Mata Kuliah : Metode Khusus Pembelajaran Klinik COACHING DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 SRI EMIL SYAM : B.19.03.033 DIAN ADE IRFANI. F : B.16.08.004 AMALIAH DANGKA B. : B.19.03.001 MISKA SARI : B.19.03.005 HARDIANTI PRATIWI : B.16.08.005 RADISMA : B.16.08.019 PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (D.IV) KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO 2019/2020 A. DEFINISI COACHING SECARA UMUM Yaitu melatih, mengajar, mengintruksikan, memberikan saran kepada tim atau seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. B. DEFINISI COACHING MENURUT PARA AHLI 1. Jarvis (2004) mendefinisikan coaching sebagai mengembangkan keterampilan dan pengetahuan seseorang, sehingga kinerja mereka akan membaik, dan mengerah pada pencapaian tujuan organisasi. 2. Withmore (1996) memandang coaching sebagai cara dan alat peningkatan kinerja strategis, yang berusaha membuka potensi. 3. Kinlaw (2000) mendifinisikan business coaching sebagai percakapan alami yang mengikuti proses di prediksi dan mengarah pada kinerja yang unggul, komitmen terhadap perbaikan yang berkelanjutan, dan hubungan positif. Sedangkan menurut ICF coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien dalam memprovokasi pikiran, yang merupakan sebuah proses kreatif yang menginspirasi mereka untuk memaksimalkan ppotensi pribadi dan professional mereka. C. COACHING DALAM METODE PEMBELAJARAN KLINIK Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk terus berkembang sehingga sesorang bisa mencapai suatu prestasi yang di harapkan. Seseorang yang melakukan coaching di sebut coach dan orang yang di coaching di sebut coachee. Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat di capai. D. PERAN PEMBIMBING Sebagai fasilitator Mampu menjadi pendengar yang baik Terbuka untuk menerima pendapat Membimbing secara efektif Sebagai tutor E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN 1. Kekurangan Kurangnya motivasi peserta Pembimbing menganggap dirinya sendiri paling benar Kurangnya komunikasi antara peserta dan coach Kurangnya perhatian antara coach dan peserta 2. Kelebihan Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan minatnya Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian termasuk observasi dan interview Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta Ilmu selalu di update Coach lebih dekat dengan peserta Lebih di hargai peserta F. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN YANG DI TEMUKAN DILAHAN a. b. c. d. e. f. Sulit bekerja sama dengan peserta Kurangnya pengawasan terhadap peserta Budaya mengharapkan hasil yang instant Kesulitan mengatur waktu Menjaga jarak (status di atas peserta) Melihat dirinya sebagai penguasa (senioritas) MODEL BIMBINGAN : C : Clear Performance Model ( model kinerja yang jelas ) Kepada para peserta hendaknya di perlihatkan secara jelas dan efektif keterampilan yang akan mereka pelajari. O : Openess To Learning ( keterbukaan untuk belajar ) Coaching klinik hendaknya mengupayakan pengukuran kompetensi keterampilan yang di ajarkan serta memberikan umpan balik terhadap kemajuan kearah kinerja standar yang di inginkan. C : Communication ( komunikasi ) Komunikasi dua arah yang efektif antara peserta dan fasilitator merupakan factor penting untuk memperoleh keterampilan awal dan di capainya kompetensi keterampilan. H : Help And Follow Up ( menolong dan tidak lanjut ) Bimbingan klinis hendaknya mencakup juga perencanaan untuk aplikasi keterampilan barupada lingkungan baru peserta dan membantu mengatasi hambatan dalam penggunaan keterampilan baru tersebut. REFERENSI 1. pelatihan keterampilan Manajerial SPMK- Januari 2003 2. Naskah Publikasi Dwi Lestari, Farida Kartini,M.Sc STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA