TINJAUAN WARNA TERHADAP PENGUNJUNG DI LOBI BANDARA SOEKARNO HATTA TANGGERANG Faris Abdurrachman Afza Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Nasional, Jl.PHH. Mustapa, Bandung. [email protected] ABSTRAK. Warna didefinisikan sebagai pantulan tertentu dari cahaya dimana pantulan tersebut bisa memberikan suatu arti psikologis bagi yang melihatnya, menurut Ilmu Seni Rupa dan Desain. Bandara merupakan tempat dimana orang pertama kali singgah setelah menempuh perjalanan dengan menggunakan transportasi udara. Bandara juga seringkali menjadi tempat yang memunculkan persepsi dan peniliaian awal bagi orang – orang yang baru datang ke sebuah tempat yang pertama kali ia kunjungi. Persepsi dan penilaian awal ini sangatlah berpengaruh terhadap psikis kebanyakan orang, terutama dalam hal yang menimbulkan kenyamanan bagi orang tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan tersebut, salah satunya yaitu pengaruh warna itu sendiri, terutama disebuah tempat yang baru dikunjungi. Pengaplikasian warna yang baik pada elemen interior, baik itu lantai, dinding dan plafon khususnya di Soekarno Hatta, Tanggerang ini mungkin sudah diterapkan oleh perancarang interior dibandara tersebut, namun banyak pengunjung yang kurang bahkan tidak merasakan apa – apa ketika baru singgah ditempat tersebut. Hal tersebut yang mungkin membuat orang – orang tidak dapat merasakan sensasi atau kesan tersendiri terhadap sebuah tempat yang baru dikunjunginya, dan itu pun bisa saja berpengaruh terhadap persepsi bagi destinasi selanjutnya yang akan membuat tingkat kenyamanan berkurang. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan warna dalam elemen interior adalah faham mengenai fungsi – fungsi di tempat tersebut, jarak pandang, nilai estetika serta nilai psikologi yang terkandung didalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menginformasikan penggunaan warna serta bisa memaksimalkan penerapan warna di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten khususnya, umumnya diseluruh bandara yang ada di Indonesia ini. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan melalui metode survey baik secara langsung maupun melewati media sosial dan juga melalui pendekatan deskriptif. Diharapkan penelitian ini juga dapat menjadi suatu pengembangan dari penerapan warna dan bentuk pada elemen interior, agar terciptanya sebuah pengalaman, kesan serta persepsi menarik pada suatu tempat yang baru ia kunjungi khususnya dibandara itu sendiri. Kata kunci : warna, elemen, interior, bandara, psikologi. PENDAHULUAN Sudah bukan menjadi sesuatu yang aneh lagi di Indonesia, jika sebuah ruang interior tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh pengunjung interior itu sendiri. Terdapat beberapa faktor mengenai terjadinya permasalahan tersebut, salah satu didalamnya yaitu ketidaktepatannya penerapan warna pada elemen interior itu sendiri. Dewasa ini, penerapan warna ini seringkali digunakan hanya untuk dekorasi semata, namun jika kita menelaah lebih dalam lagi, sebuah desain sangatlah bisa menghasilkan niali lebih, bahkan bisa sampai melebihi nilai estetika yang terkandung didalamnya dan tentunya, bukan hanya untuk dekorasi semata. Nilai lebih itu sendiri adalah nilai psikologis, yang didalamnya terdapat pemahaman mengenai warna yang tentunya dapat diterapkan pada elemen interior dengan mengutamakan unsur perasaannya, yang bisa juga menjadi pemersatu antara ruang dan benda, bahkan nilai psikologi ini juga dapat membangkitkan kesan tersendiri bagi pengunjung interior, baik itu dengan kontak visual terhadap elemen interior itu sendiri ataupun langsung merasakannya dengan menggunakan indra peraba. Warna merupakan sebuah elemen yang mendominasi dan sangatlah relatif didalam kehidupan bahkan keseharian seseorang. Secara keilmuan psikologi yang di uraikan oleh J.Linschoten, warnawarna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna dapat mempengaruhi kelakuan seseorang dan juga memiliki peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Sedangkan literasi lainnya mengenai warna Sehingga dapat disimpulkan bahwa warna berperan sangat penting dalam penerapannya pada elemen interior untuk menghasilkan sebuah persepsi, pengalaman visual, keselarasan ataupun kenyamanan terhadap sebuah ruang interior itu sendiri. Sudah menjadi suatu keharusan tentunya bagi Desainer Interior untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai hal tersebut, agar semakin banyak juga ruang interior yang dapat menghasilkan kesan tersendiri bagi pengunjung interior baik dengan melihat ataupun merasakannya secara langsung, khususnya di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, umunya di ruang publik atau bahkan dimanapun seseorang berada. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survey baik secara langsung ataupun melewati media sosial dan juga melalui pendekatan deskriptif. Metode penelitian survey merupakan penelitian yang megumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi ( Faenkel dan Wallen, 1990 ). Sedangkan metode deskriptif menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa terhadap masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini, akan sebisa mungkin mengumpulkan informasi dari beberapa permasalahan yang sudah ada, dan juga akan memberi gambaran berupa teori mengenai permasalahan tersebut, sehingga nantinya akan mempermudah dalam melakukan suatu hal dengan kasus serupa yang dengan menggunakan landasan teori dari penelitian ini. 2. Sumber Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey langsung yang meneliti kondisi fisik pada penerapan warna di Bandara Husein Sastra Negara dan juga di bandara lain sebagai bahan pelengkapan dari pencarian data yang akan diamati lebih mendalam ataupun dengan mencari literatur seputar penggunaan warna dan bentuk baik itu yang bersumber dari buku, jurnal ilmiah yang sudah ada, maupun internet yang nantinya akan disusun dan dilampirkan pula melalui daftar pustaka. 3. Tempat Penelitian Area lobi Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten adalah bahan tempat untuk penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadikan Bandara ini dipilih sebagai tempat penelitian, salah satunya adalah karena bandara ini merupakan bandara Internasional, selain itu bandara ini juga merupakan bandara yang sering dikunjungi baik untuk transit untuk penerbangan nasional dan internasional. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini disusun berdasarkan hasil analogi mengenai pengangkatan permasalahan yang ada di Bandara Soekarno Hatta itu sendiri. Setelah melakukan observasi secara langsung, peneliti membuat pertanyaan mengenai permasalahan berdasarkan hasil yang telah ditinjau sebelumnya, Setelah data dari hasil pertanyaan dan observasi terkumpul, peneliti melakukan pengumpulan data kembali melalui berbagai literatur terutama melalui media online dan melakukan analisis kembali mengenai data yang telah terkumpul. Dan pada akhir penelitian ini, peneliti menyimpulkan hasil dari semua data yang telah dikumpulkan. KERANGKA BERFIKIR Sudah kita tahu sebelumnya, Bandara merupakan suatu fasilitas transportasi udara yang menjadi bandar atau tempat penampungan pesawat-pesawat baik yang sedang beroperasi atau tidak, maupun yang akan takeoff ataupun landing. Bandara pula merupakan sebuah tempat yang bisa menghasilkan persepsi awal untuk orang-orang yang baru berkunjung kesuatu tempat tertentu. Tingkat kenyamanan seseorang terhadap suatu tempat yang baru dikunjunginya bisa dilihat atau bisa dipengaruhi oleh, salah satunya persepsi awal tersebut. Warna adalah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi awal itu sendiri, yang akan menentukan tingkat kenyaman terhadap suatu tempat tersebut, bisa menjadi sangat nyaman atau bahkan bisa menjadi sangat tidak nyaman, sehingga dapat mempengaruhi mental dan jiwa orang yang baru datang itu sendiri. Berikut adalah sebuah kerangka berfikir yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai penerapan serta peranan warna khususnya di Bandara Soekarno Hatta, umumnya di bandara-bandara yang ada di Indonesia. Bandara Soekarno Hatta Tanggerang Pengunjung bandara Terciptanya Persepsi awal Pengaruh Persepsi awal Kenyamanan terhadap suatu tempat Jiwa dan mental pengunjung Aspek Interior yang mempengaruhi persepsi awal Warna Ergonomi Utilitas Estetika Psikologi Elemen Interior Unsur dalam ruang interior Bentuk Teksture Garis Gambar 1.1 Kerangka berfikir ( sumber : pribadi ) Dari gambar diatas, kita bisa simpulkan bahwa dalam hal terciptanya persepsi salah satunya bisa dipengaruhi oleh warna dalam penerapannya didalam elemen interior itu sendiri. Makadari itu penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan yang dilengkapi dengan serangkaian teori serta mengakomodir dengan hasil survey dan data yang telah didapatkan sebelumnya, guna meningkatkan pemahaman yang lebih luas mengenai penerapan warna tersebut. HASIL DAN DISKUSI Pengalaman terhadap ruang bisa terjadi dimana saja, hanya pengalaman ruang serta terciptanya persepsi positif terhadap ruangan itu sendiri tentunya tidak akan muncul jika tidak ada objek fokus atau lainnya didalam ruangan