Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik /cahaya (foton) dari sumber radiasi. 1. Radiasi alpha (α) a. Partikel alpha berupa inti inti atom heliumdan bermuatan listrik positif sebesar 2x muatan electron. b. Daya ionisasi alpha sangat besar, 100x dari beta dan 10000 dari gamma. c. Daya tembusnya sangat kecil. d. Akan dibelokkan bila melewati medan listrik. e. Kecepatannya 1/100 – 1/10 kecepatan cahaya 2. Radiasi betha (β) a. Ada dua macam : β+(positron) dan β(electron). b. Daya ionisasinya lebih kecil dari alpha. c. Daya tembusnya lebih besar dari alpha. d. Karena sangat ringan maka akan dihamburkan bila melewati medium. e. Partikel beta akan dibelokkan bila melewati medan listrik atau medaln magnet. 3. Sinar gamma ϒ a. ϒ adalah radiasi elektromagnetik, terdiri dari foton yg energinya besar. Sinar ϒ dipancarkan dari nuklida tereksitasi. b. Daya ionisasi sangat kecil, sehingga daya tembusnya sangat besar. c. Kemampuan untuk menghasilkan fluoresensi dan kemampuan menghitamkan pelat potret lebih besar dibandingkan dengan partikel alpha dan beta. Radiasi berpengaruh pada organ atau jaringan tubuh yaitu: Darah dan Sumsum Tulang Merah Saluran Pencernaan Makanan Organ Reproduksi Sistem Syaraf Mata Kulit Tulang Kelenjar Gondok Paru-paru Hati dan Ginjal Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan kerja terhadap radiasi yang didalamnya antara lain mencantumkan bahwa : Setiap pekerja/calon pekerja radiasi wajib mendapatkan pemeriksaan/check kesehatan secara teliti dan menyeluruh oleh dokter yang ditunjuk oleh BATAN. Dalam hal terjadi kecelakaan, setiap instalasi atom diwajibkan mengambil tindakan dan menyelenggarakan pengamanan untuk keadaan darurat dan dalam semua tindakan pertolongan terhadap kecelakaan, keselamatan manusia diutamakan. Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1997 disebutkan bahwa setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan, ketentraman dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Tujuan : untuk melepaskan radionuklida yang menempel/melekat pada permukaan tubuh pada pekerja/masyarakat yang mengalami kecelakaan radiasi (pasien), juga mengurangi/meminimalkan jumlah dosis yang diterima oleh pasien tersebut akibat kontaminasi eksternal. Lapisan kulit bagian luar secara konstan diperbaharui dari lapisan dasamya. Sifat sel kulit yang selalu membelah merupakan keuntungan karena adanya proses dekontaminasi alami sehingga kontaminasi pada lapisan kulit paling atas akan hilang sejalan dengan regenerasi kulit. Namun proses tersebut membutuhkan waktu, sehingga perlu dilakukan dekontaminasi eksternal secepatnya. Hal ini untuk meminimalkan penyerapan radionuklida pada kulit sehingga dapat mencegah kontaminasi internal. 1. Koordinator tim yang bertugas sebagai pemimpin penasehat dan koordinator 2. Tim P3K PMKN/Tim emergensi/Tim AGD Kedaruratan Nuklir 3. Tim Dekontaminasi 4. Dokter tugasnya mendiagnosa, menanggulangi dan menyiapkan untuk tindakan medis selanjutnya 5. Petugas Triage melakukan pembagian kemana pasien untuk tindakan selanjutnya 6. PPR melakukan pengukuran dan memantau tingkat kontaminasi,membaca pendose tim pmkn 7. Perawat tugasnya membantu dokter 8. Analis laboratorium (laboratorium klinik bioassay) tugasnya menganalisa/ mencacah sampel biologis pasien 9. Petugas laboratorium