BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sebuah kehidupan, bagi sebagian masyarakat di dunia, agama adalah pedoman untuk menentukan arah yang harus di tujuh dalam hidupnya. Dalam kehidupan di dunia ini, hal yang paling penting adalah sebuah kedamaian jiwa dan raga dalam bermasyarakat. Maka, ketika muncul perubahan-perubahan dalam sebuah kehidupan, harus ada yang mengimbangi perubahan-perubahan tersebut dalam konteks bergama dengan mengikuti pergerakan perubahan dalam situasi dan kondisi global. Islam Moderat adalah ajaran yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan tidak meninggalkan ajaran ajaran sesudahnya. Sehingga Islam Moderat merupakan agama yang mampu mengimbangi pergerakan perubahan dalam kehidupan di dalam masyarakat. Gagasan untuk memunculkan pendidikan Islam moderat kiranya mendapatkan momentum yang tepat saat gerakan Keagamaan transnasional itu mulai menancapkan ideologinya melalui lembaga-lembaga pendidikan yang mereka dirikan. Untuk menentukan suatu lembaga pendidikan Islam berideologi Islam Moderat adalah menurut Masdar Hilmy memiliki ciri-ciri (1) menganut ideologi nonkekerasan dalam menyebarkan Islam; (2) mengadopsi cara hidup modern dengan semua turunannya, termasuk ilmu pegetahuan, teknologi, demokrasi, hak asasi manusia, dan sejenisnya. Kemudian (3) cara berfikir rasional; (4) pendekatan kontekstual dalam memahami Islam; (5) penggunaan ijtihad untuk membuat pendapat hukum dalam kasus yang tidak ada pembenaran secara eksplisit dalam Al Qur’an dan Sunnah; dan (6) memiliki sikap-sikap: toleran, harmoni, dan kerja sama di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian metodologi 2. Bagaimana cara pendekatan kontekstual dan historis 3. Bagaimana cara pendekatan tematik-holistik 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metodologi Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos," kata metodos terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. logos artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu / cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dengan menemukan kebenaran, tergantung dengan realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu.1 Ada dua hal penting dalam metode yaitu cara dalam melakukan sesuatu dan sebuah rencana dalam pelaksanaannya. Adapun fungsinya sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan. Kita akan fokuskan pembahasan kali ini secara tuntas mengenai pengertian dan definisi metode menurut para ahli. Adapun pengertiannya antara lain: 1. KBBI Menurut KBBI, metode adalah cara kerja yang mempunyai sistem dalam memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. 2. Drs.Agus M. Hardjana Drs. Agus M. Hardjana Mengemukakan metode ialah cara yang telah dipikirkan secara matang yang dilakukan dengan mengikuti langkahlangkah tertentu demi tercapainya sebuah tujuan. 3. Almadk Almadk Menjelaskan bahwa metode ialah suatu cara dengan menerapkan berbagai prinsip yang logis terhadap suatu penemuan dan penjelasan kebenaran. 4. Rothwell dan Kazanas 1 https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi 2 Menurut mereka metode merupakan cara, proses atau pendekatan untuk menyampaikan sebuah informasi.2 B. Pengertian Pendekatan Kontekstual dan Historis a. Pendekatan Kontekstual Secara harfiah, kontekstual berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, dan keadaan konteks”. Sehingga, pembelajaran kontekstual diartikan sebagai pembelajaran yang berhubungan dengan konteks tertentu. Menurut Suprijono (2009: 79), pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari, dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Sehingga, proses belajar tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran, namun memberikan