Uploaded by User40517

TUGAS MAKALAH RISKA 2

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam sebuah kehidupan, bagi sebagian masyarakat di dunia, agama adalah
pedoman untuk menentukan arah yang harus di tujuh dalam hidupnya. Dalam kehidupan di
dunia ini, hal yang paling penting adalah sebuah kedamaian jiwa dan raga dalam
bermasyarakat. Maka, ketika muncul perubahan-perubahan dalam sebuah kehidupan, harus
ada yang mengimbangi perubahan-perubahan tersebut dalam konteks bergama dengan
mengikuti pergerakan perubahan dalam situasi dan kondisi global. Islam Moderat adalah
ajaran yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan tidak meninggalkan ajaran ajaran
sesudahnya.
Sehingga Islam Moderat merupakan agama yang mampu mengimbangi pergerakan
perubahan dalam kehidupan di dalam masyarakat. Gagasan untuk memunculkan pendidikan
Islam moderat kiranya mendapatkan momentum yang tepat saat gerakan Keagamaan
transnasional itu mulai menancapkan ideologinya melalui lembaga-lembaga pendidikan
yang mereka dirikan. Untuk menentukan suatu lembaga pendidikan Islam berideologi Islam
Moderat adalah menurut Masdar Hilmy memiliki ciri-ciri (1) menganut ideologi nonkekerasan dalam menyebarkan Islam; (2) mengadopsi cara hidup modern dengan semua
turunannya, termasuk ilmu pegetahuan, teknologi, demokrasi, hak asasi manusia, dan
sejenisnya. Kemudian (3) cara berfikir rasional; (4) pendekatan kontekstual dalam
memahami Islam; (5) penggunaan ijtihad untuk membuat pendapat hukum dalam kasus
yang tidak ada pembenaran secara eksplisit dalam Al Qur’an dan Sunnah; dan (6) memiliki
sikap-sikap: toleran, harmoni, dan kerja sama di antara kelompok-kelompok agama yang
berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metodologi
2. Bagaimana cara pendekatan kontekstual dan historis
3. Bagaimana cara pendekatan tematik-holistik
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metodologi
Metodologi
berasal
dari
bahasa
Yunani
“metodos”
dan
"logos,"
kata metodos terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau
melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. logos artinya ilmu.
Metodologi adalah ilmu-ilmu / cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dengan menemukan kebenaran,
tergantung dengan realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara
yang terstruktur untuk memperoleh ilmu.1
Ada dua hal penting dalam metode yaitu cara dalam melakukan sesuatu dan
sebuah rencana dalam pelaksanaannya. Adapun fungsinya sebagai alat untuk
mencapai sebuah tujuan. Kita akan fokuskan pembahasan kali ini secara tuntas
mengenai pengertian dan definisi metode menurut para ahli. Adapun pengertiannya
antara lain:
1. KBBI
Menurut KBBI, metode adalah cara kerja yang mempunyai sistem dalam
memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu.
2. Drs.Agus M. Hardjana
Drs. Agus M. Hardjana Mengemukakan metode ialah cara yang telah
dipikirkan secara matang yang dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah tertentu demi tercapainya sebuah tujuan.
3. Almadk
Almadk Menjelaskan bahwa metode ialah suatu cara dengan menerapkan
berbagai prinsip yang logis terhadap suatu penemuan dan penjelasan
kebenaran.
4. Rothwell dan Kazanas
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi
2
Menurut mereka metode merupakan cara, proses atau pendekatan untuk
menyampaikan sebuah informasi.2
B. Pengertian Pendekatan Kontekstual dan Historis
a. Pendekatan Kontekstual
Secara harfiah, kontekstual berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana, dan keadaan konteks”. Sehingga, pembelajaran
kontekstual diartikan sebagai pembelajaran yang berhubungan dengan konteks
tertentu. Menurut Suprijono (2009: 79), pendekatan pembelajaran kontekstual
atau Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan pembelajaran
kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta
didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari, dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam
lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Sehingga, proses belajar tidak
hanya berpengaruh pada hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran,
namun memberikan kebermaknaan pengetahuan dan pengalaman yang
bermanfaat dalam konteks dunia nyata peserta didik.
