The New Face of Indonesia’s Economy Without change there is no innovation, creativity, or incentive for improvement. Those who initiate change will have a better opportunity to manage the change that is inevitable.” – William Pollard Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan signifikan terhadap berbagai sendi kehidupan manusia, kita kini dengan nyata dapat mencermati bagaimana perubahan tersebut menjadi fenomena dashyat yang yang tidak dapat dibendung, sepanjang tahun 2018 yang baru saja kita lewati, perusahaan-perusahaan dunia dan juga di Indonesia berlomba-lomba dalam melakukan inovasi untuk memenangkan persaingan pasar ditengah semakin ketatnya kompetisi. Inovasi yang dilakukan diantaranya dilakukan dengan strategi transformasi digital, melakukan perubahan menyeluruh atas setiap proses, kompetensi, dan model bisnis dengan implementasi teknologi digital, sejalan dengan rekomendasi berbagai lembaga riset global yang menjadikan transformasi digital sebagai pengarusutamaan organisasi dalam memenangkan persaingan global. Inovasi telah masif menjalar ke seluruh lini kehidupan ditengah dinamika relasi dunia yang semakin dinamis, terdapat beberapa perubahan radikal yang akhir-akhir ini terlihat bergerak sangat cepat, salah satunya melalui digitalisasi, yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain, berlakunya vertical networking, jaringan sudah tidak lagi memiliki sekat-sekat atau hierarki. Vertical networking selanjutnya diikuti dengan horizontal integration sebagai bentuk kongkrit kolaborasi yang lebih mengedepankan output, inovasi yang inheren dengan digitalisasi, melahirkan fenomena baru dengan semakin masifnya konsep-konsep sharing economy, internet of things, e-commerce, finansial technology, artificial intelligence dalam berbagai bidang kehidupan, utamanya persaingan ekonomi. Digitalisasi ekonomi terbukti telah membawa berbagai perubahan, dengan digital ekonomi setidaknya memberikan benefit dalam meraih efisiensi, efektivitas, penurunan cost production, kolaborasi, terkoneksinya satu pihak dengan pihak lain, oleh karena itu, transformasi digital ekonomi, sudah selayaknya dijadikan alternative solusi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru. Konsep mengenai ekonomi digital pertama kali diperkenalkan oleh Don Tapscott (The Digital Economy, 1995), yang bermakna keadaan sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses instrumen, kapasitas, dan pemesanan informasi. Dalam ekonomi digital setidaknya terdapat 4 hal penting yang terkait dengan aktivitas ekonomi digital, dimana letak geografis tidak lagi relevan, adanya platform tertentu yang menjadi kunci utama dan berkembangnya jejaring kerja serta penggunaan big data. Dalam perkembangan lebih lanjut, ekonomi digital menjadi fenomena baru yang semakin memiliki peran strategis dalam perkembangan ekonomi global, argumentasi ini terbukti bila kita mencermati laporan Huawei dan Oxford Economics yang berjudul Digital Spillover (2016), size ekonomi digital dunia telah mencapai 11,5 triliun dollar atau berkisar 15,5 persen dari GDP dunia. Besarnya konstribusi ekonomi digital terhadap size ekonomi digital ekonomi dapat dicermati dari perdagangan Online telah mengubah landscape ekonomi dunia sebagai “wajah baru” ekonomi global, mengacu pada laporan McKinsey (2018), setidaknya perdagangan online memiliki dampak di empat area. Pertama, financial benefits. Memberi manfaat ekonomi yang dahsyat bagi ekonomi suatu bangsa, misalnya Indonesia sebagai pasar terbesar untuk ecommerce di Asia Tenggara. Nilainya saat ini kurang lebih 2,5 milyar dollar dan diprediksi akan menjadi 20 milyar dollar di tahun 2022. Kedua, job creation. Diperkirakan akan ada 26 juta pekerjaan baru di tahun 2022 akibat dari ekonomi digital ini yang kebanyakan dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Agaknya ini juga yang membuat Jack Ma membuat strategi agar Alibaba fokus pada UMKM di China. Ketiga, buyer benefits. Ini bisa dilihat dari harga-harga di marketplace e-commerce yang biasanya lebih murah dari offline. Keempat, social equality. Ekonomi digital telah berdampak terhadap kesetaraan gender, inklusi layanan keuangan, pemerataan pertumbuhan dan masalah sosial lainnya. Bagi Indonesia ekonomi digital memberikan harapan baru akan transformasi ekonomi yang diprediksi akan dapat menjadi prime mover ekonomi Indonesia, McKinsey menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia sekarang hampir sama dengan China pada tahun 2010, berdasarkan indikator-indikator seperti penetrasi e-retail, GDP per kapita, penetrasi internet, pengeluaran ritel. Pada tahun 2017, nilai perdagangan online Indonesia mencapai 8 miliar dollar. Capaian tersebut sekaligus menunjukan semakin diperhitungkannya Indonesia di Kawasan regional Asia Tenggara, dimana dari 8 Unicorn setengahnya berasal dari Indonesia, seperti Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Begitupun dengan nilai pendanaan yang didapat Indonesia dari venture capital selama tiga tahun ini mencapai 38 persen dari total pendanaan di Asia Tenggara. Prospek Ekonomi Digital Indonesia Ekonomi digital terbukti mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada PDB Indonesia pada 2017 besarannya mencapai 7,3 