NYERI RADICULAR CERVICAL Pengertian Nyeri yang menjalar dari regio leher ke daerah ekstremitas atas, yang dirasakan seperti rasa tersengat listrik, yang disebabkan karena iritasi atau kerusakan saraf spinal cervical Patogenesis Aktifitas ektopik pada serabut afferent nosisepsi di serabut saraf spinalis atau pada akar saraf serabut spinalis cervical, atau mekanisme neuropatik lainnya. Anamnesis Nyeri radicular yang ditandai dengan nyeri pada leher yang menjalar ke bahu, lengan atas, kadang-kadang sampai ke tangan. Penyebaran mengikuti pola dermatom persyarafan, seperti dermatom C4 melibatkan leher dan daerah suprascapular; dermatom C5 meliputi penyebaran ke daerah lengan atas; pada dermatom C6-C7 penyebaran meliputi daerah leher, bahu, lengan dan tangan. Penyebaran terjadi pada struktur yang dipersarafi akar saraf seperti otot, ligamen, sendi, dan kulit. Pemeriksaan fisis Tes sensasi, kekuatan motorik, dan refleks tendon Tes Spesifik : Neck Compression Test ( Spurling Test) Shoulder abduction Test, Axial Manual traction Test Pemeriksaan Penunjang - CT scan MRI : Untuk melihat struktur dari tulang pada vertebral cervical. : Untuk melihat lesi pada jaringan lunak, penonjolan diskus intervertebralis,penekanan dan iritasi nerve root, penyempitan foramen intervertebralis, dan jaringan sekitarnya. Diagnostik selective nerve root block, untuk mengetahui segmen cervical penyebab utama sumber nyeri. Diagnosis Banding Nyeri pada sendi facet cervical,sendi bahu, Infeksi, penyakit vaskular, tumor Tata Laksana Penanganan konservatif : - NSAID : golongan oxicam, golongan asam propionat, antranilat bila tidak ada kontra indikasi - COX2 Inhibitor : celecoxib, valdecoxib - Obat Neuropatik : carbamazepin, gabapentin,pregabalin - Terapi Rehabilitasi Tindakan Intervensi : Epidural Corticosteroid : Teknik Interlaminer atau transforaminal dengan penuntun fluoroskopi Radiofrekuensi ablasi pada Dorsal Root Ganglia, thermal dan pulsed rediofrekuency Pembedahan: Pada nyeri yang refrakter dengan terapi sebelumnya, atau pada nyeri radikulopatik (nyeri radikular yang disertai dengan kelemahan motorik )akibat penekanan pada spinal cord (myelomalacia) Spinal Cord Stimulation Tingkat Evidence Teknik Interlaminar corticosteroid administration Transforaminal corticosteroid administration Radiofrequency treatment adjacent to the dorsal root ganglion (DRG) Pulsed radiofrequency treatment adjacent to the DRG Spinal cord stimulation Skor 2B+ 2B2B+ 1B+* 0 Kepustakaan - Jan VZ, Marc H, Jacob P, Arno L, Nagy M, Marteen van K. Evidence-Based interventional pain medicine. Cervical Radicular Pain. 2012;4:18-29 - Rathmell JP, Aprill C, Bogduk N. Cervical transforaminal injection of steroids. Anesthesiology. 2014;100:1595-1600 Abdi S, Datta S, Trescot AM, et al.Epidural steroids in the management of chronic spinal pain: a systematic review. Pain Phsysician. 2007;10:185-212 Abbasi A, Malhotra G, Malanga G, Elovic EP, Kahn S. Complications of interlaminar cervical epidural steroid injections: a review of the literature. Spine. 2007;32:2144-2151 NYERI PADA FACET CERVICAL Pengertian Nyeri pada daerah belakang kepala hingga area segmen thoracal pertama . Nyeri dirasakan kadang menjalar disekitar leher, kepala, bahu, hingga lengan atas, namun kadang hanya dirasakan pada leher dan tidak menjalar. Patogenesis Penyebab nyeri masih tidak jelas, tetapi berhubungan intensitas pekerjaan yang cukup tinggi yang melibatkan sendi facet pada leher. Adanya proses degeneratif dan penyempitan pada diskus intervertebralis cervical menyebabkan beban yang cukup berat pada sendi facet. Anamnesis Nyeri di sekitar leher, bersifat unilateral, biasanya menjalar