Uploaded by User41400

makalah kewarganegaraan

advertisement
MAKALAH
KEWARGANEGARAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan
Disusun Oleh :
Reza Rizqi Firdaus
Muhammad Fadhil
Eryan
Rahmat
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam ,Yang Maha Suci lagi Maha Agung
.Hanya kepada-NYA kita menyembah dan kepada-NYA pula kita memohon belas kasihan,
karena taufik dan hidayahnya makalah tentang “Hak Dan Kewajiban Warga Negara” ini dapat
terselesaikan.
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung usaha saya dalam menyelesaikan makalah ini sehingga
akhirnya dapat
terselesaikan.
Harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, sebagai
insan yang kurang sempurna, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan serta kekeliruan, maka dari itu kritik dan saran serta masukan dan pemikiran
yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
Purwakarta, 20 November 2019
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ............................................................ 3
2.1.1. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ............................................................ 3
2.1.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ............................................................ 4
2.1.3. Pentingnya Pkn Bagi Mahasiswa .................................................................. 6
2.1.4. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ........................................................... 9
2.1.5. Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli .......................................... 11
2.2. Pengertian Hak Asasi Manusia ............................................................................. 13
2.2.1. Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global............................................. 14
2.2.2. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia ........................................... 16
2.2.3. Contoh Pelanggaran HAM ............................................................................. 17
2.2.4. Macam Macam HAM ..................................................................................... 17
2.2.5. Tantangan Dan Hambatan Penegakan HAM Di Indonesia ............................ 18
2.3. Pengertian Hak Dan Kewajiban ........................................................................... 22
2.3.1. Penentuan Warga Negara Indonesia ............................................................... 23
2.4. Hubungan Negara Dan Warga Negara ................................................................. 25
2.4.1. Ideologi Negara RI ......................................................................................... 26
2.4.2. Kewajiban Nasionalisme ................................................................................ 27
2.4.3. Hak Warga ...................................................................................................... 28
2.4.4. Permasalahan Kebebasan ............................................................................... 28
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 30
3.2. Saran ..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Dalam konteks Indonesia ini
yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya elemen masyarakat disini sangat
berperan dalam pembangunan suatu Negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga
negaranya begitu pula dengan warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap
Negaranya. Seperti apakah hak dan kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan
oleh masing-masing komponen tersebut. Dalam tulisan makalah ini akan mencoba menulis
tentang hak dan kewajiban yang dilakukan oleh masing-masing komponen tersebut. Apakan hak
dan kewajiban Negara terhadap warga negaranya? Dan apa pula hak dan kewajiban warga
Negara terhadap negaranya?
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubunganhubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsur-unsur dari Negara
yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah.
Negara tersebut merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah
bagian dari penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang bukan
merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain yang bukan merupakan Negaranya.
suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang siapa saja kah yang bisa dianggap sebagai
warga Negara. Di Indonesia juga salah satu Negara yang mempunyai peraturan tentang
kewarganegaraan tersebut. Maka dari itu dalam makalah ini akan coba dijelaskan secara rinci.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting untuk dibahas
diantaranya ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Apa itu pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran ?
Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa ?
Apa Pengertian HAM
Ruang Lingkup HAM
Pengertian Kewajiban Hak Warga Negara
Penentuan Warga Negara
Pengertian Hubungan Warga Negara dan Negara
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk mengetahui Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran
3. Untuk mengetahui Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa
4. Untuk Mengetahui Apa Itu HAM
5. Untuk Mengetahui Pengertian Kewajiban Hak Warga Negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Definisi dan pengertian pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana
mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda).Caranya dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara.
Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan merupakan alat untuk membangun dan
memajukan suatu negara. Dalam implementasinya pendidikan kewarganegaraan menerapkan
prinsip-prinsip demokratis dan humanis.
Pendidikan kewarganegaraan adalah arti generik yang meliputi pengalaman belajar di sekolah
serta diluar sekolah, seperti yang berlangsung di lingkungan keluarga, dalam organisasi
keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, serta dalam media.
Dalam makna luas, pendidikan kewarganegaraan dimaknai juga sebagai pendidikan demokrasi
yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan warga masyarakat berfikir kritis serta melakukan
tindakan demokratis, lewat kesibukan menanamkan kesadaran pada generasi baru bahwa
demokrasi yaitu bentuk kehidupan orang-orang yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat.Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan politik yang konsentrasi materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara
yang kesemuanya itu diolah dalam rencana untuk membina peranan tersebut sesuai dengan
ketetapan Pancasila serta UUD 1945 supaya jadi warga negara yang bisa dihandalkan oleh
bangsa serta negara.
