1. Latar Belakang Ilmu geografi dalam berbagai makna dan definisinya menurut berbagai ahli mengerucut pada studi tentang bentang lahan dimana geomorfologi adalah salah satu cabang dari ilmu geografi yang mengkaji kenampakan serta proses-proses yang terjadi dipermukaan bumi atau bisa disebut studi tentang bentang lahan Oleh karna itu pengenalan tentang bentang lahan menjadi sangat penting dalam mengembangkan keilmuan geografi dengan baik.Pemahaman akan cara pandang geografi akan memberikan dampak yang signifikan akan pembangunan di Indonesia.Dua elemen utama dalam bentang lahan yaitu bentang alam(natural landscape) dan bentang budaya(cultural landscape).Pengenalan akan bentang alam dan bentang budaya membutuhkan instrumen berupa peta dan citra pengindraan jauh.Pengenalan bentang lahan menekankan pada keterkaitan antara komponen biogeofisik dengan manusia dan segala aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendekatan yang digunakan untuk memenuhi hubungan keterkaitan tersebut meerupakan ciri kajian lmu geografi yaitu pendekatan keruanngan ,lingkungan,dan kompleks wilayah.Untuk mempelajari bentang lahan maka perlu diperkenalkann pada a).komponen geofisik dan sebaranya dilapangan beserta dengan pemetaannya.(b)hubungan antar komponen geofisik ,dan (c).hubungan komponen geofisik dengan manusia.Pengenalan akan bentang lahan dilakukan dengan tiga pendekatan “tri angulasi” yaitu pengumpulan data sekunder,penngamatan dan teknik penyusuran wilayah(transek).Pengumpulan data sekunder merupakan cara pengumpulan sumber-summber informasiyanng telah diterbitkan maupun yang belum diterbitkan tentang bentang lahan wilayah pengamatan.Pengamatan adalah kegiatan langsung dilapangan terhadap objek-objek tertentu dari bentang lahan sehingga,dapat diamati dan dicatat karakteristik komponen bentang alam dan bentang budaya serta keterkaitannya.transek merupakan teknik penggalianinformasi dan media pengenalan serta pemahaman bentang lahan melalui penelusura wilayah,baik berjalan kaki atau menggunakan kendaraan dengan mengikuti garis yang membujur dari satu titik ke titik lain yang telah di tetapkansebelumnya. Teknik transek dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bardasarkan topik dan jenis informas(topik kajian) bentang lahan berdasarkan jalur lintasan.transek berdasarkan topik adalah transek yang dipandu menurut tema atau topik tertentu.misalnya transek sumber daya wilayah ,tema perkotaan,pertanian,ataupun tema vulkanik.sedangkan transek berdasarkan jalur lintas terbagi menjadi dua yaitu garis lurus dan bukan seperti garis lurus seperti perjalan praktikum geomorfologi dasar yang dilakukan dengan penentuan lintasan yang telah direncanakan sebelumnya,dengan itu prjalan dimulai dari lokasi yang paling dekat ke lokasi paling jauh dimana seperti perjalan praktikum geomorfologi dasar yang dimulai dari Fakultas Geografi lalu menuju arah utara karna lokasi pengamtan paling dekat lalu ke tempat-tempat selanjutnya.Transek biasanya terdiri atas tiga tahapan utama yaitu penetapan jalur transek,perjalanan dan observasi lalu pembutan gambar atau deskripsi hasil tansek.penetapan jalur dilakukan dengan menetapkan lima lokasi yang menjadi tujuan dalam praktikkum lapanagan.perjalan dan observasi dilakukan dengan mengunakan panduan peta jalur transek beserta titik pengamatan. Di setiap lokasi di lakukan diskusi untuk mencari hubungan antar fenomena seperi lahar gunung Merapi dengan sub dam yang terdapat pada jalur lahar tersebut.Pembutan deskripsi atau gambar hasil transek dilakukan untuk merangkum hasil pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan sepanjang jalur penelusuran wilayah .Hasilnya berupa tabel deskriptif maupun digram transek bentang lahan seperi pada praktikum lapangan. 