ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.“S” MASA HAMIL,
BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KONTRASEPSI
DI PUSKESMAS DLANGGU KABUPATEN
MOJOKERTO
Kholifatul Khoiriyah
1311010063
Subject: kehamilan, plasenta manual, perdarahan, Keluarga Berencana
RINGKASAN
Dalam suatu negara, tolak ukur yang digunakan untuk menentukan kualitas kesehatan
negara tersebut salah satunya adalah jumlah mortalitas. Bagian mortalitas yang sangat
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi adalah proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,
masa nifas, dan keluarga berencana.
Pada penelitian ini menggunakan meteode deskriptif yang berfokus pada Asuhan
Kebidanan yang mengutamakan standar pelayanan kesehatan dan asuhan sayang ibu secara
Continuity Of Care yang bertempat di BPS Ny. “Y” Desa Randugenengan Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto mulai tanggal 9 Februari – 29 April 2016.
Asuhan kehamilan yang di lakukan pada Ny. S dari awal sampai akhir hanya di
temukan masalah yang fisiologis yang biasa di alami oleh ibu hamil pada trimester III. Pada
persalinan kala I tidak di temukan masalah, kala II terjadi kesenjangan antara teori dan fakta
karena lama kala II hanya 15 menit, yang pada normalnya adalah 1 jam pada multigravida,
kala III di temukan masalah yaitu pada pengeluaran plasenta di lakukan tindakan plasenta
manual, karena plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir, kala IV di temukan masalah
terjadi perdarahan yang di akibatkan dari tindakan plasenta manual. Pada nifas di lakukan
kunjungan 4 kali, dalam kunjungan yang di lakukan dari awal sampai tidak di temukan
masalah yang patologis pada ibu. Kunjungan bayi yang dilakukan 3 kali dan tidak di temukan
masalah pada bayi. Pada kunjungan KB di lakukan 1x, yaitu pada hari ke-40 masa nifas,
namum ibu belum ingin menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Proses kehamilan, persalinan, nifas, neonates dan keluarga berencanan berjalan
normal. Namun, terdapat kesenjangan pada Ny. S setelah 40 hari masa nifas, yaitu ibu belum
menggunakan alat kontrasepsi. Oleh sebab itu, diharapkan pelayanan kesehatan menerapkan
metode Continuity Of Care pada setiap asuhan kebidanan.
SUMMARY
In some countries, a benchmark used to determine the quality of health of the country
is one of them is the amount of mortality. Part of mortality that greatly affect maternal and
infant health is the process of pregnancy, parturition, neonatal, post-partum and family
planning.
In this research using descriptive method that focuses on Midwifery Care, prioritizing
in health care and the care of maternal affection in Continuity Of Care, located in BPS Mrs.
“Y” Randugenengan, Dlanggu, Mojokerto starting on February 9 to April 29 2016.
Pregnancy care which was conducted to Mrs. S from beginning until end only found
physiological problem commonly experienced by pregnant mother in the third trismester. In
the first stage of parturition was not found anyproblem. In the second stage, there was a gap
between theory and fact because second stage of parturition was only 15 minutes long, which
normally was 1 hour at multigravida, in the third stage, researcher found some problem, that
was on the expulsion of placenta that done by manual removal because, the placenta has not
been born until 30 minutes after baby born, in the fourth stage, there was a bleeding resulting
from the action of placenta manual removal. In the postpartum period, Mrs. S did 4 times
visits. The visit conducted until pathological problem not be found. At neonatal usit,
performed 3 times, not found anyproblem in the baby. At Family Planning visit, perform 1
time, on the 40th day of post-partum, and the mother doesn’t yet to using any contraception
tool.
The pregnancy, parturition, post-partum, neonatal and family planning working
normally. However, there is a gap in Mrs. S after 40 days post partum, mothers are not using
contraception tool. Therefore, health care is expected to apply the method Continuity Of
Care at each of midwifery care.
