BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan
pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai
suatu negara menandakan berhasilnya pembangunan ekonomi negara tersebut.
Salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu dengan
menggunakan indikator PDB (Produk Domestik Bruto), yang merupakan total
output yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu, biasanya
dalam satu tahun (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 99). Dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas terhadap adanya
globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang saat ini terjadi, sehingga menyebabkan
semakin berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka
antarnegara serta terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai wilayah dunia.
Salah satu wujud intergrasi ekonomi adalah dideklarasikannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) oleh pemimpin negara ASEAN pada Bali Summit tahun
2003 yang akan diberlakukan pada tahun 2020. Akan tetapi, pada pertemuan 12th
ASEAN Summit tahun 2007 di Filipina implementasi MEA dipercepat menjadi
tahun 2015. MEA akan mewujudkan pasar dan basis produksi tunggal di ASEAN
yang ditandai dengan perekonomian yang sangat kompetitif serta pembangunan
ekonomi yang adil dan mampu berintegrasi dengan perekonomian global (Blueprint
AEC, 2008).
1
Untuk mewujudkan tujuan MEA maka dihasilkan cetak biru (Blueprint)
MEA. Cetak biru tersebut dimaksudkan sebagai peta jalan (roadmap) yang
dibutuhkan guna mengimplementasikan MEA pada tahun 2015. Dalam cetak biru
MEA berisi mengenai rencana aksi, target, dan kurun waktu berbagai kebijakan
ekonomi menuju terwujudnya MEA, salah satunya adalah penghapusan secara
subtansial batasan perdagangan semua sektor pada tahun 2015. Hal tersebut akan
berdampak meningkatnya perdagangan antarnegara ASEAN. Menurut Salvatore
(2014: 346) perdagangan berupa ekspor menjadi mesin pertumbuhan ekonomi bagi
negara berkembang. Peningkatan ekspor akan meningkatkan produksi di dalam
negeri sehingga membutuhkan input berupa tenaga kerja yang berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja serta meningkatan pendapatan negara.
Selain penghapusan batasan perdagangan, cetak biru MEA berisi mengenai
penghapusan proteksi investasi. Sehingga, terbentuknya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan meningkatkan daya tarik negara ASEAN bagi investor asing
untuk menanamkan investasi langsung. Menurut Lamsiraroj (2016) menyatakan
bahwa dengan masuknya investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment
(FDI) maka terjadi transfer modal, teknologi, ilmu pengetahuan dari negara maju
ke negara berkembang. Terjadinya transfer tersebut akan menstimulus
produktivitas serta penambahan output nasional yang berdampak meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Azam et al. (2015) dalam penelitiannya mengenai pengaruh FDI dan ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi di Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan
(BRICS). Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa FDI dan ekspor berpengaruh
positif dan signifikan sehingga menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang
2
berkelanjutan. Tekin (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan antara ekspor dan Foreign Direct Investment (FDI)
terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara dari 18 negara LDC (Least
Developed Countries) dalam penelitian. Hal itu sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasseb et al. (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara ekspor dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di
Malaysia. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Tang, Lai, dan Ozturk (2015) di
empat negara, yaitu Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekspor mempunyai pengaruh positif dan signifikan
hanya di negara Singapura dan Hongkong.
Penelitian yang dilakukan Kilavuz dan Topcu (2012) di 22 negara
berkembang juga menunjukkan bahwa ekspor yang dilakukan industri manufaktur
berbasis teknologi tinggi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Lamsiraroj (2016) mengenai hubungan
FDI dengan pertumbuhan ekonomi di 124 negara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dua arah dan signifikan. Penelitian
yang dilakukan oleh Hoang, Wiboonchutikula, dan Tubtimtong (2010) mengenai
pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Vietnam. Dari Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa FDI mempunyai pengaruh yang rendah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Vietnam. Dengan terjadinya perdagangan internasional
antarnegara akan menimbulkan pertukaran mata uang yang digunakan oleh negaranegara yang bersangkutan. Selain itu, perusahaan multinasional yang melakukan
investasi langsung berupa membangun pabrik membutuhkan mata uang domestik
3
sehingga juga menimbulkan pertukaran mata uang antara negara tujuan investasi
dengan negara investor.
Menurut Gbenga dan Ayo Joy (2014) nilai tukar mempunyai peran penting
dalam perekonomian karena langsung memengaruhi tingkat harga domestik,
profitabilitas barang dan jasa yang diperdagangkan, alokasi sumberdaya, keputusan
investasi, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, pengendalian nilai tukar
menjadi instrumen kebijakan ekonomi di banyak negara. Penentuan nilai tukar
didasarkan atas beberapa pertimbangan yakni keterbukaan perekonomian suatu
negara terhadap perekonomian internasional.