2. Tujuan Praktikum Tujuan dari acara lapangan praktikum Geomorfologi dasar ini antara lain : Mampu mengidentifikasi bentuklahan yang ada menggunakan alat-alat geomorfologis. Mampu melakukan uji lapangan mengenai bentuklahan. Mampu mengenali bentang lahan dan bentukkan yang dihasilkan. Mampu menggunakan alat-alat geomorfologis dalam uji lapangan 3. Deskripsi Wilayah Definisi Geomorfologi Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang(zuida). Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian dari geomorfologi itu sendiri. Cooke dan Doorn kamp dalam Sutikno(1987) dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya. Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan.. Zuidam dan Concelado (1979) juga menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya Menurut Verstappen (1983) bentuklahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan hanya daratan tetapi juga yang terdapat didasar laut(lautan). Bentanglahan dan Bentuklahan Bentanglahan adalah sebagian obyek kajian kebumian yang memuat semua unsur fenomena geosfer yang menjadi maket bagi definisi bumi secara keseluruhan, sehingga pendekatan geografi dalam mengkaji pengetahuan tentang bumi dapat didekati dengan bentanglahan(Muta’ali & Santosa, 2014). Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape(inggris) atau lanscap(belanda) atau landshaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan atau kenampakan permukaan bumi. Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia(Vink, 1983 dalam Muta’ali dan Santosa, 2014). Seorang geograf Jerman, Otto Schluter berpendapat bahwa landschaft terdiri dari dua bagian utama, yaitu: naturlandschaft dan kulturlandshaft. Para geograf di amerika serikat dan britania menggunakan istilah landscape. Landscape dibedakan menjadi narutal landscape atau bentang alam dan man-made landscape atau bentang budaya. Bentang alam adalah suatu kenampakan bentangan yang ada di permukaan bumi dan belum terlau banyak dipegaruhi oleh aktivitas manusia. Bentang alam memiliki sifat yang dinamis yaitu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu dengan intensitas yang bervariasi dan bergantung pada besar kecilnya pengaruh tenaga pembentuknya. Bentang budaya adalah kenampakan konkrit dari hasil adaptasi atau penyesuaian manusia terhadap lingkungan. Bentang budaya bersifat dinamis dan mengisi variasi ruang dari natural landscape. Bentang budaya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu yang bersifat fisik dan non fisik. Bentang budaya fisik seperti sawah, ladang, insfrastuktur, dan sebgainya yang dapat dideteksi secara spasial dipermukaan bumi, sedangkan bentang budaya non fisik seperti tradisi, kebudayaan, tari-tarian, norma, dan sebagainya sangat menentukan bentuk bentang budaya fisik yang tampak(Muta’ali & Santoso, 2014). Verstappen (1983) mengklasifikasikan bentuklahan berdasarakan genesisnya, yang dibagi menjadi 10 macam bentuklahan asal proses, yaitu: 1. Bentuklahan asal proses vulkanik Bentuklahan ini tejadi akibat aktivitas gunungapi. Contohnya kawah, kerucut, batholit, kubah lava, dan lain-lain. 2. Bentuklahan asal proses struktural Bentuklahna ini terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Contohnya pegunungan lipatan, graben, hogback, pegunungan patahan dan lain-lain. 3. Bentuklahan asal proses fluvial Bentuklahan ini tejaid akibat akitivitas sungai. Contoh bentukannya tanggul sungai, teras sungai, meander, dataran aluvial, dan lain-lain. 4. Bentuklahan asal proses solusional Bentuklahan ini terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut seperti batu gamoping dan dolomit. Contoh bentukkannya doline, stalaktit, stalakmit, cockpit, dan lainlain. 