Keywords: pregnancy, placenta manual, bleeding, Family planning
Contributor
: 1. Sri Wardini Puji Lestari, M. Kes
: 2. Ferilia Adiesti, S.ST,. MM
Date
:
Type Material : Laporan Tugas Akhir
Identifier
:Right
: Open Document
Summary
:
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu tahapan
perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi halhal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara.
SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) mencatat bahwa selama periode
tahun 2007-2012 angka kematian pada ibu mengalami kenaikan. Pada tahun 2012, angka
kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih besar dibanding
pencapaian tahun 2007 yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).
Artinya, terjadi kemunduran dalam pencapaian target penurunan AKI di Indonesia. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang
terdiri dari 6 kasus pada ibu hamil, 2 kasus pada kematiam ibu bersalin dan 14 kasus pada
kematian ibu nifas.
WHO (2012) memperkirakan di seluruh dunia setiap harinya sekitar 800 perempuan
meninggal akibat komplikasi selama kehamilan, setelah kehamilan dan setelah persalinan.
Komplikasi utama sebesar 80% disebabkan oleh pendarahan, infeksi, preeklampsia/eklampsia
dan aborsi yang tidak aman. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia tersebut adalah
perdarahan (28%), preeklampsia/eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan
abortus (5%).
Upaya penurunan AKI di Indonesia melalui Program (P4K) yang berfokus pada
totalitas monitoring sebagai upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur membentuk Forum PENAKIB dengan terbentuknya 3
satgas yaitu Satgas Rujukan, Satgas Pelayanan Kesehatan Dasar (Yankesdas) serta Satgas
Pemberdayaan Masyarakat dan melaksanakan kebijakan internasional Safe Motherhood
tahun 1988 yang dikenal 4 pilar yaitu KB, pelayanan antenatal care, persalinan bersih, dan
penanganan masa nifas, dilanjutkan program Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2000
yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian mengguanakan manajement kebidanan secara komprehensif
dengan teknik SOAP yang meliputi S (Subjective) yang menggambarkan pendokumentasian
dari hasil anamnesis. O (Objective) yang menggambarkan hasil pendokumentasian dari hasil
pemeriksaan pada pada pasien. A (Assesment) analisa dari data Subjective dan Objective yang
berupa diagnosa dan masalah. P (Planning) yaitu menggambarkan merupakan perencanaan
dan pelaksanaan tindakan yang diberikan pada pasien sesuai diagnose dan masalah. Asuhan
kebidanan di lakukan di BPS Ny. Y Desa Randugenengan Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto mulai tanggal 9 Februari – 29 April 2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang di peroleh dari pemeriksaan kehamilan Ny. “S” mengalami
keluhan fisiologis yaitu konstipasi, menurut Varney (2006) Konstipasi diduga terjadi akibat
penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Hal ini bisa di minimalisir dengan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemeriksaan
tanda-tanda vital tidak ditemukan kelainan, semuanya dalam batas normal. Berat badan
sebelum hamil 69 kg dan sekarang 81 kg sehingga selama kehamilan mengalami kenaikan
berat badan 12 kg. hal ini sesuai teori Mandriwati (2011) dalam keadaan normal kenaikan
berat badan ibu dari sebelum hamil, dihitung mulai trimester I sampai trimester III yang
berkisar antara 9-13,5kg. Palpasi abdomen TFU 33 cm. Menurut Sunarti (2013) yaitu
kehamilan usia 34 minggu 31 cm diatas simpisis, kehamilan 36 minggu 32 cm diatas
simpisis, kehamilan 38 minggu 33 cm diatas simpisis. Perubahan tinggi fundus uteri
dipengaruhi dengan pola nutrisi yang dikonsumsi ibu, apakah bergizi seimbang atau tidak.
Pola nutrisi ibu yang dikonsumsi berpengaruh pada berat janin yang dikandung dan
berpengaruh pada tinggi fundus uteri.