kebermaknaan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat dalam konteks dunia nyata peserta didik. Jhonson (2006: 15) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Hal ini berarti, bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh, untuk dapat memahami materi yang 2 https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/15-pengertian-metode-dan-metodologimenurut-para-ahli.html 3 dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Muchith (2008: 86), bahwa pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang bermakna dan menganggap tujuan pembelajaran adalah situasi yang ada dalam konteks tersebut, konteks itu membantu siswa dalam belajar bermakna dan juga untuk menyatakan hal-hal yang abstrak. b. Pendekatan Historis Pendekatan historis adalah berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungannya dengan masa lampau. Metode historis, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Data sejarah tersebut diolah untuk memperoleh gambaran umum tentang kehidupan sosial di masa silam. Sebagai contoh, penelitian tentang ”Kehidupan Masyarakat Minangkabau pada Era Kolonial Belanda”.3 C. Pendekatan Tematik Pendekatan tematik adalah cara pandang terhadap suatu pembelajaran dengan penggunaan suatu tema untuk mengaitkan berbagai mata pelajaran sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Tema berfungsi sebagai wadah dari berbagai konsep yang dipelajari. Artiya pendekatan tematik merupakan usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai pembelajaran dengan penggunaan tema. Pendekatan tematik memberikan suatu pengalaman belajar yang berarti bagi siswa. Pengalaman tersebut ditunjukan dengan mampunya siswa menghubungkan antara konsep-konsep yang dipelajari dalam pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, pendekatan tematik menekankan pada pembelajaran yang mengajak siswa menemukan dan melakukan pengalaman belajarnya sendiri. Berikut kelebihan dari penggunaan pendekatan tematik, diantaranya: 1. Pengalaman kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan siswa. 2. Pembelajaran menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 3 https://dosenpsikologi.com/pendekatan-holistik-dalam-psikologi 4 3. Hasil belajar akan bertahan lama karena pembelajaran bermakna bagi siswa. 4. Hengembangkan kemampuan berpikir siswa sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. 5. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata dan konkret bagi siswa. 6. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti kerja sama, toleransi, Komunikasi, dan menghargai orang lain. Sedangkan kelemahan dari penggunaan pendekatan tematik, yakni: 1. Sulit diterapkan apabila kemampuan belajar siswa dari segi aspek intelegensi maupun kreatifitasnya kurang. 2. Pendekatan tematik menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajaran. 3. Skenario pembelajaran menuntut penggunaan keragaman metode yang inovatif. 4. Perlunya sarana dan prasarana berupa sumber informasi yang cukup untuk menunjang pembelajaran. Bedasarkan uraian di atas, maka pendekatan tematik memerlukan guru yang kreatif dalam mempersiapkan kegiatan belajar dan memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran untuk diatur agar pembelajaran lebih bermakna, utuh, menarik, dan menyenangkan. Disamping itu, siswa harus siap mengikuti pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan belajar secara individual, pasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Dengan kata lain, siswa harus siap mengikuti pembelajaran yang variatif. Kemudian perlu tersedianya sumber belajar yang dapat menunjang pembelajaran, karena hakikatnya pendekatan tematik menekankan pada siswa untuk mencari, menggali, dan menemukan konsep sendiri secara utuh. Sesuai