Coffea sp. Budidaya Tanaman Penyegar Nama : Aulia Febianti NIM : J3T118052 1. Teknik Pembibitan Tanaman Kopi Perbanyakan bahan tanaman kopi dapat dilakukan secara konvensional dan non konvensional. Konvensional a. Generatif (Biji) Benih (biji) untuk pembibitan secara generatif dapat diperoleh dari kebun induk yang telah ditetapkan maupun dari pohon induk yang terdapat di kebun petani. Biji untuk pembibitan generatif diambil dari pohon yang berproduksi tinggi (produksi buah di atas 5 kg/pohon/tahun) dalam tiga musim (stabil). Buah kopi berwarna merah/kuning (matang fisiologis) diambil dari bagian tengah cabang produksi yang berbuah lebat dengan cara dipetik satu per satu. Penyemaian Biji Bedengan dibuat pada arah utara-selatan dengan ukuran lebar 80-120 cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan biji pada bedengan sedalam ± 0,5 cm, permukaan biji yang rata harus menghadap ke bawah. Jarak tanam yang digunakan dalam penyemaian tersebut adalah 3 cm x 5 cm. Setelah semua biji tertata/dibenamkan di atas bedengan, pada bagian atas biji tersebut diberikan potongan jerami atau alang-alang, agar terlindung curahan air siraman. b. Vegetatif (Klonal) Perbanyakan kopi secara vegetatif yang sudah dipraktekkan secara luas di Indonesia adalah penyetekan (stek berakar) dan penyambungan (grafting). Penyetekan Bahan tanaman kopi Robusta klonal harus berasal dari kebun entres resmi yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan. Bahan tanaman tersebut dapat berupa stek maupun entres. Entres yang akan dijadikan bahan tanaman harus sudah berumur 5–6 bulan (telah memiliki 4–5 ruas), pertumbuhannya bagus, dan bebas dari serangan hama serta 44 penyakit. Entres yang terlalu tua batangnya akan mengeras. Jika entres tersebut digunakan untuk bahan stek atau sambungan maka tingkat keberhasilannya akan rendah. Tidak semua ruas entres dapat dijadikan bahan stek atau sambungan, yang paling baik adalah ruas ke 2–4 dari pucuk. Ruas pertama dan kelima atau lebih sebaiknya jangan digunakan untuk bahan stek atau sambungan karena ruas pertama masih terlalu muda, sedangkan ruas yang kelima atau lebih biasanya sudah mengeras sehingga jika digunakan untuk bahan stek dan sambungan maka hasilnya akan buruk. Penyambungan (Grafting) Teknik penyambungan pada bahan tanaman kopi pertama kali diperkenalkan oleh G. Van Riemsdijk tahun 1888 di perkebunan Klein Getas di Jawa (Cramer, 1957). Tujuan dari kegiatan penyambungan benih tanaman kopi adalah untuk menggabungkan dua sifat unggul dari batang bawah dan batang atas. Seperti batang bawah yang tahan terhadap nematoda parasit, dan batang atas yang berproduksi tinggi maupun mutu biji baik. Perbanyakan bahan tanaman dengan cara sambungan dapat menanggulangi serangan nematoda parasit. Bahan tanaman yang diperlukan untuk penyambungan kopi adalah batang bawah (rootstock) dan batang atas (entres, scion). Sumber batang bawah dapat berupa tanaman kopi muda yang berumur 8–10 bulan (batangnya sebesar pensil) di pembibitan maupun tanaman kopi dewasa di lapangan. Untuk penyambungan di pembibitan, batang bawah dapat ditanam di 61 bedengan atau dalam polybag dengan jarak 20 cm x 25 cm. Batang bawah merupakan klon anjuran (BP 308) yang memiliki sistem perakaran baik dan kuat serta tahan terhadap nematoda parasit dan cekaman kekeringan. Jenis entres untuk penyambungan ada 2 macam, yaitu entres pucuk dan cabang. Asal entres pucuk dari tunas air atau wiwilan yang pertumbuhannya tegak (ortotropik), sedangkan entres cabang berasal dari cabang lateral yang tumbuh mendatar (plagiotropik). Entres harus diambil dari kebun entres klon unggul yang sudah pasti kemurniannya. Jika diambil dari kebun produksi, mutunya kurang baik karena ruasnya panjang dan lunak. Pelaksanaan Penyambungan di Pembibitan Kopi Langkah pertama dalam pelaksanaan penyambungan adalah pemotongan batang bawah dengan gunting stek, pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah, yaitu pada bagian ruas yang sudah keras tetapi masih hijau (ruas ke 3–5). Selanjutnya dengan menggunakan pisau sambung pada