Pada data dari kujungan ulang ke-2 Ny. “S” mengalami keluhan sulit tidur terutama di
malam hari, kondisi tersebut merupakan ketidaknyamanan yang normal sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Varney (2006) Sulit tidur pada wanita hamil memiliki alasan fisik
sebagai penyebab seperti ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan
lain selama kehamilan, dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 9 gr% (anemia ringan). Anemia dalam kehamilan
ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar hamoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester II Prawirohardjo (2006). Pada
kehamilan trimester III juga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) sebagai cara untuk
membantu meringankan kerja jantung. Pemberian tablet tambah darah selama kehamilan
merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb
minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan. Minum tablet tambah
darah pada saat makan atau segera sesudah makan selain dapat mengurangi gejala mual yang
menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi (Jordan, 2003).
Hal ini bisa diminimalisir dengan menganjurkan ibu untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe
yang di berikan oleh tenaga kesehatan setiap malam menjelang tidur untuk meminimalisir
rasa mual dan banyak mengkonsumsi sayuran, buah-buahan, jus jeruk dan menghindari
minuman teh dan kopi.
Pada data dari kunjungan ulang ke-3 Ny. “S” mengalami sering kencing, hal ini sesuai
dengan teori Sunarti (2013) pada trimester III yaitu saat mendekati kelahiran, janin turun
lebih rendah ke rongga panggul, sehingga lebih menekan lagi kandung kemih dan semakin
meningkat lagi untuk berkemih, air senipun bertambah. Faktor-faktor penekanan dan
meningkatnya pembentukan air seni yang menyebabkan meningkatnya berkemih. Ny. S
mengalami keluhan sering kencing dikarenakan usia kehamilan yang menyebabkan perut
semakin membesar, sehingga uterus menekan kandung kemih. Pemeriksaan tanda-tanda vital
tidak ditemukan kelainan, semuanya dalam batas normal. Berat badan sebelum hamil 69 kg
dan sekarang 81 kg.
Kala I Ibu datang ke rumah bidan pada tanggal 01-03-2016 jam 02.30 WIB dengan
keluhan mules dan keluar lendir bercampur darah dari vagina sejak tanggal 29 – 02 – 2016
jam 23.45 WIB. Pada pemeriksaan dalam pukul 03.00 WIB dihasilkan pembukaan Ø 2 cm
effacement 50%, presentasi kepala, UKK, hodge II, ketuban pecah, tidak ada molage.
Persalinan kala I Ny. S berlangsung selama ± 5 jam 20 menit. Menurut Rukmawati (2014)
bahwa pada primigravida berlangsung selama 12 jam dan multigravida sekitar 8 jam.
Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/ jam pada primigravida dan lebih dari 1 cm hingga 2 cm
untuk multigravida. Ny. S mengalami kala I selama ± 5 jam 20 menit sehingga dapat
dikatakan berjalan normal karena termasuk dalam 8 jam pada multigravida. Dari hasil
pemeriksaan pada Ny. S tidak ada masalah antara teori dengan fakta karena tenaga kesehatan
melakukan asuhan dengan prosedur yang sesuai.
Kala II pada saat pembukaan lengkap Ny. S ingin meneran dengan ditandai dorongan
ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol. Hal ini sesuai dengan teori Moegni
(2013) tanda kala II yaitu ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang
semakin meningkat pada rectum dan/ atau vaginanya, perineum menonjoln dan menipis,
vulva-vagina dan sfringterani membuka. Frekuensi his semakin sering dan teratur (> 5x/
10menit) dengan intensitas his semakin kuat dengan durasi his > 50 detik. Kala II
berlangsung selama ± 15 menit, dan pada partograf tidak melewati garis waspada. Pada
pemeriksaan kala II pada Ny. S tidak terjadi kesenjangan antara fakta dan teori, karena tanda
gejala kala II yang ada pada Ny. S sesuai dengan teori yang di ungkapkan oleh Moegni
(2013).
