Uploaded by User45432

Laporan Kelompok 1 TKTAEAOE Revisi

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara kuantitatif masalah banjir terjadi akibat kesenjangan dua hal yaitu,
masalah distribusi dan kapasitas. Distribusi hujan yang tidak merata sepanjang
tahun cenderung terakumulasi pada waktu yang singkat pada musim hujan
(biasanya pada bulan Desember sampai Februari) menyebabkan tanah dan
tanaman tidak mampu menampung semua volume air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi. Akibatnya sebagian besar air hujan dialirkan menjadi aliran
permukaan, sehingga menyebabkan banjir di hilir. Peningkatan volume aliran
permukaan ini diperparah dengan terjadinya alih guna lahan dari sawah, hutan,
perkebunan ke lahan berpenutup permanen seperti perumahan, pabrik, jalan.
Perubahan yang tidak terkendali ini akan menyebabkan volume aliran
permukaan meningkat luar biasa dan kecepatan aliran permukaan meningkat
secara tajam, sehingga daya angkut, daya kikisnya menjadi luar biasa. Volume air
yang sangat tinggi dengan waktu tempuh yang singkat, menyebabkan bahaya
banjir di hilir menjadi sangat besar.
Kecenderungan meningkatnya resiko banjir yang disebabkan oleh alih fungsi
lahan bervegetasi (cultivated land) menjadi lahan beton atau aspal (non cultivated
land) dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia. Pertambahan penduduk
Indonesia yang masih tinggi (1.8%/tahun) yang diikuti oleh pertumbuhan sektor
industri, merupakan penyebab utama konversi lahan tersebut. Perubahan
karakterisik permukaan tanah menjadi kedap air (impermeable surface) akan
menyebabkan penurunan laju infiltrasi tanah secara tajam. Akumulasi volume
aliran permukaan yang tinggi, dalam waktu singkat akan menyebabkan daya
tampung sungai terlampaui dan terjadi banjir di hilir.
Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya maka sangat penting untuk
mengetahui cara menghitung koefisien aliran permukaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran permukaan. Maka dari itu praktikum aliran permukaan ini
dilaksanakan agar mahasiswa teknik pertanian dapat menjadikan koefisien aliran
permukaan dan faktor-faktor yang mempengaruhiunya sebagai pertimbangan
dalam konservasi tanah dan air.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum erosi permukaan adalah untuk mengetahui cara
menghitung koefisien aliran permukaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
aliran permukaan.
Kegunaan drai praktikum aliran permukaan adalah agar mahasiswa teknik
pertanian dapat menjadikan koefisien aliran permukaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhiunya sebagai pertimbangan dalam konservasi tanah dan air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aliran Permukaan
Air permukaan dimana air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau, makin landai dan makin sediki pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk
sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai
menuju laut (Arsyad, 2009).
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh
faktor hidrologi dan meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan
sangat bervariasi dalam jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya,
maupun juga dari hari ke hari, dan jam ke jam (Arsyad, 2009).
Faktor utama untuk menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya
presipitasi dan evaporasi, tetapi juga dalam periode panjang seperti faktor tanah
dan vegetasi. Aliran permukaan dinyatakan dalam satuan
π‘š3
𝑠
ini adalah laju aliran
air. Air hujan yang merupakan input jatuh ke permukaan, ada sebagian yang
hilang dan ada yang mengalami kelebihan. Aliran permukaan total (debit sungai)
berasal aliran permukaan langsung, aliran bawah permukaan (lapisan antara), dan
berasal dari debit air tanah hasil perkolasi dari air hujan. Volume total dari aliran
permukaan diakibatkan oleh faktor iklim (Arsyad, 2009).
Menurut Kartasaputra (2005), adapun distribusi waktu limpasan (aliran
permukaan) yaitu:
a.
Faktor Meteorologist
Presipitasi (tipe, intensitas, lama, agihan kawasan, agihan waktu, arah
gerakan hujan, frekuensi terjadinya, presipitasi yang mendahului).
Meteorologist (radiasi matahari, suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan
atmosfer), yang mempengaruhi evapotranspirasi
b.