Jhonson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam
materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan
konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Hal ini berarti, bahwa
pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi
dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh, untuk dapat memahami materi yang
2
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/15-pengertian-metode-dan-metodologimenurut-para-ahli.html
3
dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Muchith (2008: 86), bahwa pendekatan kontekstual merupakan
pembelajaran yang bermakna dan menganggap tujuan pembelajaran adalah
situasi yang ada dalam konteks tersebut, konteks itu membantu siswa dalam
belajar bermakna dan juga untuk menyatakan hal-hal yang abstrak.
b. Pendekatan Historis
Pendekatan historis adalah berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada
hubungannya dengan masa lampau. Metode historis, yaitu metode penelitian
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Data sejarah tersebut
diolah untuk memperoleh gambaran umum tentang kehidupan sosial di masa
silam.
Sebagai
contoh,
penelitian
tentang
”Kehidupan
Masyarakat
Minangkabau pada Era Kolonial Belanda”.3
C. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik adalah cara pandang terhadap suatu pembelajaran dengan
penggunaan suatu tema untuk mengaitkan berbagai mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Tema berfungsi sebagai wadah dari
berbagai konsep yang dipelajari. Artiya pendekatan tematik merupakan usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai pembelajaran dengan
penggunaan tema. Pendekatan tematik memberikan suatu pengalaman belajar yang
berarti bagi siswa. Pengalaman tersebut ditunjukan dengan mampunya siswa
menghubungkan antara konsep-konsep yang dipelajari dalam pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Untuk itu, pendekatan tematik menekankan pada pembelajaran
yang mengajak siswa menemukan dan melakukan pengalaman belajarnya sendiri.
Berikut kelebihan dari penggunaan pendekatan tematik, diantaranya:
1.
Pengalaman kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan
siswa.
2.
Pembelajaran menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa.
3
https://dosenpsikologi.com/pendekatan-holistik-dalam-psikologi
4
3.
Hasil belajar akan bertahan lama karena pembelajaran bermakna bagi
siswa.
4.
Hengembangkan
kemampuan
berpikir
siswa
sesuai
dengan
permasalahan yang dihadapi.
5.
Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata dan konkret bagi siswa.
6.
Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti kerja sama, toleransi,
Komunikasi, dan menghargai orang lain.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan pendekatan tematik, yakni:
1.
Sulit diterapkan apabila kemampuan belajar siswa dari segi aspek
intelegensi maupun kreatifitasnya kurang.
2.
Pendekatan tematik menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan
mengembangkan tema pembelajaran.
3.
Skenario pembelajaran menuntut penggunaan keragaman metode yang
inovatif.
4.
Perlunya sarana dan prasarana berupa sumber informasi yang cukup
untuk menunjang pembelajaran.
Bedasarkan uraian di atas, maka pendekatan tematik memerlukan guru yang
kreatif dalam mempersiapkan kegiatan belajar dan memilih kompetensi dari berbagai
mata pelajaran untuk diatur agar pembelajaran lebih bermakna, utuh, menarik, dan
menyenangkan. Disamping itu, siswa harus siap mengikuti pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan belajar secara individual, pasangan, kelompok kecil,
atau klasikal. Dengan kata lain, siswa harus siap mengikuti pembelajaran yang
variatif. Kemudian perlu tersedianya sumber belajar yang dapat menunjang
pembelajaran, karena hakikatnya pendekatan tematik menekankan pada siswa untuk
mencari, menggali, dan menemukan konsep sendiri secara utuh. Sesuai dengan
karakteristik pendekatan tematik, maka perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan
dengan penggunaan multi metode, misalnya metode percobaan, demonstrasi, bermain
peran, tanya jawab, diskusi, dan masih banyak lagi.
D. Pendekatan Holistik
Secara etimologi atau bahasam holistik berasal dari bahasa Inggros holistic, holi
berarti suci dan bijak sedangkan kata holy sendiri berarti wholeh atau keseluruhan.
