Uploaded by User39982

113965247-premedikasi-anestesi

advertisement
ANESTESI
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Anestesiologi
adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemeberian
anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya,
bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemeberian terapi inhalasi, dan
penanggulangannya
nyeri
menahun.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum. Pada anestesi
lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum
hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
ANESTESI
UMUM
Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel). Komponen trias anestesi ideal
terdiri dari hipnotik, analgesi dan relaksasi otot. Cara pemberian anestesi umum:
1.
Parenteral
(intramuskular/intravena)
Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan tiopental,
namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin,dizepam dll. Untuk tindakan yang lama
anestesi
parenteral
dikombinasikan
dengan
cara
lain.
2.
Perektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.
3.
Anestesi
Inhalasi
Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap sebagai zat
anestesi melalui udara pernapasan.
ANESTESI
LOKAL
anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/ sakit secara lokal tanpa disertai
hilangnya
kesadaran.
Pemberian
anestesi
lokal
dapat
dengan
teknik:
1. Anestesi permukaan, yaitu mengoleskan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput
mukosa
seperti
mata,
hidung
atau
faring.
2. Anestesi Inhalasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar
tempat lesi, luka atau insisi. Cara inflitrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan
obat
suntikan
intradermal
atau
subkutan.
3. Anestesi Blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung kesaraf utama atau pleksus
saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misalnya saraf oksipital dan pleksus
brakialis, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal,
analgetik lokal disuntikan langsung kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis dan
bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat
anestesi lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zal analgetik lokal disuntikan
melalui
hiatus
sakralis.
4. Analgesi Regional, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstrimitas
dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan turniket
pneumatik.
OBAT ANESTESI
OBAT
PREMEDIKASI
Pemberian
obat
premedikasi
bertujuan:
1.
Manimbulkan
rasa
nyaman
pada
pasien
2.
Memperlancar
induksi,
rumatan,
dan
sadar
dari
anestesi.
3. Mengurangi timbulnyahipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah pascaanestesi.
4.
Mnegurangi
jumlah
obat-obatan
anestesi.
5.
Mengurangi
stress
fisiologis
(takikardia,
napas
cepat
dll.
6. Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi sebagai berikut:
Anelgetik
Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan
dan ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian
trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah
terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter. Kadangkadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan depresi napas.
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg intravena diberikan untuk menekan tekanan darah dan
pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB intravena.
Barbiturat
Pentobarbital dan Sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200
mg, pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya adalah
masa pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
Yang mudah didapat adalah fenobarbital dengan efen depresan ayng lemah terhadap
pernapasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
Antikoligernik
Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90
menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Obat
Penenang
(transquillizier)
Diazepam. Diazepam merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis rendah, bersifat
sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 ms intramuskular atau
5-10 mg oral dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg
intravena.
Midazolam. Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek daripada diazepam.
Midazolam lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.
OBAT
PELUMPUH
OTOT
Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan
pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya, obat ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu
obat penghamb at secara depolarisasi resisten dan obat penghambat kompetitif atau
nondepolarisasi. Pada anestesi umum obat ini memudahkan dan mengurangi cidera tindakan
laringoskopi dan intubadi trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam
pembedahan
dan
ventilasi
kendali.
Perbedaan obat pelumpuh otot depolarisasi dan nondepolarisasi.
Depolarisasi : ada fasikulasi otot, berpotensi dengan antikolinesterase, tidak menunjukkan
kelumpuhan yang beertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik, belum dapat diatasi
dengan obat spesifik, kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot
nondepolarisasi
dan
asidosis.
Nondepolarisasi : tidak ada fasikulasi otot, berpotensi dengan (hipokalemia, hipotermia, obat
anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran, isofluran), menunjukkan kelumpuhan yang bertahap
pada perangsangan tunggal atau tetanik, dapat diantagonis oleh antikolin esterase.
Obat
Pelumpuh
Otot
Nondepolarisasi
Pavulon
Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada menit keduaketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang
sehingga dosis rumatan harus dikurangi dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal untuk
relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal.
Dosis Intubasi trakea 0,15 mg/kgBB intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.
FARMAKOLOGI BEBERAPA OBAT ANESTESI
OBAT PREMEDIKASI
A.