dengan karakteristik pendekatan tematik, maka perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan penggunaan multi metode, misalnya metode percobaan, demonstrasi, bermain peran, tanya jawab, diskusi, dan masih banyak lagi. D. Pendekatan Holistik Secara etimologi atau bahasam holistik berasal dari bahasa Inggros holistic, holi berarti suci dan bijak sedangkan kata holy sendiri berarti wholeh atau keseluruhan. Psikologi mendefinisikan beberapa pengertian holisitk, diantaranya : 5 a. Istilah umum yang di terapkan pada pendekatan filosofis berfokus pada organisme hidup secara keseluruhan b. Willian F.O Nell mendefinisikan holistik sebagai sudut pandang filosofi yang menganggap bahwa segala hal tercakup dalam wilayah kekuatan yang bersatu c. Kamus besar Bahasa Indonesia membagi pengertian holistik menjadi dua macam, yaitu sebagai sebuah cara pendekatan pada suatu masalah dan gejala sebagai kesatuan yang utuh. Kemudian, memandang sebagai sebuah sifat, dimana holistik saling berhubungan sebagai suatu kesatuan yang lebih dari sekedar sekelompok bagian d. Hall dan Lindzey menjelaskan bahwa holistil adalah pandangan manusia sebagai suatu organisme utuh dan padu4 E. Islam Moderat Sebagai Agen Rahmatan Lil ‘Alamin’ Islam Moderat Sebagai Agen Rahmatan Lil ‘Alamin Awal mula kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Tanah Jawa tidak lepas dari peran Walisongo yang secara gigih berdakwah mengajarkan Islam baik di kota maupun pelosok desa bahkan di atas pendakian gunung. Proses penyebaran ajarannya tidak lepas dari kultur sosial masyarakat setempat sehingga dengan mudah mendapat respon positif di hati kaum pribumi. Salah satu ciri khas corak penyebaranya mereka adalah berdakwah secara damai dan ramah, menghargai budaya yang berlaku di masyarakat serta mengakomodasinya dalam ajaran agama Islam tanpa sedikitpun menghilangkan entitas agama Islam. Hal inilah yang menjadi daya pikat warga untuk masuk Islam. Daya juang yang diterapkan oleh Walisongo terbukti berhasil dalam menanamkan bibit ajaran Islam yang sempurna dengan melibatkan toleransi beragama sebagai satu kesatuan yang hidup berdampingan. Disamping itu, Walisongo tidak hanya dianggap sebagai tokoh agama tetapi juga ahli di dalam pemerintahan yang juga dilibatkan dalam mengislamkan pembesar kerajaan yang tengah berkuasa. Walisongo merupakan agen-agen unik Jawa pada abad XV-XVI yang mampu memadukan aspek-aspek spiritual dan sekuler dalam menyiarkan Islam. Posisi mereka dalam kehidupan sosio-kultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa dikatakan Islam tidak pernah menjadi the religion of Java jika sufisme yang 4 https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/06/pendekatan-tematik.html 6 dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Rujukan ciri-ciri ini menunjukkan ajaran Islam yang diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan penuh kedamaian, walaupun terkesan lamban tetapi meyakinkan. Berdasarkan fakta sejarah, bahwa dengan cara menoleransi tradisi lokal serta memodifikasinya ke dalam ajaran Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam, agama baru ini dipeluk oleh bangsawan-bangsawan serta mayoritas masyarakat Jawa di pesisir utara. Konsep toleransi, damai dan kultural yang telah dijalankan oleh Konsep toleransi, damai dan kultural yang telah dijalankan oleh Walisongo membawa kepada moderasi Islam yang dipandang tidak kaku dalam memaknai al-Qur’an dan bersikap toleran terhadap budaya setempat. Hal ini tidak lain, karena agama Islam membawa misi Rahmatan Lil Alamin sehingga mau tidak mau harus membawa kesejukan dan kedamaian dalam menyikapi setiap perbedaan bahkan mengayomi setiap manusia yang terlahir dari perut ibunya. Pada dasarnya Islam