Bayi lahir secara spontan dengan jenis kelamin perempuan berat lahir 3600 gram dan
panjang 49 cm. Bayi lahir menangis keras, tonus otot baik, warna kulit merah muda, tidak
ada kelainan kongenital dan anus ada. Menurut Rukmawati (2014) proses kala II berlangsung
selama 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Dalam hal ini terjadi kesenjangan
antara teori dan fakta, karena proses kala II pada Ny. S hanya 15 menit, tetapi kesenjangan
yang terjadi pada Ny. S masih di kategorikan fisiologis, karena Ny. S sudah pernah
mempunyai pengalaman melahirkan, tenaga ibu saat mengejan bagus, dan ibu kooperatif
dalam mendengarkan instruksi yang diberikan bidan.
Pada kala III Ny. S belum melahirkan plasenta sesudah 15 menit bayi lahir, sehingga
ibu mendapatkan oksitosin ke dua. 15 menit kemudian ternyata plasenta belum lahir,
sehingga dilakukan penanganan plasenta manual. Dalam teori Rukmawati (2012) sejak bayi
lahir sampai plasenta dan selaput ketuban lahir berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah
5 menit di lakukan plasenta manual, akhirnya plasenta lahir lengkap. Jadi total lama kala III
adalah 35 menit. Penanganan saat plasenta belum lahir setelah 30 menit sesuai dengan teori
Winkjosastro (2008) jika sebelum plasenta lahir dan tiaba - tiba terjadi perdarahan maka
segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri. Setelah
plasenta lahir uterus ibu di massase selama 15 detik uterus agar berkontraksi dengan baik.
Menurut Mochtar (1998) sebab fungsional retensio plasenta adalah his kurang kuat
untuk melepaskan plasenta (sebab utama). Selain itu dapat terjadi karena tempat insersi di
sudut luka tuba atau karena bentuknya seperti plasenta membraneccea (bentuk plasenta lebar
dan tipis hamper memenuhi seluruh korion). Sebab patologi anatomi adalah implantasi
plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat seperti plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta. Dalam pemeriksaan pada Ny. S di duga penyebab plasenta belum
lahir setelah 30 menit bayi lahir adalah bentuk plasenta lebar dan tipis yang hampir
memenuhi seluruh korion sebagai tempat insersi dan jumlah paritas yang berpengaruh pada
penurunan sel-sel desidua.
Kala IV pada Ny. S berlangsung 2 jam. Lama kala IV dilakukan observasi selama 2 jam
dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal. Tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat, perdarahan ± 350 cc, kontraksi keras, dan kandung kemih kosong. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Sondakh (2013) bahwa kala IV dimulai saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam post partum. Kala ini bertujuan untuk mengobservasi perdarahan
postpartum, dengan rata – rata jumlah perdarahan dikatakan normal 250 cc, biasanya 100 –
300 cc. Pada kala IV terjadi kesenjangan antara teori dan fakta, karena ibu mengalami
perdarahan ± 450 yang di sebabkan oleh tindakan manual plasenta.
Pada 6 jam post partum, ibu mengeluhkan tidak mengalami perdarahan, ibu juga
berkemih secara teratur, mobilisasi ibu baik miring kanan dan kiri, ASI Ny. R sudah keluar
meskipun sedikit, nyeri pada luka perineum. Pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ditemukan
kelainan semuanya dalam batas normal, TFU 3 jari dibawah pusat. Hal ini sesuia dengan teori
Nugroho (2014) Plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, berat uterus 750
gram, diameter uterus 12,5 cm. Ibu sudah mau makan, minum dan sudah BAK, hal tersebut
merupakan salah satu bentuk mobilisasi ibu nifas untuk mempercepat involusi uterus.
Pengeluaran pervaginan lochea rubra, sesuai dengan teori Nugroho (2014) Lochea rubra yaitu
waktu 1-3 hari, warna merah, ciri-ciri terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium dan sisa darah. Tindakan observasi penting dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi indikasi perdarahan postpartum.