Diazepam
KEMASAN = Tab.2 mg, 5 mg, 10 mg Inj. 5 mg/ml
DOSIS = iv/im/po 0,1 – 0,2 mg/kg BB (2 – 10 mg)
FARMAKOKINETIK = i.v onset : 1 – 5 menit peak : 30 menit duration : 15 – 60 menit.
i.m onset : 15 – 30 menit peak : 30 – 45 menit duration : 3 jam
oral onset : 30 – 60 menit peak : 1 – 2 jam duration : 3 jam
REAKSI OBAT = Bradikardi, hipotensi, depresi nafas ringan, ngantuk, ataksia, amnesia
retrograde
B. Sulfas Atropin
KEMASAN = Inj. 0,25 mg/ml
DOSIS = Premedikasi Dewasa : 0,4 – 1 mg Anak-anak : 10-20 mcq (minimum 01 mg)
FARMAKOLOGI = onset : 5 – 40 detik (im) 45 – 60 detik (iv) peak : 2 menit duration :
blokade vagal 1-2 jam antisialogog 4 jam
REAKSI OBAT = Depresi napas, takhikardi (dosis tinggi), bradikardia (dosis rendah),
palpitasi, midriasis, peningkatan tekanan intraokuler, urtikaria, reaksi alergi
Phenergan
Inj.
25
Tab.
Premedikasi
12,5 – 50 mg
12,5
mg/ml,
mg,
25
50
mg,
50
mg/ml
mg
onset
peak
duration
:
–
15
:
30
<
:
2
–
2
8
menit
jam
jam
Hipotensi, bradikardia, takikardi, bronkospasme, hidung tersumbat, mual muntah, tremor
Petidin
Inj. 5 mg/ml
Dosis
1 – 2 mg/kg BB
i.v
onset
peak
duration
i.m
onset
peak
duration
:
:
<
–
5
:
:
:
–
–
4
menit
menit
jam
5
50
–
2
4
menit
menit
jam
20
–
2
1
30
:
1
Hipotensi, depresi napas, laringospasme, euforia, disforia, konstipasi, urtikaria, kejang
Morfin
Inj. 1 mg/ml
Dosis
0,1 mg/kg BB
i.v
onset
:
peak
:
duration
:
i.m
onset
:
peak
:
duration : 2 – 7 jam
<
1
–
5
1
30
20
–
2
–
–
7
5
60
menit
menit
jam
menit
menit
Hipotensi, bradikardia, aritmia, bronkospasme, laringospasme, mual muntah, miosis
Dormicum
midazolam
Inj.
5 mg/ml
Sedasi
<
60
>
60
Premedikasi
0,07 – 0,08 mg/kg BB
/
1
th
th
mg/ml
:
:
1-2,5
1,5
dan
mg/kg
mg/kg
(iv)
BB
BB
(im)
i.v
onset
:
30
detik
1
menit
peak
:
3
–
5
menit
duration
:
15
–
80
menit
i.m
onset
:
15
menit
peak
:
15
30
menit
duration
:
15
–
80
menit
Takikardia, efek vasovagal, hipotensi, hipoventilasi, apnea, bronkospasme, laringospasme
premediaksi
PREMEDIKASI
Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk memberikan sedasi psikis,
mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-faktor lain yang
berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari pemberian
premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari pernapasan dan
sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan
nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.
Reaksi fisiologis terhadap nyeri dan rasa takut terdiri atas bagian yaitu reaksi somatic
(voluntary) dan reaksi simpatetik (involuntary). Efek somatic ini timbul didalam kecerdasan
dan menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari kejadian tersebut.
Kebanyakan pasien akan melakukan modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut
dan menerima keadaan yaitu dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa
takut atau nyeri tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan
syaraf simpatis untuk menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini
disebabkan oleh stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena
naiknya katekolamin dalam sirkulasi. Impuls adrenergic dari rasa takut timbul dikorteks
cerebri dan dapat ditekan dengan tiduratau dengan sedativa yang mencegah kemempuan
untuk menjadi takut. Reaksi kardiovaskular secara neurologis berbeda dengan rasa takut,
karena arcus reflek yang tersangkut seluruhnya ada dibatang otak dibawah sensorus thalamus.
Ini berarti pendekatan klinis untuk menghilangkan kedua hal tersebut harus berbeda. Tanda
akhir dari reaksi adrenergic terhadap rasa takut ialah meningkatnya detik jantung dan tekanan
darah. Maka umumnya tujuan pemberian obat premedikasi adalah menghilangkan
kecemasan, mendapat sedasi, mendapat analgesi, mendapat amnesi, dan mendapat efek
antisialogoque. Disamping itu pada keadaan tertentu juga menaikkan pH cairan lambung,
mengurangi volume cairan lambung, dan mencegah terjadinya reaksi alergi.
Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis pasien yang ditetapkan
setelah dilakukan kunjngan pra bedah. Dengan demikian maka pemilihan obat premedikasi
yang akan digunakan harus selalu dengan memperhitungkan umur pasien, berat badan, status
fisik, derajat kecemasan, riwayat hospitalisasi sebelumnya (terutama pada anak), riwayat
reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya (bila pasien pernah diberi anestesi
sebelumnya), riwayat penggunaan obat-obat tertentu yang kemungkinan dapat berpengaruh
pada jalannya anestesi (missal MAO inhibitor, kortikosteroid, antibiotic tertentu), perkiraan
lamanya operasi, macamnya operasi (missal terencana, darurat, pasien rawat inap atau rawat
jalan) dan rencana obat anestesi yang akan digunakan.