tetapi tidak melewati bahu, nyeri memberat apabila gerakan rotasi dan retrofleksi. Pemeriksaan fisis Tes neurologis meliputi refleks, sensoris dan fungsi motorik Pemeriksaan pada pergerakan leher baik pasif maupun aktif meliputi : Fleksi dan ekstensi, lateral fleksi,rotasi, rotasi dengan fleksi maksimal, rotasi dengan ekstensi. Nyeri tekan pada sendi facet. Pemeriksaan Penunjang Foto Polos regio cervical untuk melihat proses degeneratif CT scan : Untuk melihat struktur dari tulang pada vertebral cervical MRI : Untuk melihat lesi pada jaringan lunak, penonjolan diskus intervertebralis,penekanan dan iritasi nerve root, penyempitan foramen intervertebralis, dan jaringan sekitarnya terutama adanya hipertropi maupun efusi pada sensi facet Diagnostic Block pada intraarticular sendi facet atau serabut saraf ramus medialis sendi facet, dimana bila 50 persen nyeri berkurang menandakan bahwa sumber nyerinya adalah dari sendi facet Diagnosis Banding Nyeri radicular cervical,sendi bahu, Infeksi, penyakit vaskular, tumor Tata Laksana Konservatif : NSAID : golongan oxicam, golongan asam propionat, antranilat bila tidak ada kontra indikasi COX2 Inhibitor : celecoxib, valdecoxib Terapi Rehabilitasi Medik , Terapi mobilisasi Interventional : Intraarticular steroid injection Percutanues infiltration of ramus medialis nervus medial branc Percutaneus facet denervasi dengan radiofrekuensi ablasi Tingkat Evidence Teknik Intra-articular injections Therapeutic (repetitive) cervical ramus medialis (medial branch) of the cervical ramus dorsalis block (local anesthetic with or without Skor 0 2B+ corticosteroid) Radiofrequency treatment of the ramus madialis (medial branch) of the cervical ramus dorsalis 2C+ Kepustakaan - Marteen van E, Jacob P, Arno L et al. Evidence-Based interventional pain medicine. Cervical Facet Pain. 2012;5:31-38. - Guzman J, Hurwitz EL, Carroll LJ, et al. A new conceptual model of neck pain: linking onset, course, and care: the bone and joint decade 2000-2010 task force on neck pain and its associated disorders. Spine.2008;33:S14-S32. - Bogduk N, McGuirk B. Management of Acute and Chronic Neck Pain. Pain Research and Clinical Management. Philadelphia, PA: Elviser;2006. - Manchikanti L, Boswell MV, Singh V, et al. Comprehensive evidence-based guidelines for interventional techniques in management of chronic spinal pain. Pain Physician.2009;12:699-802 NYERI RADIKULAR LUMBOSACRAL Pengertian Nyeri yang menjalar dari daerah pinggang ke arah bawah sesuai dengan persyarafan dermatom lumbal dan sakrum, yang dapat disertai dengan adanya penurunan fungsi motorik. Patogenesis Aktifitas ektopik pada serabut afferent nosisepsi pada serabut saraf spinalis atau pada akar saraf serabut spinalis, atau mekanisme neuropatik lainnya. Aktifitas ektopik ini disebabkan karena ada nya iritasi serabut saraf yang biasanya disebabkan karena adanya penonjolan diskus. Anamnesa Nyeri radicular pada pinggang, yang terasa tajam, tumpul, terbakar, atau seperti dipukul yang disebabkan karena adanya penonjolan diskus yang memberat apabila perubahan posisi seperti duduk, batuk, atau latihan yang melibatkan diskus dari regio loumbal, dan berkurang apabila berjalan, atau berbaring. Pemeriksaan fisis: 2. Pemeriksaan Motorik 3. Pemeriksaan Sensorik 4. Pemeriksaan Reflek Fisiologis 4. Pemeriksaan Reflek Patologis 5. Pemeriksaan Tonus otot 6. Pemeriksaan Autonomic Nervous System 7. Pemeriksaan khusus : Lasegue’s test, Cram test, Crossed straight leg raising test, FABER (Flexion Abduction External-Rotation) test Pemeriksaan Penunjang Foto Polos regio lumbal untuk melihat proses degeneratif CT scan: Untuk melihat struktur dari