GENERASI DIGITAL Dosen Pengampu Ibu Marieta Efrianti L. Gaol M.Pd. Disusun oleh: Donata Agustin (NIM: 171414049) Lia Dewi Asterina (NIM: 161414059) Rianasari Rambu Hapat (NIM: 171414065) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat mengerjakan tugas makalah tentang Generasi Digital, dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Marieta Efrianti L. Gaol M.Pd., sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Bimbingan dan Konseling, yang telah mempercayakan penulis untuk mengerjakan tugas yang disadari sangat berguna untuk menambah wawasan penulis mengenai tugas sebagai seorang guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Teman-teman sekelompok yang telah berkontribusi dalam hal pikiran maupun waktu demi mengerjakan tugas makalah ini. 3. Teman-teman lain yang tak bisa di sebut satu-persatu yang telah mendukung penulis dalam pergerjaan tugas ini dengan memberi semangat yang sangat berarti bagi penulis. 4. Semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan diterima demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 2 September 2018 Penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi informasi dalam sepuluh tahun terakhir sangat mencengangkan terutama dengan hadirnya perangkat komunikasi seluler, media online, online games dan teknologi web. Belum lagi kemunculan aplikasi social networking seperti Facebook, Twitter, MySpace, Blogs, yang membuat penggunanya staying connected dengan berbagai perangkat komunikasi seperti Blackberry, IPhone, IPad, PC Tablet, dan sebagainya. Bagi kalangan anak muda, memiliki perangkat komunikasi seperti di atas lebih banyak sebagai bagian dari ‘life style’ dan banyak digunakan hanya untuk merepresentasikan dirinya, meskipun fitur-fitur dalam perangkat komunikasi tersebut masih bisa dieksplorasi lebih dalam dengan fitur beragam. Generasi seperti ini sudah menjadi pengguna perpustakaan. Pakar pendidikan Mark Prensky (2001) mengemukakan ada dua generasi yaitu digital natives dan digital immigrants. Digital natives merupakan generasi yang lahir pada era digital, sedangkan digital immigrants adalah generasi yang lahir sebelum era digital tetapi kemudian tertarik, lalu mengadopsi hal baru dari teknologi tersebut. Generasi digital natives lebih banyak mengisi kehidupan dengan penggunaan komputer, video games, digital music players, video cams, cell phone dan berbagai macam perangkat permainan yang diproduksi di abad digital. Generasi digital natives sudah terkondisikan dengan lingkungan seperti itu dan mengganggap teknologi digital sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya. Rata-rata generasi digital natives ketika lahir sudah berada dalam lingkungan teknologi digital. Pengguna perpustakaanpun tersebar dalam generasi digital natives dan digital immigrants dan diperkirakan dalam lima hingga sepuluh tahun yang akan datang pengguna perpustakaan perguruan tinggi dominan diisi oleh generasi digital natives. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian generasi digital? 2. Apa yang menjadi karakteristik generasi digital? 3. Apa yang harus dipersiapkan orang tua? 4. Apa peran orang tua dan pendidik dalam berkontribusi bagi masyarakat global? 5. Apa tips mendidik anak di era digital? 6. Apa yang menjadi tantangan mendidik generasi digital? 7. Bagaimana realita generasi digital pada masa anak-anak dan remaja? 8. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan generasi digital? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui pengertian generasi digital 2. Mengetahui karakteristik generasi digital 3. Mengetahu hal yang harus dipersiapkan orang tua 4. Mengetahui peran orang tua dan pendidik dalam berkontribusi bagi masyarakat global 5. Mengetahui tips mendidik anak di era digital 6. Mengetahui tantangan dalam mendidik generasi digital 7. Mengetahui realita generasi digital pada masak anak-anak dan remaja 8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan generasi digital BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN GENERASI DIGITAL Istilah Digital Natives dan Digital Immigrants diciptakan oleh seorang konsultan pendidikan bernama Marc Prensky pada tahun 2001 dalam artikelnya yang berjudul Digital Natives, Digital Immigrants. Marc membahas tentang kesenjangan antara siswa yang lahir sebagai Digital Natives dalam dekade