Kebangkitan Trump: Politik yang Menjadi

advertisement
Kebangkitan Trump: Politik yang Menjadi Senjata Makan Tuan
Anggita Ludmila
Dalam beberapa hal, menurut saya Amerika Serikat dapat disebut sebagai negara yang paling
berpengaruh di dunia. Oleh karena itu, pemilu Amerika Serikat akan menentukan siapa yang
akan menjadi orang yang paling berpengaruh di dunia. Dan saat ini, banyak orang mencari dan
mengikuti berita dan perkembangan terkait pemilu yang akan datang.
Proses kampanye presiden yang sedang berjalan saat ini tampak biasa saja pada awalnya.
Terlihat adanya pendukung liberal, Demokrat yang humanis dan puritan, serta pendukung
konservatif Partai Republik. Namun, di awal kampanye, Amerika ‘dikejutkan’ oleh pengumuman
pencalonan diri dari Donald Trump. Ya, semua orang pernah dengar nama Trump. Ia adalah salah
satu pengusaha paling sukses yang memiliki acara TV sendiri. Ketika Trump mengumumkan
pencalonan dirinya, slogan yang ia usung adalah “membuat Amerika berjaya kembali”. Namun,
di samping kesuksesannya dalam berbisnis, ia bukan seorang politisi. Masyarakat Amerika
mengetahui fakta tersebut. Pidato sambutan yang disampaikan Trump terkadang terlalu ekstrim,
bahkan pidato kampanye Trump seringkali menyinggung masyarakat dan dianggap
menyedihkan. Untuk beberapa waktu, masyarakat menganggapnya sebagai ‘bercandaan’. Sebuah
materi hiburan baru.
Namun seiring berjalannya waktu, tanpa disangka, Trump semakin melejit. Dengan sifat yang
demikian, Trump sebenarnya memiliki pendukung cukup banyak. Dalam beberapa jajak
pendapat, meskipun ia tidak memimpin hasilnya, ia selalu menempati posisi atas. Namun
mengapa hal ini menjadi masalah untuk banyak orang? Karena Trump adalah Trump. Ia bicara
tanpa basa basi. Trump membenci imigran – terutama keturunan Hispanik – dan ingin
menyingkirkan mereka. Ia seringkali menyatakan bahwa Amerika kekurangan lapangan kerja –
meski jumlah pengangguran menurun. Ia ingin melarang umat Islam dari seluruh dunia untuk
masuk ke Amerika dan ingin mencatat seluruh muslim di tanah Amerika. Trump, bagi banyak
orang, lebih terasa sebagai teror daripada penyelamat yang akan membuat Amerika berjaya
kembali. Dan menurut banyak orang di seluruh dunia, ia tidak cocok untuk menempati posisi
orang yang paling berpengaruh di dunia. Tidak ada yang menginginkan terjadinya Perang Dunia
III, bukan?
Jadi, apa yang terjadi dengan masyarakat Amerika? Bagaimana Trump bisa menempati posisi
strategis di dalam proses kampanye?
Untuk menjawab fakta yang ‘aneh’ ini, saya akan melihat dari dua sudut pandang.
Pertama, tentu saja, adalah sudut pandang psikologis.
