Uploaded by nona.rosiana

06548636166761334915 2.ppt

advertisement
STRATEGI DAN METODE
PEMBELAJARAN DI PERGURUAN
TINGGI
Kegiatan Akademis Pada Proses
Belajar Mengajar di PT:






Kuliah
Cara Membaca Buku
Praktikum
Diskusi
Seminar
Penulisan Karya
Ilmiah
BUKAN LAGI BAGAIMANA
DOSEN MENGAJAR DENGAN BAIK
(TEACHER CENTERED)
TAPI ….
BAGAIMANA MAHASISWA BISA
BELAJAR DENGAN BAIK DAN
BERKELANJUTAN
(Student Centered Learning)
Learning
PERUBAHAN PERAN DOSEN
mahasiswa
KEBERMAKNAAN BELAJAR
BACA 10 %
DENGAR 20 %
LIHAT 30 %
LIHAT DAN DENGAR 50 %
KATAKAN 70 %
KATAKAN DAN LAKUKAN 80%
PENGERTIAN CTL
Pembelajaran/pengajaran kontekstual
merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
membantu mahasiswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial
dan kultural), sehingga mahasiswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
dapat
diterapkan
(ditransfer)
dari
satu
permasalahan/konteks ke permasalahan/-konteks
lainnya.
KOMPONEN CTL
Membuat hubungan yang bermakna (making
meaningful connections) antara perguruan tinggi dan
konteks kehidupan nyata, sehingga mahasiswa
merasakan bahwa belajar penting untuk masa
depannya.
Melakukan pekerjaan yang siginifikan (doing significant
work). Pekerjaan yang memiliki suatu tujuan, memiliki
kepedulian terhadap orang lain, ikut serta dalam
menentukan pilihan, dan menghasilkan produk.
Pembelajaran mandiri (self-regulated learning)
yang membangun minat individual mahasiswa
untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam
rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan
mengaitkan antara materi ajar dan konteks
kehidupan sehari-hari.
Bekerjasama (collaborating) untuk membantu
mahasiswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka untuk mengerti
bagaimana berkomunikasi/berinteraksi dengan
yang lain dan dampak apa yang ditimbulkannya.
Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking);
mahasiswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis
dan kreatifnya dalam pengumpulan, analisis dan sintesa data,
memahami suatu isu/fakta dan pemecahan masalah.
Pendewasaan individu (nurturing individual) dengan
mengenalnya, memberikan perhatian, mempunyai harapan
tinggi terhadap mahasiswa dan memotivasinya.
Pencapaian standar yang tinggi (reaching
high
standards)
melalui
pengidentifikasian tujuan dan memotivasi
mahasiswa untuk mencapainya.
Menggunakan penilaian autentik (using
authentic assessment) yang menantang
mahasiswa agar dapat menggunakan
informasi
akademis
baru
dan
keterampilannya kedalam situasi nyata
untuk tujuan yang signifikan.
IMPLEMENTASI CTL
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual mahasiswa,
maka untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran
dan pengajaran kontekstual dosen seharusnya;
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental (developmentally appropriate)
mahasiswa.
Membentuk group belajar yang saling tergantung
(interdependent learning groups).
Mempertimbangan keragaman mahasiswa (disversity
of students).
Menyediakan lingkungan yang mendukung
pembe-lajaran mandiri (self-regulated learning)
dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran
berpikir, peng-gunaan strategi dan motivasi
berkelanjutan).
Memperhatikan multi-intelegensi (multiple
intelli-gences) mahasiswa.
Menggunakan teknik bertanya (quesioning)
yang meningkatkan pembelajaran mahasiswa,
perkembangan pemecahan masalah dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mengembangkan pemikiran bahwa mahasiswa
akan belajar lebih bermakna jika ia diberi
kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru (contructivism).
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar
mahasiswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui penemuannya sendiri
(bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
Mengembangkan sifat ingin tahu mahasiswa
melalui pengajuan pertanyaan (quesioning).