persen, padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,1 persen, hal ini mengandung makna bahwa ekonomi digital Indonesia memiliki prospek yang sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik pertumbuhannya melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia. karena Masa depan ekonomi digital Indonesia sepatutnya menjadi fokus kita bersama dalam membangun kolaborasi dalam mengoptimalkan nilai tambah ekonomi bila mencermati potensi ekonomi digital di Indonesia yang bisa mencapai USD 65 miliar pada 2022 sebagaimana prediksi Lembaga riset McKinsey & Company. Selain itu, menurut data World Market Monitor, ekonomi digital diproyeksi menyumbang USD 155 miliar atau 9,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2025. Sumbangan itu terdiri atas peningkatan lapangan kerja senilai 35 miliar dolar AS atau 2,1 persen PDB serta mendorong produktivitas 120 miliar dolar AS atau 7,4 persen PDB. Kita patut bersyukur ekonomi digital Indonesia bila dicermati dari salah satu pilarnya, menempati peringkat tertinggi dalam pertumbuhan E-commerce di dunia. Menurut PPRO, pertumbuhan E-commerce Indonesia mencapai 78%, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan dunia yang hanya berada pada angka 14% dan Asia pada angka 28%. Dalam perjalannya kini kita dapat menyaksikan terdapat 4 star up bisnis Indonesia yang berhasil menyandang status unicorn, atau mencatatkan valuasi di atas USD 1 milyar yakni Gojek, Bukalapak, Tokopedia dan Traveloka dan yang membanggakan, seluruhnya generasi milenial sebagai masa depan penggerak ekonomi Indonesia. Berbagai capaian tersebut di atas, seyogyanya dapat menjadi penambah semangat bagi para pemangku kepentingan di Indonesia dalam terus berkolaborasi menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan ekonomi digital, komitmen pemerintahan Jokowi dalam pengembangan ekonomi digital telah dimulai dengan dibatalkannya Daftar Investasi Negatif untuk e-commerce, penyesuaian atas kewajiban server berada secara fisik di Indonesia, pendekatan progresif terhadap pajak penjualan e-commerce serta dukungan dan perlindungan bagi perusahaan-perusahaan rintisan (start up), Kita tentunya berharap langkah-langkah terobosan tersebut perlu terus dikembangkan, utamanya dalam memastikan berkelanjutannya langkah-langkah kebijakan yang akomodatif dari pusat sampai dengan daerah yang bermuara kepada upaya memberikan proteksi terhadap pengembangan ekonomi digital di Indonesia. Para pemagang otoritas diharapkan dapat menerapkan kebijakan secara light touch (tidak terlalu mengekang) dan safe harbour (tanggung jawab terpisah antara penyedia situs jual beli daring berkonsep marketplace dengan penjual yang memakai jasa mereka), sehingga inovasi akan memiliki ruang untuk berkembang dengan baik. Pilihan strategi pengembangan ekonomi digital merupakan langkah tepat yang perlu terus didukung para pemangku kepentingan, mengingat potensi demografi yang kita miliki, dilihat dari komposisi penduduknya, jauh lebih menguntungkan dibandingkan lima negara Asia lainnya dengan PDB besar, seperti China, Jepang, India, dan Korea. Indonesia memiliki usia produktif mendominasi yang akan menjadi kekuatan dashyat bila dapat ditransformasi sebagai agen perubahan melalui ekonomi digital, data BPS menyebutkan sekitar 32% penduduk usia produktif pada 2016 adalah milenial. Generasi yang curious, interest, bahkan aktif berpartisipasi di pasar digital. Disamping pemanfaatan bonus demografi, investasi di bidang information and communication technologies (ICT) seyogyanya perlu terus ditingkatkan, sehingga sejalan dengan struktur demografis, agar dapat menjadi modal Indonesia memanfaatkan teknologi dan era ekonomi digital untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan peran sektor dasar terhadap ekonomi yang terus berkurang dan sektor jasa terus meningkat menjadi indikasi kuat urgensi pengembangan ekonomi digital sebagai “wajah baru” ekonomi Indonesia. Kita tentunya berharap dengan pembangunan SDM yang mulai dilakukan secara masif pada tahun 2019 ini, ini dapat diikuti dengan komitmen yang kuat dari para seluruh pemangku kepentingan untuk adaktif dalam mempersiapkan SDM yang andal, melalui perbaikan kurikulum, vokasi guna menghasilkan SDM yang andal dalam menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang ekonomi digital. Berbagai upaya tersebut sangat diperlukan untuk terus ditumbuhkembangkan mengingat ekonomi digital di Indonesia sejauh ini sudah menumbuhkan dan menopang UMKM di Indonesia. Bermunculannya berbagai usaha rintisan yang didominasi kaum milenial baik yang berbasis kuliner, jasa dan perdagangan online adalah contoh nyatanya, fenomena tumbuhnya technology financial (fintech) dalam 3 tahun terakhir menandakan perkembangan yang menggembirakan dari ekonomi digital yang perlu terus diikuti dengan peningkatan infrastruktur bersamaan dengan literasi warga masyarakat mengenai keuangan digital. Melihat potensi yang besar yang dimiliki Indonesia serta langkah-langkah awal yang telah dilakukan dan perkembangan yang menabjubkan, kita optimis Ekonomi Digital Indonesia 2020 akan segera terwujud dan ekonomi digital akan menjadi “wajah baru” ekonomi Indonesia yang akan mampu mengungkit Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030. Semoga.