terakhir abad ke-20. Dengan Pendidik yang menggunakan metode lawas untuk mengajar Siswanya. Karena menurutnya teknologi telah mengubah cara siswa berpikir dan memproses informasi. Sehingga sulit bagi Siswa untuk unggul secara akademis menggunakan metode pengajaran yang sudah usang (jaman dulu). Generasi Digital Natives adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990). Sedangkan generasi Digital Immigrants adalah generasi yang lahir sebelum 1990. (Agung Sulistyanto, 2004) Generasi Digital atau Digital Natives adalah mereka yang mengakses teknologi jejaring digital serta memiliki keterampilan dan pengetahuan teknologi sedangkan Digital Immigrants belajar bagaimana mengoperasikan komputer, membuat dan menggunakan e-mail dan jejaring sosial, namun proses itu berlangsung “terlambat” dibanding Digital Native yang mengenyam teknologi sejak dini. (Andi Agus,2012) Digital Natives adalah generasi yang mengutamakan kecepatan. Maklum mereka hidup di era internet, dimana komunikasi dapat dengan cepat dilakukan dan informasi sangat cepat tersebar. akibatnya mereka cenderung untuk melakukan segala hal dan menginginkan sesuatu dengan cepat. Genersi digital juga tidak menyukai segala sesuatu yang konvensional dan standar. Mereka senang yang baru dan inovatif. bisa dibayangkan bagaimana jenuhnya anak-anak ini ketika membaca buku teks mereka di sekolah yang masih memakai pendekatan linear dan konvensional. 2.2 KARAKTERISTIK GENERASI DIGITAL Adapun karakteristik generasi digital adalah sebagai berikut: 1. Kebebasan, Menolak Terkekang Generasi Digital Native hidup dalam kebebasan digital. Dalam kehidupan nyata, mereka pun cenderung menuntut rentang kebebasan yang lebih. Ketika sekolah dan rumah dikuasai oleh orang dewasa, generasi digital native memilih berinteraksi di media sosial sebagai ruang-ruang baru yang mereka kuasai. 2. Bermain, Bukan Hanya Bekerja Anak-anak generasi digital native menjalani hidup dengan semangat bermain. Tidak ada kesulitan, yang ada adalah tantangan yang ingin mereka atasi untuk menyelesaikan permainan. Dalam bekerja pun, mereka tetap menggunakan logika bermain sehingga cenderung menolak pekerjaan rutin yang tanpa makna. 3. Ekspresif, Tidak Hanya Reseptif Generasi digital native senang mengekspresikan diri. Dalam dunia digital, mereka bisa hadir dan diakui sebagai individu. Hampir semua hal kesukaan diekspresikan melalui media sosial. Mereka enggan melakukan perjumpaan yang menempatkan mereka hanya sebagai reseptif, menerima mentah-mentah ekspresi dari generasi sebelumnya. 4. Cepat, Enggan Menunggu Sebagai dunia digital yang ukurannya adalah kecepatan, generasi digital native pun ingin menjalani kehidupan dengan cepat. Ketika ada keadaan yang memaksa mereka untuk menunggu maka akan beralih pada kegiatan lain seperti mendengarkan musik, bermain games dan lainnya. 5. Mencari, Bukan Menunggu Instruksi Mereka tidak suka diajari. Mereka lebih memilih belajar dengan mencari sendiri konten di dunia digital. Mereka gunakan mesin pencari. Mereka cari video tutorial di youtube dan belajar sendiri. 6. Unggah, Bukan Hanya Unduh Perkembangan teknologi web 2.0 memungkinkan siapapun buat mengunggah konten. Dampaknya, generasi digital native bukan hanya mengungguh tapi juga mengunggah konten. Mereka merasa tidak eksis bila tidak mengunggah konten di internet. 7. Interaktif, Bukan Hanya Komunikasi Searah Mereka cenderung menolak komunikasi searah dalam bentuk apapun, offline maupun online. Mereka senang bila bisa mengkustomisasi sebuah konten sesuai dengan selera mereka. 8. Berkolaborasi, Tak Hanya Berkompetisi Dunia digital mendorong orang untuk berbagi dan berkolaborasi. Sebuah karya bisa diciptaulang oleh banyak orang sesuai kreativitas masing-masing. Begitu pula karakter generasi digital native yang suka berkontribusi sesuai kemampuan dalam sebuah aktivitas bersama. 9. Rentang perhatian yang pendek Dunia digital menawarkan banyak konten menarik dan beragam bentuk. Generasi digital native suka berpindah-pindah perhatian dari hal menarik yang satu ke hal menarik yang lain. Rentang perhatian yang pendek membuat generasi ini suka multitasking. 10. Berpikir cepat, kehilangan kedalaman Generasi native digital senang berpikir cepat seperti membaca tweet atau membaca berita pendek. Jadi mereka tahu banyak hal tapi hanya tahu pada sisi permukaan semata. 