MAKALAH KONSEP DASAR PENYESUAIAN DIRI DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV 1. RABIATUL ADAWIYAH (E1M0170) 2. RESTU HIDAYANTI (E1M0170) 3. ROHANA SOPIATI (E1M0170) 4. ZUHRATUL IMTIHAN (E1M017083) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2019 LATAR BELAKANG Makhluk sosial merupakan predikat yang melekat pada manusia, status tetap sebagai makhluk yang tidak akan mungkin mampu hidup sendiri dimuka bumi ini. Karenanya sang pencipta menciptakan makhluk hidup yang lainnya agar manusia mampu hidup berdampingan di muka bumi ini dengan makhluk lainnya. Untuk dapat menjalani kehidupan dimuka bumi, maka induvidu harus mampu beradaptasi dan mau belajar untuk mengenal lingkungannya. Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luarsekolah anak memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu anak secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan mampu menyesuaikan diri, Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktorfaktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Jika ditinjau dari konsep dari penyesuaian diri itu sendiri, tentu merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orangorang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya agar induvidu tersebut terhindar dari segala problematika dalam kehidupannya. Untuk itu perlunya pemahaman akan pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri, faktorfaktor yang mempengaruhi proses serta bagaimana implikasi proses penyesuaian anak terhadap penyelenggaraan pendidikan. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PENYESUAIAN DIRI Penyusaian diri adalah suatu proses yang mencangkup respon-respon mental dan behavioral yang di perjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhankebutuhan internal, kegagaln, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dalam diri individu dengan tuntunan dunia luar atau lingkungan tempat indvidu berada. Menurut Ali & Asrori (2012:173-175), penyesuaian diri dalam bahsa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation) Dilihat dari latar belakang perkembangannya, pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adapatsi lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologia, atau biologis. Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya di artikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik aja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya adanya kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Pada hal, dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan, keberadaan keperibadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan. (Ali & Asrori 2012:173). b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity) Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus dapat menghindar dari diri penyimpangan prilaku baik secara moral, sosial maupun emosional, Ali & Asrori(2012:173-174). c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) Usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merancang dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konfilkonfil, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dan mengembangkan diri sehingga dorongan emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Namun demikian, pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery) mengandung kelemahan, yaitu menyamarkan semua individu. Pada hal, kapasitas individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama, (Ali & Asrori:2012:174). Menurut Musthafa Fahmi (dalam Sobur, 2010:526) penyesuaian adalah “suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan untuk mendapat hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan”. Selanjutnya menurut James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (dalam Sobur 2010:526) bahwa “peneyusaian dapat didefinisikan sebagai intraksi anda yang kontinyu dengan diri anda sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia anda”. Dengan demikian, semakin tampak bahwa penyesuaian diri dilihat dari pandangan psikologis pun memiliki makna yang beragam. Selain itu, kesulitan lain yang muncul adalah bahwa penyesuaian diri tidak dapat dinilai baik atau buruk, melainkan semata-mata hanya menunjukkan kepada cara bereaksi terhadap tuntutan internal atau situasi eksternal, Sobur(2010:526). Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (well adjusted person) jika kemampuan melakukan respon-respom yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respon-respon yang dilakukan sesuai dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya, Ali &Asrori (2012:176). Menurut Schneiders (dalam Agustini, 2006:146) mengemukakan bahwa “penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang di alami di dalam dirinya”. Selanjutnya pandangan Neo Freudian (dalam Agustiani, 2006:150).ciri dari penyesuaian diri yang baik adalah “perkembangan menyeluruh dari potensi individu secara sosial dan kemampuan untuk membentuk hubungan yang hangat dan peduli terhadap orang lain. H. Sunarto & Ny.B.Agung hartono (dalam Rumini & Sundari, 2004:68) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik, yaitu: a) b) c) d) e) f) g) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional Tidak menunjukkan adanya mekanisme peikologi Tidak adanya frustasi pribadi Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri Mampu dalam belajar Menghargai pengalaman Bersikap realistis dan objektif Penyesuaian diri yang salah terdiri atas bentuk reaksi bertahan, reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri dari kenyataan, dan penyesuaian yang potologis. Yusuf & Nurihsan (2012:212) menjelaskan: a. Reaksi bertahan diri (defense reaction) Yaitu suatu usaha bahwa dirinya tidak mengalami kegagaln, meskipun sebenarnya mengalami kegagaln atau kekecewaan. Bentuk reaksi bertahan ini antara lain: a) Konpensasi : menutup kelemahan dalam satu hal, dengan cara mencari kepuasaan dalam bidang lai; b) Sublimasi : menutup atau mengganti kelemahan atau kegagalan dengan cara atau keinginan yang mendapatkan pengakuan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat; c) Proyeksi : melemparkan sebab kegagaln dirinya kepada pihak lain. Yusuf & Nurihsan (2012:212) b. Reaksi menyerang (aggressive reavtion) Yaitu suatu usaha untuk menutupi kegagalan dan tidak mau menyadari kegagaln dengan tingkah laku yang bersifat menyerang. Reaksi yang muncul antara lain berupa : a) Senang membenarkan diri sendiri b) Senang mengganggu orang lain c) Menggertak dengan ucapan atau perbuatan d) Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka e) Keras kepala f) Balas dendam g) Marah secara sadis. H. Sunarto & B. Agung Hartono (dalam Rumini dan sundari, 2004:69). Sedangkan menurut M. Surya (dalam Yusuf & Nurihsan, 2012:219) menjelaskan bahwa reaksi yang muncul antara lain : a) Selalu membenarkan diri sendiri b) Mau berkuasa di setiap situasi c) Mau memiliki segalanya d) Bersikap senang mengganggu orang lain e) Menggertak baik dengan ucapan atau perbuatan f) Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka g) Menunjukkan sikap menyerang dan merusak h) Keras kepala i) Bersikap balas dendam j) Memperkosa hak orang lain k) Bertindak serampangan l) Marah secara sadis c. Reaksi melarikan diri dari kenyataan (ascape reaction) Yaitu, usaha melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksi itu Nampak dalam bentuk mereaksikan keinginan yang tidak dicapai, reaksi itu antara lain berupa : a) Banyak tidur b) Minum-minuman keras c) Pecandu ganja atau narkoba d) Regresi/kembali pada tingkat perkembangan yang lalu. H. Sunarto & B. Agung Hartono (dalam Rumini & Sundari 2004:69) Yusuf dan Nurihsan (2012:219) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk reaksi ascapedi antaranya : a) Berfantasi-melamun b) Banyak tidur atau tidur yang potologis : narcoplacy, yaitu kebiasaan tidur yang tidak terkontrol c) Meminum-minuman keras d) Bunuh diri e) Menjadi pecandu ganja,narkotika, shabu-sahbu, atau estacy dan regresi. d. Penyesuaian yang potologis Yaitu bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit (hospitalaized). Yang termasuk penyesuaian yang potologis ini adalah “neurosis” dan “psikosis”. Jika individu gagal dalam penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada situasi salah usai. Gejala salah usai akan di manifestasikan dalam bentuk tingkahlaku yang kurang wajar atau kelainan tingkah laku, Yusuf & Nurihsan (2012: 221). B. FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN DIRI Menurut Schneider's (dalam kusdiuati, dkk.2011) faktor yang menghambat penyesuaian diri adalah : a. Keadaan Fisik Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. b. Perkembangan dan kematangan Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infatil dalam merespon c. Keadaan psikolog Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatar belakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. d. Keadaan Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu dalam melakukan penyesuaian diri. e. Tingkah religiustas dan kebudayaan Religiustas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi dan dan ketegangan psikis lain. Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dikelompokkan menjadi dua kelompok menurut Soeparwoto (2004) yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal 1. Motif, merupakan dorongan-dorongan sosial seperti dorongan untuk berprestasi, dorongan untuk menjadi lebih unggul didalam lingkungan, dorongan untuk bersosialisasi. 2. Self-concept atau konsep diri, bagaimana individu memandang dirinya sendiri serta sikap yang dimilikinya, baik terkait degan dimensi fisik, karakteristik individual dan motivasi diri. Selain itu, 17 meliputi kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh dirinya, dan juga kekurangan atau kegagalan dirinya. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan mampu menyesuaiakan diri dan menyenangkan dibandingkan dengan individu yang memiliki konsep diri yang buruk. 3. Persepsi, adalah proses pengamatan dan penilaian melalui kognitif maupun afeksi individu terhadap objek, peristiwa dalam pembentukan konsep baru. 4. Sikap, merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak. Individu dengan sikap yang baik cenderung lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dibandingkan dengan individu yang memiliki sikap tidak baik. 5. Intelegensi dan minat, intelegensi sebagai langkah awal dalam berinteraksi atau proses penyesuaian diri, dengan intelegensi individu dapat menganalisis dan menalar, selain itu degan adanya minat terhadap sesuatu akan membatu mempercepat proses penyesuaian diri individu. 