Psikologi mendefinisikan beberapa pengertian holisitk, diantaranya :
5
a. Istilah umum yang di terapkan pada pendekatan filosofis berfokus pada
organisme hidup secara keseluruhan
b. Willian F.O Nell mendefinisikan holistik sebagai sudut pandang filosofi yang
menganggap bahwa segala hal tercakup dalam wilayah kekuatan yang bersatu
c. Kamus besar Bahasa Indonesia membagi pengertian holistik menjadi dua
macam, yaitu sebagai sebuah cara pendekatan pada suatu masalah dan gejala
sebagai kesatuan yang utuh. Kemudian, memandang sebagai sebuah sifat,
dimana holistik saling berhubungan sebagai suatu kesatuan yang lebih dari
sekedar sekelompok bagian
d. Hall dan Lindzey menjelaskan bahwa holistil adalah pandangan manusia
sebagai suatu organisme utuh dan padu4
E. Islam Moderat Sebagai Agen Rahmatan Lil ‘Alamin’
Islam Moderat Sebagai Agen Rahmatan Lil ‘Alamin Awal mula kedatangan
Islam di Indonesia khususnya di Tanah Jawa tidak lepas dari peran Walisongo yang
secara gigih berdakwah mengajarkan Islam baik di kota maupun pelosok desa bahkan
di atas pendakian gunung. Proses penyebaran ajarannya tidak lepas dari kultur sosial
masyarakat setempat sehingga dengan mudah mendapat respon positif di hati kaum
pribumi. Salah satu ciri khas corak penyebaranya mereka adalah berdakwah secara
damai dan ramah, menghargai budaya yang berlaku di masyarakat serta
mengakomodasinya dalam ajaran agama Islam tanpa sedikitpun menghilangkan
entitas agama Islam. Hal inilah yang menjadi daya pikat warga untuk masuk Islam.
Daya juang yang diterapkan oleh Walisongo terbukti berhasil dalam
menanamkan bibit ajaran Islam yang sempurna dengan melibatkan toleransi beragama
sebagai satu kesatuan yang hidup berdampingan. Disamping itu, Walisongo tidak
hanya dianggap sebagai tokoh agama tetapi juga ahli di dalam pemerintahan yang
juga dilibatkan dalam mengislamkan pembesar kerajaan yang tengah berkuasa.
Walisongo merupakan agen-agen unik Jawa pada abad XV-XVI yang mampu
memadukan aspek-aspek spiritual dan sekuler dalam menyiarkan Islam. Posisi mereka
dalam kehidupan sosio-kultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa
dikatakan Islam tidak pernah menjadi the religion of Java jika sufisme yang
4
https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/06/pendekatan-tematik.html
6
dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan ciri-ciri
ini menunjukkan ajaran Islam yang diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir
dengan penuh kedamaian, walaupun terkesan lamban tetapi meyakinkan. Berdasarkan
fakta sejarah, bahwa dengan cara menoleransi tradisi lokal serta memodifikasinya ke
dalam ajaran Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam, agama baru ini
dipeluk oleh bangsawan-bangsawan serta mayoritas masyarakat Jawa di pesisir utara.
Konsep toleransi, damai dan kultural yang telah dijalankan oleh Konsep
toleransi, damai dan kultural yang telah dijalankan oleh Walisongo membawa kepada
moderasi Islam yang dipandang tidak kaku dalam memaknai al-Qur’an dan bersikap
toleran terhadap budaya setempat. Hal ini tidak lain, karena agama Islam membawa
misi Rahmatan Lil Alamin sehingga mau tidak mau harus membawa kesejukan dan
kedamaian dalam menyikapi setiap perbedaan bahkan mengayomi setiap manusia
yang terlahir dari perut ibunya.
Pada dasarnya Islam Moderat akan banyak mengambil simpati di hati
masyarakat, karena mereka merindukan ajaran Islam yang damai, hidup rukun,
memahami perbedaan, serta ajaran al-Qur’an al-Karim dijalankan dengan benar.