5. Bentuklahan asal proses denudasional Bentuklahan ini terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh bentukkannya lembah koluvial, kipas koluvial, bukit sisa, dan lain-lain. 6. Bentuklahan asal proses aeolin Berntuklahan ini terjadi akibat proses angin. Contoh bentukannya gumuk pasir dengam berbagai bentuk seperti barchan, parallel, parabolik dan lain-lain. 7. Bentuklahan asal proses marin Bentuklahan ini terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh bentukkannya tombolo, split, laguna, dan lain-lain. Terdapat pula kombinasi antara bentuklahan asal proses fluvial dan marine membentuk fluvio-marine yang bentukkanya berupa delta. 8. Bentuklahan asal proses glasial Bentuklahan ini terjadi akibat proses gerakan es(gletser). Contohnya moraine. 9. Bentuklahan asal proses organik Bentuklahan ini terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme. Contoh betukkannya terumbu karang dan pantai mangrove. 10. Bentuklahan asal proses antropogenik Bentuklahan ini terjadi akibat aktivitas manusia. Contoh bentukkanya desa, kota, waduk, dan lain-lain. Geomorfologi Yogyakarta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi yang terletak dibagian tengah zona selatan Pulau Jawa. Secara fisik, wilayah DIY mempunyai karakteristik yang beragam. Hal ini dilihat dari kondisi fisiografi yang bervariasi. Fisiografi Gunung Merapi terdiri dari Lereng Merapi Atas, lereng Merapi tengah, dan Lereng Merapi Bawah yang terletak dibagian utara membentang hingga selatan dengan susunan material endapan aktivitas Gunung Api Merapi. dataran aluvial yang mempunyai topografi datar-hampir datar dibagian selatan, dibagian barat wilayah DIY berupa perbukitan Menoreh atau Pegunungan Kulon Progo, dibagian sebelah timur perbukitan menoreh terdapat dataran progo yang merupakan dataran fluvial , diantara dataran progo dan datarana aluvial panai terdapat satuan fisiografi perbukitan Sentolo.pada bagain selatan DIY terdapat pula satuan fisiografi Gumuk pasir pantai yang membentang dari wilayah Kabupaten Kulon progo ke arah timr (kota bantul) dan berbatasan dengan satuan fisiografi Gunung Sewu. Keberadaan gumuk pasir di pantai selatan tidak terlepas dari pengaruh aktivitas gunung merapi, sungai opak, dan sungai progo. Sementara dibagian tengggara terdapat satuan fisiografi dataran tinggi gunungkidul. Bagian utara satuan fisiografi ini dibatasi oleh perbukitan Batur Agung dengan garis terjal dan memanjang. Bagian tengah merupakan ledok Wonosari dengan topografi datar bergelombang dan pada bagian selatan merupakan perbukitan karst yang disebut Gunung Sewu. Satuan fisiografi ini merupakan bentangalam yang terbentuk dari hasil solusional(pelarutan), dengan bahan induk batu gamping(bapedda DIY, 2007 dalam Kurniawan & Sadali, 2015). Geologi Yogyakarta Bentuklahan dan kondisi geologi merupaka faktor yang sangat menetukan terhadap kondisi lingkungan khususnya berkaitan dengan keterbatasan pemanfaatan sumber daya alam dan potensi bencana lingkungan. Wilayah DIY memiliki variasi bentuklahan yang kompleks, yaitu meliputi bentuklahan asal marin dan aeolin, fluvial, struktural-denudasional, solusional, vulkanik, dan denudasional. Dari sisi geologi, wilayah DIY juga memiliki kondisi yang cukup kompleks. Berdasarkan peta geologi wilayah DIY skala 1 : 100.000, secara struktur wilayah DIY terdiri atas patahan dan lipatan. Lipatan terdiri atas antiklinal dan sinklinal yang terdapat pada formasi Semilir dan Kepek di sisi timur, sedangkan patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben bantul. Formasi geologi yang dominan berupa endapan Gunung Merapi Muda di bagian tengah(Graben Bantul) dan sebgaian kecil berupaFormasi Sentolo di bagian barat, sedangkan Formasi Aluvium, Batur Agung, Semilir, Kepek, dan Nglanggaran berada di sisi timur(Kurniawan & Sadali, 2015). 