6. Kepribadian, prinsipnya individu yang memiliki kepribadian ekstrovert cenderung mudah menyesuaiakan diri dibandingkan dengan individu yang memiliki kepribadian introvert. b. Faktor eksternal 1. Keluarga Keluarga merupakan pintu awal individu dalam belajar berinteraksi dengan individu lainnya. Pada dasarnya pola asuh akan menentukan kemampuan penyesuaian diri individu, keluarga yang menganut pola asuh demokrasi akan memberikan kesempatan lebih kepada individu untuk berproses dalam penyesuaian diri secara lebih baik. 2. Kondisi Sekolah Sekolah dengan lingkungan kondusif akan sangat mendukung individu agar dapat bertindak dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya secara selaras. 3.Kelompok Sebaya Kelompok sebaya akan mempengaruhi proses penyesuaian diri individu, kelompok sebaya dapat menjadi sarana yang baik dalam proses penyesuana diri. Namun, ada juga yang sebaliknya sebagai penghambat proses penyesuaian diri individu. 4.Prasangka Sosial Prasangka sosial akan menghambat proses penyesuaian diri individu apabila masyarakat memberikan label yang negatif kepada individu seperti nakal, suka melanggar peraturan, menentang orang tua dan sebagainya. 5. Hukum dan Norma Hukum dan norma akan membentuk penyesuaian diri yang baik, apabila masyarakat konsekuen dalam menegakkan hokum dan norma yang berlakku di dalam masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyesuaian diri yang dapa mempengaruhi penyesuaian diri adalah; faktor 20 internal yang meliputi motivasi berprestasi dan motivasi bersosialisasi, konsep diri, persepsi, sikap, intelegensi, minat serta kepribadian. Faktor eksternal hal ini berkaitan dengan keluarga, kelompok sebaya, kondisi sekolah. C. PERMASALAHAN SISWA Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga. Sebagai contoh, sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam: 1. Pertama penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn, “Bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata”. 2. Kedua Masalah yang timbul dari teman remaja; perpindahan ketempat/ masyarakat baru, berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam mencari/ membentuk persahabatan dengan hubungan social yang baru. Mungkin remaja berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah keskolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mamapu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru, sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu. 3. Ketiga Penyesusaian diri remaja dengan kehidupan disekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru- guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara laim adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya. Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antaralain memilih sekolah. Jika kita mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik, seyogyianya kita tidak mendikte mereka agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai keinginan kita. Orangtua/ peendidik hendaknya mengarahkan pilihan sekolah sesuai dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos, dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orangtuanya untuk masulk sekolah yang tidak ia sukai. D. UPAYA PENANGGULANGAN Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa anak. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itulah disetiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan Konseling untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah: 1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis. 2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak. 3. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya. 4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar. 5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar. 6. Menurut Ryans dalam Garrison, 1956, Karena di sekolah guru merupakan figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai berikut a. Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan kelas. b.Ramah (cheerful) dan optimistis. c. Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya. d. Senang kelakar, mempunyai rasa humor. e. Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri. KESIMPULAN 1. Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. 2. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri. 3. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi anak dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahanpermasalahan penyesuaian akan muncul bagi anak yang sering pindah tempat tinggal. 4. Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya. SARAN Pendidik ataupun orang tua harus memahami keadaan anaknya sehingga pendidik atau orang tua mampu mengarahkan anaknya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor-faktor yang berpengaruh pada proses penyesuaian diri anaknya serta lingkungan dimana tempat anak berhubungan sosial atau berinteraksi sosial.