PENGARUH POSISI TIDUR SEMIFOWLER DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN PPOK DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT PARU RSUD SELASIH KABUPATEN PELALAWAN Ardenny1, Fatmi Agus2 1,2 Poltekkes Kemenkes Pekanbaru email: [email protected] Tidur sebagai salah satu bagian dari kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua manusia untuk dapat berfungsi secara optimal baik sehat maupun yang sakit, dan kebutuhan tidur setiap orang berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh posisi tidur semifowler dengan kualitas tidur pada pasien PPOK di ruang penyakit Paru RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan Nonequivalent control group design. Sampel penelitian adalah pasien PPOK berjumlah 20 orang. Instrumen penelitian menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan rerata selisih kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi berkisar 3,4. Artinya adanya perubahan kualitas tidur antara pre dan post intervensi perubahan posisi semi fowler. Rerata perbedaan kualitas tidur pada kedua kelompok yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 + 2,798). Terlihat perbedaan nilai mean antara kedua kelompok adalah 3,40 dengan standar deviasi 1,003, secara statistik perbedaan tersebut signifikan (p < 0,05). Artinya posisi tidur semifowler berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien gangguan pernafasan di ruang penyakit paru RSUD Selasih Pelalawan. Direkomendasikan bagi institusi pelayanan agar berupaya menerapkan intervensi perubahan posisi tidur dengan semifowler ini sebagai solusi dalam mengatasi masalah gangguan kebutuhan istirahat dan tidur terutama pada pasien PPOK. Keywords: Posisi Semifowler, Kualitas tidur Sleep as one part of the physiological needs are basic needs that are needed by all humans to be able to function optimally both healthy and diseased, and sleep each person needs is different in quantity and quality. The purpose of this study was to determine the effect of sleeping position semifowler with sleep quality in COPD patients in the hospital Lung diseases Basil Palalawan. This study uses a quasi experiment with Nonequivalent control group design. Samples were COPD patients numbered 20 people. The research instrument using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results showed a mean difference in sleep quality before and after intervention ranges from 3.4. This means that a change in sleep quality between pre and post intervention semi-Fowler's position changes. The mean difference in the quality of sleep in the two groups: (18.80 + 1.795: 2.798 + 15.40). Visible differences in mean values between the two groups was 3.40 with a standard deviation of 1.003, the differences were statistically significant (p <0.05). This means sleeping position semifowler effect to improve the quality of sleep in patients with respiratory disorders in the lung disease hospital Palalawan Basil. Recommended for the care institution in order to attempt to implement change interventions with semifowler sleeping position this as a solution to overcome the problem of interference needs rest and sleep, especially in patients with COPD. Keywords: Position Semifowler, Quality sleep 9 Kebutuhan manusia menurut Abraham LATAR BELAKANG Keperawatan sebagai ilmu Maslow terdiri dari lima kategori, yaitu terapan memahami dan memandang manusia kebutuhan fisiologi, keselamatan, sosial, bukan saja sebagai objek melainkan juga harga diri, dan aktualisasi diri. Semua sebagai subjek. Manusia dipandang sebagai kebutuhan ini merupakan bagian-bagian vital sistem karena terdiri dari sub sistem yang dari membentuk fisiologis merupakan prioritas teratas karena manusia sebuah yaitu biologis, sistem manusia, apabila Keseluruhan sub sistem tersebut satu sama berpengaruh lain akan saling mempengaruhi dan apabila Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk salah satu komponen terganggu maka akan mempertahankan kehidupan menyebabkan gangguan pada komponen kelangsungan hidup. Kebutuhan fisiologis yang lain dan hal inilah yang mendasari terdiri dari: kebutuhan akan udara (oksigen), manusia dipandang sebagai makhluk yang cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, holistik. Manusia juga merupakan makhluk istirahat dan tidur, menghindari dari rasa hidup yang terdiri dari bio-psiko-sosial- nyeri, regulasi suhu badan, kebersihan diri, spiritual yang utuh dan unik (Atoilah & stimulasi atau rangsangan, melaksanakan Kusnadi, 2013). aktivitas manusia sebagai keseluruhan suatu yang keterpaduan, pada atau maka kebutuhan kegiatan, akan lainnya. atau eksplorasi dan manipulasi serta kebutuhan seksual (Maryam S, 2013). yang Tidur sebagai salah satu bagian dari mendorong untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia dasar yang dibutuhkan oleh semua manusia adalah aktivitas yang dibutuhkan oleh semua untuk dapat berfungsi secara optimal baik orang untuk keberhasilan dan kepuasan sehat maupun yang sakit (Munardi, 2003). hidup. dipandang Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan sebagai takanan internal, sebagai hasil dari perbaikan. Kebutuhan untuk tidur sangat perubahan ini penting bagi kualitas hidup semua orang. dinyatakan dengan perilaku untuk mencapai Setiap individu memiliki kebutuhan tidur tujuan sehingga terpenuhinya kebutuhan. yang Kebutuhan-kebutuhan tersebut sama bagi kualitasnya (Potter & Perry, 2006). Kebutuhan terorganisir terpenuhi kebutuhan psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Teori kebutuhan manusia memandang tidak tetapi manusia sistem, dan tekanan semua orang semua usia, baik sehat maupun sakit (Maryam S, 2013). berbeda dalam kuantitas dan Mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan, sama halnya dengan sembuh dari penyakit. Klien yang 10 sedang sakit sering kali membutuhkan lebih pola tidur berhubungan dengan nocturia banyak tidur dan istirahat daripada klien (banyak kencing) yang sehat. Penyakit biasanya tidur mencegah beberapa klien untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Penyakit dan yang atau perubahan posisi menyebabkan sesak nafas dalam tubuh (Smletzer & Bare, 2002). Kebutuhan oksigenasi perawatan kesehatan rutin yang asing, harus terpenuhi karena apabila kebutuhan dengan mudah mempengaruhi kebiasaan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan pola tidur seseorang yang masuk rumah sakit terjadi kerusakan pada jaringan otak dan atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya apabila hal tersebut berlangsung (Potter & Perry, 2010). akan terjadi kematian jaringan bahkan dapat Seseorang yang masuk dan dirawat lama, mengancam kehidupan. Pemberian terapi dirumah sakit, pola tidurnya dapat dengan oksigen dalam asuhan mudah berubah dan mengalami gangguan memerlukan sebagai akibat dari penyakit dan rutinitas faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya rumah sakit yang tidak diketahui . Rutinitas oksigen dari atmosfer hingga sampai ke rumah sakit yang khas dapat mengganggu tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses tidur atau mencegah klien untuk tertidur respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat pada waktu biasa mereka. Masalah ini lebih harus besar terjadi dimalam pertama rawat inap oksigen, dan metode pemberian oksigen atau hospitalisasi, ketika klien mengalami (Hidayat, 2007). dasar memahami keperawatan pengetahuan indikasi tentang pemberian peningkatan total waktu bangun, sering Menurut Angela dalam Safitri dan terbangun, serta menurunkan tidur REM Andriyani (2008), saat terjadi sesak nafas (Rapid Eye Movement) dan total waktu tidur biasanya klien (Potter & Perry, 2010). posisi berbaring, melainkan harus dalam tidak dapat tidur dalam Menurut Hidayat (2013), faktor yang posisi duduk atau setengah duduk untuk menyebabkan gangguan tidur bermacam- meredakan penyempitan jalan nafas dan macam. dapat memenuhi O2 dalam darah. Posisi yang mengidentifikasi penyebab masalah-masalah paling efektif bagi klien dengan penyakit gangguan tidur seperti gangguan pernafasan, kardiopulmonari adalah posisi semi fowler nyeri, takut, dan kecemasan. Gangguan dimana kepala dan tubuh dinaik kan dengan kebutuhan dasar pada derajat kemiringan 450 , yaitu dengan pernafasan akan menimbulkan Biasanya klien klien gangguan masalah keperawatan, salah satu diantaranya adalah menggunakan membantu gaya gravitasi pengembangan paru untuk dan gangguan kebutuhan istrahat atau gangguan 11 mengurangi tekanan dari abdomen ke diafragma. yang mengalami gangguan tidur yang salah Penelitian menyatakan Berdasarkan fakta banyaknya pasien Supadi, bahwa dkk (2008), satu penyebabnya karena gangguan posisi semifowler pernafasan, maka peneliti tertarik untuk membuat oksigen di dalam paru-paru meneliti tentang Pengaruh Posisi Tidur semakin meningkat sehingga memperingan Semifowler dengan kualitas tidur pada kesukaran nafas. Posisi ini akan mengurangi pasien gangguan pernafasan di ruang rawat kerusakan akibat inap penyakit paru RSUD Selasih Pelalawan. tersebut Tujuan penelitian ini adalah untuk dipengaruhi oleh gaya grafitasi sehingga O2 mengetahui pengaruh posisi tidur semifowler delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan dengan kualitas tidur pada pasien gangguan berkurang, dan akhirnya proses perbaikan pernafasan di ruang