Morbus hansen/ Lepra/ Kusta -> infeksi granulomatosa kronik Mycobacterium leprae (Intraseluler obligat) jaringan mukosa dan saraf tepi, Kehilangan sensasi pada kulit dengan atau tanpa lesi dermatologis WHO Tinggal di daerah endemik + lesi kulit + kehilangan sensoris atau apusan kulit positif -> Kusta Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. 2 Epidemiologi • Transmisi: – Kontak langsung – Pernapasan/ inhalasi • Berkembang biak: 2-3 minggu • Dapat bertahan 9 hari di luar tubuh manusia, membelah dalam 14-21 hari, masa inkubasi 2-5 tahun Tahap awal •Hipopigmentasi •Hiperpigmaenta si •Eritematosa Gejala Umum • Reaksi panas- s/d menggigil • Nausea • Terkadang vomitus • Cephalgia • Iritasi • Orchitis • Pleuritis • Nephrosia • Nepritis • Hepatosplenomegali • Neuritis Diagnosis : gambaran klinis, histopatologis, dan serologis (secara klinis yang terpenting dan paling sederhana) • Hasil bakterioskopis perlu waktu 15-30 menit • Histopatologik perlu 10-14 hari • Tes lepromin (Mitsuda) untuk membantu penentuan tipe perlu 3 minggu (jika perlu) Mata rantai penularan kusta Klasifikasi Zona spectrum MH • tuberculoid leprosy Ridley&Jopling TT BT BB BL LL (TT), bentuk stabil • Borderline Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa tuberkuloid (BT) • Mid borderline (BB) WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB) • Borderline Puskesmas PB MB lepromatous (BL) • lepromatous leprosy (LL), bentuk stabil Interminate leprosy dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahuntahun sebelum beralih ke penyembuhan spontan atau menuju salah satu kutub atau bentuk batas dari spektrum klinis, terutama tergantung pada imunitas. • plak berbatas tegas, biasa annular,soliter, indurasi batas tegas, terdapat peninggian dari permukaan kulit, eritematosa, bersisik, kering, tidak berambut, dan hipopigmentasi. • imunitas dapat meningkat sehingga BT menjadi TT atau menurun sehinga BT menjadi BL. • plak dan papul dengan konfigurasi annular dan batas tegas,soliter/multipel, hanya sedikit skuama, lebih tidak eritem, indurasi lebih kecil, dan lebih sedikit peninggian • plak besar dengan pulau – pulau kulit normal di dalam plak, eritema, memberikan gambaran lesi dimorfik klasik. Borderline lepromatous leprosy (BL) • lesi dimorfik klasik dengan konfigurasi annular dengan batas luar tidak tegas • Lesi dapat soliter sampai multipel asimetris atau simteris menyeluruh disertai kehilangan sensasi sampai mati rasa. • BL meluas pasien dapat terkena gangguan sensorik berupa pola stocking glove Lepromatous leprosy • timbul dengan lesi nodular berlimpah yang tersebar di seluruh tubuh, • terkait dengan infiltrasi difus termasuk di telinga, dan wajah, yang memberikan penampilan wajah singa, yang dikenal sebagai leonine facies Sifat Indetermi Tuberkul Borderline nate (I) oid (TT) Tuberculoid (BT) Mid Borderline Borderline (BB) Lepromatosa (BL) Lepromatos a (LL) Bentuk Hanya makula Makula dibatasi infiltrat; Infiltrat saja Plakat Dome-shaped (kubah) Punched out Makula Infiltrat difus Papul Nodus Jumlah Satu/bebe Satu, rapa dapat beberapa Beberapa atau satu dengan satelit Dapat dihitung, Sukar dihitung, kulit sehat jelas masih ada kulit ada sehat Tidak terhitung, tidak ada kulit sehat Distribus i Variasi Asimetri s Masih asimetris Asimetris Hampir simetris simetris Permuk aan Halus, agak berkilat Kering bersisik Kering bersisik Agak kasar, agak berkilat Halus berkilat Halus berkilat BAtas Dapat jelas atau tidak Jelas jelas Agak jelas Agak jelas Tidak jelas Anestes ia Tak ada sampai Jelas jelas Lebih jelas Tak jelas Tidak ada sampai tidak Lesi Makula saja; makula dibatasi infiltrat Makula Plakat Papul Sifat Indetermi Tuberkul Borderline nate (I) oid (TT) Tuberculoid (BT) Mid Borderline Borderline (BB) Lepromatosa (BL) Lepromatos a (LL) Biasanya Hampir negatif selalu negatif Agak banyak Banyak Banyak (ada globus) Negatif Biasanya negatif Biasanya negatif Negatif BTA Lesi Kulit Negatif atau hanya 1+ Sekret hidung Tes Lepro min Dapat positif lemah atau negatif