Uploaded by josuaaldo20

lapangan geomorfo mimggu

advertisement
1. Latar Belakang
Ilmu geografi dalam berbagai makna dan definisinya menurut berbagai ahli mengerucut
pada studi tentang bentang lahan dimana geomorfologi adalah salah satu cabang dari ilmu geografi
yang mengkaji kenampakan serta proses-proses yang terjadi dipermukaan bumi atau bisa disebut
studi tentang bentang lahan Oleh karna itu pengenalan tentang bentang lahan menjadi sangat
penting dalam mengembangkan keilmuan geografi dengan baik.Pemahaman akan cara pandang
geografi akan memberikan dampak yang signifikan akan pembangunan di Indonesia.Dua elemen
utama dalam bentang lahan yaitu bentang alam(natural landscape) dan bentang budaya(cultural
landscape).Pengenalan akan bentang alam dan bentang budaya membutuhkan instrumen berupa
peta dan citra pengindraan jauh.Pengenalan bentang lahan menekankan pada keterkaitan antara
komponen biogeofisik dengan manusia dan segala aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pendekatan yang digunakan untuk memenuhi hubungan keterkaitan tersebut meerupakan
ciri kajian lmu geografi yaitu pendekatan keruanngan ,lingkungan,dan kompleks wilayah.Untuk
mempelajari bentang lahan maka perlu diperkenalkann pada a).komponen geofisik dan sebaranya
dilapangan beserta dengan pemetaannya.(b)hubungan antar komponen geofisik ,dan (c).hubungan
komponen geofisik dengan manusia.Pengenalan akan bentang lahan dilakukan dengan tiga
pendekatan “tri angulasi” yaitu pengumpulan data sekunder,penngamatan dan teknik penyusuran
wilayah(transek).Pengumpulan data sekunder merupakan cara pengumpulan sumber-summber
informasiyanng telah diterbitkan maupun yang belum diterbitkan tentang bentang lahan wilayah
pengamatan.Pengamatan adalah kegiatan langsung dilapangan terhadap objek-objek tertentu dari
bentang lahan sehingga,dapat diamati dan dicatat karakteristik komponen bentang alam dan
bentang budaya serta keterkaitannya.transek merupakan teknik penggalianinformasi dan media
pengenalan serta pemahaman bentang lahan melalui penelusura wilayah,baik berjalan kaki atau
menggunakan kendaraan dengan mengikuti garis yang membujur dari satu titik ke titik lain yang
telah di tetapkansebelumnya.
Teknik transek dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bardasarkan topik dan jenis
informas(topik kajian) bentang lahan berdasarkan jalur lintasan.transek berdasarkan topik adalah
transek yang dipandu menurut tema atau topik tertentu.misalnya transek sumber daya wilayah
,tema perkotaan,pertanian,ataupun tema vulkanik.sedangkan transek berdasarkan jalur lintas
terbagi menjadi dua yaitu garis lurus dan bukan seperti garis lurus seperti perjalan praktikum
geomorfologi dasar yang dilakukan dengan penentuan lintasan
yang telah direncanakan
sebelumnya,dengan itu prjalan dimulai dari lokasi yang paling dekat ke lokasi paling jauh dimana
seperti perjalan praktikum geomorfologi dasar yang dimulai dari Fakultas Geografi lalu menuju
arah utara karna lokasi pengamtan paling dekat lalu ke tempat-tempat selanjutnya.Transek
biasanya terdiri atas tiga tahapan utama yaitu penetapan jalur transek,perjalanan dan observasi
lalu pembutan gambar atau deskripsi hasil tansek.penetapan jalur dilakukan dengan menetapkan
lima lokasi yang menjadi tujuan dalam praktikkum lapanagan.perjalan dan observasi dilakukan
dengan mengunakan panduan peta jalur transek beserta titik pengamatan. Di setiap lokasi di
lakukan diskusi untuk mencari hubungan antar fenomena seperi lahar gunung Merapi dengan sub
dam yang terdapat pada jalur lahar tersebut.Pembutan deskripsi atau gambar hasil transek
dilakukan untuk merangkum hasil pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan sepanjang jalur
penelusuran wilayah .Hasilnya berupa tabel deskriptif maupun digram transek bentang lahan
seperi pada praktikum lapangan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari acara lapangan praktikum Geomorfologi dasar ini antara lain :

Mampu mengidentifikasi bentuklahan yang ada menggunakan alat-alat geomorfologis.

