Konsep Fisika Kesetimbangan pada Gerakan Pirouette dalam Tari Balet Nisrina Nur Ramadhani (PFC 2017) 17030184007 Gambar 1. Gerak Pirouette dalam Tari Balet Berdasarkan ilustrasi diatas, dapat dijelaskan gejala yang ada di sekitar kita terkait konsep fisika materi kesetimbangan dari dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. 1. Dimensi Faktual Sesuai ilustrasi diatas, dapat dilihat yaitu seorang wanita sedang menari balet dalam sebuah pertunjukkan. Balerina tersebut mengenakan kostum berwarna emas atau gold dipadukan dengan warna putih dan tatanan rambut disanggul rapi serta memakai aksesoris berbentuk mahkota. Penari balet yang ada dalam ilustrasi sedang melakukan gerakan berputar atau dalam dunia balet dikenal dengan istilah pirouette. 2. Dimensi Konseptual Gerakan pirouette dalam tari balet merupakan salah satu peristiwa yang melibatkan konsep fisika didalamnya yaitu terkait kesetimbangan, khususnya torsi dan momen inersia. Pirouette merupakan gerakan memutar pada tari balet di mana penari menopang dirinya pada satu kaki. Torsi (τ) adalah salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan, di mana torsi (τ) juga dikenal sebagai perubahan momentum sudut. Penari mengawali putaran dengan menggerakkan ujung sepatu depan dan belakang kesamping berlawanan (gambar 2). Lantai akan memberikan reaksi dengan memberikan gaya yang berlawanan pada kedua ujung sepatu itu. Kedua gaya inilah yang disebut kopel, yaitu pasangan dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah dan garis-garis kerja kedua gaya itu sejajar tetapi tidak berimpit. Kopel gaya dari lantai inilah akan membuat penari dapat berputar (menimbulkan torsi). Semakin besar tekanan dari kaki, maka semakin besar torsinya sehingga menyebabkan penari berputar semakin cepat. Gambar 2 (a) Kopel pada satu kaki (b) Kopel pada dua kaki Ketika penari sudah berputar, penari dapat mengatur kecepatan putarnya dengan mengatur besarnya. Momen inersia merupakan kecenderungan benda untuk mempertahankan posisinya untuk tidak ikut berputar. Balerina yang memiliki massa tubuh ringan memiliki momen inersia yang lebih kecil sehingga menghasilkan putaran yang cepat, karena semakin kecil massa benda maka semakin kecil momen inersianya (𝐼 ~ 𝑚). Sedangkan untuk memperlambat atau menghentikan putaran, balerina akan membentangkan tangannya. Hal ini akan memperbesar momen inersianya, karena semakin lebar bentangan tangan balerina maka semakin besar pula momen inersianya (𝐼 ~ 𝑟). 3. Dimensi Prosedural Setiap benda yang berotasi pasti memiliki momentum sudut. Jika suatu benda berotasi terhadap sumbu inersia utamanya maka momentum sudut total L sejajar dengan kecepatan sudut ω dan selalu searah sumbu rotasi sehingga momentum sudut memiliki persamaan : 𝑳 = 𝐼. 𝜔 (1) momentum sudut terhadap titik O dari sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan v (memiliki momentum 𝑝 = 𝑚𝑣) didefinisikan dengan perkalian vektor berikut : 𝑳= 𝒓×𝑝 𝑳 = 𝒓 × 𝑚𝒗 𝑳 = 𝑚𝒓𝒗 (2) 𝒓 Gambar 3 Vektor 𝒓 dan 𝒗 saling tegak 𝒗 lurus vektor 𝒓 dan 𝒗 saling tegak lurus, sehingga : 𝒗 = 𝜔𝒓 Berdasarkan persamaan (2), maka : 𝑳 = 𝑚𝒓𝒗 𝑳 = 𝑚𝒓𝜔𝒓 𝑳 = 𝑚𝒓𝟐 𝜔 di mana 𝑚𝒓𝟐 = 𝐼, sehingga : 𝑳 = 𝑰𝜔 4. Dimensi Metakognitif Selain terkait dengan konsep fisika kesetimbangan yaitu torsi dan momen inersia, gerak pirouette pada tari balet ini juga melibatkan berbagai konsep fisika lainnya. KOnsep fisika tersebut yaitu setelah balerina mengatur posisi tubuhnya, kopel yang menimbulkan torsi menyebabkan balerina mulai berputar. Lalu balerina tersebut merentangkan tangannya untuk memperbesar momen inersia sehingga putarannya melambat, selanjutnya ia mendekap atau melipat tangannya mendekati tubuh untuk memperkecil momen inersia sehingga putarannya menjadi lebih cepat. Pada saat berputar juga berlaku hukum kekekalan momentum sudut karena torsi yang dikerjakan pada saat itu sama dengan nol. Contoh lain dari penerapan kesetimbangan yaitu terdapat pada peristiwa penjual bakso dan penjual cobek keliling yang memikul dagangannya pada bahu.