Positif kuat (3+) Positif lemah Diagnosis kusta didasarkan pada deteksi anestesi hipo atau total pada lesi yang mungkin berhubungan dengan hipohidrosis dan alopesia. • pasien kusta • Pasien kusta lepromatosa dapat • tuberkuloid dapat menunjukkan area mengalami kekeringan kekeringan yang luas, pada kulit dan terutama pada alopesia terbatas pada tungkai, dan pada wilayah lesi. kasus lanjut dapat menyebabkan madarosis dan kerontokan rambut di berbagai bagian kulit. Pasien borderline mengikuti pola yang sama, dengan fitur yang lebih terbatas pada kusta borderlinetuberculoid dan lebih menyebar pada kusta borderlinelepromatous. Paresthesia adalah gejala yang sering dikaitkan dengan kasus kusta. Rasa terbakar, mati rasa, gelitik, dan sensasi lain mungkin ada dalam lesi atau mengikuti wilayah yang dipersarafi oleh batang saraf di daerah yang terkena. Pasien mungkin merasakan sensasi ini dalam krisis akut, terutama pada malam hari di cuaca dingin, yang mungkin sering kambuh, menjadi semakin umum dengan perkembangan penyakit Pemeriksaan perlu memperhatikan pembesaran, konsistensi, ada/tidaknya nyeri spontan dan/ atau nyeri tekan Dilakukan secara sistematis pada mata, tangan dan kaki • • • • Test diulang sampai pasien mengerti dan koperatif Pasien diminta menutup mata Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan Bila tidak dapat menunjukkan 2 titik atau lebih berarti ada gangguan rasa raba pada saraf tsb Penilaian: Jari kelingking os bs menahan dorongan ibu jari pemeriksa kekuatan otot kuat Jari kelingking pasien tdk bs menahan dorongan pemeriksa kekuatan otot sedang Jari kelingking os tdk bs mendekat / menjauh dari jari lainnya lumpuh Penilaian: • Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot lemah • Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat Penilaian • Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kekuatan ototnya tergolong kuat • Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti kekuatan ototnya tergolong sedang • Bila tidak ada gerakan berarti sudah lumpuh Bandingkan kanan dan kiri untuk menenttukan adanya kelemahan Penilaian: • Bila pasien mamu menahan tarikan berarti kekuatan ototnya tergolong kuat • Bila ada gerakan tapi pasien tidak mampu menahan tarikan berarti kekuaran ototnya tergolong sedang • Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa ditegakkan ke atas) Penilaian: • Bila ada gerakan dan pasien mampu menahan tekanan pemeriksa berarti kekuatan otot tergolong kuat • Bila ada gerakan namun pasin tidak mampu menahan tekanan berarti kekuatan otot tergolong sedang • Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki tidak bisa ditegakkan ke atas) Alur diagnosis dan klasifikasi kusta Diagnosis banding bercak putih Diagnosis banding nodul 1. Pasien pausibasiler (PB) Dewasa Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) • 2 kapus rifampisin @300 mg (600mg) • 1 tablet dapson/ DDS 100 mg Pengobatan harian: hari ke 2-28 • 1 tablet dapson/ DDS 100 mg Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminu selama 6-9 bulan 2. Pasien multibasiler (MB) Dewasa Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum did depan petugas) • 2 kapsul rifampisin @300mg (600 mg) • 3 tablet lampren @100 mg (300mg) • 1 tablet dapson / DDS 100 mg • Pengobatan harian: hari ke 2-28 • 1 tablet lampren 50 mg • 1 tablet dapson / DDS 100 mg Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister diminum 12-18 bulan 2 jenis cacat kusta, 1. Cacat primer = karena aktivitas penyakit-> kerusakan karna respons jaringan terhadap M. leprae, seperti anestesi claw hand dan kulit kering 2. Cacat sekunder terjadi akibat cacat primer-> kerusakan saraf , seperti ulkus dankontraktur Perbedaan reaksi ringan dan berat pada reaksi tipe 1 dan 2 Manifestasi kulit utama adalah eritema nodosum, lebih jelas dari yang terlihat (Gbr. 159-35), dan dapat disertai dengan eritema polimorf atau vaskulitis nekrosis kutaneus kulit yang parah (fenomena Lucio) Proses terjadinya kecacatan Kelainan yang timbul akibat gangguan fungsi saraf