4. Metode 1.1 Alat dan bahan Alat dan bahan yang dIgunakan dalam acara lapangan praktikum Geomorfologi Dasar ini diantara lain : 1. Palu geologi 7. Yallon 2. Kompas geologi 8. Pita ukur 3. Peta geologi 9. Abney level 4. Peta RBI 10. GPS 5. Komparator 6. Alat tulis dan papan jalan 1.2 Pemilihan daerah Acara lapangan praktikum Geomorfologi Dasar ini berada di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) yang memiliki bentuklahan yang bervariasi dengan mengambil lima tempat sebagai tempat pengamatan dan penelitiannya. Kelima stop site ini diantaranya: 1. Desa Bronggang, Cangkringan, Sleman 2. Kawasan Candi Plaosan 3. Tempuran sungai Oyo dan Opak 4. Pantai Parangkusumo-Parangtritis 1.3 Pengumpulan dan pengelolaan data Data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dengan survey lapangan. Pengambilan sampel data didasarakan pada perbedaan bentuklahan asal proses yang dilakukan pada tempat pengamatan. Setelah semua data dan sampel didapatkan lalu dibuat inventarisasi data lapangan. 1.4 Diagram alir penelitian DATA LAPANGAN INPUT PROSES PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI TABEL IDENTIFIKASI OUTPUT 5. Pembahasan 1. Sabo Dam Bronggang, Kecamatan Cangkringan Koordinat X : 480743 mT Koordinat Y : 9177310 mU Kenampakan yang dapat dilihat dari sabo dam yang ada di Desa Bronggang adalah bentuk lahan kerucut vulkan Gunung Merapi serta keadaan yang ada di lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan gunung teraktif di Pulau Jawa dan secara berkala meletus setiap 5 tahun sekali. Setelah letusannya pada tahun 2010 sampai saat ini belum ada tanda-tanda letusan besar walaupun melebihi jangka 5 tahun. Merapi memiliki skala VEI (Volcano Explosivity Index) sebesar 4. Volcano Explosity Index merupakan skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan letusan yang didasarkan pada jarak letusan, bahaya yang ditimbulkan serta tipe letusan. Apabila dibandingkan dengan gunungapi lain Merapi temasuk cukup tinggi karena bernilai 4 dari skala maksimal 8. Gunung yang memiliki VEI tertinggi di Indonesia adalah Gunung Tambora mencapai 7, oleh karena itu letusannya sangat dasyat. Foto Sabo Dam Bronggang Gunung Merapi (Dokumen Pribadi) Kawasan Gunung Merapi dibagi menjadi 3 yaitu kerucut vulkan, lereng, dan kaki gunungapi. Kawasan tersebut dibagi berdasarkan tekuk lereng yang ada. Kerucut vulkan memilki kemiringan sebesar 300 – 150 Proses dominan yang ada di kerucut vulkan adalah aliran berupa lava maupun aliran kering “wedhus gembel”, letusan piroklastik dan bersifat gravitatif. Sedangkan proses dominan yang ada di lereng gunung adalah proses aliran lahar. Kaki gunung Merapi mengalami proses fluvial sisa yang ada di lereng. Wilayah gunung Merapi terbentuk oleh proses vulkanik (gunungapi) dan mempunyai material yang tersusun dari batuan beku.Wilayah Gunung Merapi cenderung beriklim basah karena mempunyai curah hujan yang relatif tinggi dan dipengaruhi oleh hujan orografis. Karakteristiknya yang bertopografi terjal membuat Merapi berpotensi terhadap munculnya mata air. Spring belt tersebut yang menjadi batas tekuk lereng selain karakteristik kemiringan antar kawasan. Mata air di lereng Merapi dimanfaatkan untuk irigasi, budidaya perikanan dan juga dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Berdasarkan peta Geologi dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan dapat disimpulkan bahwa batuan utama penyusun Gunung Merapi tediri atas 3 macam endapan: 1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda terdiri atas tufa, lahar, breksi, dan lava andesit hingga basaltis. Endapan ini hampir tersebar merata di seluruh Kawasan Merapi. 2. Endapan vulkanik kuarter tua, yang keberadaannya berada di perbukitan. Endapan ini ditemui di Bukit Turgo, Gono, Maron dan Plawangan. 