Faktor DAS
Terdiri atas:
1. Topografi (bentuk, kemiringan)
2. Geologi (permeabilitas dan kapasitas akuifer)
3. Tipe tanah
4. Vegetasi (penutupan vegetasi, pertumbuhan tanaman dalam saluran)
5. Jaringan drainase (urutan sungai dan kerepatan sungai)
c.
Faktor Manusia
Terdiri dari:
1. Struktur hidrolik
2. Teknik pertanian
3. Urbanisasi
2.2. Sumber Aliran Permukaan
Aliran permukaan berasal dari presipitasi ke dalam 3 komponen sumber yaitu
run off, evaporasi, infiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan berasal dari curah
hujan yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan (evaporasi + infiltrasi).
Kedua aliran permukaan berasal dari cairnya salju atau es, salju mencair
merupakan sumber air permukaan penting di daerah iklim dingin. Contoh
beberapa sungai di Canada, aliran permukaan dari pencairan salju menduduki 3040% dari total run off daerah aliran. Ketiga kontribusi aliran permukaan berasal
dari tandon air tanah (Arsyad, 2009).
2.3. Run Off
Daerah aliran sungai adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi,
kawasan tersebut menampung, menyimpan, dan mengalirkan air melalui sistem
sungai dan mengeluarkannya melalui titik tunggal (single outlet) (Arsyad, 2009).
Run
off
adalah
bagian
curahan
hujan
(curahan
hujan
dikurangi
evapotranspirasi, dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai
karena gaya gravitasi, airnya berasal dari permukaan maupun dari sub permukaan.
Run off dari suatu sungai diperoleh dari hasil pengurangan run off di stasiun
pengukuran aliran sungai (DAS). Tempat untuk mengukur aliran dapat dipandang
sebagai outlet DAS, semua run off tersebut keluar melalui tempat tersebut.
Hasil run off dari DAS di suatu tempat biasanya disajikan dalam bentuk tabel
maupun grafik (Arsyad, 2009).
Menurut Sutedjo (2002), grafik yang menggambarkan fenomena aliran (tinggi
muka air, debit, kecepatan, dan lain-lain) dan waktunya disebut hidrograf.
Umumnya ada dua macam hidrograf yaitu:
a. Hidrograf tinggi muka air (stage hydrograph)
b. Hidrograf aliran (dischange hydrograph)
2.4. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi ersebut dapat berjalan secara koninu. Air erevaporasi kemudian
jauh sebagai presipitasi dalam benuk hujan, salju, hujan bau, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis aau kabu. Pada perjalanan menuju bumi beberapa prepitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah (Arsyad, 2009).
Menurut Arsyad (2009), setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dalam tiga cara berbeda, yaitu:
a.
Evaporasi atau transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi
awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,salju, es.
b.
Infiltrasi atau perkolasi ke dalam tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertical atau horizontaldibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c.
Air Permukaan
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau,
makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
pengukuran
aliran
permukaan
dilaksanakan
pada
bulan
Maret-April 2018 di Belakang Laboratorium Teknik Perbengkelan, Departemen
Teknologi, Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pengolahan data dilakukan pada hari senin-selasa tanggal 14-15 Mei 2018
dilaksanakan di Laboratorium Processing, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum aliran permukaan yaitu kayu atau papan,
spanduk, linggis, cangkul, timba, pipa, oven, kertas saring dan timbangan digital.
Bahan yang digunakan yaitu air hujan, sedimen, daun, vegetasi dan
permukaan tanah.
3.3. Prosedur Kerja
a. Prosedur kerja pengambilan sampel
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum aliran permukaan ketika
pengambilan sampel yaitu:
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Membuat plot sesuai dengan arahan asisten yaitu dengan ukuran panjang 2,5
meter sedangkan lebar 1,5 meter.
3.
Membuat plot sebanyak 3 kali dengan 3 perlakuan yang berbeda yaitu plot
yang pertama bervegetasi dengan kanopi, plot yang kedua yaitu berkanopi
dengan serasah, dan yang ketiga yaitu berkanopi tidak bervegetasi tidak
berserasah.
4.
Mengambil data ketika hujan dengan meletakkan penakar curah hujan pada
pukul 17.00 WITA hingga 24 jam.
5.
Mengambil data kembali pada pukul 17.00 WITA
6.