tulang pada vertebral lumbal MRI : Untuk melihat lesi pada jaringan lunak, penonjolan diskus intervertebralis,penekanan dan iritasi nerve root, penyempitan foramen intervertebralis, dan jaringan sekitarnya Diagnostik selective nerve root block, untuk mengetahui segmen penyebab utama sumber nyeri Diagnosa banding Cauda Equina syndrom, Fraktur Kompresi pada regio lumbal, Nyeri yang menjalar tetapi tidak bersifat dermatomal ( pielonefritis, kolesistitis, endometriosis, appendisitis ) Tata Laksana Konservatif : NSAID : golongan oxicam, golongan asam propionat, COX2 Inhibitor : celecoxib, valdecoxib antranilat, bila tidak ada kontra indikasi Obat Neuropatik : carbamazepin, gabapentin,pregabalin Terapi Rehabilitasi Terapi Intervensi - Epidural Corticosteroid : Teknik Interlaminer atau transforaminal dengan penuntun fluoroskopi Radiofrekuensi ablasi pada dorsal root ganglia dengan pulse maupun thermal radifrequency Adhesiolisis pada kasus spinal stenosis dan nyeri pasca bedah spine ( FBSS ) Pembedahan: Pada nyeri yang refrakter dengan terapi sebelumnya, atau pada nyeri radikulopatik akibat penekanan pada spinal cord (myelomalacia) yang menyebabkan gangguan motorik dan otonomik. Spinal Cord Stimulation Tingkat Evidence Teknik Interlaminar corticosteroid administration Transforaminal corticosteroid administration in “contained herniation” Transforaminal corticosteroid administration in “extruded harniation” Radiofrequency lesioning at the level of the spinal ganglion (DRG) Pulsed radiofrequency treatment at the level of the spinal ganglion Spinal cord stimulation (FBSS only) Adhesiolysis-epiduroscopy Assessment 2B± 2B+ 2B2A2C+ 2A+ 2B± Kepustakaan Koen VB, Jianguo C, Jacob P, et al. Evidence-Based interventional pain medicine. Lumbosacral Radicular Pain. 2012;11:71-82 Tarulli AW, Raynor EM. Lumbosacral radiculopathy. Neurol Clin.2007;25:387-405 Koes BW, van Tulder MW, Peul WC. Diagnosis and treatment of sciatica.BMJ.2007;334:1313-1317 Hagen KB, Jamtvedt G, Hilde G, Winnem MF. The update Cochrane review of bed rest for low back pain and sciatica.Spine.2005;30:542-546 NYERI PADA SENDI FACET LUMBAL Pengertian Nyeri pada pinggang yang dirasakan tidak menjalar, dan nyeri ini dirasakan memberat pada gerakan fleksi dan berkurang pada posisi duduk. Patogenesis Disebabkan karena ada nya proses inflamasi pada sendi facet, proses inflamasi ini disebabkan karena proses yang berulang ulang pada penggunaan sendi facet berlebih. Proses inflamasi ini menyebabkan penyempitan dari kanalis spinalis dari posterior foramen sehingga mengiritasi akar saraf spinalis. Anamnesa Nyeri pada sekitar pinggang , biasanya tidak menjalar, kecuali disertai dengan penonjolan diskus, lebih sering bersifat unilateral, nyeri dirasakan memberat pada gerakan ekstensi dan rotasi, dan berkurang pada posisi duduk. Dapat ditemukan nyeri aksial pada perubahan posisi dari baring ke duduk atau duduk ke berdiri. Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan palpasi : nyeri tekan pada daerah paravertebral Pemeriksaan meliputi gerakan gerakan dari sendi facet, menggunakan Revel Criteria yaitu : 1. Nyeri tidak memberat pada saat batuk 2. Nyeri tidak memberat pada saat meluruskan badan dari fleksi 3. Nyeri tidak memberat pada saat hiperekstensi 4. Nyeri membaik pada saat posisi berbaring. Pemeriksaan Penunjang Foto Polos regio lumbal untuk melihat proses degeneratif - - CT scan: Untuk melihat struktur dari tulang pada vertebral lumbal MRI :Untuk melihat lesi pada jaringan lunak, penonjolan diskus intervertebralis,penekanan dan iritasi nerve root, penyempitan foramen intervertebralis, dan jaringan sekitarnya terutama adanya hipertropi dan efusi