2.1.1 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki fungsi yang sangat
esensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi
diri, masyarakat, bangsa dan negara. Numan Somantri (2001:166) memberikan pemaparan
mengenai fungsi PKn sebagai berikut:
“Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan
untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan
perilaku sehari-hari”.
Fungsi dari mata pelajaran PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila
dan UUD NKRI 1945.
Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi PKn, maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar para siswa dalam
3
menginternalisasikan moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan
pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaran
Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, dengan
menggunakan nama seperti: civic education, citizenship education, democracy education. PKn
memiliki peran strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggungjawab
jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic International (1995) bahwa “pendidikan
demokrasi penting bagi pertumbuhan “civic culture” untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan, inilah satu tujuan penting pendidikan “civic” maupun citizenship”
untuk mengatasi political apatism demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12 ). Semua negara yang
formal menganut demokrasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan dengan muatan,
demokrasi, rule of law, HAM, dan perdamaian, dan selalu mengaitkan dengan kondisi situasional
negara dan bangsa masing-masing Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia semestinya
menjadi tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa, pemerintah, lembaga masyarakat,
lembaga keagamaan dan msyarakat industri (Hamdan Mansoer, 2004: 4)
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa Indonesia,
program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus mampu
mencapai tujuan:
•
Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai
moral-etika dan religius.
•
Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
•
Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah air.
•
Mengembangkan
sikap
demokratik
berkeadaban
dan
bertanggungjawab,
serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
•
Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
Menurut Branson (1999) tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung
jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, maupun
nasional. Tujuan PKn dalam Depdiknas (2006) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai
berikut :
a.
b.
Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c.
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d.Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan PKn yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995) adalah sebagai berikut :
4
a. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani,
dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.”
b.Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat
kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku
yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang
penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan
dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watakwatak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan
mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik,
yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan
negara, beragama, demokratis, Pancasila sejati” (Somantri, 2001).
Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan saja, maka harus dirinci
menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1975:30), yang meliputi :
a.
Ilmu pengetahuan, meliputi hierarki: fakta, konsep, dan generalisasi teori.
b.
Keterampilan intelektual:
1)
Dari keterampilan yang sederhana sampai keterampilan yang kompleks seperti mengingat,
menafsirkan, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan menilai.
2)
Dari penyelidikan sampai kesimpulan yang sahih: (a) keterampilan bertanya dan mengetahui
masalah; (b) keterampilan merumuskan hipotesis; (c) keterampilan mengumpulkan data; (d)
keterampilan menafsirkan dan mneganalisis data; (e) keterampilan menguji hipotesis; (f)
keterampilan merumuskan generalisasi, (g) keterampilan mengkomunikasikan kesimpulan.
c.
Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak mengandung soal-soal afektif,
karena itu tujuan PKn yang seperti slogan harus dapat dijabarkan.
d.
Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan dalam keterampilan sosial
yaitu keterampilan yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secara terampil dapat
5
melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, Dufty
(Numan Somantri, 1975) mengkerangkakan tujuan PKn dalam tujuan yang sudah agak terperinci
dimaksudkan agar kita memperoleh bimbingan dalam merumuskan: (a) konsep dasar,
generalisasi, konsep atau topik PKn; (b) tujuan intruksional, (c) konstruksi tes beserta
penilaiannya.
Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa diharapkan,
a.
Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah, dasar
ideologi, dan pandangan hidup negara RI.
b.
Melek konstitusi (UUD NKRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.
c.
Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir di atas.
d. Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap perilaku diri dan kehidupannya
dengan penuh keyakinan dan nalar.
Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005) bahwa tujuan negara mengembangkan
Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be
good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik
intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab
(civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar :
a. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah.
b. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta watak
ke-Indonesiaan.
c. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
d. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup
kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai laindari luar yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dan
dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.
e. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan berperilaku
sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.
f. Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang
baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai program pengajaran tidak
hanya menampilkan sosok program dan pola KBM yang hanya mengacu pada aspek kognitif
saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor.
Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan pendidikan nilai.