Sesuai dengan tujuannya, maka obat-obat yang dapat digunakansebagia obat premedikasi
dapat digolongkan seperti dibawah ini. (beberapa contoh yang ada di Indonesia)
Golongan Obat
Barbiturate
Contoh
Luminal
Narkotik
Benzodiazepine
Butyrophenon
Antihistamin
Antasida
Anticholinergik
H2 receptor antagonis
Petidin
Morfin
Diazepam
Midazolam
Dehydrobenperidol
Prometazine
Gelusil
Atropine
Cimetidin
Karena khasiat obat premedikasi ynag berlainan tersebut, dalam praktek sehari-hari dipakai
kombinasi beberapa obat untuk mendapat hasil yang diinginkan, misalnya :
Kombinasi narkotik, benzodiazepine, dan anticholinergik
Kombinasi narkotik, butyrophenon dan anticholinergik
Kombinasi narkotik, antihistamin dan anticholinergik
Pada keadaan tertentu perlu diberikan antasida.
Barbiturate
Kebanyakan pasien yang telah direncanakan untuk menjalani operasi akan lebih baik bila
diberikan hipnotik malam sebelum hari operasi, karena rasa cemas, hospitalisasi atau keadaan
sekitar yang tidak biasa dapat menyebabkan insomnia. Untuk itu dapat digunakan golongan
barbiturate per oral sebelum waktu tidur. Selain itu barbiturate juga digunakan obat
premedikasi. Keuntungan penggunaan obat ini ialah dpat menimbulkan sedasi, efekterhadap
depresi respirasi minimal (ini dibuktikan dengan tidak berubahnya respon ventilasi terhadap
CO2), depresi sirkulasi minimal dan tidak menimbulakn efek mual dan muntah. Obat ini
efektif bila diberikan peroral. Premedikasi per oral belum dapat dibudayakan di Indonesia
(terutama bagi golongan menengah / bawah), karena masih ditakutkan bila disamping minum
obat, pasien tidak dapat menahan diri untuk tidak minum lebih banyak.
Kerugian penggunaan barbiturate termasuk tidak adanya efek analgesia, terjadinya
disorientasi terutama pada pasien yang kesakitan, serta tidak ada antagonisnya. Barbiturate
merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan akut intermitten porphyria.
Narkotik
Morfin dan pethidin merupakan narkotik yang paling sering digunakan untuk premedikasi.
Keuntungan penggunaan obat ini ialahmemudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat
anestesi, menghasilkan analgesi pra dan pasca bedah, memudahkan melakukan pemberian
pernapasan buatan, dapat diantagonisisr dengan naloxon.
Narkotik ini dapat menyeabkan vasodilatasi perifer, sehingga dapat menyebaabkan
hipotensi ortostatik. Hal ini akan lebih berat lagi bila digunakan pada pasien dengan
hipovolemia. Berlawanan dengan barbiturate, narkotik ini dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan di medulla yang dapat ditunjukkan dengan turunnya respon terhadap CO2. Mual
dan muntah menunjukkan adanya stimulasi narkotik pada pusat muntah di medulla. Bila
pasien dalam posisi tidur akan mengurangi efek tersebut.
Morfin diberikan dengan dosis 0,1 – 0,2 mg/kbBB, sedang petidin dengan dosis 1 – 2
mg/kgBB. Pada orang tua dan anak-anak diberikan dosis lebih kecil.
Benzodiazepine
Golongan ini sangat spesifik untuk menghilangkan rasa cemas. Diazepam bekerja pada
reseptor otak yang spesifik, mengahisilkan efek anti anxiety yang selektif pada dosis yang
tidak menimbulkan sedasi yang berlebihan, depresi napas, mual dan muntah. Kerugian
penggunaan diazepam untuk premedikasi ini ialah kadang-kadang pada orang tertentu dapat
menyebabkan sedasi yang berkepanjangan. Selain itu juga rasa sakit pada penyuntikan im.
Serta absorbs sistemik yang jelek setelah pemberian im.
Benzodiazepine yang larut dalam airdan cepat diabsorbsi setelah pemberian intramuscular,
yaitu midazolam. Keuntungan obat ini tidak menimbulkan rasa nyeri pada penyuntikan baik
im atau iv.
Diazepam dapat diberikan pada orang dewasa dengan dosis 10mg, sedang pada anak kecil
0.2 – 0.5 mg/kgBB. Midazolam dapat diberikan dengan dosis 0,1 mg/kgBB. Penggunaan
midazolam ini harus dengan pengawasan ketat, karena kemungkinan terjadi depresi respirasi.