3. Endapan longsoran awan panas, endapan ini hanya tersebar pada beberapa aliran sungai, Salah satunya adalah pada aliran Sungai Gendol. Endapan ini terdiri atas endapan tufa, pasir dan kerikil. Salah satu jenis tanah yang ditemukan di wilayah Gunung Merapi merupakan jenis tanah litosol. Litosol memiliki karakteristik tipis dengan ketebalan tanah <50 cm dan mengalami kontak langsung dengan batuan induk keras yang ada di bawahnya ditemukan di daerah kerucut vulkan dekat kawah. Selain itu ditemukan juga tanah jenis Latosol. Latosol berkembang pada kondisi iklim basah dan merupakan tanah yang potensial untuk pengembangan pertanian, tetapi juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagau akibat dari posisinya pada lereng–lereng perbbukitan dsn pegunungan. Meskipun demikian jenis tanah yang dominan adalah tanah Regosol yang mempunyai tanah bercirikan tekstur pasir hingga pasir geluhan dan mempunyai konsistensi lepas- lepas. Tanah yang berkembang di wilayah Gunung Merapi mempunyai tingkat kesuburan sedang hingga tinggi. Disebabkan oleh tingkat kesuburan yang baik maka Gunung merapi cocok untuk tanaman perkebunanan dan lahan persawahan. Hal tersebut dibuktikan dengan tersebarnya daerah pertanian baik berupa sawah, tegalan ataupun kebun di sekitar daerah pengamatan. Sabo dam yang berada di daerah Desa Bronggang terletak pada aliran material yang merupakan salah satu anakan Sungai Gendol. Hingga dapat ditemui hasil erupsi piroklastik dengan sortasi yang masih buruk karena material dari ukuran lempung hingga bongkahan besar ada di daerah aliran tersebut. Oleh karena itu dibuatlah sabo dam guna menahan aliran, meburangi kecepatan aliran serta mengurangi volume dari aliran piroklastik tersebut apabila akan mengalir ke daerah yang lebih rendah. Pembangunan sabo dam dibentuk trapesium dengan tujuan untuk melimpaskan sedimen yang besar. Setiap sabodam memiliki batas waktu atau dead storage yaitu perkiraan dimana sabo dam akan mencapai kapasitas sedimen maksimal sehingga fungsinya akan bekurang hanya berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran saja. Selain itu juga dibuat tanggatangga pada badan sungai supaya erupsi tidak begitu merusak dan mengganggu lahan pertanian. Proses erupsi pada Gunung Merapi berupa aliran material terangkut yang mengikuti pola topografi yang ada ke lembah. Pola aliran bermula dari baranko dengan orde ½ yang kemudian semakin jarang orde sungainya setelah sampai di kaki. Aliran lahar dibagi menjadi 2 yaitu lahar letusan yaitu lahar yang mengalir tepat saat gunung tersebut meletus, sedangkan lahar hujan adalah endapan lahar yang ada di daerah fluvial sekitar gunung kemudian terpicu oleh air dan menyebabkan gravitasi tak stabil kemudian menjadi banjir terbawa aliran sungai. Aspek lingkungan yang ada pada wilayah Merapi dan lereng Merapi mendukung penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan penambang pasir. Petani mendapatkan air dari mata air karena pada dasarnya pada daerah yang jauh dari mata air, air tanahnya sulit didapat. Mereka mengalirkan menggunakan pipa dan semacamnya supaya dapat terairi sawahnya. Kegiatan pertambangan pasir sebenarnya memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Dari sisi pengangkutan sedimen, pertambangan membantu memperlambat atau mencegah dead storage pada sabo dam. Namun penambangan pasir yang liar dan sembarangan dan menggangu kesetimbangan apabila volume pasir yang ditambang berlebihan serta merusak lingkungan. Adanya budidaya ikan mendorong berdirinya rumah makan karena wisatawan yang banyak berdatangan pada daerah lereng. Infrastruktur cukup baik karena ada SD dan jalan yang hampir seluruhnya berupa jalan aspal. Puskesmas juga terdapat di desa tersebut. Akses ke daerah tersebut tergolong mudah. 