bagian 62tengan batang bawah dibuat celah sepanjang kurang lebih sedalam 3 cm. Entres dipotong per ruas dengan panjang kurang lebih 7 cm (1 cm di atas ruas dan 6 cm di bawah ruas), dan daunnya dihilangkan. Agar entres dapat masuk ke celah batang bawah, pangkal entres diruncingkan dengan cara menyayat kedua bagian sisi entres kurang lebih sepanjang 3 cm sehingga menyerupai taji atau huruf V. Kemudian bidang sayatan diratakan dan dihaluskan, agar entres dapat bertaut sempurna (tidak terdapat rongga udara) dengan batang bawah. Ukuran entres dan batang bawah harus seimbang. Entres ditempatkan sedemikian rupa dalam celah batang bawah sehingga tidak menggantung dan kedua lapisan kambium tepat bertemu/menempel, atau sekurang-kurangnya pada satu sisi sambungan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara cepat agar lapisan kambium tidak mengering. Sambungan kemudian diikat dengan plastik parafilm (plastik es), agar tidak goyah dan tidak mudah berubah, dan diberi sungkup plastik transparan berukuran 2 cm x 15 cm. Sungkup plastik sebaiknya dipilih yang agak tebal agar tidak mudah luruh dan menempel lekat pada entres. Sungkup plastik yang menempel lekat pada entres akan menghambat pertumbuhan tunas dari sambungan. Pemberian sungkup plastik pada sambungan kopi bertujuan agar suhu dan kelembaban udara tetap optimum untuk pertumbuhan kalus dan mengurangi terjadinya pembusukan pada sambungan karena pengaruh air hujan. Hasil penyambungan sudah dapat dilihat setelah 2–3 minggu. Penyambungan yang gagal ditandai dengan warna entres kekuningan atau menghitam dan kering, sedangkan pada penyambungan yang berhasil akan keluar tunas berwarna hijau. Sungkup plastik pada sambungan yang berhasil baru dapat dibuka ketika tanaman kopi sambungan berumur 4–6 minggu dan panjang tunas mencapai ± 1 cm. Ketika tunas sambungan sudah tumbuh cukup besar dan pertautan sudah kokoh (umur 2–3 bulan), tali ikatan harus segera dilepas agar tidak menghambat pertumbuhan batang sambungan, jika tidak dilepas sambungan akan tercekik dan patah sehingga dapat mengakibatkan sambungan mati. Tunas yang tumbuh dari batang atas dipelihara satu yang paling sehat dan kekar. Pemilihan dilakukan setelah tunas tumbuh cukup besar. Penyambungan di lapangan Batang bawah untuk penyambungan di lapang berupa wiwilan (cabang ortotrop) yang pertumbuhannya kuat dan sehat, ukuran batangnya sudah sebesar pensil (umur 2–3 bulan), serta letaknya menyebar, yaitu 2–3 wiwilan per pohon. Wiwilan yang tumbuh sehat dan kuat diperoleh dengan cara memangkas percabangan kopi yang terlalu rimbun sehingga sinar matahari dapat masuk mencapai wiwilan. Entres yang digunakan untuk penyambungan di lapangan sama seperti yang digunakan pada penyambungan di pembibitan. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, ketika tanaman sedang dalam pertumbuhan aktif dan 66 waktu yang tepat adalah di pagi hari atau jika terpaksa pada sore hari. Teknik penyambungan pada kopi dewasa di lapang sama seperti di pembibitan. Agar pertumbuhan sambungan lebih kuat dan sehat, batang bawah di siwing (separuh tajuk dipangkas) supaya sambungan mendapatkan cahaya matahari yang banyak. Tunas-tunas yang tumbuh pada batang bawah harus dibuang. Non Konvensional Perbanyakan tanaman kopi secara non konvensional dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan sangat berbeda dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional karena dilakukan di ruangan yang aseptik dalam kondisi terkontrol. Perbanyakan tanaman kopi secara kultur jaringan dapat dilakukan melalui kultur pucuk (shoo tip culture), mata tunas (single node culture), induksi tunas adventif, dan embriogenesis somatik. 