Menciptakan masyarakat belajar (learning
community) dengan membangun kerjasama
antar mahasiswa.
Memodelkan (modelling) sesuatu agar
mahasiswa dapat menirunya untuk
memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru.
Mengarahkan mahasiswa untuk
merefleksikan tentang apa yang sudah
dipelajari.
Menerapkan penilaian autentik (authentic
assessment).
Sedangkan berkaitan dengan faktor peran dosen, agar
proses pengajaran kontekstual dapat lebih efektif, maka
dosen seharusnya;
Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan
dipelajari oleh mahasiswa.
Memahami latar belakang dan pengalaman hidup
mahasiswa melalui proses pengkajian secara seksama.
Mempelajari lingkungan kampus dan tempat tinggal
mahasiswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya
dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman mahasiswa dan
lingkungan kehidupannya.
Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong
mahasiswa untuk mengkaitkan apa yang sedang
dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman
sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari,
serta mendorong mahasiswa untuk membangun
kesimpulan yang merupakan pemahaman mahasiswa
terhadap konsep atau teori yang sedang
dipelajarinya.
Melakukan penilaian autentik (authentic assessment)
yang memungkinkan mahasiswa untuk menunjukkan
penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam
terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang
bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan
cara untuk peningkatan pengetahuannya.
CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN
Langkah-langkah :
1.Dosen mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2.Dosen menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
OHP
3.Dosen memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada
mahasiswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4.Melalui diskusi kelompok 2-3 orang mahasiswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5.Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.Mulai dari komentar/hasil diskusi mahasiswa, dosen mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7.Kesimpulan
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
19
Langkah-langkah :
1.Dosen menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.Menyajikan materi sebagai pengantar
3.Dosen menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
4.Dosen menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis
5.Dosen menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar
tersebut
6.Dari alasan/urutan gambar tersebut dosen memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.Kesimpulan/rangkuman
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
20
(DANSEREAU CS., 1985)
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana mahasiswa bekerja berpasangan
dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagianbagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Dosen membagi mahasiswa untuk berpasangan
2. Dosen membagikan wacana/materi tiap mahasiswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan
3. Dosen dan mahasiswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
21
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya.
Sementara pendengar :
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan
seperti diatas.
6. Kesimpulan mahasiswa bersama-sama dengan
dosen
7. Penutup
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
22
(ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND
SNAPP, 1978)
Langkah-langkah :
1.mahasiswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2.Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.Dosen memberi evaluasi
8.Penutup
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
23
(PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)
Langkah-langkah :
1. Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi mahasiswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya
5. Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
24
Langkah-langkah :
1. Dosen membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2. Dosen memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
dosen kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi. Dosen menunjuk salah satu anggotanya
kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra
demikian seterusnya sampai sebagian besar mahasiswa bisa mengemukakan
pendapatnya.
4. Sementara mahasiswa menyampaikan gagasannya dosen menulis dosen menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang
diharapkan dosen terpenuhi
5. Dosen menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data di papan tersebut, dosen mengajak mahasiswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai
Materi 10 - Model-model Pembelajaran
25
METODE-METODE PEMBELAJARAN
KLINIK







PRE/POST CONFERENCE
BEDSIDE TEACHING
COACHING
PRESEPTORING DAN MENTORING
SUPERVISI PRAKTEK KLINIK
BIMBINGAN KLINIK
RONDE
Pre conference (pertemuan pra praktek klinik) adalah pertemuan
pembimbing lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari
ketika akan dimulainya shift praktik. Pertemuan pre conference
membicarakan antara lain ;
Tujuan pembelajaran untuk hari yang bersangkutan
Setiap perubahan jadwal yang mungkin perlu
Peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk hari yang
bersangkutan
Tugas-tugas khusus yang harus diselesaikan pd hari-hari yang
bersangkutan
Topik untuk pertemuan pasca pelatihan klinik
Pertanyaan-pertanyaan yg berkaitan dg kegiatan pd hari-hari yg
bersangkutan atau dari hari sebelumnya.