Mampu melakukan uji lapangan mengenai bentuklahan.

Mampu mengenali bentang lahan dan bentukkan yang dihasilkan.

Mampu menggunakan alat-alat geomorfologis dalam uji lapangan
3. Deskripsi Wilayah
Definisi Geomorfologi
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) =
bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi
memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai
sekarang(zuida). Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian dari geomorfologi itu sendiri.
Cooke dan Doorn kamp dalam Sutikno(1987) dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi
mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan
komposisi material penyusunnya. Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi
tentang bentuklahan.. Zuidam dan Concelado (1979) juga menyatakan bahwa Geomorfologi adalah
studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukannya serta
mengkaji hubungan timbal balik antara bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya
Menurut Verstappen (1983) bentuklahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan hanya
daratan tetapi juga yang terdapat didasar laut(lautan).
Bentanglahan dan Bentuklahan
Bentanglahan adalah sebagian obyek kajian kebumian yang memuat semua unsur
fenomena geosfer yang menjadi maket bagi definisi bumi secara keseluruhan, sehingga
pendekatan geografi dalam mengkaji pengetahuan tentang bumi dapat didekati dengan
bentanglahan(Muta’ali & Santosa, 2014). Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape(inggris)
atau lanscap(belanda) atau landshaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan atau
kenampakan permukaan bumi. Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan
seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut yang
dipengaruhi oleh aktivitas manusia(Vink, 1983 dalam Muta’ali dan Santosa, 2014).
Seorang geograf Jerman, Otto Schluter berpendapat bahwa landschaft terdiri dari dua
bagian utama, yaitu: naturlandschaft dan kulturlandshaft. Para geograf di amerika serikat dan
britania menggunakan istilah landscape. Landscape dibedakan menjadi narutal landscape atau
bentang alam dan man-made landscape atau bentang budaya. Bentang alam adalah suatu
kenampakan bentangan yang ada di permukaan bumi dan belum terlau banyak dipegaruhi oleh
aktivitas manusia. Bentang alam memiliki sifat yang dinamis yaitu mengalami perubahan dan
perkembangan dari waktu dengan intensitas yang bervariasi dan bergantung pada besar kecilnya
pengaruh tenaga pembentuknya. Bentang budaya adalah kenampakan konkrit dari hasil adaptasi
atau penyesuaian manusia terhadap lingkungan. Bentang budaya bersifat dinamis dan mengisi
variasi ruang dari natural landscape. Bentang budaya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu yang bersifat fisik dan non fisik. Bentang budaya fisik seperti sawah, ladang, insfrastuktur,
dan sebgainya yang dapat dideteksi secara spasial dipermukaan bumi, sedangkan bentang budaya
non fisik seperti tradisi, kebudayaan, tari-tarian, norma, dan sebagainya sangat menentukan bentuk
bentang budaya fisik yang tampak(Muta’ali & Santoso, 2014).
Verstappen (1983) mengklasifikasikan bentuklahan berdasarakan genesisnya, yang dibagi
menjadi 10 macam bentuklahan asal proses, yaitu:
1. Bentuklahan asal proses vulkanik
Bentuklahan ini tejadi akibat aktivitas gunungapi. Contohnya kawah, kerucut, batholit,
kubah lava, dan lain-lain.
2. Bentuklahan asal proses struktural
Bentuklahna ini terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Contohnya pegunungan
lipatan, graben, hogback, pegunungan patahan dan lain-lain.
3. Bentuklahan asal proses fluvial
Bentuklahan ini tejaid akibat akitivitas sungai. Contoh bentukannya tanggul sungai, teras
sungai, meander, dataran aluvial, dan lain-lain.
4. Bentuklahan asal proses solusional
Bentuklahan ini terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut seperti batu
gamoping dan dolomit. Contoh bentukkannya doline, stalaktit, stalakmit, cockpit, dan lainlain.
5. Bentuklahan asal proses denudasional
Bentuklahan ini terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh
bentukkannya lembah koluvial, kipas koluvial, bukit sisa, dan lain-lain.