2. Dosis Pupuk Pembibitan Kopi Pada saat tanam diberikan pupuk rock phosphate (RP) sebanyak 250 - 500 gr/lobang tanam tergantung dari status keasaman tanahnya. Pupuk rock phosphate mengandung P2O5 LAS (larutan dalam asam sitrat 2%) yang tinggi. Pupuk rock phosphate diberikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan perakaran (PT. Sentana Adidaya Pratama, 2015) Pada stadia TBM yaitu pada umur 1 sampai dengan 2 tahun, kopi sudah memer-lukan seluruh unsur hara untuk pertumbuhan vegetatifnya meliputi N, P, K dan Mg, seperti tertera pada Tabel 1 dengan penggunaan dua opsi jenis pupuk yaitu pupuk-pupuk tunggal atau pupuk majemuk. Tabel 1. Dosis Umum Pemupukan Tanaman Kopi Umur (bulan) Jika Digunakan Pupuk Tunggal (gr/pH) Urea TSP KCl Jika Digunakan Pupuk Majemuk 12-12-17-2 (gr/pH)*) Frekuensi Aplikasi Per Tahun **) Kieserit I.Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1 50 50 25 25 100 2 kali/tahun 2 100 100 50 25 175 2 kali/tahun II.Pada Tanaman Menghasilkan (TM) 3 150 100 100 50 350 2 kali/tahun 4 200 100 150 75 500 2 kali/tahun 5-10 300 150 200 100 650 2 kali/tahun >10 400 200 250 125 800 2 kali/tahun Sumber : Puslit Kopi & Kakao Indonesia, Jember (2006) dengan modifikasi; Keterangan: *) dikonversi dari pupuk tunggal; **) frekuensi pemupukan selanjutnya dapat ditambah tergantung kondisi tanah (misalnya tanah mengandung pasir >60%, frekuensinya bisa 3 – 4 kali per tahun tergantung juga pada penyebaran curah hujan yang sesuai untuk penaburan pupuk. Panduan umum pemupukan tanaman kopi pada masa TM dapat merunut pada Tabel 1. Tanaman kopi pada umur 5 sampai dengan 10 tahun adalah masa produktif puncak sehingga memerlukan unsur hara yang tinggi. Bahkan sampai umur lebih 10 tahun, jika pemeliharaan optimal dan kondisi lahan sangat sesuai, maka kopi masih produktif sampai umur sekitar 20 tahun, bahkan sampai saat ini masih ada kopi rakyat yang berumur 30 tahun dengan produksi yang masih tinggi. Namun jika direncanakan dua tahun kemudian akan ditanam ulang dan biasanya sekitar umur 25-30 tahun, manakala produksi sudah menurun dan harga biji kering kopi di pasaran sudah rendah sehingga hasil penjualan kopi tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan, maka tanaman kopi tidak perlu dipupuk lagi. 3. Naungan di Pembibitan Kopi Ada 2 jenis tanaman penaung yang perlu dikelola dalam budi daya kopi, yaitu penaung sementara dan penaung tetap. Penaung sementara berfungsi menaungi tanaman kopi muda sampai penaung tetap berfungsi secara optimal sedangkan penaung tetap mempunyai peran menjaga stabilitas daya hasil tanaman kopi. Penaung Sementara Jenis tanaman penaung sementara yang banyak digunakan adalah Moghania macrophylla, Crotalaria sp., dan Tephrosia sp. Tanaman M. macrophylla sesuai digunakan di lahan yang berada pada ketinggian kurang dari 700 mdpl, sedangkan untuk daerah dengan ketinggian diatas 700 mdpl sebaiknya menggunakan Tephrosia sp. Atau Crotalaria sp. Pada daerah endemik penyakit nematoda parasit disarankan menggunakan Crotalaria sp. Tanaman penaung sementara ditanam minimal 1 tahun sebelum penanaman kopi, dengan cara ditanam dalam barisan pada selang jarak 2–4 m atau mengikuti kontur. Penaung Tetap Tanaman penaung tetap yang dianjurkan, yaitu lamtoro (Leucaena spp.), gamal (Gliricidia sepium), dadap (Egthrina sp.) dan sengon (Paraserianthes falcataria). Namun di lapang petani menggunakan berbagai jenis tanaman penaung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis tanaman penaung yang digunakan terdiri dari tanaman buah-buahan antara lain: alpukat (Persea americana), mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium guajava), pisang (Musa paradisiaca), pepaya (Carica papaya), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron jiringa), nangka (Arthocarpus heterophyllus), durian (Durio zibethinus), cempedak (Arthocarpus integra), sukun (Arthocarpus sp.), petai (Parkia speciosa), markisa (Passiflora edulis) dan jeruk (Citrus sp.); tanaman perkebunan seperti karet (Havea brasiliensis), kayu manis (Cinamomum mercusii), cengkeh (Eugenia aromatica), kemiri (Alleurites moluccana), kakao (Theobroma cacao), kelapa (Cocos nucifera), pala (Myristica fragrans), dan melinjo (Gnetum gnemon); sampai tanaman penghasil kayu/tanaman hutan seperti pohon kertas (Gmelina arborea), kayu afrika (Myopsis eminii), mahoni (Swietenia mahogani), lada (Eucalyptus deglupta), suren (Toona sureni), jati (Tectona grandis), cempaka (Michelia champaca), rasamala (Altingia excelsa), pinus (Pinus merkusii), dan kasuari (Casuarina sp.). 