2.3 HAL YANG HARUS DIPERSIAPKAN ORANG TUA Membesarkan anak di era digital memiliki tantangan yang lebih besar daripada era sebelumnya. Karena itu, anda sebagai orang tua dapat melakukan hal-hal di bawah ini sebelum membuka pintu dunia digital kepada mereka. 1. MEMPERSIAPKAN DIRI ANDA Berhati-hatilah dalam mengekspresikan ketidaksukaan anda mengenai apa yang anak anda sukai. Ini berlaku baik untuk website, games, maupun untuk berbagai aplikasi. Jika anda bersikap tenang namun tegas, anak anda akan merasa nyaman dan terbuka. Ingatlah bahwa apa yang menarik bagi anda dan anak anda bisa sangat berbeda. Dan, jika anda bereaksi sangat negatif dengan aplikasi atau website yang tidak anda anggap aman, mereka akan lebih memilih untuk menyembunyikannya. Setelah anda mendapat kepercayaan anak anda, akan sangat mudah mengajaknya berdiskusi kemudian. 2. KENALKAN DENGAN KONSEKUENSI MENGAKSES INTENET Internet memang memberikan banyak keuntungan. Namun, dunia maya ini juga memiliki celah yang bisa membahayakan keselamatan anak anda. Ketahuilah bahwa riset yang dilakukan Departemen Kehakiman AS menemukan bahwa 70% anak mengalami kejadian tidak menyenangkan melalui internet yang diakses di rumah. 25% diantaranya bahkan mengalami pelecehan seksual tanpa diketahui orangtuanya. Selain itu, internet juga membuka akses cyber bullying, terbukanya materi-materi yang tidak layak dilihat anak, hingga kekerasan seksual. Membicarakan konsekuensi-konsekuensi ini kepada anak akan membuat mereka menyadari bahwa hal-hal tersebut memang nyata. Berikan juga contoh-contoh yang terjadi di sekitar anda atau diskusikan yang anda lihat di berita. Ajari bahwa ini bisa terjadi pada siapapun yang tidak waspada. 3. AJARI DENGAN KONSEP ORANG ASING DI DUNIA MAYA Konsep orang asing di internet sangat berbeda dengan dunia nyata. Di internet, siapapun bisa menjadi apapun, dengan memalsukan identitasnya. Mereka bisa menampilkan diri sebagai malaikat sampai idola anak. Dengan identitas tersebut, mereka akan mencoba meyakinkan si anak bahwa ia bukan orang asing. Berbekal hal itu, ia bisa mendapatkan apapun dari mulai informasi hingga si anak itu sendiri. Hal inilah yang harus diajarkan kepada anak. Mulailah memberikan pengertian untuk sangat berhati-hati dalam membagi informasi penting melalui internet. 4. GUNAKAN KOMPUTER ATAU GADGET DI RUANG KELUARGA Menggunakan komputer atau gadget di ruangan yang sering dilalui atau ditempati akan membuatnya lebih aman untuk diakses. Anak-anak pun dapat lebih terkontrol dalam hal durasi pemakaian dan apa saja yang dilakukannya. Selain memasang pengaman teknis seperti filter internet, pengawasan dari orang tua adalah yang terbaik. Biasakan pula untuk bertanya dan berdiskusi mengenai kegiatan yang ia lakukan di depan komputer. 5. PAHAMI TEKNOLOGI DAN INTERNET Pelajari segala hal yang berhubungan dengan internet, dari mulai penggunaan email, password, aplikasi hingga kode chatting yang sering digunakan anak jaman sekarang. Meskipun anak anda sangat canggih dalam urusan teknologi, mereka tetap membutuhkan bantuan anda untuk mengaksesnya dengan aman. Maka, jangan pernah berasumsi bahwa anak anda tahu lebih banyak dari anda. Karena, seperti halnya melindungi mereka di dunia nyata, anda juga perlu melakukannya di dunia maya. 6. BERDISKUSI MENGENAI CARA MENGAKSES INTERNET DENGAN AMAN Anak anda memerlukan perlindungan anda. Inilah yang harus selalu anda tekankan sebelum membiarkannya mengakses internet. Jika perlu, ajari dia cara mengamankan diri dengan sangat teknis. Contohnya, perbolehkan ia untuk langsung menutup laptop jika tiba-tiba keluar gambar yang tidak layak dilihat. Atau, ia bisa memutuskan sambungan pesan instan dan memblokir jika lawan bicaranya meminta ia berpose untuknya. Tekankan bahwa hal tersebut bukan salah mereka. Yang harus anda fokuskan adalah cara anak anda mengatasi situasi yang berbahaya. 7. TEGAKKAN ATURAN DALAM MENGAKSES INTERNET ATAU MENGGUNAKAN GADGET Sama seperti bermain di dunia nyata, dunia maya pun perlu aturan untuk menjaga anak anda tetap aman. Aturan-aturan tersebut dapat berupa durasi penggunaan komputer atau gadget, kapan dan dimana mengaksesnya, hingga perjanjian untuk tidak membuka identitas diri kepada siapapun, tidak berkomunikasi dengan orang yang dianggap tidak nyaman, dan menghormati pengguna dunia maya yang lain. Diskusikan pula konsekuensi yang diambil jika mereka melanggarnya. 