2. Kawasan Candi Plaosan Koordinat X : 445100 mT Koordinat Y : 9143922 mU Kawasan Candi Plaosan merupakan bentuk lahan yang tergolong dalam dataran Aluvial. Hampir seluruh wilayah di kawasan ini merupakan daerah yang datar. Dataran aluvial memiliki topografi datar sebagai hasil pengendapan aluvium yang berasal dari gunung merapi. Endapan ini terjadi akibat aktivitas gunung merapi yang membawa material-material melalui angin atau air. Adapun material yang terbawa oleh angin seperti debu vulkanik, sedangkan yang terbawa oleh air adalah material hasil erupsi gunung merapi seperti debu, tanah, maupun sedimen. Tipe batuan pada daerah ini adalah berjenis sedimen. Foto Kawasan Candi Plaosan (Dokumen Pribadi) Berdasarkan pengamatan yang di lakukan dilapangan dapat di tentukan bahwa daerah kawasan candi plaosan memiliki tingkat pelapukan yang tinggi. Besar dari butir material yang ada berukuran kecil dengan tekstur batuan yang halus. Hal yang semakin dapat meyakinkan adalah daerah candi plaosan berada pada titik tengah antara bentuk lahan vulkanik dan struktural yaitu di bagian utara terdapat gunung merapi dan di bagian selatan terdapat perbukitan agung. Kawasan ini merupakan hasil proses dari pengendapan dari erupsi gunung merapi dan hasil endogen dari perbukitan agung. Biasanya dataran aluvial memiliki tanah yang subur dan sangat baik untuk daerah pertanian, permukiman, dan juga untuk industri. Hal ini didukung dengan ketersediaan air di dataran rendah yang umumnya melimpah karena endapan aluvium yang ada mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Warna tanah yang terdapat pada dataran aluvial pada umumnya adalah coklat. 3. Tempuran Sungai Opak dan Oyo Koordinat X : 429438 mT Koordinat Y : 9120482 mU Tempuran Sungai Opak dan Oyo terletak di Desa Sariharjo,Imogiri,Yogyakarta. Pada tempuran atau pertemuan sungai opak dan oyo dapat dilihat bahwa karakteristik aliran keduanya berbeda. Sungai opak cenderung lebih jernih dan kencang karena melewati daerah yang lebih rendah dari gunung Merapi yang elevasinya tinggi. Jernih karena melewati batuan yang tergolong muda dan tidak mudah tergerus oleh aliran sungai. Sedangkan Sungai Oyo lebih tenang arusnya dan keruh. Arusnya tenang karena aliran sungai berada di permukaan yang lebih datar. Air yang dibawa keruh karena sungai opak melewati batuan dengan usia yang tua dan mudah tergerus sungai sehingga material terangkut dan membuat air sungai menjadi keruh. Foto tempuran Sungai Opak dan Oyo(Dokumen Pribadi) Sungai Opak berpola radial. Aliran yang berasal dari Gunung Merapi kemudian melebar pada daerah yang landai dan datar. Volume sungai yang besar kemudian menyebabkan sungai berkelok. Lalu gradien dasar sungai rendah menyebabkan intrusi vertikal meningkat dan menggerus tepian sungai. Sungai Oyo melewati batuan yang dilewati lebih tua yang cenderung lebih intensif. Daerah yang dilewati adalah Formasi Nglanggeran dan Batur Agung khususnya. Material yang dimiliki berupa lempung kemerahan dan tidak bisa mengendap karena masa jenisnya yang lebih ringan dari air. Sehingga Terangkut aliran sungai Oyo sampai ke tempuran dan baru mengendap perlahan-perlahan karena debit sungai yang berkurang. Endapan yang ada di muara kedua sungai ini termasuk material yang halus berupa pasir, dan tanah merah. Percampuran ini berasal dari material sedimentasi yang dibawa oleh sungai Opak yang berupa pasiran karena daerah yang dilewatinya merupakan daerah aliran material gunungapi Merapi. Sedangkan marerial tanah berwarna merah merupakan material sedimentasi yang dibawa oleh aliran sungai Oyo yang melewati batuan tua yang berwarna kemerahan. Ada pula material batuan gamping karena Sungai Oyo melewati daerah karst. Pertemuan kedua sungai ini termasuk aliran yang mengontrol relief daerah sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan dengan pergeseran tepian sungai yang diakibatkan oleh lenbah sungai yang mengalami pendalaman lalu bergeser dan kemudian tepian sungai yang diringgalkan menjadi teras sungai. 