Ideologi yang dibawa oleh Islam Moderat berupa ajaran yang berada di titik tengah
yang terlepas dari berbagai pemahaman yang sangat tekstual dan keras dalam
memahami ajaran tersebut. Kedinamisan kaum moderat berakar dari pemahaman
mereka dalam memaknai Islam secara utuh baik penafsiran Al-Qur’an maupun sikap
hidup bersosial di tengah-tengah masyarakat.5
F. Pendekatan kontekstual dan Historis Islam Moderat
Moderatisme merupakan sebuah istilah atau nomenklatur konseptual yang tidak
mudah untuk didefinisikan. Hal ini karena ia menjadi istilah yang diperebutkan
pemaknaannya (highly contested concept), baik di kalangan internal umat Islam
maupun eksternal nonMuslim. Ia dipahami secara berbeda-beda oleh banyak orang,
tergantung siapa dan dalam konteks apa ia didekati dan dipahami.6
Dalam hal pemaknaan moderasi suatu ajaran Islam memang tidak mudah,
mengingat pada zaman Rasulullah Saw semua tertumpu pada beliau sebagai sosok
5
http://repository.uin-malang.ac.id/3662/7/3662.pdf
6
John L. Esposito, 2005, Moderate Muslims: A Mainstream of Modernists, Islamists, Conservatives,
and Traditionalists, dalam American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. XXII, No. 3, Summer 2005,
p. 12
7
yang cerdas yang menjadi satu-satunya panutan para shahabat, sehingga yang dikenal
hanya satu yaitu risalah Islamiyah Nabi Muhammad Saw. Namun seiring
perkembangan zaman dimana persoalan sosial manusia semakin berkembang, tidak
ada yang menjadi pemersatu dalam memaknai agama. Maka muncullah para tokoh
yang dijadikan pegangan persoalan umat muslim. Di tengah masa tersebut, terjadilah
banyak tafsir yang terkadang mereka pahami secara kaku, demikian juga sebaliknya
adanya memaknainya secara bebas dengan mengedepankan logika. Untuk
menjembatani dua kutub ini serta mempertemukan antara ajaran al-Qur’an dan
realitas sosial, maka muncullah moderasi Islam.
Khazanah
pemikiran
Islam
Klasik
memang
tidak
mengenal
istilah
“moderatisme”. Tetapi penggunaan dan pemahaman atasnya biasanya merujuk pada
padanan sejumlah kata dalam bahasa Arab, di antaranya al-tawassut (al-wast), al-qist,
al-tawazun, al-i‘tidal, dan semisalnya. Oleh sejumlah kalangan umat Islam, kata-kata
tersebut dipakai untuk merujuk pada modus keberagamaan yang tidak melegalkan
kekerasan sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persoalan teologis dalam
Islam. Oleh karena moderatisme merupakan kata yang relatif dan dipahami secara
subyektif oleh banyak orang, maka ia selalu mengundang kontroversi dan bias-bias
subyektif. Ia juga tidak pernah netral dari berbagai macam kepentingan politikekonomi. Sebagai akibatnya, kepelikan semantik semacam inilah yang menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan untuk sampai pada tahap konklusif tentang apa dan
siapa Islam moderat itu7
Konsep Wasathiyah sepertinya menjadi garis pemisah dua hal yang
berseberangan. Penengah ini diklaim tidak membenarkan adanya pemikiran radikal
dalam agama, serta sebaliknya tidak membenarkan juga upaya mengabaikan
kandungan al-Qur’an sebagai dasar hukum utama. Oleh karena itu, Wasathiyah ini
lebih cenderung toleran serta tidak juga renggang dalam memaknai ajaran Islam.
Menurut Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, Wasathiyah (pemahaman moderat) adalah
salah satu karakteristik islam yang tidak dimiliki oleh Ideologi-ideologi lain.
ً ُ ُ َْ
َ ََ
ً
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an: ‫ َوك َٰذ ِلك َج َعلناك ْم أ َّمة َو َسطا‬Artinya : Dan
7
Masdar Hilmy, 2012, Quo-Vadis Islam Moderat Indonesia, dalam Jurnal Miqot, Vol. XXXVI, No. 2
Juli-Desember 2012. Hlm. 263-264 5
8
demikianlah aku jadikan kalian sebagai Umat yang pertengahan.(QS. Al Baqarah:
143).