2.1.3 Pentingnya PKn Bagi Mahasiswa
Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak merespon dan
mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat sekolah, dan mata
6
kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah.Bisa jadi kata kewarganegaraan di dalam memori
otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada
pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di
dalam bangku perkuliahan kita akan mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan
kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari PPKn ataupun
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Pada awalnya di gabung menjadi satu, karena isi
dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari Pancasila itu sendiri.Selanjutnya di
pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena Pendidikan Kewarganegaraan dianggap penting
untuk di ajarkan kepada siswa dan dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi
kewarganegaraan
yang
lebih
luas
dan
tidak
hanya
bersumber
langsung
dari
Pancasila.Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa tidak ubahnya
mempelajari Pancasila tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda dengan Pendidikan Moral
Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah
mengapa Pendidikan kewarganegaraan selalu ?dianak tirikan? dalam percaturan dunia
pendidikan. Menurut orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada PKn.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral
bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini akan
melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang
akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring dengan
waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan
prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi.
Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan
serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada
negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan,
moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa
bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara langsung
tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada mahasiswa.
Pendidikan
kewarganegaraan
sangat
penting.
Dalam
konteks
Indonesia,
pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai keragaman,
pembelajaran
kolaboratif,
dan
kreatifitas.
Pendidikan
itu
mengajarkan
nilai-nilai
kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
7
Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, ?tanpa pendidikan
kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-nilai
kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi
sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait dengan strategi
kebudayaan.?
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :

Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan Presiden
Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.

Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang kemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar dan ini
diprakarsai mantan Presiden Soeharto.

Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan kebudayaan.
Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena tersebut dengan
menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan pengembangan
kebudayaan.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu
tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa,
maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain agar
mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap
nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah
dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa
memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di
masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa
mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar
mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan
publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara
yang lebih bertanggung jawab.Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja
melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.Apalagi negara kita sedang
menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus
lebih aktif dan partisipatif.Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar
8
kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan
terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu
tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri.Pendidikan ini membuat setiap
generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan
karakter publik.Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan
untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan imingiming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh
secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya
serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh
begitu saja tanpa belajar.Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat
penting untuk kita pelajari.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa depan
harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan
evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara
demokratis dan juga terdidik.
2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu
tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa,
maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku
dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik,
anggota masyarakat dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat Pendidikan Kewarganegaran
adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari
segi agama,sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain agar
mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap
9
nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah
dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa
memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di
masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa
mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar
mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan
publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga negara
yang lebih bertanggung jawab.Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja
melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.Apalagi negara kita sedang
menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus
lebih aktif dan partisipatif.Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar
kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan
terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu
tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri.Pendidikan ini membuat setiap
generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan
karakter publik.Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan
untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan imingiming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh
secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya
serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh
begitu saja tanpa belajar.Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat
penting untuk kita pelajari.Sebagai contoh adalah demonstrasi yang tidak bertanggung jawab
yang dilakukan oleh mahasiswa.Tidak ada yang melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi
tentu saja semua itu ada aturannya. Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak
mengetahui secara jelas aturan – aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka
cenderung seenaknya sendiri dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu
tapi tidak mau tahu ( pengamalan yang salah ). Pada akhirnya hal tersebut bukannya
memperbaiki keadaan malah menjadiakan keadaan semakin terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal. Ketika semua warga
negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan, memiliki kesadaran tinggi untuk
mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, saya
10
percaya bahwa negara ini akan menjadi negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang
sudah diidam – idamkan sejak dulu.
Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa depan
harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan
evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara
demokratis dan juga terdidik.
Jadi Hakikat PKn, yaitu, Program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan
sehari hari. Sebuah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam
dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli
1. Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi.Tujuannya untuk mendidik
generasi muda menjadi warga negara yang berjiwa demokratis dan partisipatif lewat pendidikan
yang bersifat dialogial.
2. Soedijarto
Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan pendidikan politik yang memiliki tujuan membantu
peserta didik untuk dapat jadi warga negara yang dewasa secara politik dan dapat ikut serta
membangun sistem perpolitikan yang bersifat demokratis.
3. Azyumardi Azra
Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi,
lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban negara serta demokrasi. Secara
sustantif, pendidikan kewarganegaraan juga membangun kesiapan menjadi warga dunia.
4. Henry Rendall Waite
Ilmu kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulanperkumpulan yang terorganisasi (sosial, ekonomi, politik) dan antara individu-individu dengan
negara.