4. Pantai Parangtritis Koordinat X : 424994 mT Koordinat Y : 9113253 mU Tipologi wilayah kepesisiran Parangkusumo-Parangtritis adalah Marine Deposition Coast dan Structurally Shaped Coast. Marine Deposition Coast dimana material pasir yang diendapkan merupakan material yang berasal dari gunung merapi. Di belakang pantainya terdapat sand dune. Karakteristik dari tipologinya adalah memiliki lereng landai dan meluas dengan proses pengendapan material pasir sangat intensif, gelombang cukup besar, beresiko tinggi terhadap ancaman tsunami dan banjir rob, serta beresiko terhadap intrusi air laut. Structurally Shaped Coast yang merupakan cliff hasil pengangkatan yang terletak di sebelah timur Parangtritis. Karakteristik dari tipologinya adalah memiliki topografi kasar dengan lereng terjal membentuk cliff yang kuat, serta erosi dan abrasi terjadi secara alami. Morfologi wilayah kepesisiran Parangkusumo-Parangtritis dari shore hingga coast berlereng landai (datar) dan yang berlereng sedang pada daerah sand dune. Bentuklahan marin , pesisir dipengaruhi oleh proses tenaga gelombang , arus laut , dan pasang surut. Proses utamanya ada dua yaitu proses deposisi dan erosi . Sehingga menghasilkan bentukan erosional dan deposisional. Proses geomorfologi yang terjadi pada wilayah ini adalah adanya pengendapan di pantai yang materialnya berasal dari Gunung Merapi. Terjadi proses deposisi oleh angin sehingga membentuk sand dune. Jenis sand dune yang terbentuk di wilayah kepesisiran ParangkusumoParangtritis adalah tipe barchan yang menghadap ke arah barat laut karena angin dengan kekuatan besar berasal dari arah tenggara. Foto kawasan Parangkusumo-Parangtritis (Dokumen Pribadi) Kondisi hidrologi kawasan kepesisiran menunjukkan adanya variasi. Pada pantai berpasir volkanis , dikontrol oleh aktivitas aliran sungai dan input air hujan yang membentuk akuifer local dengan kandungan air tanah tawar yang potensial. Disekitar wilayah pantai parangtritis terdapat kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian di wilayah kepesisiran dilakukan dengan rekayasa lahan melalui pemupukan dan dengan pengembangan irigasi model sumur renteng. Pengembangan irigasi dilakukan dengan system jaringan irigasi teknis kawasan pesisir yang memanfaatkan potensi air permukaan dari sitem sungai yang ada maupun dari sisa air irigasi. Gumuk Pasir (sand dune) terbentuk dari akumulasi material pasir hitam oleh proses aeolian yang kuat (aeolian depositional). Material ini berasal dari material vulkanis yang terbawa oleh proses fluvial Sungai Opak menuju Samudera Hindia. Material ini pada mulanya terendapkan membentuk gisik. Pada saat pasang surut, terdapat gisik tidak terendam air laut. Kemudian tenaga angin mendorong material pasir yang kering menuju daratan. Adanya hambatan berupa tutupan vegetasi menjadi barrier (penghalang) yang menyebabkan perubahan arah angin. Perubahan tersebut menyebabkan material pasir yang terbawa angin terakumulasi membentuk bukit-bukit pasir. Bukit-bukit pasir ini disebut juga gumuk pasir Ciri material penyusunnya terdiri atas material lepas berupa pasir. Profil tanah tidak terbentuk pada beachnya sedangkan gisik terbentuk dari akumulasi material pasir yang terbawa oleh proses fluvial Sungai Opak. Material ini didorong kembali ke daratan oleh tenaga marin sehingga membentuk endapan sempit yang sejajar dengan garis pantai. Gisik dipengaruhi oleh proses marin yang intensif yaitu pasang naik dan pasang surut. Karakteristik hidrologi dipengaruhi oleh