Beliau termasuk deretan ulama yang menyeru kepada dakwah Islam yang moderat dan
menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan radikal. Liberal dalam arti memahami
islam dengan standar hawa nafsu dan murni logika yang cenderung mencari pembenaran
yang tidak ilmiah. Radikal dalam arti memaknai Islam dalam tataran tekstual yang
menghilangkan fleksibilitas ajarannya. Sehingga terkesan kaku dan tidak mampu membaca
realitas hidup8. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an:
َ ُّ َ َ
َ
ُّ َ ْ َ َ
َُْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ
َّ َ َ ِّ ْ َ ُ
ْ َ
َ ُّ َ
‫اب َل تغلوا ِ يف ِدي ِنك ْم غ ْْ َي ال َحق َوَل تت ِب ُعوا أه َو َاء ق ْو ٍم قد ضلوا ِمن ق ْب ُل َوأضلوا ك ِث ْ ًيا َوضلوا َن َس َو ِاء‬
ِ ‫قل يا أهل ال ِكت‬
َّ
﴾٧٧﴿ ‫يل‬
ِ ‫الس ِب‬
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)
dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orangorang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus” (Q.S AlMaidah[5]: 77)
Di dalam istilah ini, tercermin karakter dasar Islam yang terpenting yang
membedakan manhaj Islam dari metodologi-metodologi yang ada pada pahampaham, aliran-aliran, serta falsafah lain. Sikap Wasathiyah Islam adalah satu sikap
penolakan terhadap ekstremitas dalam bentuk kezaliman dan kebathilan. Ia tidak lain
merupakan cerminan dari fithrah asli manusia yang suci yang belum tercemar
pengaruh-pengaruh negatif 9.
Substansi ajaran Islam mengedepankan dakwah secara damai, ramah dan
toleran. Karena pada dasarnya manusia diarahkan untuk berada di garis lurus tanpa
pernah berlaku yang keras baik terhadap sesama muslim maupun non muslim.
Gambaran moderat juga terdapat pada diri Rasulullah Saw yang tidak pernah
mengusik penganut ajaran lain, berbuat dhalim maupun sikap yang lainnya. Bahkan
lebih dari itu, beliau selalu mengajak para sahabat untuk selalu bersikap lemah lembut
dan hidup rukun serta menjauhi bersikap kasar kepada orang lain.
G. Ciri Sikap Islam Moderat
Saat ini dunia Islam disuguhi dengan berbagai macam realitas keislaman: ada
kelompok Islam yang diidentifikasikan dengan ekstremis-teroris, ada yang
fundamentalis, ada yang moderat (wasath), dan ada pula yang liberal. Sebetulnya,
8
Fathurrahman, 2011, Mengenal Konsep Islam Moderat. Diakses tanggal 12 Februari 2016 pada
http://fathurrahman-sudan.blogspot.co.id
9
Ibid
9
berbeda dalam berislam sudah ada sejak zaman dulu –bahkan pada zaman khulafaur
rasyidin dimana ada kelompok khawarij misalnya.
Lalu, model keislaman seperti apa yang sesuai dengan Al-Qur’an? Dan sesuai
dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad saw? Jika merujuk Al-Qur’an Surat AlBaqarah
ayat
143
adil (wasath), maka
dimana
sudah
umat
semestinya
Islam
model
dijadikan
Islam
sebagai
yang
umat
adil,
yang
tengahan,
moderat, wasath lah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan yang diajarkan Nabi
Muhammad saw. Berikut ini enam ciri sikap Islam moderat.
1. Memahami realitas.
Dikemukakan bahwa Islam itu relevan untuk setiap zaman dan
waktu (shalih li kulli zaman wa makan). Disebutkan juga bahwa ajaran
Islam itu ada yang tetap dan tidak bisa dirubah –seperti shalat lima waktu,
dan ada juga yang bisa dirubah karena waktu dan tempat –seperti zakat
fitrah dengan beras, gandum, atau sagu tergantung yang menjadi makanan
pokok pada masyarakat itu.
Umat Islam yang bersikap moderat (wasath) adalah mereka yang
mampu membaca dan memahami realitas yang ada. Tidak gegabah atau
ceroboh. Mempertimbangkan segala sesuatu, termasuk kebaikan dan
keburukannya.
Terkait hal ini kita bisa belajar banyak dari Nabi Muhammad
saw. Beliau adalah orang pandai dalam membaca realitas. Salah satu
contohnya adalah Nabi Muhammad saw. tidak menghancurkan patungpatung yang ada di sekitar Ka’bah selama beliau berdakwah di sana. Beliau
sadar tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya pada waktu itu. Namun
pada saat Fathu Makkah, semua patung dan kemusyrikan di kota Makkah
dihancurkan semua.