5. Zamroni
Pendidikan
kewarganegaraan
adalah
pendidikan
demokrasi
yang
bertujuan
untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis
6. Tim ICCE UIN Jakarta
Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di
mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan
11
memiliki
political
knowledge,
awareness,
attitude,
political
efficacy
dan
political
participationserta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional
Tim ICCE UIN Jakarta
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam menyusun program civic education yang
diharapkan akan menolong para peserta didik untuk:
• Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.
• Dapat membuat keputusan-keputusan cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai macam
masalah pribadi, masalah masyarakat dan masalah negara.
7. Daryono
Kewarganegaraan
adalah
isi
pokok
yang
mencakup
hak
dan
kewajiban
warga
Negara.Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu
(secara khusus : Negara ) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan
politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga Negara.
8. Wolhoff
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang terikat
dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran
nasionalnya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakana adalah hak-hak
untuk aktif dalam perpolitikan.Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi
seorang warga negara (contoh secara hokum berpartisispasi dalam politik).Juga dimungkinkan
untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.
9. Ko Swaw Sik ( 1957 )
Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang.Ikatan itu menjadi suatu
“kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang berdaulat dan diakui
karena memiliki tata Negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan .didalam pengertian ini, warga
suatu kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya
juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena
masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya social) yang berbeda-beda bagi
warganya.
10. R. Daman
Kewarganegaraan istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
11. Graham Murdock ( 1994 )
Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur social,
politik dan kehidupan kultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk yang
selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
12. R. Parman
Kewarganegaraan ialah suatu hal-hal yang berhubungan dengan penduduk suatu bangsa.
12
13. Soemantri
Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu
perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan Negara.
14. Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.
Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus:Negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi dalam kegiatan-kegiatan
politik.
15. Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger
Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hakkewajiban warga Negara.
16. Civitas Internasional
Civic Education adalah pendidikan yang mencakup pemahaman dasar tentang cara kerja
demokrasi dan lembaga-lembaganya, pemahaman tentang rule of law, HAM, penguatan
ketrampilan partisipatif yang demokratis, pengembangan budaya demokratis dan perdamaian.
Muhammad Numan Soemantri:
•
Kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah.
•
Meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku
yang lebih baik dalam masyarakat yang demokratis.
•
Termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan
syarat-syarat obyektif untuk hidup bernegara.
Jadi pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program:
1. Memuat bahasan tentang: a. Masalah kebangsaan. b. Masalah kewarganegaraan.
2. Dalam hubungannya dengan: a. Negara b. Demokrasi c. HAM d. Masyarakat madani
3. Dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan humanis.
2.2
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM adalah hak hak yang telah dipunyai seseorang sejak dalam lahir. Menurut John Locke
HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak
yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Tercantum juga dalam UUD 1945 :
13
a. Pasal 27 ayat 1
: Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
b. Pasal 28
: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang undang.
c. Pasal 29 ayat 2
: Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing masing dan untuk
beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
d. Pasal 30 ayat 1
: Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.
e. Pasal 31 ayat 1
: Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan, serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
2.2.1
Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
14
Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM
,yaitu:
a. Ham menurut konsep Negara-negara Barat
1). Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2). Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3). Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
4). Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
b. HAM menurut konsep sosialis;
1). Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
2). Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
3). Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
2. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga
3. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat.
d. HAM menurut konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt dan
secara resmi disebut “ Universal Decralation of Human Rights”.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:
a. Hak untuk hidup
b. Kemerdekaan dan keamanan badan
c. Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
d. Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
e. Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
f. Hak untuk mendapat hak milik atas benda
15
g. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
h. Hak untuk bebas memeluk agama
i. Hak untuk mendapat pekerjaan
j. Hak untuk berdagang
k. Hak untuk mendapatkan pendidikan
l. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
m. Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
2.2.2 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan perlindungan
HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan,
pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam
PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama
internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan
antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum
dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
16
7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.
9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
2.2.3 Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga
sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang
anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
5. Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang artinya
hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
6. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya
sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan
korupsi, proses hukum nya sangatlah lama
7. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan
dari majikannya
8. Kasus pengguguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin
diluar nikah.