Pada kunjungan 6 hari post partum keadaan umum ibu baik, hubungan ibu dan bayi
juga baik, ASI mulai banyak. Untuk pola BAB dan BAK tidak ada masalah. Pengeluaran
pervaginam lochea sanguinolenta. Pada Ny. S tidak ditemukan gangguan yang menyebabkan
masa nifasnya terhambat.
Pada 2 minggu post partum keadaan ibu dan bayinya baik, ASInya banyak, tidak terjadi
bendungan ASI, TFU sudah tidak teraba diatas sympisis. Menurut Nugroho (2014) hari
(minggu ke 2) post partum, tinggi fundus uteri tidak teraba, berat uterus 350 gram, diameter
uterus 5 cm. Pengeluaran pervaginam lochea Serosa keluar pada hari ke 7-14, warna
kekuningan/ kecoklatan, ciri-ciri lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta.
Pada 6 minggu post partum keadaan ibu dan bayinya dalam keadaan baik, tidak ada
bendungan ASI, lochea Alba, konterakai uterus baik dan Ny. S telah mendapat asuhan
mengenai alat kontrasepsi, namun Ibu masi belum berminat untuk mengikuti KB karena ibu
masih ingin membicarakannya dengan suami.
Pemeriksaan bayi baru lahir 6 jam tidak ditemukan kelainan, Ibu mengatakan bayinya
mau menetek tetapi sering menangis, namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang
normal, karena merupakan bentuk penyesuaian diri pada bayi baru lahir. Bayi sudah
dimandikkan, hal ini sesuai dengan teori Winkjosastro (2008) bahwa memandikan bayi harus
ditunda sampai 6 jam post natal untuk menghundari hipotermia pada bayi, pernafasan 44
x/menit, bunyi jantung 140 x/menit, pergerakan aktif, bayi menetek kuat, ini merupakan
tanda bahwa refleks hisap pada bayi tersebut positif dan kuat, bayi sudah BAK dan
meconium sudah keluar kondisi bayi tersebut kondisi tersebut normal karena pada bayi baru
lahir pola BAB dan BAK akan lebih sering, tali pusat bersih, tidak berbau, dan tidak ada
perdarahan kondisi tersebut menunjukan bahwa tali pusat tidak mengalami infeksi.
Pada usia 3 hari bayi Ny”S” sudah BAB 2 kali warnanya kuning dan sudah BAK 3 kali,
warna jernih, berat badan 3620 gram, suhu 36,7 oC, nadi 98x/menit, pernafasan 49x/menite.
Hasil pemeriksaan eliminasi bayi Ny “S” 3 kali kunjungan tidak mengalami gangguan sesuai
dengan batas normal.selama
Pada usia 14 hari bayi Ny”S” sudah BAB 1 kali warnanya kuning dan sudah BAK 2
kali, warna jernih, berat badan 3700 gram, suhu 36,9 oC, nadi 94x/menit, pernafasan
50x/menite. Hasil pemeriksaan eliminasi bayi Ny “S” 3 kali kunjungan tidak mengalami
gangguan sesuai dengan batas normal.selama
Pada 6 minggu pasca persalinan Ny. S telah mendapat asuhan mengenai alat
kontrasepsi, namun Ibu masi belum berminat untuk mengikuti KB karena ibu masih ingin
membicarakannya dengan suami. Tetapi setelah di observasi selama 1 minggu ibu tidak
segera melakukan KB, sehingga terjadi kesenjangan antara fakta dan teori. Dapat di artikan
bahwa ibu mengabaikan waktu yang optimal dalam menggunakan alat kontrasepsi pasca
melahirkan.
SIMPULAN
1. Kunjungan kehamilan pada Ny. S di lakukan sebanyak tiga kali dengan keluhan yang
masih fisiologis. G3P1011 usia kandungan 37-38 minggu sampai 38-39 minggu, tunggal,
hidup, intra uteri, letak kepala V, kesan jalan lahir baik, keadaan umum ibu dan janin
baik. Penatalaksanaan dan evaluasi yang di lakukan sesuai dengan keluhan-keluhan yang
di temukan saat melakukan pengkajian dan di dokumentasikan dengan menggunakan
SOAP.