8. BUATLAH DAFTAR APLIKASI ATAU WEBSITE YANG ANDA SETUJUI Pastikan anda selalu menjaga komunikasi mengenai penggunaan dunia maya. Dengan melakukan hal ini, anak anda akan terbiasa berbicara secara terbuka mengenai website apa yang akan ia kunjungi atau aplikasi yang ingin ia unduh. Selain itu, buat pula daftar website atau aplikasi yang aman untuk ia gunakan dan jelaskan alasannya. Ingat, keterbukaan sangatlah penting untuk mendapatkan informasi yang cukup dari anak anda. 9. PERIKSA SEGALA AKTIVITASNYA Razia memang terdengar kuno, tapi cukup ampuh untuk mengetahui apa yang anak anda sembunyikan. Katakan kepada anak anda bahwa anda melakukannya karena memang tidak ada privasi dengan penggunaan internet. Namun, jangan gunakan ini sebagai ancaman. Pelajari cara menjelajah komputer atau gadget anda karena bisa saja anak anda menyembunyikannya dengan baik. Teruslah mengkinikan kemampuan dan pengetahuan anda sambil melakukan hal kuno ini secara berkala. 2.4 PERAN ORANG TUA DAN PENDIDIK DALAM BERKONTRIBUSI BAGI MASYARAKAT GLOBAL 1. ORANG TUA DAN PARA PENDIDIK HARUS MERANGKUL MEDIA DIGITAL Di masa lalu, saat muncul mesin cetak, pasti ada juga banyak orang yang resisten terhadap keberadaannya. Sekarang, mesin cetak bukan hanya sudah akrab bagi orang-orang tetapi juga sudah mengalami perubahan ke bentuk yang jauh lebih canggil. Artinya, teknologi tidak dapat dihindari. Manusia harus merangkulnya dengan bijaksana. 2. MENJADI ROLE MODEL BAGI ANAK-ANAK KITA Jika kita tidak ingin anak-anak menjadi at risk children maka kita sendiri yang harus menjadi model bagi mereka. Mereka bisa lepas dari gadget jika setiap hari melihat kedua orangtua atau guru-gurunya tidak memegang gadget seolah-olah tidak ada hal lain yang lebih penting dari gadget. 3. TERAPKAN ATURAN DAN PERJANJIAN UNTUK MENGGUNAKAN GADGET Untuk anak-anak usia sekolah dasar sebaiknya tidak memiliki gadget sendiri. Terapkan konsep "meminjam" gadget orangtua atau sekolah. Dengan mengetahui bahwa gadget itu bukan milik mereka, mereka akan lebih hati-hati dalam menggunakan. Selain itu, tentu harus dengan supervisi orangtua serta aturan memakai yang sudah disepakati bersama. Jangan berikan gadget agar anak-anak tenang saat makan di restoran. Ajak mereka bercengkrama dan menikmati makanan bersama. Jika pun mereka harus memegang gadget, kita harus tahu tujuannya dan berapa lama. Kita harus menempatkan diri sangat dekat dengan mereka saat mereka dekat dengan gadget-nya. 4. TANAMKAN KEPADA ANAK KONSEP “MENCIPTAKAN”, BUKAN “MENGKONSUMSI" Kebanyakan dari kita menggunakan gadget untuk mendapatkan informasi. Padahal, media digital menyediakan kesempatan seluas-luasnya untuk mengekspresikan karya kita. Dorong anak-anak untuk berlatih menciptakan sesuatu dari media digital. Misalnya, meng-upload foto landscape yang mereka buat sendiri, membuat blog untuk menyimpan karya-karya mereka, dan lainnya. 5. INGATKAN BAHWA DATA YANG KITA SHARE AKAN BERTAHAN SELAMANYA Artinya, akan sangat sulit menghapusnya. Maka, sikap hati-hati dan bijaksana pun perlu dikedepankan. Akhirnya, pastikan mereka memahami bahwa media digital hanyalah tools untuk mencapai tujuan hidup mereka. Anak-anak boleh menjadi bagian dari era digital, tetapi media digital bukan bagian dari diri mereka. Media digital adalah alat untuk membuat pekerjaan semakin efektif, sama seperti pisau, seterika, mobil, dan lainnya. 2.5 TIPS MENDIDIK ANAK DI ERA DIGITAL 1. MEMAKSIMALKAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK Keluarga atau orangtua adalah lingkungan pertama anak dalam proses belajar dan tumbuh kembang anak. Peran keluarga paling subtansial dalam mengarahkan, mendidik, membimbing anak sehingga bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Psikologis anak yang memiliki kebiasaan asimilatif atau berusaha meniru kebiasaan/perilaku orang yang sering berinteraksi dengannya, akan sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Cara belajar anak yang bersifat asimilatif bisa menjadi peluang bagi orangtua dalam menanamkan nilai-nilai positif, keterampilan yang bermanfaat bagi anak. Namun perlu diketahui bahwa instruksi, arahan dan sekedar teori tidak bisa maksimal dalam mendidik anak. Orangtua perlu memberikan contoh, praktik, demonstrasi yang bersifat konkret agar apa yang diajarkan bisa benar-benar dipahami oleh anak. Jadi sebagai orangtua anda sebaiknya senantiasa meluangkan waktu untuk melakukan interaksi dengan anak anda. Jika anda ingin anak anda menjadi sosok yang sabar, maka contohkanlah kesabaran dalam perilaku dan aktivitas anda. Jika anda ingin melihat anak anda menjadi sosok yang pintar maka anda yang harus pertama-tama menjadi sosok yang pintar di mata anak anda. Buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya, kebiasaan/pribadi anak tak akan jauh dari kebiasaan/pribadi orang tuannya. 