pada sendi facet . Diagnostic Block pada intraarticular sendi facet atau serabut saraf ramus medialis nervus medial branch yang mempersarafi sendi facet, dimana bila 50 persen nyeri berkurang menandakan bahwa sumber nyerinya adalah dari sendi facet Diagnosa banding Nyeri Radikular lumbal, Nyeri diskogenic regio lumbal, sacroiliac joint patologic, nyeri myofascial Tata Laksana Konservatif : NSAID : golongan oxicam, golongan asam propionat, antranilat, bila tidak ada kontra indikasi COX2 Inhibitor : celecoxib, valdecoxib Obat Neuropatik : carbamazepin, gabapentin,pregabalin Terapi Rehabilitasi Interventional : - Intra-articular steroid injection - Percutaneus infiltration of ramus medialis - Percutaneus facet denervasi dengan pulse maupun thermal radiofrequency Tingkat Evidence Teknik Intra-articular injections Radiofrequency treatment of the rami mediales (medial branches) and L5 primary rami dorsales Assessment 2B± 1B+ Kepustakaan - Marteen van K, Pascal V, Steven P Cohen, et al. Evidence-Based interventional pain medicine. Pain Orginating from the Lumbar Facet Joints. 2012;12:87-92. - Manchikanti L, Manchikanti KN, Cash KA, Singh V, Giordano J. Age-related prevalence of facet-joint involvement in chronic neck and low back pain. Pain Physician.2008:11:67-75. - Cohen SP, Argoff CE, Carragee EJ. Management of low back pain.BMJ.2008;337:a2718. - Van Zundert J, Vanelderen P, Kessels A. Re:Chou R, Atlas SJ, Stanos SP, et al. Nonsurgical interventional therapies for low back pain: a review of the evidence for an American Pain Society clinical practice guideline.Spine. (Phila Pa 1976) 2009;34:1087-1093.Spine (Phila Pa 1976) 2010;35:841;author reply 841-842. NYERI PADA SACROILIAC JOINT Pengertian Nyeri pada daerah sacroiliac joint , nyeri disebabkan karena penekanan pada daerah sacroiliac, atau karena gerakan yang berlebihan yang melibatkan sacroiliac joint, yang hilang dengan penyuntikan anestesi lokal pada sacroiliac joint. Patogenesa Adanya proses intraarticular seperti infeksi, arthritis, malignancy. Proses ekstraarticular meliputi Fraktur, trauma pada ligament, nyeri miofasial. Anamnesa Nyeri pada daerah gluteus yang menjalar ke ekstremitas bawah hingga ke jari jari kaki. Pemeriksaan fisis 1. Compression test 2. Distraction test 3. Patrick Sign Pemeriksaan Penunjang CT scan merupakan pilihan utama pada nyeri sacroiliac untuk melihat kelainan pada sendi sacroiliac. Diagnostic Block pada intraarticular sendi sacroiliac, dimana bila 50 persen nyeri berkurang menandakan bahwa sumber nyerinya adalah dari sendi sacroiliac Diagnosa banding Lumbar nerve root compression, nyeri pada hip, Piriformis syndrom, nyeri miofasial, Nyeri yang menjalar tetapi tidak bersifat dermatomal ( pielonefritis, kolesistitis, endometriosis, appendisitis . Tata Laksana Konservatif : - NSAID indikasi - COX2 Inhibitor : golongan oxicam, golongan asam propionat, antranilat, bila tidak ada kontra : : celecoxib, valdecoxib carbamazepin, gabapentin,pregabalin Terapi Rehabilitasi Interventional : - Intraarticular steroid injection - Radiofrequency Ablasi pada rami dorsalis dan lateralis -ObatNeuropatik Tingkat Evidence Teknik Therapeutic intra-articular injections with corticosteroids And local anesthetic Radiofrequency (RF) treatment of rami dorsales and laterals Pulsed RF treatment of rami dorsales and rami laterales Cooled RF treatment of rami laterales Assessment 1B+ 2C+ 2C+ 2B+ Kepustakaan - Pascal V, Karolina S, Steven P. Cohen, et al. Evidence-Based interventional pain medicine. Sacroiliac Joint Pain. 2012;13:96-101. - Cohen SP. Sacroiliac joint pain: a comprehensive review of anatomy, diagnosis, and treatment. Anesth