Post conference (pertemuan pasca praktek klinik) adalah pertemuan
pembimbing lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari ketika shift
praktik berakhir. Topik pertemuan post conference ;
 Kaji ulang tujuan pembelajaran utk hari yg bersangkutan & evaluasi
kemajuan menjelang penyelesaian
 Presentasikam kasus-kasus yang disaksikan pada hari yg bersangkutan,
khususnya kasuskasus yang menarik, luar biasa atau sulit
 Jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai situasi & klien/informasi di
dlm buku acuan
 Buatkan rencana untuk sesi selanjutnya, sambil membuat perubahan
dlm jadual bila perlu
 Laksanakan praktek tambahan dengan menggunakan model jika
diperlukan
 Kaji ulang & diskusikan studi kasus, role-play, atau tugas-tugas yg sudah
dipersiapkan sebelumnya.
Tahapan Umpan balik, meliputi :
1. Mahasiswa harus terlebih dahulu mengidentifikasi
kelebihan pribadi dan bidangbidang dimana ia merasa perlu
peningkatan
2. Selanjutnya pembimbing memberikan umpan balik spesifik
yg bersifat menjelaskan, mencakup saran-saran yang bukan
hanya mengena apa, tetapi bagaimana cara untuk
meningkatkan
3. Akhirnya mahasiswa dan pembimbing harus sepkat tentang
apa yang akan menjadi fokus sesi praktikum termasuk
bagaimana cara berinteraksi bersama klien
4. Umpan balik positif selama prosedur harus memperhatikan;
jaga umpan balik terkendali dan rendah hati, terlalu banyak
memuji mungkin bisa membuat klien bertanya-tanya,
disampaikan dengan ekspresi wajah serta nada suara dan
bukan kata-kata, tetap sangat efektif.
Umpan balik korektif selama prosedur harus memperhatikan :
1) Penglihatan atau isyarat bisa sama efektifnya dengan katakata dan lebih tidak mencemaskan bagi klien
2) Saran-saran sederhana untuk mempermudah prosedur bisa
diberikan dg cara yg tenang dan langsung
3) Untuk membantu seseorang mahasiswa menghindari
kesalahan, pembimbing bisa dengan tenang mengajukan
pertanyaan sederhana langsung mengenai prosedur
tersebut
4) Bersiaplah untuk mengintervensi dan mengambil alih
prosedur tersebut dengan segera (tanpa pemberitahuan
jauh sebelumnya)
5) Pendekatan yang terbaik terhadap pemberian umpan balik
korektif ialah mengurangi perlunya umpan balik korektif itu
dengan jalan melakukan sesi praktek yang efektif.
BED SIDE TEACHING
Bedside teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis
yang melibatkan pasien, mahasiswa dan pembimbing klinis
yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini bertujuan
untuk memberikan pengalaman klinis pada konteks nyata
(real setting) dan mahasiswa dapat belajar dari pengalaman
tersebut dan dari umpan balik dari pembimbing klinik dan
pasien.
Metode ini dirasakan yang paling efektif dibanding
pembelajaran di kelas dalam melatih keterampilan klinis
mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien (history
taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi dan
menerapkan etika klinis, profesionalisme dan
mengembangkan kemampuan nalar klinis (clinical
reasoning).
TAHAPAN BST :
1. Tahap persiapan : Mahasiswa dan pembimbing
mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham
atas apa yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan
pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan itu
untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tahap pengalaman : Pasien hadir bersama mahasiswa
dan pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang
aktivitas pembelajaran dan memberikan persetujuan.
Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau
observasi
Demonstrasi : Pembimbing klinik mendemonstrasikan
suatu interaksi dg pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik,
manajemen pasien dan aspek komunikasi lainnya).
Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut dan dapat
dilibatkan dalam diskusi dengan pasien. Demonstrasi
direkomendasikan pada saat mahasiswa mempelajari
keterampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran.
Pembimbing klinis berperan sebagai role model.
Observasi : Mahasiswa mendemonstrasikan suatu interaksi
dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen
pasien dan aspek komunikasi lainnya). Pembimbing
mengamati kinerja mahasiswa dan memberikan umpan
balik. Observasi direkomendasikan pada saat fase belajar
yang lebih lanjut. Pembimbing klinik berperan sebagai
fasilitator.
Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap
pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan
kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan
pada saat dibutuhkan, misalnya pembimbing melakukan
koreksi cara palpasi. Pasien juga dapat diminta untuk
memberikan umpan balik, misalnya pada aspek komunikasi.
3. Tahap refleksi : Mahasiswa dan pembimbing
mendiskusikan pencapaian tujuan belajar. Mahasiswa
mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang
belum dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan
clinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk
bedside teaching atau aktivitas pembelajaran lain
selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien
sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa
keberadaan pasien.
COACHING
Coaching adalah keterampilan klinik diciptakan melalui
sebuah proses.
Proses meliputi 3 fase yang saling berhubungan erat ;
1. Demonstrasi keterampilan klinik oleh pembimbing
klinik
2. Praktek keterampilan oleh mahasiswa dibawah
pengawasan pembimbing klinik, pertama dengan
model kemudian dengan klien
3. Evaluasi kompetensi keterampilan oleh mahasiswa
lain
PRESEPTORSHIP DAN MENTORING
di dalamnya termasuk; reflective learning,
bedsite teaching, coaching.
SUPERVISI PRAKTEK KLINIK
Supervisi (pengawasan) dapat dilakukan oleh
pembimbing insitusi. Supervisi meliputi kompetensi dan
keterampilan yang telah dicapai, proses bimbingan yang
efektif, kedisiplinan mahasiswa.
BIMBINGAN KLINIK
 Pembimbing klinik harus selalu bersama mahasiswa pd waktu
mereka bekerja dg klien
 Mahasiswa harus mengerti apa yg mereka lakukan secara
independen dan apa yg memerlukan pengawasan dari
pembimbing
 Mahasiswa harus dibuat bertanggung jawab utk memastikan
bahwa mereka diawasi bila perlu
 Kegiatan-kegiatan tambahan yg tdk memerlukan pengawasan
langsung akan memberi kesempatan bagi mahasiswa utk terlibat
aktif dlm pembelajaran ketika tdk dg klien
 Staf klinik juga dpt bertindak sbgpengawas jika pembimbing yg
ditunjuk yakin akan kemampuan keterampilan klinik mereka serta
kemampuannya utk memberikan umpan balik yg sesuai
Jika banyak tempat klinik yang dipakai selama
praktek, seorang instruktur klinik harus ditugaskan
untuk masing-masing tempat
Informasi mngenai mahasiswa harus dibagi dengan
staf klinik
Staf klinik harus didorong untuk melakukan evaluasi
awal atas keterampilan awal mahasiswa sebelum
mengijinkan bekerja dengan klien
Staf klinik harus menyadari umpan balik yang ingin
diterima oleh pembimbing dari mereka mengenai
mahasiswa
Tanggung jawab terakhir untuk pengawasan dan
penilaian mahasiswa tetap ada pada pembimbing
klinik/instruktur klinik
RONDE
Adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh tim tenaga kesehatan
untuk mengatasi masalah klien, yang
juga melibatkan klien untuk
membahas dan melaksanakan
asuhan yang akan diberikan
TUJUAN :
 Menyediakan umpan balik yang objektif
 Mendiagnosis dan membantu
memecahkan masalah
 Membantu mengembangkan
ketrampilan
 Membantu mengembangkan sikap
positif terhadap pengembangan
profesional yang berkesinambungan
Download