2.2.4 Macam-macam HAM
Pandangan dari berbagai tokoh yang mengidentifikasi macam-macam hak asasi manusia HAM
menurut John Locke,Aristoteles,Montesquieu,J.J. Rousseau:
1. Hak kemerdekaan beragama,
2. Hak kemerdekaan berkumpul,
17
3. Hak kemerdekaan atas diri sendiri,
4. Hak menyatakan kebebasan warga negara dari pemenjaraan sewenang-wenang (bebas
dari rasa takut), dan
5. Hak kemerdekaan pikiran dan pers
Menurut Brierly,
1. Hak mempertahankan diri (self reservation),
2. Hak kemerdekaan (independence),
3. Hak persamaan pendapat (equality),
4. Hak untuk dihargai (respect),dan
5. Hak bergaul satu dengan lain (intercourse)
Perkembangan Pemaknaan Terhadap HAM :
1. Hak-hak Asasi Pribadi (personal rights),
2. Hak-hak Asasi Ekonomi (property rights),
3. Hak-hak Asasi Politik (political rights),
4. Hak-hak Asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality).
5. Hak-hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (social and cultural rights),
Istilah hak dasar atau hak asasi manusia antara lain, tercantum dalam UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, UUD sementara 1950, Ketetapan MPRS No. XIV/MPRS/1966, dan Ketetapan No.
XVII/MPR/1998.
Bahwa setelah dikeluarkannya Tap MPR No. XVII/MPR/1998, UU No. 39/1999 tentang Hak
Asasi Manusia, dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM. Hak-hak Asasi manusia
untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights).
2.2.5 Tantangan dan hambatan dalam Penegakan HAM di Indonesia.
1. Perkembangan HAM di Indonesia :
a. Era 1945 s/d 1955, bangsa Indonesia banyak disibukkan oleh perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan terjadinya rongrongan
oleh berbagai pemberontakan sehingga masalah HAM masih terabaikan.
18
b. Era Orde Lama (1955-1965) hingga peristiwa G 30S PKI 1965, masih
terjadi krisis politik & kekacauan sosial sehingga persoa-lan HAM tidak
memperoleh perhatian.
c. Era Orde Baru (1966-1998), dalam perjalanannya rezim ini ku-rang
konsisten terhadap masalah HAM. Meskipun telah berhasil membentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
d. Era Reformasi, telah banyak melahirkan produk peraturan perundangan
tentang hak asasi manusia :
1) Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
2) UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Konven-si menentang
penyiksaan dan perlakuan atau peng-hukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia.
3) Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasio-nal Anti
Kekerasan terhadap perempuan.
4) Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak
Asasi Manusia Indonesia.
5) Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan penggunaan istilah
pribumi
dan
penyelenggaraan
nonpribumi
kebijakan,
dalam
semua
perencanaan
perumusan
program,
dan
ataupun
pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
6) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7) UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
8) Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A-28J mengatur
secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan terhadap Hak
Asasi Manusia
2. Hambatan Penegakan HAM :
Hambatan umum dalam pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia
a. Faktor Kondisi Sosial-Budaya.
19
b. Faktor Komunikasi dan Informasi,
1) Letak geografis Indonesia yang luas
2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun
secara baik
3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat
terbatas.
c. Faktor Kebijakan Pemerintah.
1) Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang
pentingnya jaminan hak asasi manusia.
2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak
asasi manusia sering diabaikan.
d. Faktor Perangkat Perundangan.
1) Pemerintahan
tidak
segera
meratifikasi
hasil-hasil
konvensi
internasional tentang hak asasi manusia.
2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangannya masih sulit untuk
diimplementasikan.
e. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
1) Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi
mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.
2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai
masih belum layak sering membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk
memperkaya din.
3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih
diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
3. Tantangan Penegakan HAM :
20
Tantangan dlm penegakan HAM di Indonesia untuk masa-masa yang akan
datang, telah
digagas oleh Presiden Soeharto
pada saat akan
menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konfrensi Dunia ke-2 (Juni 1992)
dengan judul “Deklarasi Indonesia Tentang HAM”.
a. Prinsip Universlitas,
b. Prinsip Pembangunan Nasional,
c. Prinsip Kesatuan Hak-Hak Asasi Manusia (Prinsip Indivisibility),
d. Prinsip Objektifitas atau Non Selektivitas,
e. Prinsip Keseimbangan,
f. Prinsip Kompetensi Nasional,
g. Prinsip Negara Hukum.
h. Tantangan lain, adalah berkaitan adanya “pelanggaran berat”
sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, yaitu Kejahatan Genosida dan Kejahatan
Kemanusiaan.
1) Kejahatan Genosida
Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara:
a) membunuh anggota kelompok;
b) mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok;
c) menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
d) memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran
di dalam kelompok; atau
e) memindahkan secara paksa anak-anak dan kelompok tertentu ke
kelompok lain.