Analg.2005;101:1440-1453. - Burnham RS, Yasui Y. An alternate method of radiofrequency neurotomy of the sacroiliac joint: a pilot study if the effect on pain, function, and satisfaction. Reg Anesth Pain Med. 2007:32:12-19. - Ferrante FM, King LF, Rochë EA, et al. Radiofrequency sacroiliac joint denervation for sacroiliac syndrome. Reg Anesth Pain Med. 2003;28:113-119 NYERI KANKER Pengertian Nyeri kanker adalah nyeri pada pasien kanker akibat perkembangan tumornya dan terapi yang diberikan. Patogenesa Nyeri kanker dapat berupa nyeri nosiseptive akibat adanya inflamasi, kerusakan jaringan dan pelepasan mediator-mediator yang merangsang nosiseptor baik oleh tumornya maupun akibat tindakan seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Nyeri neuropatik dapat juga terjadi akibat adanya kompressi pada saraf, kerusakan pada saraf akibat infiltrasi tumor dan penyebab nyeri neuropatik lainnya. Anamnesa Nyeri kanker dikeluhkan oleh penderita kanker sehubungan dengan adanya perkembangan tumor sesuai dengan organ yang terkena. Nyeri kanker dirasakan terus menerus dan biasanya memberat pada malam hari serta memberat pada keadaan-keadaan tertentu akibat pergerakan maupun dosis obat yang kurang ( nyeri breakthrough ). Pemeriksaan fisis - Penilaian intensitas nyeri dengan menggunakan skor VAS ( visual analog score ) maupun NRS (numerical rating scale ). Penilaian gejala lain yang menyertai nyeri seperti adanya mual muntah pada tumor abdomen dan lainnya. Pemeriksaan Penunjang Sesuai dengan organ yang mengalami keganasan dan terutama untuk melihat adanya kompresi saraf dan peningkatan tekanan pada sturktu organ. Pemeriksaan lain untuk melihat tingakt stadium perkembangan penyakit Tata Laksana Pendekatan Farmakologi menggunakan prinsip Stepladder WHO : nyeri ringan dengan analgesik non-opioid dan adjuvant; nyeri sedang ( NRS 4-6 ) dengan non-opioid dan opioid serta adjuvant ; dan nyeri berat ( NRS > 7 ) dengan non-opioid dan Opioid kuat serta adjuvant. Pendekatan Tindakan Intervension - blok saraf sesuai persarafan organ : blok plexus coeliac, blok nervus splachnicus, blok plexus hypogastricus, blok ganglion impar - blok saraf neuraksial : episural dan intratecal analgesia Tingkat Evidence Teknik Blok neurolitik plexus coeliac Blok neurolitik nervus sphlanchnic Blok neurolitik plexus hypogastric Assessment 2A+ 2B+ 2C+ Kepustakaan - Kris C. Visser, Kees B, Michel W, et al. Evidence-Based interventional pain medicine. Pain in Patients with Cancer. 2012;23:173-188. - Christo PJ, Mazloomdoost D. Interventional pain treatments for cancer pain. Ann N Y Acad Sci..2008;1138:229-328. - Mercadante S, Intravaia G, Villari P, Ferrera P, Riina S, David F, et al. Intrathecal treatment in cancer patients unresponsive to in mutiple trials of systemic opioids. Clin J Pain. 2005;1:CD005178. - Wong GY, Schroeder DR, Carns PE, et al. Effect of neurolytic celiac plexus block on pain relief, quality of life, and survival in patients with unresectable pancreatic cancer: a randomized controlled trial. JAMA. 2004;291:1092-1099. NYERI PASCA BEDAH Pengertian Nyeri pasca bedah adalah nyeri pada pasien yang telah mengalami pembedahan. Nyeri dapat terjadi segera atau beberapa jam/hari setelah pembedahan. Patogenesa Nyeri pasca bedah merupakan prototipe nyeri nosiseptif yang diakibatkan oleh adanaya kerusakan jaringan dan proses inflamasi yang terjadi akibat pembedahan. Proses sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral akan terjadi pada nyeri pasca bedah bila tidak dilakukan penanganan nyeri secara preventif analgesia yang dimulai dari fase pre-operasi, intra operasi dan pasca pembedahan. Pemberian analgesik