Whole Body Counter (WBC) tugasnya memeriksa korban yang diduga terkontaminasi internal 10.Pencatat tugasnya mencatat dan mendokumentasikan data medis korban 11.Petugas administrasi bertugas pengadaan bahan dan alat 12.Petugas informasi 13. Petugas sekuriti : mengamankan ruang kedaruratan dari orang-orang yang tidak berkepentingan 1. Pakaian : celana panjang dan baju lengan panjang bermanset/overall 2. Penutup kepala 3. Masker 4. Pelindung mata 5. Sarung tangan karet (dua warna) 6. Shoe cover 7. Film badge 8. Pen dose 9. Plester perekat 10. Apron dari bahan plastik 11.Survey meter (khusus Petugas Proteksi Radiasi/PPR) Tujuan dari perlengkapan/pelindung tim adalah untuk menjaga agar anggota tim terlindungi dari kontaminan atau terbebas dari kontaminasi yang berasal dari pasien (badan, baju, sepatu, dll.). 1. Pakai celana panjang yang bermanset dibagian bawahnya (pergelangan kaki) dan baju lengan panjang bermanset dipergelangan tangannya 2. Kemudian pakai pelindung sepatu (shoecover) 3. Pakai masker 4. Pakai tutup kepala 5. Kemudian pakai sarung lapisan pertama, direkatkan ke manset baju dengan lakband 6. Pakai film badge yang diletakkan di dada sebelah kiri 7. Tim dekontaminasi siap untuk melakukan dekontaminasi eksternal. 8. Pakai apron dari bahan plastik 9. Pakai sarung tangan karet sebagai lapis kedua 10.Dengan bantuan asisten dipasangkan identitas dipunggung tim dekontaminasi (dokter, asisten, paramedis, pencatat, PPR) 11.Pakai (kaca mata) sebagai pelindung mata 12. Pakai pendos yang digantungkan disekitar leher dibagian luar baju agar memudahkan petugas PPR untuk mengambil dan membaca selama bekerja sebagai tim dekontaminasi eksternal. 1. Tim Dekontaminasi mendekati garis merah batas ruang Dekontaminasi 2. Lepaskan sarung tangan lapisan luar dan dimasukkan pada tempat yang sudah disiapkan 3. PPR melakukan pengukuran/survei pada kedua tangan tim Dekontaminasi 4. Lepaskan pendose dan film badge, masukkan kedalam kantong plastik 5. Lepaskan apron, masukkan kedalam kantong plastik 6. Lepaskan baju bedah/overall, masukkan kedalam kantong plastik 7. Lepaskan tutup kepala dan masker, dimasukkan kedalam tempat yang sudah disiapkan 8. Lepaskan shoe cover sebelah kiri dan masukkan kedalam kantong plastik, angkat kaki kiri dan disurvey oleh PPR, kalau dinyatakan bersih langkahkan kaki ke garis batas dan dilanjutkan dengan pelepasan shoe cover yang sebelah lagi dengan cara yang sama 9. Lepaskan sarung tangan lapis luar, masukkan kedalam kantong plastik 10.Dilakukan survey seluruh tubuh oleh petugas PPR yang berada di luar ruangan 11.Mandi 1. Ruang Triage 2. Ruang Dekontaminas 3. Kamar mandi (dekontaminasi mandiri) 4. Ruang rawat sementara 5. Ruang Laboratorium Klinik, Bioassay, Sitogenetik dan ruang Whole Body Counter (WBC) i 1. Menutupi lantai dengan kertas yang tidak mudah robek, pasang lackband pada setiap sambungan dan tepi 2. Membuat garis batas area dekontaminasi 3. Membatasi ventilasi, hal ini untuk mencegah kontaminan menyebar ke ruang lain 4. Menyiapkan lampu penerangan 5. Menyiapkan meja instrumen dilapisi plastik 6. Menyiapkan tempat tidur korban/sretcher dilapisi plastik 7. Menyiapkan tempat sampah dilapisi dengan kantong plastik 8. Pintu bagian luar dipasang tanda bahaya radias 1. Formulir korban Kecelakaan Radiasi/ Nuklir 