Moderat akan banyak mengambil simpati di hati masyarakat, karena mereka merindukan ajaran Islam yang damai, hidup rukun, memahami perbedaan, serta ajaran al-Qur’an al-Karim dijalankan dengan benar. Ideologi yang dibawa oleh Islam Moderat berupa ajaran yang berada di titik tengah yang terlepas dari berbagai pemahaman yang sangat tekstual dan keras dalam memahami ajaran tersebut. Kedinamisan kaum moderat berakar dari pemahaman mereka dalam memaknai Islam secara utuh baik penafsiran Al-Qur’an maupun sikap hidup bersosial di tengah-tengah masyarakat.5 F. Pendekatan kontekstual dan Historis Islam Moderat Moderatisme merupakan sebuah istilah atau nomenklatur konseptual yang tidak mudah untuk didefinisikan. Hal ini karena ia menjadi istilah yang diperebutkan pemaknaannya (highly contested concept), baik di kalangan internal umat Islam maupun eksternal nonMuslim. Ia dipahami secara berbeda-beda oleh banyak orang, tergantung siapa dan dalam konteks apa ia didekati dan dipahami.6 Dalam hal pemaknaan moderasi suatu ajaran Islam memang tidak mudah, mengingat pada zaman Rasulullah Saw semua tertumpu pada beliau sebagai sosok 5 http://repository.uin-malang.ac.id/3662/7/3662.pdf 6 John L. Esposito, 2005, Moderate Muslims: A Mainstream of Modernists, Islamists, Conservatives, and Traditionalists, dalam American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. XXII, No. 3, Summer 2005, p. 12 7 yang cerdas yang menjadi satu-satunya panutan para shahabat, sehingga yang dikenal hanya satu yaitu risalah Islamiyah Nabi Muhammad Saw. Namun seiring perkembangan zaman dimana persoalan sosial manusia semakin berkembang, tidak ada yang menjadi pemersatu dalam memaknai agama. Maka muncullah para tokoh yang dijadikan pegangan persoalan umat muslim. Di tengah masa tersebut, terjadilah banyak tafsir yang terkadang mereka pahami secara kaku, demikian juga sebaliknya adanya memaknainya secara bebas dengan mengedepankan logika. Untuk menjembatani dua kutub ini serta mempertemukan antara ajaran al-Qur’an dan realitas sosial, maka muncullah moderasi Islam. Khazanah pemikiran Islam Klasik memang tidak mengenal istilah “moderatisme”. Tetapi penggunaan dan pemahaman atasnya biasanya merujuk pada padanan sejumlah kata dalam bahasa Arab, di antaranya al-tawassut (al-wast), al-qist, al-tawazun, al-i‘tidal, dan semisalnya. Oleh sejumlah kalangan umat Islam, kata-kata tersebut dipakai untuk merujuk pada modus keberagamaan yang tidak melegalkan kekerasan sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persoalan teologis dalam Islam. Oleh karena moderatisme merupakan kata yang relatif dan dipahami secara subyektif oleh banyak orang, maka ia selalu mengundang kontroversi dan bias-bias subyektif. Ia juga tidak pernah netral dari berbagai macam kepentingan politikekonomi. Sebagai akibatnya, kepelikan semantik semacam inilah yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk sampai pada tahap konklusif tentang apa dan siapa Islam moderat itu7 Konsep Wasathiyah sepertinya menjadi garis pemisah dua hal yang berseberangan. Penengah ini diklaim tidak membenarkan adanya pemikiran radikal dalam agama, serta sebaliknya tidak membenarkan juga upaya mengabaikan kandungan al-Qur’an sebagai dasar hukum utama. Oleh karena itu, Wasathiyah ini lebih cenderung toleran serta tidak juga renggang dalam memaknai ajaran Islam. Menurut Syaikh Yusuf Al-Qardhawi, Wasathiyah (pemahaman moderat) adalah salah satu karakteristik islam yang tidak dimiliki oleh Ideologi-ideologi lain. ً ُ ُ َْ َ ََ ً Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an: َوك َٰذ ِلك َج َعلناك ْم أ َّمة َو َسطاArtinya : Dan 7 Masdar Hilmy, 2012, Quo-Vadis Islam Moderat Indonesia, dalam Jurnal Miqot, Vol. XXXVI, No. 2 Juli-Desember 2012. Hlm. 263-264 5 8 demikianlah aku jadikan kalian sebagai Umat yang pertengahan.