2. BATASI PENGGUNAAN GAGDET/SMARTPHONE Membatasi, bukan berarti melarang sama sekali anak untuk menggunakan gadget/smartphone, melainkan memberikan batasan dalam menggunakan gadget. Apalagi jika teman-teman sejawatnya juga telah memiliki gadget, maka keinginan anak untuk memiliki gadget akan leih besar pula, yang perlu diperhatikan adalah usia yang tepat untuk membelikan anak anda gadget. Mengekang anak agar tidak memiliki gadget juga bisa menimbulkan masalah lain, seperti yang kita ketahui bahwasanya anak yang terlalu dikekang akan mempengaruhi psikologis anak. Yang perlu dilakukan adalah mengontrol konten/aplikasi yang ada dalam gadget anak anda, aplikasi yang bisa memunculkan dampak negatif sebaiknya dihapus saja. Jika anak anda suka nonton video di youtube maka sebaiknya anda memfilter jenis video yang bisa muncul saat anak anda mengakses youtube. Buatlah kesepakatan dengan anak anda, misalnya tentang batasan penggunaan gadget dalam sehari, waktu-waktu dimana tidak boleh menggunakan gadget. Tanamkanlah dalam mindset anak bahwasanya bercandaria dengan keluarga lebih menyenangkan ketimbang bermain gadget, jadi syaratnya anda harus menjadi orangtua yang menyenangkan dimata anakanak anda. 3. MENGENALKAN ANAK BERBAGAI MACAM PRODUK TEKNOLOGI DIGITAL Selain berusaha mengantisipasi dampak negatif dari keberadaan teknologi digital, hal yang tak boleh diabaikan yakni mengenalkan anak pada berbagai jenis produk-produk digital. Hal tersebut bertujuan agar anak anda tidak menjadi pribadi yang kudet (kurang update). Mengenalkan anak pada berbagai jenis produk digital akan memperkaya wawasan pengetahuan anak, namun jangan lupa untuk senantiasa menyelipkan nilai-nilai moral dalam setiap proses belajar anak. Misalnya saja jika anda mengenalkan suatu teknologi digital. Misalkan saja anda mengenalkan tentang smartphone maka anda sebagai orangtua harus menjelaskan hal positif apa saja yang bisa didapatkan ketika memiliki/menggunakan smartphone serta pengaruh negatif apa saja yang mungkin bisa terjadi jika kurang tepat dalam menggunakan smartphone. 4. BEREKSPERIMEN, BERKREASI DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI PRODUK DIGITAL Menggunakan berbagai produk digital bukanlah sesuatu hal yang tidak boleh namun yang paling penting adalah kita dituntut untuk bijak dalam menggunakannya. Yang paling penting, anak bukan hanya diajarkan bagaimana menggunakan berbagai produk digital tersebut namun yang paling penting adalah bagaimana mengajarkan anak untuk menjadi sosok yang kreatif, inovatif, sehingga benda-benda digital tersebut bisa menjadi wadah, media bagi anak untuk bereksperimen, berkreasi dan mencipta hal-hal yang baru. 5. SELEKTIF DALAM MEMPERCAYAI SUATU INFORMASI Era digital telah menyebabkan penyebaran suatu informasi begitu cepat, hanya perlu beberapa detik, menit untuk mengetahui suatu kejadian/informasi yang terjadi disuatu tempat jauh. Bisa diyakini bahwa tidak semua informasi yang beredar adalah benar adanya, tidak sedikit informasi yang beredar adalah hoax. Maka dari itu anak harus diajarkan untuk selektif dalam mempercayai suatu berita/informasi, anak biasanya belum memiliki filter yang cukup kuat untuk menyaring informasi yang benar dan salah, sehingga perlu menanamkan pemahaman pada anak untuk bijak dalam menyakini suatu informasi. 