Kita sering mendengar terminologi “perilaku pemilih”, dan mengetahui bahwa salah satu
kecenderungan pemilih adalah untuk memilih seseorang yang memahami hal-hal yang memicu
emosi Anda. Dalam kasus Trump, ia menyentuh perasaan takut, marah, dan terhina yang
dirasakan masyarakat. Sebagai contoh, terkait isu imigran. Adalah rahasia umum bahwa
masyarakat Amerika harus berbagi tidak hanya rumah mereka, tetapi juga pekerjaan mereka
dengan imigran. Namun tahun lalu, cara mereka melihat hal tersebut – yang mana merupakan
pola pikir yang dibentuk oleh pemerintah – adalah mereka melakukan kebaikan dengan
memberikan kesempatan kepada imigran. Trump mengubah pola pikir tersebut. Ia menunjukkan
bagaimana masyarakat Amerika dipaksa untuk memberikan apa yang mereka miliki kepada
orang tak dikena,l yang ternyata menjadi penjahat dan melakukan hal-hal buruk di negara
mereka. Imigran adalah ancaman. Mereka mengambil pekerjaan masyarakat setempat. Mereka
mengambil rumah masyarakat setempat. Mereka membawa pengaruh buruk. Dan sayangnya,
pemerintah membiarkan warga negaranya mengalami hal-hal seperti itu. Karena pada dasarnya
hal tersebut benar, hal ini memicu kemarahan dan penghinaan untuk banyak masyarakat
Amerika, dan sekarang mereka takut apabila mereka membiarkan imigran tetap tinggal di
Amerika, mereka akan kehilangan segalanya. Trump menciptakan musuh bersama, dan ingin
untuk menjaga masyarakat Amerika dari musuh tersebut. Ia menciptakan musuh bersama dalam
berbagai hal – pekerjaan, umat Islam, dan banyak hal lainnya. Bagi sebagian orang, hal tersebut
merupakan tindakan yang kejam. Hal ini berarti memungkinkan represi bagi imigran dan umat
Islam. Ini berarti konflik dan itu sangat ekstrim. Tapi bagi sebagian orang lainnya, hal tersebut
benar adanya. Hal ini memicu emosi mereka dan membakar api di dalam hati mereka. Untuk
pemilih Trump, ia ada benarnya.
Namun, apakah masyarakat Amerika benar-benar berpikiran ekstrim?
Itulah mengapa saya memiliki sudut pandang kedua. Kekecewaan terhadap pemerintah. Dalam
sudut pandang ini, bukan berarti masyarakat Amerika membenci Hispanik atau umat Islam. Hal
ini berarti bahwa mereka ‘tidak berpikir logis’ sebagaimana seringkali diasumsikan demikian.
Saya membaca beberapa literatur, mencoba untuk menemukan artikel yang lebih teoritis atau
ilmiah mengenai mengapa beberapa masyarakat Amerika benar-benar mendukung Trump,
namun saya memutuskan untuk melihat langsung ke dalam apa yang dipikirkan oleh masyarakat
Amerika. Dan saya terkejut mengetahui bahwa hal yang sama dirasakan oleh setiap pemilih.
“Ia bukan seorang politisi” adalah salah satu alasan yang paling sering diutarakan sebagai latar
belakang seseorang mendukung Trump. Trump adalah seorang pengusaha, selalu demikian.
Dalam pikiran banyak orang, fakta bahwa Trump adalah seorang pengusaha yang sangat sukses
membuktikan bahwa ia dapat mengelola hal-hal baik: masyarakat tahu bahwa ia punya bisnis
yang besar, dan masyarakat tahu ia mendapatkan keuntungan besar, sehingga berdasarkan hal
tersebut, mereka beranggapan Trump akan dapat menggunakan kemampuannya dalam berbisnis
untuk membuat Amerika berjaya kembali. Pada akhirnya, masyarakat cenderung berpikir bahwa
politisi adalah orang-orang yang tidak mengetahui cara mengelola sebuah negara, dan
pengusaha akan melakukan hal-hal yang sederhana, menguntungkan, dan itulah sebabnya
mereka berpikir seorang pengusaha akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memajukan
negara.
