sisa plasenta yaitu penolong persalinan oleh tenaga non
kesehatan yang tidak terlatih. Karena penolong persalinan oleh non tenaga
kesehatan sehingga ibu tidak mendapatkan suntik oksitosin untuk
membantu kontraksi dan menyebabkan retensio plasenta.
22
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yang menyebabkan sisa
plasenta hal ini sesuai dengan teori bahwa jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menyebabkan sisa plasenta karena keadaan organ reproduksi
ibu belum pulih kembali. Sementara membutuhkan waktu 2-4 tahun untuk
memulihkan tubuh ibu kembali. jika ibu mengalami kehamilan yang
berturut-turut selama 2 tahun pada saat persalinan akan mengakibatkan
uterus tidak berkontraksi dengan baik sehingga plasenta lahir tidak
lengkap dan terjadi perdarahan akibat sisa plasenta.
Pada kasus ini pasien mengalami terlambat dalam melakukan
rujukan karena membutuhkan waktu 7 jam untuk ke RSUD Sayang
Cianjur, sehingga mengalami pengeluaran darah yang banyak. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa banyak penyebab
tidak langsung yang bisa menyebabkan kematian ibu misalnya adalah tiga
terlambat.
B. DATA OBJEKTIF
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan kepada Ny. S 39 tahun di dapatkan tekanan darah 90/60 mmHg,
penurunan tekanan darah hal ini disebakan karena penurunan jumlah darah
yang sangat banyak juga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah
sehingga nadi menjadi lemah dan halus.
Di dapatkan pemeriksaan Nadi 110 kali permenit, hal ini sesuai
dengan teori bahwa tanda-tanda syok terjadi peningkatan denyut nadi di
akibatkan adanya kekuarangan pasokan darah dari jantung maka respon
pertama yang diberikan sistem sirkulasi meningkatkan kecepatan
pemompaan oleh jantung tujuannya untuk mempertahankan perfusi
jaringan sehingga otomatis frekuensi nadi akan bertambah cepat. Pada
pemeriksaan Pernafasan didapatkan 28 kali/menit, ketika keadaan syok
terjadi pernafasan yang cepat hal ini disebakan karena organ tubuh akan
merespon dengan mengirimkan sinyal ke otak bahwa oksigen yang
diperoleh tubuh berkurang. Dan otak dengan segera merespon dan
memerintahkan
paru-paru
untuk
23
bekerja
semakin
cepat
dalam
memproduksi oksigen, semakin darah keluar banyak maka oksigen dalam
tubuh akan berkurang sehingga pernafasan menjadi lebih cepat.
Didapatkan pemeriksaan Suhu 35,50C kulit menjadi pucat dan
dingin hal ini disebabkan karena tubuh kita memiliki system pertahanan
sendiri dalam keadaan darurat peredaran darah akan menuju alat tubuh
yang penting seperti jantung dan otak. Hal ini akan menimbulkan pada
suhu dan warna kulit yaitu akan menjadi dingin dan pucat teori
mengatakan tanda-tanda vital pasien dengan sisa plasenta dapat ditemui
adanya keadaan umum lemah, peningkatan denyut nadi, tekanan darah
menurun, pernafasan cepat sampai dengan penurunan kesadaran.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh data mata konjungtiva pucat,
sclera putih, berdasarkan teori ciri-ciri anemia yaitu konjungtive pucat,
bibir pucat dimana ibu mengalami anemia. Pada saat palpasi ekstremitas
teraba dingin akibat kekurangan darah banyak mengakibatkan oksigen
dalam tubuh berkurang. Menurut teori tanda-tanda anemia yaitu lesu
lemah, sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih
lanjut kelopak mata, bibir, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pada
pemeriksaan abdomen diperoleh TFU 2 jari di bawah pusat keadaan ini
sesuai dengan teori post partum 15 jam TFU 2 jari di bawah pusat tetapi
palpasi uterus teraba lembek, hal ini tidak sesuai dengan teori yang
mengatakan 15 jam post partum kontraksi teraba keras sehingga jika
uterus lembek mengakibatkan daya motalitas uterus berkurang sehingga
terjadi perdarahan.
Kontraksi lemah diakibatkan karena uterus yang tidak berontraksi
dan tidak diterapkannya manajemen aktif kala III karena pada pasien ini
bersalin di paraji dan tidak mendapat suntik oksitosin sebagai langkah
awal untuk mencegah perdarahan. Disini faktor penolong yang
mempengaruhi perdarahan post partum yang di tolong oleh tenaga non
kesehatan.
Pada ekstremitas terdapat infus yang terpasang dilengan kiri dan
kanan yang sudah di drip oksitosin 2 ampul dan pospargin 1 ampul.
Dripoksitosin di berikan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga
24
uterus dapat berkontraksi dan tidak terjadi perdarahan. Hal ini sesuai
dengan protap bahwa pasien dengan sisa plasenta diberikan 20 unit
oksitosin untuk merangsang kontraksi pada pemeriksaan genetalia vulva
dan vagina tidak ada kelainan.