rawat inap penyakit paru kondisi klien lebih cepat. RSUD Selasih Pelalawan Tahun 2016. membran tertimbunnya alveolus cairan. Hal Survey awal yang dilakukan diruangan inap penyakit dalam RS Selasih Kabupaten Pelalawan, data tahun 2015 menunjukkan jumlah pasien yang dirawat diruangan METODE Desain penelitian adalah suatu rancangan yang digunakan dalam melakukan penyakit dalam sebanyak 1628 orang, rata- prosedur rata pasien perbulan sebanyak 135 orang Penelitian ini menggunakan desain penelitian (Medical Record RSUD Selasih, 2015). quasy Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada Nonequivalent control group rancangan ini tangga l 28 Februari 2015 terhadap pasien melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok yang dirawat diruangan penyakit dalam, eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian terdapat yang ini dilakukan dengan memberikan intervensi kondisinya sedang sesak nafas, dengan yang kepada kelompok eksperimen, sedangkan sudah posisi semi fowler 1 orang dan yang kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. belum posisi semi fowler 2 orang. Dari hasil Kedua wawancara, belum pengukuran sebelum diberikan intervensi mengetahui patofisiologi posisi semi fowler (pre-test) dan pengukuran setelah diberikan untuk menurunkan sesak nafas pada pasien intervensi (post-test). Sampel merupakan PPOK tetapi perawat sudah melakukan bagian populasi yang akan diteliti atau tindakan pemberian posisi semi fowler sebagian jumlah dari karakteristik yang tersebut pada setiap penderita dengan sesak dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian nafas. keperawatan, 3 orang 2 dari pasien 5 PPOK perawat penelitian experiment kelompok (Hidayat, dengan sama-sama kriteria sampel 2007). rancangan dilakukan meliputi 12 kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, di mana Selengkapnya hasil penelitian ini dapat kriteria tersebut menentukan dapat dan dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini tidaknya Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden pada Kelompok Pre dan Post Test Terdahap Posisi Semi Fowler di Ruang Penyakit Paru RSUD Selasih Pelalawan Tahun 2016 sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2009). Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini purposive sampling. Pada saat penelitian peneliti menggunakan 20 sampel yang terdiri dari kelompok eksperimen 10 orang dan kelompok kontrol 10 orang. PENGUMPULAN DATA 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari informasi yang diberikan oleh responden, penulis menggunakan alat pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner dan observasi. Data sekunder ini bermanfaat untuk cross check data primer yang diperoleh penelitian guna keperluan melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian ini melalui data rekam medis RSUD Selasish Pelalawan dan informasi dari pihak rumah sakit terkait tujuan penelitian ini. analisis univariat pada variabel peneliltian ini yaitu variabel kualitas tidur yang diukur melalui Kelompok Kontrol No Pre Test 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 16 21 21 17 20 15 20 19 16 20 21 19 16 21 17 19 16 20 16 18 Post Test 16 20 21 17 20 16 20 18 16 20 22 20 17 22 17 19 17 20 16 17 Mean Pre Test Post Test 17 21 16 20 22 15 20 19 18 20 20 19 17 21 19 19 17 20 18 18 13 18 12 16 18 10 20 10 12 17 18 17 15 18 16 17 15 17 15 14 0 1 0 0 0 -1 0 1 0 0 1 -1 -1 -1 0 0 -1 1 0 0 0,1 Selisih (d) 4 3 4 4 4 5 0 9 6 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4 3,4 rerata selisih kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol berkisar 0,1, sedangkan selisih kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok eksperimen berkisar 3,4. Artinya perubahan posisi semifowler lebih efektif dibandingkan dengan perubahan poisisi semi fowler pada psaein PPOK yang diraat di ruang paru RSUD Selasih Pelalawan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Selisih (d) Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa 2. Data Sekunder ditempat Kelompok Eksperimen instrumen PSQI. Peneliti membagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrl dan eksperimen. Tabel 4.3 Pengaruh Posisi Tidur Semifowler dengan Kualitas Tidur pada Pasien PPOK di Ruang Rawat Inap Penyakit paru RSUD Selasih Pelalawan Tahun 2016 Variabel Kontrol Pretest Postest Eksperimen Pre Test Post Test Mean SD P Value n 18,40 18,60 2,088 2,037 0,163 20 18,80 15,40 1,795 2,798 0,001 20 13 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa rerata kedua kelompok (0,2:3,40) dengan standar perbedaan kualitas tidur pada deviasi kedua (0,05:1,003), secara statistik kelompok kontrol yaitu (18,40 + 