dapat diberikan dengan berbagai macam metode mulai dari pemberian analgetik intravena, analgetik neuraksial dan blok saraf tepi. Tindakan dilaksanakan dengan metode multimodal analgesia yaitu memberikan obat -obatan dan atau tindakan analgesik yang bekerja pada proses perjalan nyeri yang berbeda, mulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi. Proses transduksi dapat dilakukan dengan pemberian analgesia NSAID dan proses modulasi banyak dihambat dengan pemberian opioid terutama untuk pembedahan dengan kemungkinan nyeri sedang sampai berat. Tindakan analgesia dengan menghambat proses transmisi nyeri menjadi hal yang paling penting karena dapat mengurangi nyeri pasca bedah secara bermakna dan meningkatkan kepuasan pasien. Tindakan Epidural Analgesia menjadi modalitas utama dalam penanganan nyeri pasca bedah terutama pada pembedahan besar seperti pembedahan thorax, abdomen, pelvic dan ekstremitas bawah. Kombinasi obat anestesi lokal dan opioid menjadi pilihan dalam analgesia epidural karena selai berefek pada proses transmisi juga pada proses modulasi neuraksial. Pemeriksaan Fisis Penilaian intensitas nyeri pasca bedah dilaksanakan dengan menggunakan penilaian Numerical Rating scale ( NRS ) atau dengan Visual Analogue Score ( VAS ). Penilaian tanda vital lainnya untuk melihat dampak fisiologis bila nyeri tidak ditangani dengan adekuat seperti terjadinya peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Tata Laksana - Epidural Analgesia atau kontinyu untuk pembedahan thorax, abdomen, pelvic dan ektremitas bawah - Blok saraf tepi kontinyu untuk pembedahan ekstremitas atas dan bawah - Analgetik secara Patient Controlled Analgesia menggunakan Opioid untuk pasien yang kontraindikasi epidural analgesia - Analgetik secara intravena : Parasetamol, NSAIDs dan Opioid serta adjuvant analgesik lainnya Rekomendasi Pengelolaan Nyeri Pascabedah Penilaian Pasien Prabedah Prabedah Intrabeda h Pembedahan rutin Analgesia sistemik COX2 selektif inhibitor Gabepatin DexamethasoneAnalgesia regional Anestesi lokal dengan waktu kerja panjang infiltrasi luka untuk nyeri Teknik Anestesia Anestesia umum Teknik Operasi CO2 tekanan rendah Lavase dengan Saline diikuti suction Analgesia Sistemik NSAID konvensional pada akhir pembedahan COX2 selektif inhibitor Opioid kuat kerja singkat sebagai bagian teknik anestesia Anestesia regional LA kerja panjang infiltrasi luka untuk nyeri luka LA intraperitoneal Kombinasi LA infiltrasi luka/LA intraperitoneal Pasien dengan risiko pulmonal tinggi Pertimbangkan penggunaan analgesia epidural/anestesia sebagai tambahan dari zat lain Teknik anestesia Kombibnasi epidural/ anestesia umum Analgesia epidural LA epidural + opioid kuat pada periode awal pascabedah Pascabed ah Analgesia sistemik Konvensional NSAID/COX2 selektif inhibitor Paracetamol Opioid sebagai analgesia penolong Pemindahan dini (<24 jam) Tingkat Evidence PCA opioid intravena memberikan analgesia yang jauh lebih baik daripada pemberian opioid secara parenteral ( Level I [ Cochrane review] ). Epidural analgesia memberikan penghilang rasa sakit pasca operasi yang lebih baik dibandingkan dengan parenteral ( termasuk PCA ) opioid ( Level I [ Cochrane review] ) ; kecuali epidural analgesia yang hanya menggunakan opioid hidrofilik (Level I). Dibandingkan dengan opioid analgesia ,blok saraf perifer ( terlepas dari lokasi kateter ) memberikan analgesia pasca operasi yang lebih baik dan menurunkan penggunaan opioid dengan efek seperti mual, muntah pruritus dan sedasi (Level I). Parasetamol merupakan analgesik efektif untuk nyeri akut; efek samping sama dibandingkan dengan plasebo ( Level I [ Cochrane review]). NSAID