2. Cairan pencuci yang steril seperti : aquabides, NaCl 0,9%, 3. Radiac wash 4. Betadin, phisohex, hidrogen peroksida, alkohol 5. Sabun cair pH netral 6. Botol plastik semprot 7. Kit P3K 8. Survey meter 9. Stetoskop 10.Tensimeter 11.Senter Badan Tenaga Nuklir Nasional 6 12.Minor surgery 13.Infus set 14.Spuit 10 cc 15.Duk disposable kedap air 16.Kassa, kapas 17.Pembalut. verband 18.Spidol 19.Lakband kertas 20.Lakband warna merah 21.Plastik transparan 22.Kantong plastik bening berklip ukuran 8x10 cm 23.Kantong plastik bening berklip ukuran 10x20 cm 24.Selimut 25.Baju ganti korban 26.Sikat halus/spons 27.Lidi kapas 28.Cotton bud 29.Survey meter dilapisi plastik 30.Stetoskop dilapisi plastik 31.Tensimeter, manset dilapisi plastik 32.Senter dilapasi plasti 1. Persipan Tim PMKN: Tim Dekontaminasi, Tim AGD ,Tim PPR dan Tim Pencatat 2. Persiapan Ambulans, ruang triase, ruang dekontaminasi, ruang laboratorium klinik, sitogenetik dan ruang WBC 3. Persiapan bahan dan alat perlengkapan Penanggulangan Medik Dekontaminasi Eksternal pada kedaruratan nuklir/kecelakaan radiasi 4. Penanganan di TKP 5. Pengangkutan pasien ke fasilitas ruang PMKN atau RS terdekat yang telah siap melakukan PMKN 6. Penyerahan korban ke tim Triase 7. Pensurveyan terhadap tim AGD sebelum meninggalkan ruang PMKN atau RS 8. Korban dibawa masuk ke ruang dekontaminasi untuk dilakukan dekontaminasi 9. Cara keluar korban dari ruang PMKN 10. Pemindahan korban ke ruang rawat sementara (bila perlu) 11. Pemindahan korban keruang WBC (jika perlu) 1. Segera koordinator memberi pengarahan kepada seluruh tim medis kedaruratan nuklir 2. Segera mempersiapkan bahan, alat dan ruang 3. Berpakaian lengkap 4. Tim AGD berangkat ke TKP dengan menggunakan ambulans yang sudah dipersiapkan 5. Sesampainya di TKP, segera tim AGD PMKN memeriksa keadaan umum korban dan memberikan pertolongan 6. PPR segera mengukur/ mensurvey korban dan segera beri tanda daerah kontaminasi 7. Pencatat segera mencatat data korban baik dari PPR ataupu dari tim AGD 8. Kemudian segera lepaskan pakaian korban 9. Setelah selesai pertolongan di TKP, maka segera korban dibawa ke Ruang penanggulangan Medik Kedaruratan nuklir/ RS terdekat yang telah siap menanggulangi korban darurat nuklir 10.Tim AGD melepaskan sarung tangan lapis luar dan dilakukan pengukuran oleh PPR 11.Selama diperjalanan korban dimonitor terus dan melaporkan ke koordinator tim PMKN 12.Setibanya di ruang PMKN, segera turunkan korban dari ambulans dan dibawa keruang triage (lantainya sudah dilapisi kertas yang tidak mudah robek dan direkatkan kelantai dengan menggunakan lakban), diruang triage korban segera dipindahkan ke blankar ruang PMKN dan segera diperiksa kembali keadaan umum dan PPR mensurvey korban kembali diikuti penyerahan data data korban kepada pencatat yang berada diruang PMKN. Di ruang triage ini menentukan apakah korban masuk ke ruang dekonmandiri, dekon rambut/kepala,atau dekontaminasi dengan bantuan tim medis 13.Segera korban didorong keruang Dekontamionasi (lantai dilapisi plastik yang tidak licin atau kertas yang tidak mudah robek, semua peralatan dilapisi plastik dan bahan dekontaminasi sudah siap) dan pintu ruang dekontaminasi segera ditutup dan beri tanda bahaya radiasi didaun pintunya 14.PPR segera mensurvey ambulans dan seluruh tim AGD, setelah dinyatakan bersih tidak terkontaminasi maka ambulans,tim AGD dan PPR TKP boleh meninggalkan Ruang PMKN, kalau dinyatakan terkontaminasi maka harus dilakukan dekontaminasi. 