6. Bentuklahan asal proses aeolin
Berntuklahan ini terjadi akibat proses angin. Contoh bentukannya gumuk pasir dengam
berbagai bentuk seperti barchan, parallel, parabolik dan lain-lain.
7. Bentuklahan asal proses marin
Bentuklahan ini terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut.
Contoh bentukkannya tombolo, split, laguna, dan lain-lain. Terdapat pula kombinasi antara
bentuklahan asal proses fluvial dan marine membentuk fluvio-marine yang bentukkanya
berupa delta.
8. Bentuklahan asal proses glasial
Bentuklahan ini terjadi akibat proses gerakan es(gletser). Contohnya moraine.
9. Bentuklahan asal proses organik
Bentuklahan ini terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme. Contoh betukkannya
terumbu karang dan pantai mangrove.
10. Bentuklahan asal proses antropogenik
Bentuklahan ini terjadi akibat aktivitas manusia. Contoh bentukkanya desa, kota, waduk,
dan lain-lain.
Geomorfologi Yogyakarta
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi yang terletak dibagian tengah
zona selatan Pulau Jawa. Secara fisik, wilayah DIY mempunyai karakteristik yang beragam.
Hal ini dilihat dari kondisi fisiografi yang bervariasi. Fisiografi Gunung Merapi terdiri dari
Lereng Merapi Atas, lereng Merapi tengah, dan Lereng Merapi Bawah yang terletak dibagian
utara membentang hingga selatan dengan susunan material endapan aktivitas Gunung Api
Merapi. dataran aluvial yang mempunyai topografi datar-hampir datar dibagian selatan,
dibagian barat wilayah DIY berupa perbukitan Menoreh atau Pegunungan Kulon Progo,
dibagian sebelah timur perbukitan menoreh terdapat dataran progo yang merupakan dataran
fluvial , diantara dataran progo dan datarana aluvial panai terdapat satuan fisiografi perbukitan
Sentolo.pada bagain selatan DIY terdapat pula satuan fisiografi Gumuk pasir pantai yang
membentang dari wilayah Kabupaten Kulon progo ke arah timr (kota bantul) dan berbatasan
dengan satuan fisiografi Gunung Sewu. Keberadaan gumuk pasir di pantai selatan tidak
terlepas dari pengaruh aktivitas gunung merapi, sungai opak, dan sungai progo. Sementara
dibagian tengggara terdapat satuan fisiografi dataran tinggi gunungkidul. Bagian utara satuan
fisiografi ini dibatasi oleh perbukitan Batur Agung dengan garis terjal dan memanjang. Bagian
tengah merupakan ledok Wonosari dengan topografi datar bergelombang dan pada bagian
selatan merupakan perbukitan karst yang disebut Gunung Sewu. Satuan fisiografi ini
merupakan bentangalam yang terbentuk dari hasil solusional(pelarutan), dengan bahan induk
batu gamping(bapedda DIY, 2007 dalam Kurniawan & Sadali, 2015).
Geologi Yogyakarta
Bentuklahan dan kondisi geologi merupaka faktor yang sangat menetukan terhadap kondisi
lingkungan khususnya berkaitan dengan keterbatasan pemanfaatan sumber daya alam dan
potensi bencana lingkungan. Wilayah DIY memiliki variasi bentuklahan yang kompleks, yaitu
meliputi bentuklahan asal marin dan aeolin, fluvial, struktural-denudasional, solusional,
vulkanik, dan denudasional. Dari sisi geologi, wilayah DIY juga memiliki kondisi yang cukup
kompleks. Berdasarkan peta geologi wilayah DIY skala 1 : 100.000, secara struktur wilayah
DIY terdiri atas patahan dan lipatan. Lipatan terdiri atas antiklinal dan sinklinal yang terdapat
pada formasi Semilir dan Kepek di sisi timur, sedangkan patahan berupa sesar turun berpola
anthitetic fault block membentuk Graben bantul. Formasi geologi yang dominan berupa
endapan Gunung Merapi Muda di bagian tengah(Graben Bantul) dan sebgaian kecil
berupaFormasi Sentolo di bagian barat, sedangkan Formasi Aluvium, Batur Agung, Semilir,
Kepek, dan Nglanggaran berada di sisi timur(Kurniawan & Sadali, 2015).