non - selektif efektif dalam pengobatan nyeri akut pasca operasi ( Level I [ Cochrane review]). Coxib efektif dalam pengobatan nyeri akut pasca operasi ( Level I [ Cochrane review]). Parasetamol dikombinasikan dengan tramadol lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sendiri dan menunjukkan efek respon dosis (Level I). Kepustakaan - Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi san Reanimasi Indonesia. Panduan tatalaksana nyeri perioperatif. Tatalaksana Nyeri pada Prosedur Bedah Khusus.2009;6:249-253. - Acute Pain Management: Scientific Evidence, Australian and New Zealand College Anesthetists and Faculty of Pain Medicine,Edisi 3. 2010. - Macintyre P.E, Schug S.A, More complex patient, Acute Pain Management: A Practical Guide, Edisi 3, Elsevier, 2007;245-254. PEDOMAN NASIONAL PELAYANANKEDOKTERAN ILMU BEDAH SARAF 2016 Back Pain (Dorsalgia) ICD-10: M54 1 . Pengertian (Definisi) 2 . Anamnesis 3 . Pemeriksaan Fisik Nyeri punggung bawah dengan onset subakut (4 s/d 12 minggu ) dan kronik ( lebih dari 12 minggu) − Riwayat nyeri punggung dengan tingkat nyeri yang mengganggu aktifitas. − Sifat nyeri menjalar sampai tungkai atau ujung kaki − Nyeri memberat saat berdiri atau berjalan − Gagal dengan terapi konservatif medikamentosa Status generalis: − Kondisi umum − Tanda vital − Pemeriksaan kepala leher, thoraks, abdomen, ekstremitas. Status Lokalis − − − − − 4 . Pemeriksaan Penunjang 5 . Kriteria Diagnosis Nyeri aksial Nyeri radikular Motorik Sensoris Autonom X ray (sentrasi vertebra) MRI Spinal Diagnostik intervensi Diskografi: nerve root, facet joint, dll Dilanjutkan terapi intervensi nonsurgical 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Diagnosis penunjang 6 . Diagnosis Back Pain (Dorsalgia)M54 7 . Diagnosis Banding LBP karena organic non spinal 8 . Terapi Injeksi Glukokortikoid(03.91) - Injeksi Epidural - Injeksi intradiskal - Injeksi lokal/trigger point - Injeksi facet joint dan medial branch block Terapi Electrothermal dan Radiofrekuensi(04.2) - Intradiskal - Denervasi radiofrekuensi - Ablatif Endoscopic epidurolisis 9 . Edukasi − − − − − 10. Prognosis 11. Indikator Medis 12. Kontributor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 13. Kepustakaan 1. 2. 3. 4. 5. Nyeri akan muncul kembali dengan onset 2-3 bulan Terapi disarankan berulang Terapi bisa gagal, disarankan untuk terapi operasi definitif penyebab nyeri Modalitas exercise dioptimalkan Edukasi untuk pencegahan nyeri kronik dengan perubahan pola hidup Baik dengan evaluasi dan terapi optimal Perbaikan status neurologis, berkurangnya frekuensi dan intensitas nyeri Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS (K) Prof. dr. Zainal Muttaqin, PhD., Sp.BS (K) Dr. dr. Agus Turchan, Sp.BS (K) dr. M. Thohar Arifin, PhD., Sp.BS (K) dr. Muhammad Sofyanto, Sp.BS (K) dr. Achmad Fahmi Baabud, Sp.BS dr. Heri Subianto, Sp.BS Deyo RA, Tsui-Wu YJ. Descriptive epidemiology of low-back pain and its related medical care in the United States. Spine (Phila Pa 1976) 1987; 12:264. Cassidy JD, Carroll LJ, Côté P. The Saskatchewan health and back pain survey. The prevalence of low back pain and related disability in Saskatchewan adults. Spine (Phila Pa 1976) 1998; 23:1860. Croft PR, Macfarlane GJ, Papageorgiou AC, et al. Outcome of low back pain in general practice: a prospective study. BMJ 1998; 316:1356. van Tulder MW, Assendelft WJ, Koes BW, Bouter LM. Spinal radiographic findings and nonspecific low back pain. A systematic review of observational studies. Spine (Phila Pa 1976) 1997; 22:427. Pengel LH, Herbert RD, Maher CG, Refshauge KM. Acute low back pain: systematic review of its prognosis. BMJ 2003; 327:323.