6. MEMPERBANYAK MELAKUKAN AKTVITAS YANG BERMANFAAT BERSAMA ANAK Tugas orangtua adalah memperbanyak melakukan aktvitas yang bermanfaat bersama anak. Misalnya saja; wisata ke museum, rekreasi, jalan-jalan ke kebun binatang. Selain itu aktivitas di dalam rumah juga harus mengarahkan perilaku anak ke hal postif. Salah satu tujuan memperbanyak melakukan aktvitas yang bermanfaat bersama anak yakni untuk meminimalisir dampak negatif dari keberadaan beberapa produk teknologi, beberapa produk teknologi yang bisa menyebabkan kencanduan pada anak untuk menggunakannya misalnya saja; game, smartphone/gadget, internet, televisi dll. 7. MENGAJARKAN ANAK ILMU AGAMA Di era digital ada banyak hal yang mesti di filter agar tidak memunculkan pengaruh negatif, hal yang paling tepat diajarkan pada anak agar dampak negatif era digital bisa diminimalisir adalah dengan mengajarkan anak ilmu agama. Ilmu agama ibaratkan benteng yang akan melindungi anak dari berbagai hal yang kurang baik, jika ilmu agama anak sudah baik maka bisa dipastikan pengaruh era digital tidak akan memberi banyak dampak negatif pada anak. 2.6 TANTANGAN MENDIDIK GENERASI DIGITAL 4 tantangan besar yang harus kita hadapi saat membesarkan anak di era digital yang semakin mengglobal ini, yaitu : 1. ANAK-ANAK TAK BELAJAR MELALUI INTERAKSI TATAP MUKA LANGSUNG Bagaimana cara bayi belajar berekspresi dan mengeluarkan emosi? Bagaimana cara mereka mulai mempelajari bahasa? Mereka melakukannya dengan melihat ekspresi wajah orang tua dan mereka jadi makhluk sosial dengan memiliki sejumlah kemampuan penting ketika sudah masuk sekolah. Sayangnya, banyak orang tua saat ini yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget mereka. Sehingga waktu yang tersisa untuk anak-anak jadi semakin sedikit. Anak-anak pun jadi kesulitan untuk belajar melalui interaksi langsung dengan orang tuanya. 2. KEMAMPUAN MEMBACA ANAK-ANAK BISA MENURUN Sebuah studi yang dilakukan oleh Schugars dari West Chester University mengungkapkan bahwa pemahaman membaca anak-anak bisa terpengaruh. Penelitian mereka memperlihatkan bahwa anak-anak yang membaca buku cetak memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang hanya menggunakan buku eletronik (e-book). Salah satu penyebabnya adalah ketika membaca buku elektronik, perhatian anak-anak lebih terfokus pada fitur visual dan bukan pada teks bacaan. 3. ANAK-ANAK MAKIN JARANG MEMAINKAN PERMAINAN PAPAN (BOARD GAMES) Di era digital dan internet yang makin mudah diakses, waktu anak-anak bisa dihabiskan hanya di dunia maya saja. Belum lagi dengan makin banyaknya permainan online yang bisa dimainkan kapan saja. Tapi permainan tersebut akan sulit menghadirkan interaksi manusia langsung yang biasa kita dapatkan jika memainkan permainan papan. Memainkan permainan papan bersama-sama ternyata memiliki banyak sekali manfaat. Beberapa diantaranya, antara lain anak-anak bisa belajar kosakata, menghitung, membaca, dan bahkan matematika, anak-anak juga bisa belajar arti menang dan kalah, anak-anak dapat membangun kepercayaan dirinya, kemampuan untuk konsentrasi dan fokus juga bisa meningkat. Apabila Anda melihat anak Anda lebih banyak menghabiskan waktunya bermain online, cobalah untuk mengajaknya memainkan permainan papan bersama-sama. 4. ANAK-ANAK BUTUH LEBIH BANYAK WAKTU UNTUK DIDAMPINGI Orang tua harus berhati-hati agar anak-anak tidak kecanduan internet. Sebagai orang tua, Anda harus meluangkan waktu untuk mendampingi mereka ketika mereka mengakses dunia maya. Banyak situs yang kurang sesuai untuk anak-anak. Selain itu, Anda juga sudah harus bisa memberikan pendidikan dan pemahaman tentang penggunaan internet yang sehat sejak dini kepada anak-anak Anda. Dalam menjawab tantangan mendidik generasi digital, pendidik perlu menggunakan paradigma bahwa teknologi hanya alat untuk membantu mendidik anak tanpa bersikap antipati pada teknologi. Gawai dapat membantu mencari informasi dan menjalin pertemanan. Namun, batasi anak menggunakan gawai dan penggunaannya harus selalu dibawah pengawasan penuh orang tua. Gunakan parental control software agar terhindar dari konten negatif di internet. Bila anak telah memiliki akun sosial di internet, bertemanlah dengan anak di dunia maya agar tetap mengikuti perkembangannya. Bekali anak dengan kesukaan pada kegiatan membaca-menulis, kembangkan minat seni, serta keterampilan olahraga dan bela diri bersama teman sebaya diluar pelajaran sekolah. Jangan biarkan anak kita sibuk bermain games daring. Mari kita kembangkan potensi generasi digital ini agar mampu survive, baik di dunia maya maupun dunia realita. (Kompas Hal. 22, 03 Maret 2017) 2.7 REALITA GENERASI DIGITAL PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA 2.7.1 REALITA GENERASI DIGITAL PADA ANAK-ANAK 1. Kesehatan Mata Anak Menurun Paparan berlebihan terhadap penggunaan gadget dapat memicu pengelihatan yang buruk. Kebanyakan anak-anak pada generasi digital sudah memakai kaca mata karena sering bermain game di gadget ataupun di playstation selama berjam-jam. 2. Masalah Tidur Masalah tidur anak dapat terjadi karena terlalu lama melihat layar gadget atau laptop. Selain itu banyaknya fitur-fitur menarik yang terdapat di gadget mereka membuatnya rela mengurangi jam tidur yang seharusnya. 