4. Metode
1.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dIgunakan dalam acara lapangan praktikum Geomorfologi Dasar
ini diantara lain :
1. Palu geologi
7. Yallon
2. Kompas geologi
8. Pita ukur
3. Peta geologi
9. Abney level
4. Peta RBI
10. GPS
5. Komparator
6. Alat tulis dan papan jalan
1.2 Pemilihan daerah
Acara lapangan praktikum Geomorfologi Dasar ini berada di Wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta(DIY) yang memiliki bentuklahan yang bervariasi dengan mengambil lima
tempat sebagai tempat pengamatan dan penelitiannya. Kelima stop site ini diantaranya:
1. Desa Bronggang, Cangkringan, Sleman
2. Kawasan Candi Plaosan
3. Tempuran sungai Oyo dan Opak
4. Pantai Parangkusumo-Parangtritis
1.3 Pengumpulan dan pengelolaan data
Data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dengan survey lapangan.
Pengambilan sampel data didasarakan pada perbedaan bentuklahan asal proses yang
dilakukan pada tempat pengamatan. Setelah semua data dan sampel didapatkan lalu
dibuat inventarisasi data lapangan.
1.4 Diagram alir penelitian
DATA LAPANGAN
INPUT
PROSES
PENGAMATAN
DAN
IDENTIFIKASI
TABEL IDENTIFIKASI
OUTPUT
5. Pembahasan
1. Sabo Dam Bronggang, Kecamatan Cangkringan
Koordinat X : 480743 mT
Koordinat Y : 9177310 mU
Kenampakan yang dapat dilihat dari sabo dam yang ada di Desa Bronggang adalah bentuk lahan
kerucut vulkan Gunung Merapi serta keadaan yang ada di lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi
merupakan gunung teraktif di Pulau Jawa dan secara berkala meletus setiap 5 tahun sekali. Setelah
letusannya pada tahun 2010 sampai saat ini belum ada tanda-tanda letusan besar walaupun
melebihi jangka 5 tahun. Merapi memiliki skala VEI (Volcano Explosivity Index) sebesar 4.
Volcano Explosity Index merupakan skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan letusan yang
didasarkan pada jarak letusan, bahaya yang ditimbulkan serta tipe letusan. Apabila dibandingkan
dengan gunungapi lain Merapi temasuk cukup tinggi karena bernilai 4 dari skala maksimal 8.
Gunung yang memiliki VEI tertinggi di Indonesia adalah Gunung Tambora mencapai 7, oleh
karena itu letusannya sangat dasyat.
Foto Sabo Dam Bronggang Gunung Merapi (Dokumen Pribadi)
Kawasan Gunung Merapi dibagi menjadi 3 yaitu kerucut vulkan, lereng, dan kaki
gunungapi. Kawasan tersebut dibagi berdasarkan tekuk lereng yang ada. Kerucut vulkan memilki
kemiringan sebesar 300 – 150 Proses dominan yang ada di kerucut vulkan adalah aliran berupa lava
maupun aliran kering “wedhus gembel”, letusan piroklastik dan bersifat gravitatif. Sedangkan
proses dominan yang ada di lereng gunung adalah proses aliran lahar. Kaki gunung Merapi
mengalami proses fluvial sisa yang ada di lereng.
Wilayah gunung Merapi terbentuk oleh proses vulkanik (gunungapi) dan mempunyai
material yang tersusun dari batuan beku.Wilayah Gunung Merapi cenderung beriklim basah
karena mempunyai curah hujan yang relatif tinggi dan dipengaruhi oleh hujan orografis.
Karakteristiknya yang bertopografi terjal membuat Merapi berpotensi terhadap munculnya mata
air. Spring belt tersebut yang menjadi batas tekuk lereng selain karakteristik kemiringan antar
kawasan. Mata air di lereng Merapi dimanfaatkan untuk irigasi, budidaya perikanan dan juga
dimanfaatkan sebagai sumber air minum.
Berdasarkan peta Geologi dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan dapat disimpulkan
bahwa batuan utama penyusun Gunung Merapi tediri atas 3 macam endapan:
1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda terdiri atas tufa, lahar, breksi, dan lava andesit
hingga basaltis. Endapan ini hampir tersebar merata di seluruh Kawasan Merapi.
2. Endapan vulkanik kuarter tua, yang keberadaannya berada di perbukitan. Endapan ini
ditemui di Bukit Turgo, Gono, Maron dan Plawangan.