Mengendapkan sedimen yang ada, kemudian mengoven sedimen yang ada.
7.
Mengambil data.
b.
Prosedur kerja pengeringan sedimen
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum aliran permukaan ketika
pengeringan sedimen yaitu:
1.
Menyaring air sampel yang sudah diambil dengan menggunakan kertas saring
untuk memisahkan sedimen dengan air.
2.
Menimbang kertas saring yang berisi sedimen sebelum masuk kedalam oven.
3.
Mengoven setiap sampel.
4.
Menimbang sampel.
3.4. Rumus yang digunakan
3.4.1.Intensitas
Dimana :
I = Itensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Tc = Waktu konsentrasi curah hujan (jam)
3.4.2. Debit
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana :
Q = Debit rencana (m3/detik)
C = Koefisien Limpasan
I = Itensitas curah hujan (mm/detik)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
3.4.3.Volume air jebakan
V = Q x Tc x Panjang Parit
Dimana :
V = Volume air jebakan
Q = Debit air rencana
Tc = Waktu konsentrasi
3.4.4 kemiringan
Persentase Kemiringan ο€½
Jarak ketinggian lereng
x 100%
jarak mendatar lereng
3.4.5.Erosi
Eο€½
Cap x Vap x 10 ο€­3
A
Dimana:
E
= Tanah tererosi (ton/ha)
Cap
= Konsentrasi muatan sedimen (kg/m3)
Vap
= Volume aliran permukaan (m3)
A
= Luas Areal yang mengalami erosi (ha)
10-3
= Angka konversi satuan kg menjadi ton
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1. Hasil Tabel
Tabel 1. Persentase Kemiringan dan Curah Hujan
Plot
Vegetasi Bercanopi
Serasa Bercanopi
Canopi TanpaVegetasi
Slope CH (L/m2)
19.2%
40.5% 1.74× 10-5
13.8%
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan
Vegetasi Bercanopi
Vegetasi Bercanopi
Serasa Bercanopi
Canopi Tanpa
Vegetasi
volume
(m3)
0.00522
0.00522
beratsedimen
(Kg)
0.112752
0.110664
Cap
(Kg/ m3)
0.00108
0.00106
0.0128 × 10-3
0.0125 × 10-3
0.00355
0.1065
0.0015
0.0121 × 10-3
E (Ton/Ha)
4.1.2. Hasil Grafik
Persentase keirigan (%)
Grafik 1. Perbandingan Kemiringan (Slope) pada Setiap Plot.
Slope
50
40
30
20
10
0
Plot 2
Plot 1
1
Plot 3
2
3
Plot
Grafik 2. Hubungan Kemiringan dengan Erosi.
Persentase keirigan (%)
Hubungan kemiringan dan erosi
25
Plot 2
20
Plot 1
15
10
5
Plot 3
0
0,012 0,0121 0,0122 0,0123 0,0124 0,0125 0,0126 0,0127 0,0128 0,0129
Erosi (ton/ha)
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini pengukuran aliran permukaan dilakukan dengan
menggunakan tiga jenis plot, yaitu plot berkanopi, plot serasa berkanopi dan plot
berkanopi tanpa vegetasi. Dari ketiga jenis plot tersebut dapat diketahui pengaruh
vegetasi terhadap aliran permukaan. Dari hasil praktikum diketahui nilai volume
tertinggi pada ketiga plot tersebut yaitu pada plot berkanopi dan serasa berkanopi
dengan nilai yang sama. Sedangkan menurut teori, aliran permukaan akan
meningkat jika tanah tersebut tidak bervegatsi. Dengan adanya ketidaksesuaian
teori dengan hasil praktikum maka dapat ditinjau hal-hal yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. Hal ini dikarenakan pengambilan data atau perhitungan yang tidak
teliti.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dalam satu kali
pengambilan data untuk tiga plot dengan perlakuan berbeda maka dapat diketahui
tingkat perbedaan volume, berat sedimen, konsentrasi muatan sedimen serta tanah
yang tererosi. Adapun hasilnya yaitu berat sedimen vegetasi berkanopi lebih berat
dibandingkan berat plot serasa berkanopi dan plot tanpa kanopi dan tanpa
vegetasi. Sedangkan untuk konsentrasi muatan sedimen tertinggi di antara kedua
plot yaitu plot kanopi tanpa vegetasi, hal ini dikarenakan pori-pori plot tanpa
vegetasi sedikit sehingga aliran permukaan semakin besar dan diikuti oleh
pengangkutan sedimen yang besar pula. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Arsyad, S. (2009) bahwa makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.