3. Kesulitan Konsentrasi Penggunaan perangkat digital memiliki efek pada keterampilan mengubah perhatian anak, sehingga bisa meningkatkan perilaku terlalu aktif dan kesulitan dalam berkonsentrasi. 4. Menurunnya Prestasi Belajar Penggunaan perangkat digital seperti gadget atau komputer yang berlebihan sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi belajar anak. 5. Perkembangan Fisik Karena terlalu sering menggunakan gadget dapat mengakibatkan terbatasnya aktivitas fisik yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang yang optimal. Selain itu anak sering menahan lapar, haus, dan keinginan buang air sehingga mengganggu sistem pencernaan, yang menyebabkan ketidak simbangan bobot tubuh (terlalu gemuk atau terlalu kurus). 6. Perkembangan Sosial Kebanyakan anak pada saat ini tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung. Memiliki kesulitan mengenali berbagai nuansa perasaan. 7. Perkembangan Otak dan Hubungannya dengan Penggunaan Media Digital Penting bagi anak-anak untuk menyeimbangkan antara bermain perangkat digital dan bermain di dunia nyata. 8. Menunda Perkembangan Bahasa Anak Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media digital bisa menunda perkembangan Bahasa anak, terutama untuk anak-anak usia 2 tahun dan dibawahnya. 2.7.2 REALITA GENERASI DIGITAL PADA REMAJA 1. IDENTITAS Remaja sekarang sebagian besar mengikuti tren dengan membuat akun di facebook, twitter, Instagram, path, youtube, dan lain-lain untuk membuktikan pada dunia bahwa mereka ada. 2. PRIVASI Pada saat ini banyak remaja yang lebih memilih untuk terbuka, blak-blakan, dan berpikir lebih agresif. 3. KEBEBASAN BEREKSPRESI Pada saat ini remaja tidak suka diatur dan lebih menyukai kebebasan, mereka lebih menginginkan untuk mengkontrol dan Internet memberikan hal itu. 4. PROSES BELAJAR Kemampuan belajar remaja lebih cepat karena segala informasi ada di ujung jari mereka dengan adanya Geoogle untuk mengakses segala yang belum diketahui . 2.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN GENERASI DIGITAL 2.8.1 KELEBIHAN Kemampuan menciptakan informasi sebenarnya bukan hal baru, namun di era digital ini selain menciptakan informasi, anak-anak juga mendapat kesempatan untuk mendiseminasikan informasi tersebut dengan kecepatan tinggi. Misalnya, membuat video yang di-upload di Youtube dan dalam hitungan detik sudah ditonton oleh banyak mata. Akhirnya, kemampuan berjejaring membukakan pintu menuju desa global yang berpotensi untuk menjadi lahan sosial bagi anak di masa mendatang. Kemampuan generasi digital untuk memilah mana konten informasi yang positif dan mana yang tidak itulah yang menjadi kekhawatiran orang tua bahwa teknologi informasi akan melahirkan generasi yang kurang peka sosial, tidak bermoral, dan tidak beradab. Selain konten yang negatif, dengan teknologi informasi juga memungkinkan generasi muda mengakses hal-hal positif yang bisa menjadi inspirasi pengembangan diri dan lingkungan. Kuncinya ada pada kemampuan dalam memilah, mana informasi yang bisa ditelaah lebih lanjut dan mana informasi yang harus dibuang. 2.8.2 KEKURANGAN Teknologi informasi memang telah melahirkan sebuah generasi melek teknologi yang ke depan, tentu saja, diharapkan mampu membawa peradaban manusia menjadi lebih baik, namun perkembangan teknologi informasi bukan tanpa risiko. Kita sebagai generasi digital menyadari bahwa tidak semua informasi yang masuk dan kita terima adalah informasi yang baik serta positif. Bisa juga informasi tersebut adalah informasi sampah atau mengandung konten-konten yang bisa merusak moral dan mental misalnya konten mengenai kekerasan , pornografi, dan kebencian antargolongan. Di sinilah, tantangan generasi digital, bagaimana mampu memfilter mana informasi yang layak dibaca dan mana informasi yang harus dibuang jauh-jauh. BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Istilah