3. Endapan longsoran awan panas, endapan ini hanya tersebar pada beberapa aliran sungai,
Salah satunya adalah pada aliran Sungai Gendol. Endapan ini terdiri atas endapan tufa,
pasir dan kerikil.
Salah satu jenis tanah yang ditemukan di wilayah Gunung Merapi merupakan jenis tanah
litosol. Litosol memiliki karakteristik tipis dengan ketebalan tanah <50 cm dan mengalami kontak
langsung dengan batuan induk keras yang ada di bawahnya ditemukan di daerah kerucut vulkan
dekat kawah. Selain itu ditemukan juga tanah jenis Latosol. Latosol berkembang pada kondisi
iklim basah dan merupakan tanah yang potensial untuk pengembangan pertanian, tetapi juga
menyimpan potensi erosi yang besar sebagau akibat dari posisinya pada lereng–lereng perbbukitan
dsn pegunungan. Meskipun demikian jenis tanah yang dominan adalah tanah Regosol yang
mempunyai tanah bercirikan tekstur pasir hingga pasir geluhan dan mempunyai konsistensi lepas-
lepas. Tanah yang berkembang di wilayah Gunung Merapi mempunyai tingkat kesuburan sedang
hingga tinggi. Disebabkan oleh tingkat kesuburan yang baik maka Gunung merapi cocok untuk
tanaman perkebunanan dan lahan persawahan. Hal tersebut dibuktikan dengan tersebarnya daerah
pertanian baik berupa sawah, tegalan ataupun kebun di sekitar daerah pengamatan.
Sabo dam yang berada di daerah Desa Bronggang terletak pada aliran material yang
merupakan salah satu anakan Sungai Gendol. Hingga dapat ditemui hasil erupsi piroklastik dengan
sortasi yang masih buruk karena material dari ukuran lempung hingga bongkahan besar ada di
daerah aliran tersebut. Oleh karena itu dibuatlah sabo dam guna menahan aliran, meburangi
kecepatan aliran serta mengurangi volume dari aliran piroklastik tersebut apabila akan mengalir
ke daerah yang lebih rendah. Pembangunan sabo dam dibentuk trapesium dengan tujuan untuk
melimpaskan sedimen yang besar. Setiap sabodam memiliki batas waktu atau dead storage yaitu
perkiraan dimana sabo dam akan mencapai kapasitas sedimen maksimal sehingga fungsinya akan
bekurang hanya berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran saja. Selain itu juga dibuat tanggatangga pada badan sungai supaya erupsi tidak begitu merusak dan mengganggu lahan pertanian.
Proses erupsi pada Gunung Merapi berupa aliran material terangkut yang mengikuti pola topografi
yang ada ke lembah. Pola aliran bermula dari baranko dengan orde ½ yang kemudian semakin
jarang orde sungainya setelah sampai di kaki. Aliran lahar dibagi menjadi 2 yaitu lahar letusan
yaitu lahar yang mengalir tepat saat gunung tersebut meletus, sedangkan lahar hujan adalah
endapan lahar yang ada di daerah fluvial sekitar gunung kemudian terpicu oleh air dan
menyebabkan gravitasi tak stabil kemudian menjadi banjir terbawa aliran sungai.
Aspek lingkungan yang ada pada wilayah Merapi dan lereng Merapi mendukung
penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan penambang pasir. Petani mendapatkan
air dari mata air karena pada dasarnya pada daerah yang jauh dari mata air, air tanahnya sulit
didapat. Mereka mengalirkan menggunakan pipa dan semacamnya supaya dapat terairi sawahnya.
Kegiatan pertambangan pasir sebenarnya memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Dari sisi
pengangkutan sedimen, pertambangan membantu memperlambat atau mencegah dead storage
pada sabo dam. Namun penambangan pasir yang liar dan sembarangan dan menggangu
kesetimbangan apabila volume pasir yang ditambang berlebihan serta merusak lingkungan.
Adanya budidaya ikan mendorong berdirinya rumah makan karena wisatawan yang banyak
berdatangan pada daerah lereng.
Infrastruktur cukup baik karena ada SD dan jalan yang hampir seluruhnya berupa jalan
aspal. Puskesmas juga terdapat di desa tersebut. Akses ke daerah tersebut tergolong mudah.