2,088 : perbedaan tersebut signifikan pada kelompok 18,60 + 2,037). Sedangkan pada rerata eksperimen (p < 0,05), dan tidak signifikan perbedaan kualitas tidur pada kelompok pada kelompok kontrol (p > 0,05). Artinya eksperimen yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 + posisi tidur semifowler berpengaruh untuk 2,798). Terlihat perbedaan nilai mean antara meningkatkan kualitas tidur pada pasien kedua kelompok (0,2:3,40) dengan standar PPOK deviasi Pelalawan. (0,05:1,003), secara statistik di ruang paru RSUD Selasih perbedaan tersebut signifikan pada kelompok Menurut analisis peneliti, pada kelompok pre eksperimen (p < 0,05), dan tidak signifikan dan post test terdapat perbedaan mean pada kelompok kontrol (p > 0,05). Artinya kualitas tidur yaitu kualitas tidur setelah posisi tidur semifowler berpengaruh untuk diberikan intervensi dengan perubahan posisi meningkatkan kualitas tidur pada pasien tidur menjadi posisi semi fowler berbeda PPOK nilia 3,40 dibandingkan dengan kualitas tidur di ruang paru RSUD Selasih Pelalawan. setelah diberikan intervensi. Artinya, secara Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan statistik sebelumnya, maka pada bab ini akan memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur dibahas secara sistematis dari hasil analisis pada pasien gangguan pernafasan dengan uji statistik tentang Pengaruh Posisi Tidur nilai p value < 0,05. Semifowler dengan kualitas tidur pada Keterkaitan antara kondisi seseorang yang pasien PPOK di ruang rawat inap penyakit kurang stabil mempengaruhi kenyamanan paru RSUD Selasih Pelalawan. Pembahasan dalam mengendalikan dirinya untuk mampu dalam penelitian ini adalah dengan melihat beristirahat. Khawatir atas masalah-masalah teori dan penelitian terkait yang telah pribadi atau situasi sering mengganggu tidur. dilakukan oleh peneliti lain yang relevan Stres dengan penelitian saat ini. menjadi tegang dan sering menyebabkan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga rerata perbedaan kualitas tidur pada kedua menyebabkan seseorang berusaha terlalu kelompok kontrol yaitu (18,40 + 2,088 : keras untuk dapat tertidur, sering terbangun 18,60 + 2,037). Sedangkan pada rerata selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. perbedaan kualitas tidur pada kelompok Hal ini sesuai dengan teori Potter & Perry, eksperimen yaitu (18,80 + 1,795 : 15,40 + (2010) yang mengatakan bahwa siklus tidur 2,798). Terlihat perbedaan nilai mean antara dan bangun mempengaruhi dan mengatur perubahann emosinal posisis menyebabkan semifowler seseorang 14 fungsi fisiologis dan respon perilaku. Artinya oksigen, dan metode pemberian oksigen kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam (Hidayat, 2007). beristirahat membutuhkan prilaku adaptif Menurut Angela dalam Safitri dan Andriyani untuk menghindari terjadinya stress sehingga (2008), saat terjadi sesak nafas biasanya sesorang mampu mengendalikan kondisinya klien dalam batas normal. berbaring, melainkan harus dalam posisi Menurut Hidayat (2013), tidur dalam posisi yang duduk atau setengah duduk untuk meredakan menyebabkan gangguan tidur bermacam- penyempitan jalan nafas dan memenuhi macam. oksigen dalam darah. Posisi yang paling Biasanya faktor tidak dapat klien dapat mengidentifikasi penyebab masalah-masalah efektif gangguan tidur seperti gangguan pernafasan, kardiopulmonari adalah posisi semi fowler nyeri, takut, dan kecemasan. Gangguan dimana kepala dan tubuh dinaikkan dengan kebutuhan dasar pada derajat kemiringan 45° , yaitu dengan pernafasan akan menimbulkan klien gangguan masalah bagi klien menggunakan gaya dengan penyakit gravitasi untuk keperawatan, salah satu diantaranya adalah membantu pengembangan gangguan kebutuhan istrahat atau gangguan mengurangi tekanan pola tidur berhubungan dengan nocturia diafragma. (banyak kencing) Penelitian Supadi, dkk (2008), menyatakan atau perubahan posisi tidur yang menyebabkan sesak nafas dari paru dan abdomen ke bahwa posisi semi fowler membuat oksigen (Smletzer & Bare, 2002). didalam Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus sehingga memperingan kesukaran nafas. terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen Posisi dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi membran kerusakan pada jaringan otak dan apabila cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya hal akan grafitasi sehingga oksigen delivery menjadi terjadi kematian jaringan bahkan dapat optimal. Sesak nafas akan berkurang, dan mengancam kehidupan. Pemberian terapi akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih oksigen cepat. tersebut berlangsung dalam memerlukan dasar asuhan