Perlakuan yang diberikan pada setiap plot memberikan pengaruh pada hasil
sedimen yang diambil.
b.
Aliran permukaan dipengaruhi oleh air yang bergerak diatas permukaan tanah
dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikum dapat dilakukan dengan lebih teliti dan cermat sehingga
data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2009. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Kartasapoertra, A. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka
Cipta: Jakarta.
Sutedjo, M. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Bineka Cipta: Jakarta.
LAMPIRAN
a.
Intensitas
2
𝑅24
24 3
𝐼=
π‘₯ ( )
24
𝑇𝑐
2
174
24 3
𝐼=
π‘₯ ( )
24
18
𝐼 = 7,25 π‘šπ‘š⁄π‘—π‘Žπ‘š
b.
c.
Tc = 18 jam = 7,25 x 1,209 = 8,765
Debit Air
𝑄 = 0,278 π‘₯ 𝐢 π‘₯ 1 π‘₯ 𝐴
= 0,278 π‘₯ 0,10 π‘₯ 4,4 π‘₯ 10−6
= 1,0721 π‘₯ 10−6
Perhitungan Volume Air Jebakan
𝑉 = 𝑄 π‘₯ 𝑑𝑐 π‘₯ π‘ƒπ‘π‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘” π‘ƒπ‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘‘
= 1,0721 π‘₯ 10−6 π‘₯ 18 π‘₯ 2,95
= 5,692 π‘₯ 10−5
d.
Data Curah Hujan
1. Luas Tangkapan Hujan
Diameter Corong = 19,5 cm = 195 mm
1
𝐴 = πœ‹π‘‘ 2
4
1
𝐴 = π‘₯ 3,14 π‘₯ 19,32
4
𝐴 = 29876,79 π‘šπ‘š2
2. Curah Hujan
Volume air hujan = 520 ml = 520 cm3 = 520.000 mm3
𝑉
𝐢𝐻 = π‘₯ 10
𝐴
520.000 π‘šπ‘š3
𝐢𝐻 =
π‘₯ 10 = 174 π‘šπ‘š
29976,79 π‘šπ‘š2
3. Kemiringan Lahan
πΎπ‘’π‘šπ‘–π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› πΏπ‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› =
π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ πΎπ‘’π‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘–π‘Žπ‘› πΏπ‘’π‘Ÿπ‘’π‘›π‘”
π‘₯ 100%
π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘€π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Ÿ πΏπ‘’π‘Ÿπ‘’π‘›π‘”
Plot 1
πΎπ‘’π‘šπ‘–π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› πΏπ‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› =
51
π‘₯ 100% = 19.2%
265
Plot 2
πΎπ‘’π‘šπ‘–π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› πΏπ‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› =
116
π‘₯ 100% = 40.5%
286
πΎπ‘’π‘šπ‘–π‘Ÿπ‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› πΏπ‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› =
36
π‘₯ 100% = 13.8%
260
Plot 3
e.
Perhitungan Plot
Plot 1
𝑒=
0,00108 π‘₯ 0,00522 π‘₯ 10−3
0,00044 β„Žπ‘Ž
= 0,0128 π‘₯ 10−3
Plot 2
𝑒=
0,00106 π‘₯ 0,00522 π‘₯ 10−3
0,00044 β„Žπ‘Ž
= 0,0125 π‘₯ 10−3
Plot 3
𝑒=
0,0015 π‘₯ 0,00355 π‘₯ 10−3
0,00044 β„Žπ‘Ž
= 0,0121 π‘₯ 10−3
LAPORAN
TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR
ALIRAN PERMUKAAN
KELOMPOK VI :
SYAHRUL S.
ZIANA ZAIN
OLE LANGSANG
INDRA HENDRIANTO
EKAWATI ANGGRAENI
G41112003
G41115008
G41115022
G41115303
G41115510
ASISTEN
RIZKA AMALIA R.
G41114007
PRODI KETEKNIKAN PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Download