2. Kawasan Candi Plaosan
Koordinat X : 445100 mT
Koordinat Y : 9143922 mU
Kawasan Candi Plaosan merupakan bentuk lahan yang tergolong dalam dataran Aluvial. Hampir
seluruh wilayah di kawasan ini merupakan daerah yang datar. Dataran aluvial memiliki topografi
datar sebagai hasil pengendapan aluvium yang berasal dari gunung merapi. Endapan ini terjadi
akibat aktivitas gunung merapi yang membawa material-material melalui angin atau air. Adapun
material yang terbawa oleh angin seperti debu vulkanik, sedangkan yang terbawa oleh air adalah
material hasil erupsi gunung merapi seperti debu, tanah, maupun sedimen. Tipe batuan pada daerah
ini adalah berjenis sedimen.
Foto Kawasan Candi Plaosan (Dokumen Pribadi)
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan dilapangan dapat di tentukan bahwa daerah kawasan
candi plaosan memiliki tingkat pelapukan yang tinggi. Besar dari butir material yang ada
berukuran kecil dengan tekstur batuan yang halus. Hal yang semakin dapat meyakinkan adalah
daerah candi plaosan berada pada titik tengah antara bentuk lahan vulkanik dan struktural yaitu di
bagian utara terdapat gunung merapi dan di bagian selatan terdapat perbukitan agung. Kawasan
ini merupakan hasil proses dari pengendapan dari erupsi gunung merapi dan hasil endogen dari
perbukitan agung. Biasanya dataran aluvial memiliki tanah yang subur dan sangat baik untuk
daerah pertanian, permukiman, dan juga untuk industri. Hal ini didukung dengan ketersediaan air
di dataran rendah yang umumnya melimpah karena endapan aluvium yang ada mampu menyerap
dan menahan air di dalamnya. Warna tanah yang terdapat pada dataran aluvial pada umumnya
adalah coklat.
3. Tempuran Sungai Opak dan Oyo
Koordinat X : 429438 mT
Koordinat Y : 9120482 mU
Tempuran Sungai Opak dan Oyo terletak di Desa Sariharjo,Imogiri,Yogyakarta. Pada
tempuran atau pertemuan sungai opak dan oyo dapat dilihat bahwa karakteristik aliran keduanya
berbeda. Sungai opak cenderung lebih jernih dan kencang karena melewati daerah yang lebih
rendah dari gunung Merapi yang elevasinya tinggi. Jernih karena melewati batuan yang
tergolong muda dan tidak mudah tergerus oleh aliran sungai. Sedangkan Sungai Oyo lebih
tenang arusnya dan keruh. Arusnya tenang karena aliran sungai berada di permukaan yang lebih
datar. Air yang dibawa keruh karena sungai opak melewati batuan dengan usia yang tua dan
mudah tergerus sungai sehingga material terangkut dan membuat air sungai menjadi keruh.
Foto tempuran Sungai Opak dan Oyo(Dokumen Pribadi)
Sungai Opak berpola radial. Aliran yang berasal dari Gunung Merapi kemudian melebar
pada daerah yang landai dan datar. Volume sungai yang besar kemudian menyebabkan sungai
berkelok. Lalu gradien dasar sungai rendah menyebabkan intrusi vertikal meningkat dan
menggerus tepian sungai. Sungai Oyo melewati batuan yang dilewati lebih tua yang cenderung
lebih intensif. Daerah yang dilewati adalah Formasi Nglanggeran dan Batur Agung khususnya.
Material yang dimiliki berupa lempung kemerahan dan tidak bisa mengendap karena masa
jenisnya yang lebih ringan dari air. Sehingga Terangkut aliran sungai Oyo sampai ke tempuran
dan baru mengendap perlahan-perlahan karena debit sungai yang berkurang. Endapan yang ada
di muara kedua sungai ini termasuk material yang halus berupa pasir, dan tanah merah.
Percampuran ini berasal dari material sedimentasi yang dibawa oleh sungai Opak yang berupa
pasiran karena daerah yang dilewatinya merupakan daerah aliran material gunungapi Merapi.