(QS. Al Baqarah: 143). Beliau termasuk deretan ulama yang menyeru kepada dakwah Islam yang moderat dan menentang segala bentuk pemikiran yang liberal dan radikal. Liberal dalam arti memahami islam dengan standar hawa nafsu dan murni logika yang cenderung mencari pembenaran yang tidak ilmiah. Radikal dalam arti memaknai Islam dalam tataran tekstual yang menghilangkan fleksibilitas ajarannya. Sehingga terkesan kaku dan tidak mampu membaca realitas hidup8. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an: َ ُّ َ َ َ ُّ َ ْ َ َ َُْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ َ ِّ ْ َ ُ ْ َ َ ُّ َ اب َل تغلوا ِ يف ِدي ِنك ْم غ ْْ َي ال َحق َوَل تت ِب ُعوا أه َو َاء ق ْو ٍم قد ضلوا ِمن ق ْب ُل َوأضلوا ك ِث ْ ًيا َوضلوا َن َس َو ِاء ِ قل يا أهل ال ِكت َّ ﴾٧٧﴿ يل ِ الس ِب “Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orangorang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus” (Q.S AlMaidah[5]: 77) Di dalam istilah ini, tercermin karakter dasar Islam yang terpenting yang membedakan manhaj Islam dari metodologi-metodologi yang ada pada pahampaham, aliran-aliran, serta falsafah lain. Sikap Wasathiyah Islam adalah satu sikap penolakan terhadap ekstremitas dalam bentuk kezaliman dan kebathilan. Ia tidak lain merupakan cerminan dari fithrah asli manusia yang suci yang belum tercemar pengaruh-pengaruh negatif 9. Substansi ajaran Islam mengedepankan dakwah secara damai, ramah dan toleran. Karena pada dasarnya manusia diarahkan untuk berada di garis lurus tanpa pernah berlaku yang keras baik terhadap sesama muslim maupun non muslim. Gambaran moderat juga terdapat pada diri Rasulullah Saw yang tidak pernah mengusik penganut ajaran lain, berbuat dhalim maupun sikap yang lainnya. Bahkan lebih dari itu, beliau selalu mengajak para sahabat untuk selalu bersikap lemah lembut dan hidup rukun serta menjauhi bersikap kasar kepada orang lain. G. Ciri Sikap Islam Moderat Saat ini dunia Islam disuguhi dengan berbagai macam realitas keislaman: ada kelompok Islam yang diidentifikasikan dengan ekstremis-teroris, ada yang fundamentalis, ada yang moderat (wasath), dan ada pula yang liberal. Sebetulnya, 8 Fathurrahman, 2011, Mengenal Konsep Islam Moderat. Diakses tanggal 12 Februari 2016 pada http://fathurrahman-sudan.blogspot.co.id 9 Ibid 9 berbeda dalam berislam sudah ada sejak zaman dulu –bahkan pada zaman khulafaur rasyidin dimana ada kelompok khawarij misalnya. Lalu, model keislaman seperti apa yang sesuai dengan Al-Qur’an? Dan sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad saw? Jika merujuk Al-Qur’an Surat AlBaqarah ayat 143 adil (wasath), maka dimana sudah umat semestinya Islam model dijadikan Islam sebagai yang umat adil, yang tengahan, moderat, wasath lah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Berikut ini enam ciri sikap Islam moderat. 1. Memahami realitas. Dikemukakan bahwa Islam itu relevan untuk setiap zaman dan waktu (shalih li kulli zaman wa makan). Disebutkan juga bahwa ajaran Islam itu ada yang tetap dan tidak bisa dirubah –seperti shalat lima waktu, dan ada juga yang bisa dirubah karena waktu dan tempat –seperti zakat fitrah dengan beras, gandum, atau sagu tergantung yang menjadi makanan pokok pada masyarakat itu. Umat Islam yang bersikap moderat (wasath) adalah mereka yang mampu membaca dan memahami realitas yang ada. Tidak gegabah atau ceroboh. Mempertimbangkan segala sesuatu, termasuk kebaikan dan keburukannya. Terkait hal ini kita bisa belajar banyak dari Nabi Muhammad saw. Beliau adalah orang pandai dalam membaca realitas. Salah satu contohnya adalah Nabi Muhammad saw. tidak menghancurkan patungpatung yang ada di sekitar Ka’bah selama beliau berdakwah di sana. Beliau sadar tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya pada waktu itu. Namun pada saat Fathu Makkah, semua patung dan kemusyrikan di kota Makkah dihancurkan semua. 