Digital Natives dan Digital Immigrants diciptakan oleh seorang konsultan pendidikan bernama Marc Prensky pada tahun 2001. Generasi Digital Natives adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990). Sedangkan generasi Digital Immigrants adalah generasi yang lahir sebelum 1990. (Agung Sulistyanto, 2004). Digital Natives adalah generasi yang mengutamakan kecepatan. Maklum mereka hidup di era internet, dimana komunikasi dapat dengan cepat dilakukan dan informasi sangat cepat tersebar, akibatnya mereka cenderung untuk melakukan segala hal dan menginginkan sesuatu dengan cepat. Karakteristik dari generasi digital adalah menyukai kebebasan serta menolak terkekang, bermain bukan hanya bekerja, cenderung ekspresif tidak hanya reseptif, cepat dan enggan menunggu, lebih suka mencari bukan menunggu instruksi, unggah menjadi lebih dominan tidak hanya mengunduh, lebih interaktif bukan hanya komunikasi searah, aktif berkolaborasi tidak hanya berkompetisi, rentang perhatian yang pendek, dan berpikir cepat. Kemampuan menciptakan informasi sebenarnya bukan hal baru, namun di era digital ini selain menciptakan informasi, anak-anak juga mendapat kesempatan untuk mendiseminasikan informasi tersebut dengan kecepatan tinggi. Kemampuan berjejaring membukakan pintu menuju desa global yang berpotensi untuk menjadi lahan sosial bagi anak di masa mendatang. Namun menciptakan informasi bukan tanpa risiko. Bisa juga informasi yang kita dapatkan adalah informasi palsu atau mengandung konten-konten yang bisa merusak moral dan mental. Disinilah, anak dituntut harus lebih selektif dalam menciptakan sebuah informasi. Dalam era generasi digital ini, masih banyak realita yang di alami oleh anak-anak dan remaja. Jika dilihat dari keseluruhan realita generasi digital kepada anak-anak malah membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan fisik maupun mental anak seperti kurangnya konsentrasi, jam tidur anak berkurang, membawa dampak pada mata, kurangnya sosialisasi, menurunnya prestasi belajar anak, terjadi perubahan kepada fisik anak, dan menunda perkembangan anak. Sedangkan realita generasi digital kepada anak remaja seperti , dapat mengekspresikan diri mereka, lebih bisa menggunakan internet secara bijak untuk keperluan sekolah. Peran orang tua dan pendidik dalam berkontribusi bagi masyarakat global yakni orang tua dan para pendidik harus merangkul media digital, menjadi role model bagi anak-anaknya, menerapkan aturan dan perjanjian untuk penggunaan gadget, menanamkan kepada anak konsep menciptakan buka hanya mengkonsumsi, dan mengingatkan bahwa data yang dishare akan bertahan selamanya. DAFTAR PUSTAKA Andalas, Mutiara.2016. Mendidik Genarasi Net. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Seri Pendidikan Orang Tua: Mendidik Anak di Era Digital. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Anak, Sayangi. (2014, 16 Mei). Kenali Ciri Generasi Digital Native. Diperoleh 25 Agustus 2018, dari http://sayangianak.com/kenali-ciri-generasi-digital-native-2 Suhartini. (2013, Agustus). Generasi Digital Native? Inilah 8 cirinya. Diperoleh 25 Agustus 2018, dari http://gurusdn03.blogspot.com/2013/08/generasi-digital-native-inilah-8-ciri.html Primasanti, Kartika. (2018, 23 Juli). Menemukan Permata Dalam Diri Anak Generasi Digital. Diperoleh 28 Agustus 2018 dari, https://news.detik.com/kolom/4128904/menemukanpermata-dalam-diri-anak-generasi-digital Muhamad, Arzaky Rizky. (2015, 29 November). Generasi Digital dan Masa Depan Bangsa. Diperoleh 2 September 2018, dari https://www.kompasiana.com/arzakyy/565aec2bf27e61d01d04cf00/generasi-digital-danmasa-depan-bangsa Zahra, Riffi. (2016, 22 Oktober). Tantangan Mendidik Anak di Era Digital. Diperoleh 1 Oktober 2018, dari http://www.mungilmu.com/single-post/2016/10/22/Tantangan-Mendidik-Anak-diEra-Digital Anak, Sayangi. (2015, 26 Agustus). Mendidik Anak di Era Digital Memiliki Tantangan yang Tidak Mudah. 9 Hal ini Mempersiapkan Anak Memasuki Era Digital. Diperoleh 1 Oktober 2018, dari http://sayangianak.com/mendidik-anak-di-era-digital-memiliki-tantangan-yang-tidak-mudah-9hal-ini-mempersiapkan-anak-memasuki-era-digital/ Rijal. (2018, 29 April). 7 Tips Cara Mendidik Anak di Era Digital. Diperoleh 2 Oktober 2018, dari https://www.rijal09.com/2018/04/7-tips-cara-mendidik-anak-di-era-digital.html?m=1