Sedangkan marerial tanah berwarna merah merupakan material sedimentasi yang dibawa oleh
aliran sungai Oyo yang melewati batuan tua yang berwarna kemerahan. Ada pula material batuan
gamping karena Sungai Oyo melewati daerah karst. Pertemuan kedua sungai ini termasuk aliran
yang mengontrol relief daerah sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan dengan pergeseran tepian
sungai yang diakibatkan oleh lenbah sungai yang mengalami pendalaman lalu bergeser dan
kemudian tepian sungai yang diringgalkan menjadi teras sungai.
4. Pantai Parangtritis
Koordinat X : 424994 mT
Koordinat Y : 9113253 mU
Tipologi wilayah kepesisiran Parangkusumo-Parangtritis adalah Marine Deposition Coast
dan Structurally Shaped Coast. Marine Deposition Coast dimana material pasir yang diendapkan
merupakan material yang berasal dari gunung merapi. Di belakang pantainya terdapat sand dune.
Karakteristik dari tipologinya adalah memiliki lereng landai dan meluas dengan proses
pengendapan material pasir sangat intensif, gelombang cukup besar, beresiko tinggi terhadap
ancaman tsunami dan banjir rob, serta beresiko terhadap intrusi air laut. Structurally Shaped Coast
yang merupakan cliff hasil pengangkatan yang terletak di sebelah timur Parangtritis. Karakteristik
dari tipologinya adalah memiliki topografi kasar dengan lereng terjal membentuk cliff yang kuat,
serta erosi dan abrasi terjadi secara alami.
Morfologi wilayah kepesisiran Parangkusumo-Parangtritis dari shore hingga coast
berlereng landai (datar) dan yang berlereng sedang pada daerah sand dune. Bentuklahan marin ,
pesisir dipengaruhi oleh proses tenaga gelombang , arus laut , dan pasang surut. Proses utamanya
ada dua yaitu proses deposisi dan erosi . Sehingga menghasilkan bentukan erosional dan
deposisional. Proses geomorfologi yang terjadi pada wilayah ini adalah adanya pengendapan di
pantai yang materialnya berasal dari Gunung Merapi. Terjadi proses deposisi oleh angin sehingga
membentuk sand dune. Jenis sand dune yang terbentuk di wilayah kepesisiran ParangkusumoParangtritis adalah tipe barchan yang menghadap ke arah barat laut karena angin dengan kekuatan
besar berasal dari arah tenggara.
Foto kawasan Parangkusumo-Parangtritis (Dokumen Pribadi)
Kondisi hidrologi kawasan kepesisiran menunjukkan adanya variasi. Pada pantai berpasir
volkanis , dikontrol oleh aktivitas aliran sungai dan input air hujan yang membentuk akuifer local
dengan kandungan air tanah tawar yang potensial. Disekitar wilayah pantai parangtritis terdapat
kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian di wilayah kepesisiran dilakukan dengan rekayasa lahan
melalui pemupukan dan dengan pengembangan irigasi model sumur renteng. Pengembangan
irigasi dilakukan dengan system jaringan irigasi teknis kawasan pesisir yang memanfaatkan
potensi air permukaan dari sitem sungai yang ada maupun dari sisa air irigasi.
Gumuk Pasir (sand dune) terbentuk dari akumulasi material pasir hitam oleh proses aeolian
yang kuat (aeolian depositional). Material ini berasal dari material vulkanis yang terbawa oleh
proses fluvial Sungai Opak menuju Samudera Hindia. Material ini pada mulanya terendapkan
membentuk gisik. Pada saat pasang surut, terdapat gisik tidak terendam air laut. Kemudian tenaga
angin mendorong material pasir yang kering menuju daratan. Adanya hambatan berupa tutupan
vegetasi menjadi barrier (penghalang) yang menyebabkan perubahan arah angin. Perubahan
tersebut menyebabkan material pasir yang terbawa angin terakumulasi membentuk bukit-bukit
pasir. Bukit-bukit pasir ini disebut juga gumuk pasir
Ciri material penyusunnya terdiri atas material lepas berupa pasir. Profil tanah tidak
terbentuk pada beachnya sedangkan gisik terbentuk dari akumulasi material pasir yang terbawa
oleh proses fluvial Sungai Opak. Material ini didorong kembali ke daratan oleh tenaga marin
sehingga membentuk endapan sempit yang sejajar dengan garis pantai. Gisik dipengaruhi oleh
proses marin yang intensif yaitu pasang naik dan pasang surut. Karakteristik hidrologi dipengaruhi
oleh kondisi iklim, formasi batuan (geologi), tanah, dan topografi (Sartohadi, 1991) . Pada
kawasan Parangkusumo-Parangtritis gisik disini justru sebagai akuifer lokal.