21
2) Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dan serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
a) pembunuhan
b) pemusnahan
c) perbudakan;
d) pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e) perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang
f) penyiksaan;
g) perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara;
h) penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan
yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin, tau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
i) penghilangan orang secara paksa; atau
j) kejahatan apartheid.
2.3
Pengertian Hak dan Kewajiban
Dalam konteks kata hak dan kewajiban adalah mengandung 2 kata yaitu hak dan kewajiban. Dari
masing-masing kata tersebut tentunya mempunyai arti tersendiri. Menurut Prof. Dr. Notonegoro
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Menurut pengertian tersebut individu
maupun kelompok ataupun elemen lainnya jika menerima hak hendaknya dilakukan sesuai
dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain jadi harus pihak yang
menerimannya lah yang melakukan itu. Dari pengertian yang lain hak bisa berarti sesuatu yang
mutlak menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohnya hak
22
mendapatkan pengajaran. Dalam hak mendapatkan pengajaran ini adalah tergantung dari diri kita
sendiri, kalau memang menganggap bahwa pengajaran itu penting bagi kita pasti kita akan
senagtiasa akan belajar atau sekolah atau mungkin kuliah. Tapi kalau ada yang menganggap itu
tidak penting pasti tidak akan melakukan hal itu.
Kata yang kedua adalah kewajiban , kewajiban berasal dari kata wajib. Menurut Prof. Dr.
Notonegoro wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban pada intinya adalah sesuatu
yang harus dilakukan. Disini kewajiban berarti suatu keharusan maka apapun itu jika merupakan
kewajiban kita harus melaksaakannya tanpa ada alasan apapun itu. Dari pengertian yang lain
kewajiban berarti sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2.3.1 Penentuan warga Negara Indonesia
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara berdaulat
berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas
ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya
negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli
Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang
tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Asas yang mennyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan beradasarkan keturunan
dari orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan
yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat :
A.Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan
kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk
dalam
masalah
kewarganegaraan.
Berdasarkan
asas
ini
diusahakan
status
kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
23
B.Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama
untuk
menentukan
kewarganegaraan
sendiri
kewarganegaraan.
seperti
halnya
Jadi
ketika
mereka
belum
dapat
berbeda
berkeluarga.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang
dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak
terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga tidak
boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan
problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem kewarganegaraan
adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah untuk orang-orang
yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu
istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2)
Warga Negara Indonesia Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi
warga negara . ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
3.
Hal-hal
mengenai
warga
negara
dan
penduduk
diatur
dengan
undang-undang
Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga negara
Indonesia adalah :
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli
b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga negara
Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang No.12
Tahun
2006
tentang
Kewarganegaraan
Republik
Indonesia.
Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan . Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui pewarganegaraan.
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut
:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin
24
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik
Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak
berturut-turut
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda
7.Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8.Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara Asas-asas yang dipakai dalam UndangUndang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi:
a. Asas Ius Sanguinis, yiatu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarakan
keturunan bukan negara tempat kelahiran
b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarakan
negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang
d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda
bagi
2.4
anak-anak
sesuai
dengan
ketentuan
yang
diatur
dalam
undang-undang
ini.
Hubungan Warga Negara dengan Negara
Wujud hubungan anatara warga negara dengan negara pada umumnya adalah berupa peranan
(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status yang
dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam Pasal 27 sampai pasal 34 UUD 1945. Bebarapa hak warga negara Indonesia
antara lain sebagai berikut
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
b.Hak membela negara
25
c. Hak berpendapat
d. Hak kemerdekaan memeluk agama
e. Hak mendapatkan pengajaran
f. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia
g. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial .
h.Hak mendapatkan jaminan keadilan sosialSedangkan kewajiban warga negara Indonesia
terhadap negara Indonesia adalah :
a. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan
b. Kewajiban membela negara
c.Kewajiban dalam upaya pertahanan negara selain itu ditentuakan pula hak dan kewajiban
negara terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya
merupakan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut,
anatara lains ebagai berikut :
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah
b. Hak negara untuk dibela
c. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
d. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara
f. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah
Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam UUD 1945
mencakup berbagai bidang . Bidang –bidang ini antara lain, Bidang politik dan pemerintahan,
sosial,keagamaan,pendidikan,ekonomi,pertahanan.
2.4.1 Idiologi Negara RI
26
Berdasarkan pernyataan diatas tentu sebuah hak dan kewajiban warga negara tidak lepas dari
idiologi yang dianut oleh sistem kenegaraan. Landasan utama bangsa indonesia adalah Pancasila.