Tampak pengeluaran darah aktif yang mengalir berwarna merah
segardari vagina ± 500 cc. Hal ini sesuai dengan teori menyebutkan bahwa
perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan pervaginam yang melebihi
500 ml setelah bersalin, dan termasuk dalam kategori perdarahan post
partum primer karena terjadi dalam 15 jam setelah persalinan, hal ini
sesuai dengan teori yaitu perdarahan pasca partum dapat dikategorikan
sebagai primer karena terjadi dalam 24 jam pertama.
Dengan terjadinya pengeluaran yang banyak pasien mengalami
penurunan kadar Hb yaitu 9 gr % dan pasien mengalami anemia ringan.
Hal ini sesuai dengan teori Anemia adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit)
lebih rendah dibandingkan normal. Dengan kriteri anemia ringan yaitu
bila kadar HB 9-10,9 g/dL . Pemeriksaan HB dilakukan untuk menentukan
jumlah haemoglobin darah dalam tubuh karena berhubungan dengan
kejadian syok hipovolemik dapat ditangani dengan menaikan kadar HB
berupa transfuse darah . Pemberian obat cefotaxime pada kasus disini
yaitu untuk menghentikan pertumbuhan bakteri, pemberian metergin pada
kasus untuk mengentikan perdarahan, dan pemberian metronidazole untuk
menghentikan petumbuhan bakteri. Dower chateter dilakukan untuk
memantau pengeluaran cairan dan pemasukan cairan in take diperoleh dari
pemasangan infus. Maka dilakukan pemasangan dower chateter. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan jika pada kasus perdarahan post
partum dilakukan pemasangan kateter untuk memantau volume urine
dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk dalam tubuh. Dampak
pemasangan dowerkateter yaitu terjadi infeksi saluran kemih.
25
C. ANALISA
Ny.S Usia 39 tahun P3A0 dengan sisa plasenta. Analisa tersebut
ditegakkan atas dasar pemeriksaan dari mulai data subjektif hingga
objektif. Berdasarkan pengkajian data subjektif didapatkan keluhan ibu
pengeluaran darah banyak, lemah, pusing, pernafasan cepat dan dari data
objektif di dapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 110 kali permenit,
suhu 35,5 o C, TFU 2 jari di bawah pusat kontraksi lemah konsistensi
lembek perdarahan banyak, dan sudah dilakukan manual di puskemas
dengan hasil plasenta dalam keadaan tercabik-cabik lalu di rumah sakit
dilakukan USG dan ditemukan sisa plasenta pada rahim ibu.
D. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan hasil pengkajian subjektif, objektif dan di tegakkan
analisa, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Penatalaksanaan di puskesmas ibu diberikan infus RL
danoksigen untuk menangani syok. Sesuai dengan teori menurut buku
saku pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan bila
dijumpai perderahan maka segera diberikan cairan infuse kristaloid,
control perdarahan dan pemberian O2. Dengan pemberian infus dapat
mengatasi keadaan umum ibu karena pengeluaran darah dari tubuh ibu
sehingga kekurangan oksigen, pengeluaran darah yang banyak ini dapat
menyebabkan asidosis respiratory maka penulis memberikan oksigen 6 L
disertai dengan pemberian infus. Hal ini sesuai dengan teori mengenai
penanganan
syok
yaitu
berika
oksigen
dengan
kecepatan
6-8
L/menit,berikan cairan intravena misalnya NaCL atau Ringer Laktat,
sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 10 hari dan pemeriksaan laboratorium.
Sesampainya di IGD ibu ditangani dengan pemberian RL +
drifoksitosin 2 ampul + pospargin 1 ampul, dan dipasang sesuai dengan
teori untuk penatalaksanaan sisa plasenta yaitu dilakukan pemasangan
infus dan pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan umum
ibu dan merangsang kontraksi uterus dan mengosongkan kandung kemih.
26
Penulis mengatakan karena pasien di tolong oleh paraji sehingga
tidak mendapatkan suntik oksitosin dan menyebabkan uterus teraba
lembek maka untuk mengatasinya diberikan drip 2 ampul oksitosin untuk
merangsang kontraksi. Setelah itu ibu di pindahkan keruang nifas untuk
perawatan selanjutnya, penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali di
ruang nifas adalah mengatur posisi ibu dengan posisi trendelenburg posisi
trendelenburg ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarah lebih
banyak, supaya darah tidak mengalir ke tempat yang lebih rendah karena
dalam posisi ini posisi kaki lebih tinggi dari pada kepala. Penulis
mengatakan dengan memberikan posisi trendelenburg ini pasien merasa
nyaman sehingga tidak terjadi pengeluaran darah yang banyak karena
dalam posisi ini kaki lebih tinggi dari kepala sehingga tidak ada gaya
gravitasi.