Jenis flora di kawasan Parangkusumo-Parangtritis adalah vegetasi spesifik ekosistem
pesisir berpasir, yaitu rumput tapak kambing (Ipomea pescaprae), pandan, widuri, dan siwalan.
Tipe penggunaan lahan di Parangkusumo-Parangtritis yaitu lahan kosong, permukiman, semak
belukar, sawah, kebun campuran dan pertanian lahan kering. Wilayah pesisir ParangkusumoParangtritis dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Adanya gumuk pasir yang merupakan keunikan
alam yang khas dan langka menjadi daya tarik tersendiri ditunjang pula dengan aksesibilitas
infrastruktur berkembang pesat.
Foto Gumuk Pasir (Dokumen Pribadi)
Gumuk pasir juga bermanfaat sebagai akuifer lokal dengan airtanah tawar. Selain itu ,
gumuk pasir juga berfungsi sebagai budidaya tanaman musiman dan wisata alam. Sayangnya ,
konservasi yang dilakukan di gumuk pasir Parangkusumo merupakan langkah yang kurang tepat
karena dapat merusak sand dune tipe barchan. Keberadaan permukiman penduduk tentunya akan
meningkatkan kebutuhan akan suplai air bersih yang diambil dari akuifer bebas kawasan ini.
Apabila terjadi pemanfaatan yang melebihi batas, intrusi air laut sangat mungkin akan terjadi.
Potensi bencana di wilayah ini adalah adanya rip current yang bisa membahayakan wisatawan.
Letaknya yang berhadapan dengan zona penunjaman lempeng di dasar samudra berpotensi
menimbulkan gempa bumi dan tsunami dan beresiko terhadap pencemaran limbah cair dan intrusi
air laut.
6.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, metode dan hasil penelitian disimpulkan bahwa Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki keberagaman bentang alam, berupa lingkungan fisik maupun sosial
budaya yang saling mempengaruhi. Terlihat dari berbagai ekosistem yang beda di DIY
meliputi bentanglahan vulkanik di gunung merapi, bentanglahan dataran aluvial di
kawasan candi plaosan kecamatan prambanan, bentangalahan marin-aeolin di pantai
parangkusumo-parangttigis, dan bentanglahan fluvial di tempuran sungai opak dan oyo.
Tampak jelas keberagaman bentangalam yang saling berhubungan dari setiap faktor proses
pembentukkan bentanglahan di DIY, hidrologinya, karakteristik tanah, morfologi, dan
jenis batuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Jumadi, Suharyadi, R, Tuladhar, Arbind M. 2012. Web-Based Spatial Information System to
Support Collaborative Lahars Disaster Management [online] 44 (1).P.92-114 Available
From : //journal.ugm.ac.id/ijg/article/viewFile/2392/11570 (accesed by Josua Aldo
Hermawan At 12 Mei 2019)
Kurniawan,A & Sadali, M.I. 2015. Keistimewaan Lingkungan Daerah Istimewa.Yogyakarta.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Lobeck, AK. 1939. Geomorphology, An Introduction to the study of Lanscape, New York and
London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc
Muta’ali, L & Santosa, L.W. 2014. Bentang Alam dan Bentang Budaya. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Geografi(BPFG) UGM
Rahmat, Ali, Legono, Djoko, Kusumobroto, Haryono. 2008. Pengelolaan Sedimen Kali Gendol
Pasca Erupsi Merapi Juni 2006 [Online] 8 (2). P. 840-850. Available From :
//jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/cef/article/view/17410 (accesed by Josua Aldo
Hermawan at 13 mei 2019)
Sutikno.1987. Geomorfologi; Konsep dan Terapannya.Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
van Zuidam, R.A, dan F.I. van Zuidam Cancelado, 1979. Terrain Analysis And Classification
Using Aerial Photographs, International Institute for Aerial Survey and Earth Science
(ITC) 350, Boulevard Al Enschede, The Netherlands.
Verstappen, H.Th. 1963. Geomorphological Observations on Indonesian volcanoes. E.J.Brill,
Leiden
Download