15. SegeraPPR mensurvei untuk menentukan lokasi daerah kontaminasi, kemudian 16. Paramedik menandai daerah kontaminasi dan pencatat segera mencatatnya. 17. Swab daerah kontaminasi dan dari berbagai lobang organik seperti hidung, mulut, telinga dan Ambil darah untuk dilakukan pengujian lymfosit absolut dan abrasi kromosom, kemudian masukkan ke dalam kantong plastik berklip, diberi identitas, serahkan sampel ke petugas yang berada di luar garis merah batas daerah kerja tim dekontaminasi, untuk dikirimkan ke laboratorium 18.Buka pakaian korban/ lakukan pengguntingan baju atau celana pada daerah yang terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi ke daerah lain ( apabila masih ada) 19.Masukkan semua barang, pakaian yang berasal dari pasien kedalam wadah yang sudah disiapkan 20.Pasang duk sebagai alas daerah kontaminasi dan pasang duk pada daerak 21.kontaminasi dan diberi perekat untuk mencegah cairan pencuci yang kemungkinan mengandung kontaminan mengalir ke bagian tubuh yang sebelumnya tidak terkontaminasi 22. Cuci dengan air yang mengalir, tampung limbah cairan pencuci kedalam tempat yang sudah disiapkan 23.Lakukan penggosokan dengan menggunakan sikat halus/spons yang sudah diberi sabun cair dengan arah melingkar dari tepi menuju ke dalam. Semua spons bekas pakai ditempatkan/dimasukkan kedalam kantong plastik 24.Lakukan pembilasan dengan air yang mengalir, tampung cairan bilasan kewadah yang sudah disiapkan, kemudian keringkan dengan kapas/kassa, kemudian dokter menganjurkan kepada PPR untuk mensurvey hasil dekontaminasi 25. PPR melakukan pengukuran/survey pada daerah yang telah dilakukan dekontaminasi. Apabila PPR menyatakan kontaminan masih ada dengan aktifitas yang lebih kecil/menurun, maka tim dekon mengganti sarung tangan bagian luar untuk melakukan dekontaminasi ulang 26.Pencatat melakukan pencatatan seluruh laporan dari Tim Dekontaminasi dan PPR 27.Lakukan pembacaan PENDOS tim Medis oleh PPR, apabila hasil pembacaan PENDOS menyatakan telah melampaui batas yang telah ditentukan, maka segera tim dekontaminasi digantI 28.Lakukan penggantian duk yang dipasang di daerah kontaminasi dengan yang baru 29. Lakukan penggosokan daerah kontaminasi dengan menambahkan sabun cair atau radiac wash dengan cara melingkar dari bagian luar ke bagian dalam daerah kontaminan 30.Alirkan limbah dan buanglah kassa/spons bekas ketempat yang sudah disiapkan 31.Lakukan pembilasan dengan air yang mengalir, alirkan limbah bilasan ketempat yang sudah disiapkan kemudian keringkan, dokter menganjurkan kepada PPR untuk mensurvey kembali hasil dekontaminasi 32.Lakukan survey oleh PPR dan hasilnya dicatat oleh pencatat 33.Bila hasil survey menunjukkan kontaminan masih ada maka dekontaminasi diulang dari mulai tahap pemasangan duk dan lakukan proses dekontaminasi dengan cairan radiac wash 34.Setelah tiga kali dilakukan dekontaminasi tapi masih belum hilang/bersih maka dekontaminasi ditunda/dibentikan 35. Apabila hasil survey PPR menyatakan sudah bersih dari kontaminan, maka dekontaminasi selesai 36. PPR melakukan pengukuran/survey seluruh tubuh korban/pasien sebelum keluar dari ruang