2. Kunjungan persalinan di lakukan 1 kali pada saat ibu bersalin tanggal 01 Maret 2016 jam
04.45 WIB, usia kehamilan 39-40 minggu. Pada Kala I, kala II, tidak di temukan
masalah, pada kala III dilakukan tindakan plasenta manual, karena plasenta belum lahir
30 menit setelah bayi lahir dan pada kala IV tidak terjadi masalah. Diagnosa yang di
tegakkan sesuai dengan kala dalam persalinan. Penatalaksanaan dan evaluasi sesuai
dengan keluhan yang di temukan saat melakukan observasi dan di dokumentasikan
menggunakan SOAP.
3. Kunjungan nifas di lakukan 4 kali yaitu pada kunjungan I, II, III, dan IV ibu tidak
mengalami masalah. Pemeriksaan fisik normal, proses involusi berjalan normal.
Diagnose yang di tegakkan sesuai dengan fase pada masa nifas. Penatalaksanaan dan
evaluasi sesuai dengan diagnosa dan tahapan perawatan masa nifas selama melakukan
pemantauan masa nifas sejak 6 jam postpartum sampai dengan 6 minggu postpartum dan
di dokumentasikan menggunakan SOAP.
4. Kunjungan bayi baru lahir di lakukan sebanyak 3 kali, bayi lahir pada teanggal 01 Maret
2016 jam 08.05 WIB yang berjenis kelamin perempuan, BB 3600 gram, PB 49 cm.
Tidak ditemukan adanya cacat serta tanda bahaya, bayi telah diberikan salep mata dan
Vit Neo K 1Mg/0,5 cc, dan telah diberikan imunisasi HB0 usia 0 hari. Diagnosa yang di
tegakkan sesuai dengan masalah yang di temukan saat melakukan observasi.
Penatalaksanaan dan evaluasi yang di lakukan sesuai dengan diagnose dan tahapan
perawatan bayi baru lahir pada saat melakukan pemantauan sejak 6 jam bayi bayi lahir
sampai 2 minggu bayi baru lahir dan di dokumentasikan dengan menggunakan SOAP.
5. Pada kunjungan KB dilakukan 1 kali, yaitu tanggal 08 Maret 2016 keadaan ibu baik. Ny.
S usia 27 tahun calon akseptor KB. Penatalaksanaan yang di lakukan yaitu dengan
memberikan informasi yang obyektik dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi
seperti efektifitas, cara kerja, efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi dan
membantu ibu menentukan pilihan. Namun, setelah di lakukan evaluasi ibu masih belum
bersedia menggunakan KB karena masih sibuk merawat bayinya, dan di observasi
sampai 1 minggu ibu masih belum mau menggunakan alat kontrasepsi. Hal tersebut
mengindikasikan ibu mengabaikan saran yang sudah diberikan oleh tenaga kesehatan
untuk segera menggunakan alat kontrasepsi setelah 6 minggu postpartum guna mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, dengan menggunakan dokumentasi dalam
bentuk SOAP.
REKOMENDASI
1. Bagi Penulis
Di harapkan untuk menambah lagi keterampilan skil dalam menerapkan ilmu yang
sudah di dapat agar dapat menangani pasien lebih baik di kemudian hari.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan sarana dan prasrana yang lebih baik.
3. Teoritis
Di harapkan dapat menggali lebih banyak lagi teori-teori yang sudah ada sebagai
sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, et al. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Mandriwati. 2011. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Moegni, dr. Endy M. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta:WHO
Nugroho, Dr. Taufan. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pusta Sarwono Prawirohardo.
Rukmawati, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saputra. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksar.
Sondakh, Jenny J. S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Sunarti. 2013. Asuhan Kehamilan. Jakarta: In Media.
Varney, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, Gulardi. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPKALAMAT CORESPONDEN
Email
: [email protected]
Alamaet
: Desa Yosowilangun, Kabupaten Lumajang
No. Hp
:085331429653
Download