Komentar “Ia bukan politisi” kemudian diikuti dengan komentar lain, yaitu “Dia bicara tanpa
basa basi”. Rupanya masyarakat Amerika sudah lelah dengan janji-janji kosong yang dibuat
oleh para politisi. Pemaparan Trump yang tanpa basa basi, tidak dipikirkan dengan matang, dan
bahkan sedikit ekstrim terlihat sebagai sesuatu yang menyegarkan. Akhirnya, muncul seseorang
yang menyampaikan kebenaran. Mereka bosan dengan janji perdamaian yang tidak kunjung
terwujud – masyarakat Amerika berjuang lebih keras sejak Obama berkuasa, mereka lelah
dengan energi positif dari kampanye positif yang terbukti palsu. Cara Trump berbicara memang
tidak layaknya seorang presiden, namun, masyarakat Amerika merasa tidak ada orang yang layak
disebut ‘presiden’. Selanjutnya, beberapa pendukung Trump bahkan tidak percaya bahwa Trump
akan menjadi ekstrimis apabila ia menjadi presiden: ia memang bertindak sedikit bombastis,
namun ia menyoroti masalah yang tepat, ia mengutarakan kekecewaan yang benar-benar
dirasakan masyarakat Amerika, dan ia akan memperbaiki hal-hal tersebut melalui kebijakannya.
Masyarakat Amerika memiliki ketidakpercayaan yang sangat besar dengan pemerintah mereka
saat ini. Mereka berpikir bahwa pemerintah saat ini tidak melakukan apa-apa untuk mereka. Hal
ini tidak ada kaitannya dengan latar belakang Demokrat atau Republik, namun lebih terkait
dengan jabatan politisi itu sendiri. Politisi memanipulasi masyarakat dengan memberi mereka
harapan palsu untuk mendapatkan kekuasaan. Setelah mereka memegang kekuasaan, tidak jelas
apa yang mereka lakukan. Politisi menutup telinga mereka dari aspirasi rakyat, melakukan halhal yang mereka pikir diperlukan oleh rakyat dan bukan berinteraksi dengan rakyat secara nyata.
Politisi bertentangan dengan satu sama lain untuk mendapatkan kursi pemerintahan dan
mencapai kepentingan partai mereka – dan rakyat menerima akibatnya: menentang pemerintah,
penembakan massal – hal-hal tersebut terjadi karena para politisi sibuk bertengkar dengan satu
sama lain untuk mendapatkan kekuasaan. Maka masyarakat Amerika membutuhkan seseorang
yang cukup percaya diri untuk menyelesaikan seluruh permasalahan, dan saat ini, mereka
melihat harapan tersebut pada Trump. Beberapa orang benar-benar percaya bahwa Trump akan
membuat Amerika berjaya lagi.
Jika Trump terpilih sebagai presiden, banyak orang akan berpendapat bahwa masyarakat
Amerika sudah gila. Namun seluruh dunia akan memiliki pendapat yang berbeda. Bukan para
keturunan Hispanik atau umat Islam, tetapi para politisi yang telah menjual janji mereka, namun
menutup telinga mereka ketika masalah terjadi. Sehingga tidaklah berlebihan untuk mengatakan
bahwa jika Trump terpilih sebagai presiden, hal tersebut adalah kesalahan dari pemerintah
Amerika. Hal tersebut merupakan kesalahan dari Partai Demokrat dan juga kesalahan dari Partai
Republik. Adalah kesalahan mereka untuk memberikan kekecewaan yang begitu besar kepada
masyarakat Amerika, sehingga mereka berpikir orang seperti Trump dapat menyelamatkan
mereka. Adalah kesalahan mereka untuk membuat masyarakat Amerika tidak percaya kepada
mereka, sehingga masyarakat memilih seseorang yang terlalu percaya, bersumbu pendek,
pengusaha yang ‘bodoh’ yang mungkin dapat menyebabkan perang dunia III daripada negarawan
yang berpengalaman seperti Clinton, Sanders, atau bahkan Bush. Masyarakat marah, dan lihatlah
apa yang dapat mereka mencapai? Kekacauan.
Jadi, apabila Anda melihat orang-orang mendukung Trump, jangan salahkan mereka. Inti
masalahnya tidak terdapat pada Trump maupun pendukungnya. Masalah yang sebenarnya
terletak pada para politisi.
Download