4. Hujan dan Curah Hujan Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun berkisar antara 1000- 2000 mm. Curah hujan optimal yang dibutuhkan tanaman kopi berkisar antara 2000-3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu kemarau harus masih ada hujan (Najiyati dan Darnati, 1999). Sebaiknya kopi ditanam di daerah dengan curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun, dengan bulan kering (curah hujan <60 mm/bulan) maksimum 3 bulan. 5. Korelasi Bunga Arabika dan Bunga Robusta Terhadap Perbanyakan Tanaman Tanaman kopi membentuk bunga dari mata tunas yang berada di ketiak-ketiak daun pada cabang plagiotrop atau cabang yang mengarah mendatar. Masing-masing ketiak daun terdapat sekitar 5 mata tunas. Cabang kopi arabika biasanya terdapat 3—5 mata tunas. Setiap bunga dari cabang plagiotrop terdapat satu pasang daun yang saling berhadapan dengan 5 mata tunas sehingga setiap buku dari cabang terdapat sekitar 10 mata tunas. Setiap mata tunas dapat tumbuh membentuk organ vegetatif (cabang dan daun), membentuk organ generatif (bunga, buah, dan biji), atau tetap dalam keadaan dorman. Pertumbuhan mata tunas menjadi primordia bunga memerlukan proses diferensiasi yang dipicu oleh faktor lingkungan, di antaranya cahaya dan temperatur. Pembentukan primordia bunga kopi dipengaruhi oleh lama penyinaran (periodisitas cahaya). Panjang hari yang kritis kopi arabika sekitar 13—14 jam. Jika panjang penyinaran matahari lebih lama dari batas tersebut, akan menghambat pembentukan bunga dan tanaman hanya tumbuh vegetatif. Dalam hubungan inilah periodisitas cahaya menentukan batas lintang penyebaran tanaman kopi, yaitu 20° lintang utara (LU) dan 20° lintang selatan (LS). Pembentukan primordia bunga kopi arabika pada panjang hari 8 jam memerlukan waktu 2,5 bulan, sedangkan pada panjang hari 12 jam memerlukan waktu 3 bulan. Menurut pengalaman, kopi robusta memerlukan waktu lebih singkat dari kopi arabika. Di Jawa Timur, kopi robusta sudah membentuk primordia bunga menjelang awal musim kemarau, sedangkan arabika baru pada pertengahan musim kemarau. Di daerah khatulistiwa, perbedaan antara lama penyinaran hari pendek dan hari panjang (amplitudo periodisitas) cahaya memang sangat kecil, yaitu 1 jam 10 menit. Di Indonesia hari terpanjang pada 10° LS adalah 12 jam 43 menit (tanggal 21 Desember), sedangkan hari terpendek adalah 11 jam 33 menit (tanggal 21 Juni). Namun demikian, periodisitas cahaya tersebut tampak pengaruhnya terhadap masa pembentukan primordia bunga dan masa panen. Intensitas cahaya yang terlalu rendah (naungan terlalu gelap) akan menghambat pembentukan primordia bunga. Sebaliknya, apabila cahaya terlalu banyak (tanpa naungan), tanaman akan mengalami gejala kelebatan buah (overbearing, overdracht), yang merugikan pertumbuhan tanaman, terutama tanaman kopi arabika. Pembentukan primordia bunga dirangsang oleh perbedaan amplitudo antara temperatur maksimum (siang) dan temperatur minimum (malam) yang besar. Primordia bunga kopi umumnya terbentuk setelah perbedaan temperatur siang dan malam mencapai sekitar 7 oC, yang terjadi pada masa peralihan antara musim hujan dan musim kemarau (April—Juli). Apabila amplitudo temperatur terlalu kecil (cuaca selalu mendung, naungan terlalu gelap), pembentukan primordia bunga akan berkurang sehingga pembuahan dan produksi akan berkurang. Sumber : Adnyana, 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah Di Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/download/2098/1287/. Diakses 09 Februari 2020. Blog spot, 2017. Begini Cara Pembentukan Bunga Kopi. https://www.pertanianku.com/begini-carapembentukan-bunga-kopi/. Diakses 09 Februari 2020. Anonim, 2015. Pemupukan Tanaman Kopi. http://www.pupukmahkota.co.id/pic/pemupukantanamankopi_content_233.doc. Diakses 09 Februari 2020. Ferry, Yulius, Handi Supriadi, Meynarti Sari Dewi Ibrahim. 2015. Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi Aplikasi Pada Perkebunan Rakyat. Jakarta : IAARD Press.