Ndambendia dan Al-Hayky (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
volatilitas nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara Sub-Saharan Afrika. Hal
itu sesuai dengan penelitian Basirat, Nasirpour, dan Jorjorzadeh (2014) yang
menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di 18 negara berkembang. Sedangkan, penelitian
yang dilakukan Gbenga dan Ayo Joy (2014) menunjukkan bahwa pengaruh nilai
tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusoff dan Febrina
(2014) menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Berbagai hasil penelitian di atas menujukkan bahwa ekspor, Foreign Direct
Investment (FDI), dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap
pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah negara. Kemudian, bagaimana
4
pengaruhnya terhadap lima negara anggota ASEAN yang akan melaksanakan
MEA, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam selama periode
2005-2014. Pemilihan lima negara tersebut karena dalam penelitian ini
memfokuskan pada negara berkembang dengan jumlah PDB yang cukup besar
dibandingkan negara berkembang lainnya di ASEAN. Sementara itu, pemilihan
tahun 2005-2014 karena tahun tersebut merupakan tahun persiapan dalam
mengimplementasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015.
Berikut adalah grafik yang menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam tahun 20052014:
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2005
2006
Indonesia
2007
2008
Malaysia
2009
2010
Thailand
2011
2012
Filiphina
2013
2014
Vietnam
Gambar 1.1. Pertumbuhan PDB Negara Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina, dan Vietnam Tahun 2005-2014 (dalam %)
Sumber: Data World Bank (diolah).
Berdasarkan tabel di atas pertumbuhan PDB di lima negara ASEAN pada
tahun 2005-2007 menunjukkan nilai rata-rata di atas 4,5%. Nilai rata-rata
pertumbuhan PDB untuk masing-masing negara adalah Indonesia sebesar 5,84 %,
Malaysia sebesar 5,73%, Thailand sebesar 4,91%, Filipina sebesar 5,54%, Vietnam
5
sebesar 7,21%. Ditengah pertumbuhan PDB yang positif di lima negara ASEAN,
pada tahun 2008-2009 terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat yang
berdampak terhadap negara lain di dunia termasuk lima negara ASEAN. Sehingga,
pada tahun 2009 pertumbuhan PDB di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan
Vietnam mengalami penurunan. Indonesia pada tahun 2009 mengalami
pertumbuhan PDB sebesar 4,62%, Malaysia dan Thailand mengalami pertumbuhan
PDB minus sebesar -1,51% dan -2,32%, Filipina dan Vietnam pertumbuhan PDB
sebesar 1,14%, dan 5,39%. Akan tetapi, pertumbuhan PDB lima negara ASEAN
kembali tumbuh positif pada tahun selanjutnya di mana mencapai rata-rata sebesar
7,1%. Selanjutnya, selama tahun 2011-2014 pertumbuhan PDB lima negara
ASEAN berfluktuatif dengan rata-rata sebesar 5,06%.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan mengenai pengaruh
ekspor, Foreign Direct Investment (FDI), dan nilai tukar terhadap pertumbuhan
ekonomi di lima negara ASEAN. Apakah ekspor, FDI, dan nilai tukar memiliki
pengaruh positif atau justru sebaliknya. Dalam penelitian ini, analisis terhadap
variabel ekspor, FDI, dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi akan
menggunakan model data panel seperti yang telah digunakan oleh Azam, et al.
(2015). Berdasarkan pemaparan latar belakang dan melihat pentingnya penelitian
ini, maka penulis membuat penelitian dengan judul: “Pengaruh Ekspor, Foreign
Direct Investment, dan Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Lima
Negara ASEAN: Studi Kasus Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan
Vietnam Periode 2005-2014”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil
beberapa rumusan masalah untuk memperdalam pembahasan dari penelitian ini.
1. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara
ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam) periode 2005 2014?
2. Bagaimana pengaruh Foreign Direct Investmetnt (FDI) terhadap pertumbuhan
ekonomi di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan
Vietnam) periode tahun 2005 - 2014?
3. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara
ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam) periode 2005 2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengindentifikasi pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di
lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam)
periode 2005 - 2014.
2. Untuk mengindentifikasi pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap
pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina, dan Vietnam) periode 2005 - 2014.
7
3. Untuk mengindentifikasi pengaruh nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi
di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam)
periode 2005 - 2014.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan, penelitian ini berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi terutama dalam hal
ekspor, Foreign Direct Investment (FDI), dan nilai tukar.
2.
Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
dan bahan pembanding untuk melakukan penelitian selanjutnya, terutama
berkaitan dengan topik yang sama.
3.
Bagi peneliti, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
kondisi perekonomian di lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia,
Thailand, Filipina, dan Vietnam serta faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu ekspor, Foreign Direct Investment (FDI), dan
nilai tukar.
8
Download