Selanjutnya melakukan pemasangan oksigen karena banyaknya
cairan tubuh yang keluar mengakibatkan pasien akan mengalami asidosis
respiratory dimana darah akan lebih cepat pekat karena sehingga
kebutuhan oksigen berkurang secara cepat maka diakukan pemberian
oksigen . Karena jumlah cairan tidak sesuai dengan pemasukan cairan
ditubuh ibu sehingga kuku mengalami kebiruan karena bercampur dengan
karbondioksida. Penulis mengatakan pengeluaran darah dari tubuh ibu
yang banyak mengakibatkan pernafasan ibu menjadi lebih cepat karena
dalam darah mengandung oksigen karena ibu mengeluarkan darah banyak
sehingga ibu kekurangan oksigen dan ibu membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya mengatur tetesan infusan 60 tpm pada lengan kiri
untuk mengatasi kekurangan cairan pada tubuh ibu, memberikan ibu teh
manis hangat untuk mengatasi keadaan umum ibu, penulis mengatakn
dengan pemberikan teh manis hangat ibu menjadi lebih segar dan
memberikan tenaga untuk ibu. melakukan pemantauan Tanda-tanda vital,
perdarahan, kontraksi setiap 1 jam.
27
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.S 39 tahun P3A0 dengan
perdarahan post partum karena sisa plasenta maka dapat disimpulkan
asuhan sebagai berikut :
1. Data subjektif pada Ny. S adalah klien mengatakan melahirkan anak
ketiga pada tanggal 13 september 2019, tidak pernah keguguran.
Mengeluh pusing, lemas, dan terdapat pengeluaran darah dari jalan
lahir sejak ari-ari lahir. Dari riwayat kehamilan ibu mengatakan hamil
9 bulan, bersalin di paraji terdapat penyulit saat kala III, plasenta tidak
dapat lahir setelah 2 jam dan dilakukan manual di puskesmas oleh
bidan
2.
Data objektif pada Ny. S didapatkan dari pemriksaan fisik: wajah
tampak pucat, konjungtiva pucat, fundus uteri setinggi pusat, kontraksi
uterus lembek, terdapat pengeluaran darah ± 500 cc, tidak terdapat
luka jahitan, ekstremitas atas tidak oedema, pada tangan kiri dan kanan
terpasangan infus RL 40 tpm, pada ekstremitas bawah tidak ada
oedema ujung jari tampak pucat. Pemeriksaan penunjung padatanggal
13 september 2019 yaitu pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hemoglobin 9 gram % serta pemeriksaan USG pada tanggal 13
september 2019 dengan hasil terdapat sisa jaringan plassenta
3. Analisa yang di tegakkan adalah Ny.S 39 tahun P3A0 dengan sisa
plasenta
4. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan upaya penanganan
pada perdarahn post partum primer, memberikan penjelasan mengenai
sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim ibu, melakukan observasi
keadaan umum, tanda-tanda vital, melakukan observasi kontraksi
uterus dan perdarahan, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
untuk penanganan pada kasus Ny.S yaitu dengan memperbaiki
keadaan umum ibu, melakukan kuretase serta memberikan obat oral
28
antobiotik dananalgesic. Berkolaborasi dengan pertugas laboratorium,
memberikan dukungan mental pada ibu, memberikan konseling
tentang gizi, pemberian ASI, tada-tanda bahaya masa nifas
.
B. SARAN
1.
Untuk klien dan keluarga
Agar klien dan keluarga tetap melaksanakan anjuran, terutama
menyangkut melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan
berikutnya di tenaga kesehatan yang terlatih. Penulis menyarankan
agar pasien dan keluarga mencari informasi tentang kehamilan,
persalinan dan nifas melalui petugas kesehatan,media elektronik,
buku-buku. Dengan didapatkannya informasi maka tidak akan terulang
lagi kejadian yang pernah dialami ibu
2. Untuk rumah sakit
Diharapkan kepada RSUD Sayang Cianjur melakukan revisi terhadap
penatalaksanaan waktu dalam penanganan sisa plasenta. Karena dalam
penatalaksanaan sisa plasenta cukup dengan keadaan umum baik dan
HB> 9 gr/dl dapat segera dilakukan tindakan dilatase kuretase. Penulis
menyarankan agar dalam penatalaksanaan sisa plasenta tidak perlu
membutuhkan waktu yang lama sehingga kasus dengan sisa plasenta
dapat segera tertangani dan menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu.
3. Bagi profesi
Bagi profesi khususnya bidan hendaknya dapat mempertahankan
pelayanan kesehatan yang sudah baik dan tidak cepat puas dengan
pelayanan yang sudah baik, agar dapat lebih menggali informasi dan
meningkatakan lagi pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan perdarahan post partum sehingga memberikan pelayanan pada
kasus perdarahan post partum dengan lebih baik dan lebih berkualitas.
29
Download