Tentu saja Pancasila sebagai landasan warga negara Indonesia dalam bertingkah laku, termsuk
segala mekanisme pemerintahan pemerintahan.
Pancasila, menurut Soekarno (2006) sebagai penggali dijelaskan bahwa Pancasila telah mampu
mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak terlepas pada revolusi melawan imperialisme di bumi
nusantara untuk menyatakan kemerdekaan, Pancasila sebagai filsafat cita-cita dan harapan
segenap bagsa Indonesia. Bahkan pada sila ke tiga disebutkan “ Persatuan Indonesia “. Hal inilah
yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki semangat bersatu dari beragam suku
bangsa yang berbeda. Perbedaan itu lenyap ketika mereka menyadari arti persamaan sebagai
bangsa Indonesia.
Terlebih semangat persatuan bangsa Indonesia telah dikumandangkangkan pada sumpah
pemuda. Para pemuda bersumpah berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung bahasa
persatuan.
Bukti-bukti yang telah diuraikan ini menunjukan negara Indonesia didirikan atas pondasi
persatuan. Negara yang terdiri dari beragam identitas mampu disatukan atas nama persatruan.
Dengan demikian bersarkan teori yang dinyatakan Geovanni Gentle (Syahrian:2003) bahwa
negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara nasionalis.
2.4.2 Kewajiban Nasionalisme
Menurut Gentle melalui idealisme murni yang terpengaruh dialektika Hegel, pada dasarnya
individu memiliki kehendak atau ego. Pada tataran subjektif individu mengenal hubungan antara
manusia yang satu dan lainnya. Setelah individu mecapai tahapan roh objektif, maka terciptalah
komunitas. Melalui komunitas beragam ego individu melebur menjadi sejarah, kebudayaan,
bangsa atau peradaban. Inilah yang disebut kesadaran mutlak individu.
Didasarkan tujuan kehidupan bersama dibentuklah negara. Beragam kepentingan individu
dengan meninjau pada teori Gentle, tentu melebur menjadi kepentingan bersama. Negara tidak
mungkin memberikan kepuasan atas setiap kepentingn individu dan beragam kehendak yang
saling bersebragan. Maka demi tujuan utama dibentuknya suatu negara harus terdapat otoritas
negara menentukan pilihan atas beragam kehendak.Dan melalui negara kepentingan-kepentingan
individu telah melebur menjadi kepentingan bersama.
Negara ibarat masa depan nasib bersama. Kepentingan individu adalah kepentingan egois yang
menitik beratkan pada kebutuhan pribadi. Tidak mungkin tanpa ototritas yag kuat sebuah negara
mampu mnetukan pilihan yang terbaik bagi masa depan suatu bangsa.
27
Bila masih terdapat kepentingan-kepentingan egoisme tentu pembelotan dari tujuan dibentuknya
negara. Pada kondisi yang seperti ini harus terdapat persamaan persepsi atas seluruh warga
negara. Warga negara harus rela memberikan loyalitasnya kepada negara diatas kepentingan
pribadi. Karena negara memiliki nilai-nilai kearifan sebagai pelayan, pelindung dan pengayom
bangsanya.
2.4.3 Hak Warga
Sebagai warga negara yang baik harus memahami bahwa segala kehendak warga negara yang
melebur dalam lembaga negara adalah kehendak rakyat. Kehendak yang dimulai dari kehendak
individu, berinteraksi dengan konsekuensi identitas mahluk sosial. Maka terbentuklah nilai
komunalitas yang disebut kesadaran objektif, hingga merambah pada kesadaran mutlak.
Artinya hak individu tidak diperbolehkan egois mempengaruhi kepentingan tatanan hidup
bersama atas kepentingan pribadi. Hal ini adalah kenyataan yang tak dapat diingkari.
Termasuk pada kenyataan kebijakan pemerintah adalah hasil representasi kepentingankepentingan yang berjalan melalui tatanan sehingga diambil keputusan terbaik. Bukan saja
terbatas kepentingan individu, akan tetapi hasil dari kepentingan banyak individu yang
terakumulasi hubungan mahluk sosial.(Gentile:1928).
2.4.4 Permasalahan Kebebasan
Gagasan yang telah disampaikan oleh Lipman (1922) menjelaskan bahwa opini publik adalah ini
dari pembahasan kebijakan. Hal ini menandakan era keterbukaan. Keberadaan opini publik
berfungsi sebagi beragam pihak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan. Melalui
jalur non strukturalis, beragam pihak mampu mempengaruhi pemerintahan. Melalui ruang publik
seseorang maupun kelompok memiliki kekuasaan di luar wewenang untuk ikut serta
mempengaruhi kestabilan negara.