Butyrophenon
Dari golongan ini droperidol dengan dosis ,5 5 mg i.m digunakan sebagai obat premedikasi
dengan kombinasi narkotik. Keuntungan sangat besar dari penggunaan obat ini ialah efek anti
emetic yang sangat kuat, dan bekerja secara sentral pada pusat muntah di medulla. Obat ini
ideal untuk digunakan pada pasien – pasien dengan resiko tinggi, missal pada operasi mata,
pasien dengan riwayat sering muntah dan obesitas. Dapat juga diberikan secara intravena
dengan dosis 1 – 1,5 mg.
Kadang-kadang pada psien tertentu droperidol ini dapat menimbulkan dysphoria (pasien
merasa takut mati). Droperidol juga mempunyai efek blockade terhadap dopaminergik
reseptor sehingga dapat menimbulkan gejala extrapiramidal pada psien yang normal. Selain
itu juga mempunyai efek alpha adrenergic antagonis yang ringan, sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah perifer. Efek ini dapat digunakan pada pasien hipertermi
sebelum diberikan kompres basah seluruh tubuh. Namun perlu di ingat akan terjadinya
relative hipovolemia. Pada pasien dengan riwayat alergi / rhinitis vasomotorika sebaiknya
penggunaan obat ini dihindari.
Antihistamin
Dari golongan ini yang sering digunakan sebagai obat premedikasi ialah promethazin
(phenergen) dengan dosis 12,5 – 25 mg i.m pada orang dewasa. Digunakan pada pasien
dengan riwayat asma bronkiale.
Antikholinergik
Atropine mempunyai efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari asetylcholin.
Atropine ini dapat menembus barier lemek misalnya blood brain barrier, plasenta barrier dan
tractus gastrointestinal.
Reaksi tersering dari pemakaian obat ini ialah menghasilkan efek anti sialogoque,
mengurangi sekresi ion asam lambung, menghambat reflek bradikardia dan efek sedative dan
amnestik (terutama scopolamine). Efek lain yang merugikan adalah nadi yang meningkat,
midriasis, cyclopegia, kenaikan suhu, mengeringnya secret jalan napas dan pada CNS toxicity
terjadi gelisah dan agitasi.
Antasida
Pemberian antasida 15 – 30 menit prainduksi hamper 100% efektif untuk menaikkan pH
asam lambung diatas 2,5. Seperti diketahui, aspirasi cairan asam lambung dengan pH yang
rendah dapat menimbulkan apa yang dinamakan acid aspiration syndrome atau disebut juga
Mendelson syndrome. Yang dianjurkan ialah preparat yang mengandung Mg – trisiklat.
Histamine H-reseptor antagonis
Obat ini akan melawan kemepuan histamine dalam meningkatkan sekresi cairan lambung
yang mengandung ion H tinggi. Dari kepustakaan disebutkan bahwa pemberian cimetidine
oral 300 mg, 1 – 1,5 jam pra induksi dapat menaikkan pH cairan lambung diatas ,5 sebanyak
lebih dari 80% pasien. Dapat pula diberikan secara intravena dengan dosis yang sama 2 jam
sebelum induksi dimulai.
Rangkuman
Kunjungan pra anestesi dan pembedahan merupakan rangkaian untuk menetukan pem apa
yang akan diberikan. Tanpa melihat pasien akan menyebabkan kesalahan dosis obat
premedikasi yang dapat merugikan pasien. Perhatian khusus pada bayi dibawah 2 tahun dan
orang tua diatas 60 tahun.
Daftar pustaka.
1.
Muhiman M,Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editor. Anestestiologi, Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989.
2.
Ganiswara SG, Setiabudy R, Suiyatna FD, Purwantyastuti, editor. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 1995.
3.
Morgan GE, Mikhail MS, Clinical anesthesiology. Stamford: Appleton & Lange, 1996.
4.
Ayem E, Bewes PC, Bion JF, et al. Primary anesthesia. Oxford: Oxford University
Preas, 1986.
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, memberikan
ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi)
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi
3. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntahpascaanestesi
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, napas cepat, dll)
6. Mengurangi keasaman lambung
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi sebagai berikut:
Analgetik
narkotik
Morfin. Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular diberikan
untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu
pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam.
Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris
dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan depresi napas.
Petidin. Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg ( 1-1,5 mg/kgBB) intravena diberikan untuk
menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis induksi 12
mg/kgBB intravena.
Barbiturat
Pentobarbital dan sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya
adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan. Yang mudah didapat adalah fenobarbital dengan efek depresan yang lemah
terhadap pernapasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
Antikolinergik
Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90
menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Obat penenang (transquillizer)
Diazepam. Diazepam (Valium®) merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis
rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 mg
intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis
sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-l
mg/kgBB intravena.
Midazolam. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai awal dan lama kerja
lebih pendek. Belakangan ini midazolam lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis
50% dari dosis diazepam.
Download