PMKN, korban diberi pakaian ganti 37. Pindahkan korban/pasien ke blankar/stretcher ruang rawat sementara(apabila perlu perawatan sementara) 38. Korban/pasien dibawa keruang WBC untuk dilakukan counting untuk menentukan apakah ada kontaminasi interna atau tidak (apabila perlu) 39. Apabila korban/pasien tidak memerlukan perawatan sementara atau dilakukan pengukuran/counting dengan alat WBC, maka korban/pasien diperbolehkan pulang setelah diberi penjelasan oleh dokter tim dekontaminasi 40.PPR melakukan pengukuran/survey terhadap tim medis PMKN sebelum meninggal-kan/keluar dari ruang dekontaminasi (lihat tata cara tim Dekontaminasi keluar meninggalkan ruangan Dekontaminasi) 41. Jika kontaminasi masih menetap walaupun sudah dilakukan tiga kali proses dekontaminasi , bisa dilakukan dengan cara menempelkan/menutup dengan plester perekat pada daerah yang terkontaminasi dan setelah beberapa jam plester tersebut diangkat. Cara seperti ini diharapkan kontaminan akan melekat/ menempel pada plester. Atau bisa juga dilakukan dengan cara memberikan salep topical antiflogistik untuk tindakan dekontaminasi lekat, dengan cara salep dibiarkan menempel pada kulit yang terkontaminasi kemudian ditutup dan dibiarkan selama 24 – 48 jam, proses ini akan menyebabkan gradien osmosis yang akan memompa keluar radionuklida tersebut dari kulit. Selama waktu tersebut, pasien tetap harus berada di dalam ruang dekontaminasi. PPR harus selalu membaca PENDOS tim dekontaminasi setiap melakukan tahapan dekontaminasi Tim dekontaminasi harus selalu mengganti sarung tangan lapisan luarnya pada setiap tahapan Pencatat harus selalu mencatat setiap tahapan kegiatan tim dekon dan hasil survey PPR Metode yang digunakan sama dengan dekontaminasi eksternal. Lakukan penanganan luka yang mengancam jiwa. Apabila luka ringan dengan perdarahan sedikit, jangan dilakukan pemberhentian pendarahan, biarkan perdarahan mengalir dengan tujuan kontaminan ikut keluar (tidak masuk ke aliran darah) sehingga tidak terjadi kontaminasi internal. Kemudian lakukan dekontaminasi seperti metode Dekontaminasi Eksternal, yaitu : 1. Dipasang duk sebagai alas dan sekeliling daerah bagian luar luka yang terkontaminasi yang direkatkan untuk mencegah limbah yang mengandung kontaminan mengalir ke bagian kulit/tubuh sekitarnya. 2. Cairan pencuci yang digunakan harus steril. 3. Rasa sakit selama proses dekontaminasi dapat dikurangi dengan menggunakan agen anastetik pada permukaan. 4. Setiap melakukan satu tahap dekontaminasi sarung tangan dokter/tim medis dekontaminasi harus diganti dan petugas proteksi radiasi melakukan survey terhadap luka yang terkontaminasi untuk memastikan apakah kontaminan sudah terangkat atau belum 5. Monitor/survey juga dilakukan terhadap tim dekontaminasi dengan cara membaca Pendose yang dipakai, apabila dalam pembacaan terdapat nilai/angka yang melebihi dengan nilai yang sudah ditentukan maka personil tersebut segera keluar dari ruang dekontaminasi dan diganti oleh asisten lainnya. 6. Bila sudah dilakukan berulangkali tapi kontaminan masih ada, harus dipertimbangkan tindakan debrideman. Sementara luka ditutup/dibungkus dengan pembalut dan dikirim ke bagian bedah. 7. Apabila PPR telah menyatakan bersih dari kontaminan, maka selesailah Dekontaminasi Eksternal. 