Bentuk-bentuk lain keberadaan pihak diluar wewenang yang mampu mempengaruhi negara
adalah para borjuis. Melalui ruang publik maupun beragam proses kekuasaan, kapitalis mampu
mempegaruhi keberadaan para pejabat untuk berkonspirasi mencari keuntungan. Proses
pemerintahan yang tidak sehat dan dianggap sebagai rahasia umum ini menunjukkan kuatnya
aktor-aktor yang non legitimasi untuk bergentayangan mendominasi sebagai tuan-tuan kelompok
penekan.(Westergard dan Resler, 1976).
Walaupun tidak dapat disangkal bahwa kapitalis atau pasar sebagai faktor signifikan
mempengaruhi kebijakan, akan tetapi perlu terdapat pembatasan yang jelas antara kepentingan
perseorangan sebagai saudagar dan pelaku birokrat.
28
Permasalahan mendasar pada negara yang memberikan era keterbukaan ini mewariskan
permasalahan mekanisme birokrasi yang tidak lepas dari nilai-nilai kapitalis. Hal yang banyak
terjadi, keberadaan pejabat maupun birokrat tidak lepas dari modal awal untuk memasuki ranah
bagian penyelenggara pemerintahan. Konsekuensi yang terjadi persepsi tugas kepercayaan
negara sebagai harapan masa depan bangsa, menjadi kesempatan berbisnis mencari keuntungan
maksimal. Pada posisi inilah terjadi tumpang tindih antara identitas birokrat dengan pedagang.
Solusi yang diberikan pada kasus ini adalah profesionalisme status. Tidak dibenarkan adanya
kekuasaan yang tidak diimbangi wewenang. Seperti hal yang telah disampaikan oleh negarawan
Jerman Adolf Hitler (2008) dalam bukunya Mein Kamf; seseorang yang terkuatlah yang pantas
menjadi pemimpin. Ini menafsirkan bahwa keberadaan aktor-aktor yang memiliki kekuasan
menjadikan permasalahan baru. Aktor-aktor tersebut mampu menjadikan kondisi negara tidak
sehat.
Idealisme
para
birokrat
tercemari
oleh
proses
yang
legal
maupun
ilegal.
Wabah kapitalis terjadi melalui beragam aktifitas kebebasan beragam pihak melalui ruang
publik. Maka tindakan-tindakan aktor-aktor tersebut menjadikan provokasi yang berlanjut
kepada distabilitas dan intgrasi. Hal lain yang terjadi dari kebebasan tersebut adalah beragam
kelompok kepentingan yang terakumulasi dalam beragam kalangan; baik kapitalis NGO, CSO
dan birokratis terjadi persaingan dalam rangka kepentingan pribadi atau kelompok.
Akibat dari sistem yang terjaga ini menjadikan rakyat sebagai korban kapitalis. Tujuan negara
sebagai lembaga yang menaungi rakyat menjadi ajang persaingan kepentingan. Tentu berakibat
pada lepasnya kewajiban sebagai warga negara yang baik, yang memberikan pengabdiannya
kepada negara.
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana mencerdaskan warga negara
(khususnya generasi muda). Caranya dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar
mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara. Dalam sejarah timbulnya istilah Civics di
Indonesia dapat dilukiskan secara kronologis.Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu
pelajaran yang ditempelkan dalam pelajaran tatanegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah
program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan
menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
(MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan kewarganegaraan dapat
membantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang baik sekaligus paham antara hak
dan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai moral, normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
3.2. SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang apa
yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak
yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak
sebagai warga negara telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita
sebagai warga negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, aman dan sejahtera.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://biasamembaca.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-pendidikan-kewarganegaraan.html
https://endriyb.wordpress.com/category/pendidikan-kewarganegaraan/
http://nurdiansyahgundar.blogspot.co.id/2013/04/hakikat-mempelajari-pendidikan_1.html
https://www.academia.edu/9163588/Makalah_Hak_Asasi_Manusia_at_Amie
https://www.academia.edu/37701607/MAKALAH_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA
https://dewiratnasari830.wordpress.com/2013/12/30/makalah-arti-pentingnya-pendidikankewarganegaraan-bagi-mahasiswa/
31
Download