2. Memahami Fiqhi Umat Islam yang bersikap moderat sudah semestinya mampu memahami mana-mana saja ajaran Islam yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Mana yang fardlu ‘ain (kewajiban individual) dan mana yang fardlu kifayah (kewajiban komunal). Di samping memahami mana yang dasar atau pokok (ushul) dan mana yang cabang (furu). 3. Memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama 10 Ada istilah bahwa agama itu mudah, tapi jangan dipermudah. Pada saat mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari ke Yaman untuk berdakwah, Nabi Muhammad saw. berpesan agar keduanya memberikan kemudahan dan tidak mempersulit masyarakat setempat. 4. Memahami teks keagamaan secara komprehensif Perlu dipahami bahwa satu teks dengan yang lainnya itu saling terkait, terutama teks-teks tentang jihad misalnya. Ini yang biasanya dipahami separuh-separuh, tidak utuh, sehingga jihad hanya diartikan perang saja. Padahal makna jihad sangat beragam sesuai dengan konteksnya. 5. Bersikap toleran Umat Islam yang bersikap moderat adalah mereka yang bersikap toleran, menghargai pendapat lain yang berbeda –selama pendapat tersebut tidak sampai pada jalur penyimpangan. Karena sesungguhnya perbedaan itu adalah sesuatu yang niscaya. Intinya sikap toleran adalah sikap yang terbuka dan tidak menafikan yang lainnya. Para sahabat sangat baik sekali mempraktikkan sikap toleran. Misalnya Abu Bakar melaksanakan shalat Tahajjud setelah bangun tidur, sementara Umar bin Khattab tidak tidur dulu saat menjalankan salat Tahajjud. Para ulama terdahulu juga sangat toleran sekali. Imam Syafi’i misalnya. Bahkan, dia sampai berkata: “Kalau pendapatku benar tapi mungkin juga salah. Pendapat orang lain salah tapi mungkin juga benar.” 6. Memahami sunnatullah dalam penciptaan. Allah menciptakan segal sesuatu melalui proses, meski dalam AlQur’an disebutkan kalau Allah mau maka tinggal “kun fayakun.” Namun dalam beberapa hal seperti penciptaan langit dan bumi –yang diciptakan dalam waktu enam masa. Pun dalam penciptaan manusia, hewan, dan tumbuhan. Semua ada tahapannya. BAB III PENUTUP 11 A. Kesimpulan Menyadari sebuah peradaban adalah perkmbangan zaman dan merupakan proses sebuah perjalanan dan harus disadari pula bahwa islam tidak berada lagi pada zaman yang terdahulu. Maka islam mampu mengikuti dan menyeimbangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga akan tercipta kehidupan yang harmonis yang mampu menciptkan perdamaian dunia. Dan yang terpenting yang diingikan oleh seluruh umat manusia baik didunia maupun diakhirat kelak. B. Saran Sebaiknya perlu menambahkan penjelasan yang lebih detail mengenai materi metodologi pemahaman dan penafsiran islam moderat agar tidak menimbulkan pertanyaan yang tidak bisa di dapatkan dalam materi . Karena dalam berdiskusi harus memecahkan suatu masalah, dan apabila pertanyaan tidak bisa dijawab maka, tujuan dari diskusi tidak dapat berjalan dengan lancar. 12 DAFTAR PUSTAKA http://renunganislami.net/memahami-pemikiran-islam-moderat/ https://www.nu.or.id/post/read/93128/enam-ciri-sikap-moderat-dalam-berislam file:///C:/Users/ASUS/Downloads/4338-11112-2-PB.pdf http://www.iain-surakarta.ac.id/?p=2031 http://repository.uin-malang.ac.id/3662/7/3662.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/02/15-pengertian-metode-dan-metodologi-menurutpara-ahli.html http://digilib.unila.ac.id/3907/15/BAB%20II.pdf https://dosenpsikologi.com/pendekatan-holistik-dalam-psikologi https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/06/pendekatan-tematik.html 13