lama, keperawatan ini semakin meningkat akan mengurangi alveolus akibat kerusakan tertimbunnya tentang Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya Herni (2014) tentang Efektifitas pemberian oksigen dari atmosfer hingga sampai ke posisi semi fowler terhadap kualitas tidur tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses pada pasien Broncho Penumonia di ruang respirasi. Berdasarkan tersebut maka perawat rawat inap RSUD Selasih yang menyatakan harus bahwa memahami pengetahuan paru-paru indikasi pemberian terdapat hubungan yang kuat 15 (r=0,532) antara perubahan posisi semi 2. Rerata perbedaan kualitas tidur pada fowler terhadap kualitas tidur (p value kedua kelompok kontrol yaitu (18,40 + 0,012). 2,088 : 18,60 + 2,037). Sedangkan pada Berdasarkan uraian di atas peneliti bersumsi rerata perbedaan kualitas tidur pada bahwa kebutuhan rasa aman dan nyaman kelompok ditentukan oleh faktor intervensi yang sesuai 1,795 dengan perbedaan nilai mean antara kedua sehingga kondisi mampu penyebab stressor psikologis seseorang mengendalikan melalui : eksperimen yaitu (18,80 + 15,40 + 2,798). Terlihat faktor kelompok (0,2:3,40) dengan standar mekanisme deviasi (0,05:1,003), secara statistik koping yang adaptif. Faktor intervensi yang perbedaan dimaksud adalah kelompok eksperimen (p < 0,05), dan mampu tidak signifikan pada kelompok kontrol perubahan pada posisi penelitian ini semifowler > tersebut 0,05). signifikan Artinya posisi pada meningkatkan kenyamanan seseorang dalam (p menghadapai situasi tertentu mempengaruhi semifowler kualitas rasa aman dan nyaman. meningkatkan kualitas tidur pada pasien berpengaruh tidur untuk PPOK di ruang paru RSUD Selasih Pelalawan. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Posisi Tidur Semifowler dengan SARAN kualitas tidur pada pasien PPOK di ruang 1. Responden rawat inap penyakit paru RSUD Selasih Disarankan Pelalawan terhadap 20 responden, maka memanfaatkan posisi semi fowler untuk dapat disimpulkan sebagai berikut: meningkatkan kualitas tidurnya dengan 1. Rerata selisih kualitas tidur sebelum dan baik dan tepat. sesudah intervensi pada kelompok bagi responden dapat 2. Rumah Sakit kontrol berkisar 0,1, sedangkan selisih Disarankan kepada pihak rumah sakit kualitas tidur sebelum dan sesudah untuk intervensi pada kelompok eksperimen perubahan posisi tidur dengan semifowler berkisar 3,4. Artinya perubahan posisi ini semifowler lebih efektif dibandingkan masalah gangguan kebutuhan istirahat dan dengan perubahan poisisi semi fowler tidur terutama pada pasien gangguan pada psaein PPOK yang diraat di ruang pernafasan. paru RSUD Selasih Pelalawan. dapat sebagai menerapkan solusi dalam intervensi mengatasi 3. Untuk peneliti 16 Diharapkan untuk peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini sebaiknya menggunakan analisis multivariat sehingga dihasilkan model yang dapat Fakultas Kedokteran Universitas Thesis, Universitas Riau. Riau. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. menjadikan penelitian ini lebih reliabel. Pieter & Lumongga, L. (2010). Pengantar psikologi dalam keperawatan. Jakarta : Kencana. DAFTAR PUSTAKA Atoilah & Kusnadi. (2013). Askep pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia. Jakarta : In Media. Direja. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Guyton & Hall. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC. Hidayat. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba Medika ______. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika. _______. (2013). Pengantar kebutuhan dasar manusia-aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Maryam, S. (2013). Buku ajar kebutuhan dasar manusia dan berpikir kritis dalam keperawatan. Jakarta : Trans Info Media. Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta : EGC. ____________. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Rahayu. (2012). Pengaruh terapi musik new age terhadap kualitas tidur pada pasien rawat inap diruang mawar RSUD Dolopo Kabupaten Madiun. Skripsi, STIKes Sutriya Bhakti Nganjuk. Sarwono. (2012). Pengantar umum. Jakarta : Rajawali Pers. psikologi Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan. Yoyakarta : Graha Ilmu. Steven. (2002). Ilmu keperawatan. Jakarta : EGC. Stuart & Sundeen. (2001). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta. Munardi. (2003). Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur pada pasien dengan perubahan fungsi pernafasan diBadan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Thesis, Universitas Banda Aceh.\ Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nova. (2012). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa 17