2. Memahami Fiqhi
Umat Islam yang bersikap moderat sudah semestinya mampu
memahami mana-mana saja ajaran Islam yang wajib, sunnah, mubah,
makruh, dan haram. Mana yang fardlu ‘ain (kewajiban individual) dan mana
yang fardlu kifayah (kewajiban komunal). Di samping memahami mana
yang dasar atau pokok (ushul) dan mana yang cabang (furu).
3. Memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama
10
Ada istilah bahwa agama itu mudah, tapi jangan dipermudah. Pada
saat mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari ke Yaman untuk
berdakwah, Nabi Muhammad saw. berpesan agar keduanya memberikan
kemudahan dan tidak mempersulit masyarakat setempat.
4. Memahami teks keagamaan secara komprehensif
Perlu dipahami bahwa satu teks dengan yang lainnya itu saling
terkait, terutama teks-teks tentang jihad misalnya. Ini yang biasanya
dipahami separuh-separuh, tidak utuh, sehingga jihad hanya diartikan perang
saja. Padahal makna jihad sangat beragam sesuai dengan konteksnya.
5. Bersikap toleran
Umat Islam yang bersikap moderat adalah mereka yang bersikap
toleran, menghargai pendapat lain yang berbeda –selama pendapat tersebut
tidak sampai pada jalur penyimpangan. Karena sesungguhnya perbedaan itu
adalah sesuatu yang niscaya. Intinya sikap toleran adalah sikap yang terbuka
dan tidak menafikan yang lainnya.
Para sahabat sangat baik sekali mempraktikkan sikap toleran.
Misalnya Abu Bakar melaksanakan shalat Tahajjud setelah bangun tidur,
sementara Umar bin Khattab tidak tidur dulu saat menjalankan salat
Tahajjud. Para ulama terdahulu juga sangat toleran sekali. Imam Syafi’i
misalnya. Bahkan, dia sampai berkata: “Kalau pendapatku benar tapi
mungkin juga salah. Pendapat orang lain salah tapi mungkin juga benar.”
6. Memahami sunnatullah dalam penciptaan.
Allah menciptakan segal sesuatu melalui proses, meski dalam AlQur’an disebutkan kalau Allah mau maka tinggal “kun fayakun.” Namun
dalam beberapa hal seperti penciptaan langit dan bumi –yang diciptakan
dalam waktu enam masa. Pun dalam penciptaan manusia, hewan, dan
tumbuhan. Semua ada tahapannya.
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Menyadari sebuah peradaban adalah perkmbangan zaman dan merupakan
proses sebuah perjalanan dan harus disadari pula bahwa islam tidak berada lagi pada
zaman yang terdahulu. Maka islam mampu mengikuti dan menyeimbangkan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga akan tercipta kehidupan yang harmonis
yang mampu menciptkan perdamaian dunia. Dan yang terpenting yang diingikan oleh
seluruh umat manusia baik didunia maupun diakhirat kelak.
B. Saran
Sebaiknya perlu menambahkan penjelasan yang lebih detail mengenai materi
metodologi pemahaman dan penafsiran islam moderat agar tidak menimbulkan
pertanyaan yang tidak bisa di dapatkan dalam materi . Karena dalam berdiskusi harus
memecahkan suatu masalah, dan apabila pertanyaan tidak bisa dijawab maka, tujuan
dari diskusi tidak dapat berjalan dengan lancar.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://renunganislami.net/memahami-pemikiran-islam-moderat/
https://www.nu.or.id/post/read/93128/enam-ciri-sikap-moderat-dalam-berislam
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4338-11112-2-PB.pdf
http://www.iain-surakarta.ac.id/?p=2031
http://repository.uin-malang.ac.id/3662/7/3662.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/15-pengertian-metode-dan-metodologi-menurutpara-ahli.html
http://digilib.unila.ac.id/3907/15/BAB%20II.pdf
https://dosenpsikologi.com/pendekatan-holistik-dalam-psikologi
https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/06/pendekatan-tematik.html
13
Download