kondisi iklim, formasi batuan (geologi), tanah, dan topografi (Sartohadi, 1991) . Pada kawasan Parangkusumo-Parangtritis gisik disini justru sebagai akuifer lokal. Jenis flora di kawasan Parangkusumo-Parangtritis adalah vegetasi spesifik ekosistem pesisir berpasir, yaitu rumput tapak kambing (Ipomea pescaprae), pandan, widuri, dan siwalan. Tipe penggunaan lahan di Parangkusumo-Parangtritis yaitu lahan kosong, permukiman, semak belukar, sawah, kebun campuran dan pertanian lahan kering. Wilayah pesisir ParangkusumoParangtritis dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Adanya gumuk pasir yang merupakan keunikan alam yang khas dan langka menjadi daya tarik tersendiri ditunjang pula dengan aksesibilitas infrastruktur berkembang pesat. Foto Gumuk Pasir (Dokumen Pribadi) Gumuk pasir juga bermanfaat sebagai akuifer lokal dengan airtanah tawar. Selain itu , gumuk pasir juga berfungsi sebagai budidaya tanaman musiman dan wisata alam. Sayangnya , konservasi yang dilakukan di gumuk pasir Parangkusumo merupakan langkah yang kurang tepat karena dapat merusak sand dune tipe barchan. Keberadaan permukiman penduduk tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan suplai air bersih yang diambil dari akuifer bebas kawasan ini. Apabila terjadi pemanfaatan yang melebihi batas, intrusi air laut sangat mungkin akan terjadi. Potensi bencana di wilayah ini adalah adanya rip current yang bisa membahayakan wisatawan. Letaknya yang berhadapan dengan zona penunjaman lempeng di dasar samudra berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami dan beresiko terhadap pencemaran limbah cair dan intrusi air laut. 6. Kesimpulan Berdasarkan tujuan, metode dan hasil penelitian disimpulkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keberagaman bentang alam, berupa lingkungan fisik maupun sosial budaya yang saling mempengaruhi. Terlihat dari berbagai ekosistem yang beda di DIY meliputi bentanglahan vulkanik di gunung merapi, bentanglahan dataran aluvial di kawasan candi plaosan kecamatan prambanan, bentangalahan marin-aeolin di pantai parangkusumo-parangttigis, dan bentanglahan fluvial di tempuran sungai opak dan oyo. Tampak jelas keberagaman bentangalam yang saling berhubungan dari setiap faktor proses pembentukkan bentanglahan di DIY, hidrologinya, karakteristik tanah, morfologi, dan jenis batuannya. DAFTAR PUSTAKA Jumadi, Suharyadi, R, Tuladhar, Arbind M. 2012. Web-Based Spatial Information System to Support Collaborative Lahars Disaster Management [online] 44 (1).P.92-114 Available From : //journal.ugm.ac.id/ijg/article/viewFile/2392/11570 (accesed by Josua Aldo Hermawan At 12 Mei 2019) Kurniawan,A & Sadali, M.I. 2015. Keistimewaan Lingkungan Daerah Istimewa.Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Lobeck, AK. 1939. Geomorphology, An Introduction to the study of Lanscape, New York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc Muta’ali, L & Santosa, L.W. 2014. Bentang Alam dan Bentang Budaya. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi(BPFG) UGM Rahmat, Ali, Legono, Djoko, Kusumobroto, Haryono. 2008. Pengelolaan Sedimen Kali Gendol Pasca Erupsi Merapi Juni 2006 [Online] 8 (2). P. 840-850. Available From : //jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/cef/article/view/17410 (accesed by Josua Aldo Hermawan at 13 mei 2019) Sutikno.1987. Geomorfologi; Konsep dan Terapannya.Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada van Zuidam, R.A, dan F.I. van Zuidam Cancelado, 1979. Terrain Analysis And Classification Using Aerial Photographs, International Institute for Aerial Survey and Earth Science (ITC) 350, Boulevard Al Enschede, The Netherlands. Verstappen, H.Th. 1963. Geomorphological Observations on Indonesian volcanoes. E.J.Brill, Leiden