8. Spesimen urin, feses dan darah harus dikumpulkan untuk setiap kasus luka terkontaminasi agar analisis radiokimia dapat dilakukan dengan tujuan pemantauan apakah terjadi kontaminasi internal. 9. Korban dibawa keruang WBC untuk dilakukan pengukuran in-vivo dengan Whole Body Counter 10.Setelah dinyatakan bebas dari kontaminasi internal maka selesailah penanganan pasien. · Pastikan bola mata utuh · Pasang duk sekitar mata dan rekatkan · Cuci dengan air steril/NaCl 0.9% dengan menggunakan spuit secara berulang dengan cara arah air dari medial ke lateral · Limbah air cucian ditampung pada tempat yang sudah disediakan. · Monitor dan bila belum bersih, prosedur diulang kembali. · Pastikan membran tympani utuh · Pasang duk disekitar telinga · Kepala pasien dimiringkan ke arah luar telinga yang terkontaminasi · Cuci dengan air steril/NaCl 0.9% dengan menggunakan spuit · Limbah air cucian ditampung pada tempat yang sudah disediakan · Ukur hasil dekontaminasi dengan survey meter dan bila belum bersih diulang kembali. · Putar kepala ke samping atau ke bawah sesuai dengan yang dimungkinkan oleh kondisi pasien. Cuci hidung perlahan dengan air steril/NaCl 0.9% secara berulang. · Monitor, apabila masih belum bersih prosedur diulang kembali. · Cuci hidung perlahan dengan air steril/NaCl 0.9% secara berulang. · Monitor, apabila masih belum bersih prosedur diulang kembali. · Jika pasien sadar, sikat gigi secara hati hati dan kumur dengan air steril/NaCl 0.9% secara berulang · Bila perlu lakukan penyedotan (suction) secara berulang dan harus dihindari masuknya air kedalam lambung. · Monitor, apabila masih belum bersih prosedur diulang kembali. · Pasang duk kedap air yang berperekat antara rambut dan muka/kulit untuk mencegah air cucian mengalir ke muka/kulit sekitarnya. · Cucilah dengan air yang mengalir lalu tambahkan shampo kemudian dibilas. · Monitor, apabila masih belum bersih dapat diulang kembali. · Apabila kontaminasi masih menetap maka potonglah rambut, hindari pencukuran pada kulit kepala untuk menghindari perlukaan kulit kepala · Sabun cair pH balans untuk kulit dan shampoo tanpa kondisioner untuk rambut · Larutan kelasi : larutan EDTA 10% untuk kulit atau rambut yang terkontaminasi transuranium, logam tanah jarang dan logam transisi. · DTPA 1% dalam larutan asam (pH sekitar 4) untuk pencucian kulit setelah terkontaminasi transuranium, unsur lantanida atau logam (kobalt, besi, seng, mangan). · Kalium Permanganat 5% dalam air (oksidator untuk melepaskan lapisan korneal superfisial kulit) harus dilakukan dengan hati-hati : § tidak dianjurkan untuk muka, lubang tubuh dan daerah genital § digunakan jika pencucian biasa tidak efektif § harus diikuti dengan pencucian reduktor dan dibilas dengan air. · Hidroksilarnin atau natrium hifosulfit, 5% dalam larutan cair dan segar. Merupakan larutan reduktor yang digunakan setelah pemakaian KIMNO4 atau larutan lugol, dan dilanjutkan dengan pembilasan memakai air. · Larutan NaCl isotonis untuk mata. · Larutan lugol (50 mg iodin dalam 100 mg KI per inililiter) untuk kontaminasi lodium; harus diikuti dengan pemakaian natrium hiposulfit dan dibilas dengan air. · Larutan asam asetat (pH 4-5) atau larutan cuka, untuk kontaminasi oleh 32P ; dicuci dan dibilas dengan air. · Larutan isotonis bikarbonat 1,4% untuk menghilangkan kontaminasi uranium