itu sendiri. Bandara adalah salah satu contoh tempat dimana pengalaman ruang yang menghasilkan persepsi pertama akan muncul, tapi bisa muncul secara menarik ataupun sebaliknya. Tapi hal yang perlu digaris bawahi adalah persepsi yang hadir baik dalam hal positif maupun negatif bersifat relatif dan sangat bergantung terhadap penilaian orang yang menghasilkan persepsi itu sendiri. Seperti pernyataan yang disampaikan Bruno Zevi (1974) menjelaskan bahwa interior adalah ruang yang tak dapat ditampilkan secara lengkap dalam bentuk apapun dan hanya dapat dipahami dan dirasakan melalui pengalaman langsung. Memahami ruang, mengetahui bagaimana melihatnya, merupakan pengalaman tersendiri bagi manusia. Bandara Husein Sastranegara bandung telah melalui banyak tahap renovasi, berbagai aspek didalamnya telah diperbaiki termasuk ruang interiornya itu sendiri, yang menurut peneliti kini telah berkembang dari sebelumnya, dampak dari hasil renovasi itu sendiri tentunya bisa dirasakan oleh pengunjung bandara itu sendiri. Perancangan interior yang berbeda dari sebelumnya pun menjadi daya tarik khusus bagi pengunjung dibandara tersebut, termasuk penerapan warna pada elemen-elemen interior disana. Sehingga sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui pemahaman mengenai interaksi manusia didalam ruangan, dan penerapan warna pada elemen interior diruangan tersebut. 1. INTERAKSI MANUSIA DENGAN RUANG INTERIOR Menurut jurnal yang sudah ditulis oleh Mayang Sari, Sriti pada Desember, 2005, yang berjudul Implementasi Pengalamanan Ruang Dalam Desain Interior, pada Sub Bab nya yaitu Interaksi Manusia Dengan Ruang, menyatakan bahwa Pada saat manusia memasuki sebuah bangunan akan merasakan adanya perlindungan. Persepsi ini timbul karena bangunan terdiri dari bidang-bidang lantai, dinding dan langit-langit ruang interior. Manusia berinteraksi dengan ruang, berdialog dengan lantai, dinding, langit-langit, bentuk, pola bukaan jendela, pintu dimana manusia mendapat pengalaman spasial. Bidangbidang miring dapat memberi perasaan terangkat atau tertekan. Akibat dimensi yang berbeda didapat kesan nilai ruang yang berbeda. Lantai, dinding dan langit-langit tidak sekedar menandai adanya ruang. Bentuk, konfigurasi dan pola bukaan jendela dan pintu juga mengisi ruang tersebut dengan kualitas spasial atau arsitektur tertentu. Terminologi-terminologi seperti Balai Agung, Lobby Hotel dan sebagainya, tidak hanya untuk menggambarkan besar atau kecilnya suatu ruang, tetapi juga mengkarakterisasi skala dan proporsinya, kualitas penerangannya, sifat permukaan bidang yang mengelilingi dan bagaimana relasi ruang tersebut dengan ruang-ruang lain didekatnya. Selain dimensi-dimensi fisik dan psikologis, ruang juga dapat mempunyai karakteristik yang dapat dirasakan, didengar, dicium baunya dan dirasakan temperaturnya yang mempengaruhi bagaimana kita merasa didalamnya. Dialog manusia dengan ruang selain melalui proses visual seperti permainan jarak jauh dan dekat, nilai-nilai warna, tekstur, bentuk, dapat juga melalui pendengaran, perabaan, penciuman. Seperti efek gema dapat memperkuat kesan dari volume ruang, bau lembab dapat mempertegas perasaan tertutup. Dengan demikian proses pembentukan persepsi sangat didukung oleh pengalaman manusia saat mereka sedang atau sudah berinteraksi dengan ruangan itu sendiri. Rungan interior itu sendiri memiliki berbagai elemen-elemen yang ada pada desain interior, seperti lantai, plafon, dan dinding. Disana juga akan terjadi beberapa pengalaman yanga akan timbul pada sudah berinteraksi dengan ruangan tersebut, bisa jadi kita merasakan hal yang menarik dan mendapatkan kesan yang luar biasa setelah merasakan dan berinteraksi diruang tersebut atau bahkan sebaliknya, kita merasakan berbagai pengalaman bahkan perasaan yang kurang menarik dan tidak berkesan sama sekali diruangan itu, dan sekali lagi semua pengalaman yang menghasilkan persepsi bersifat relatif bagi kita, tergantung bagaimana kita menanggapi ruangan interior itu sendiri. 2. WARNA Warna termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur–unsur visual yang lain (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 4). Lebih jelas lagi seperti yang dinyatakan, Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005: 9) yang mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut. Ditinjau dari beberapa kutipan diatas, warna memiliki berbagai macam arti, hanya ada satu kesamaan disana, yaitu warna sangat berhubungan dengan indera penglihatan, yang menurut penulis warna-warna yang dilihat dari indera penglihatan itu dapat menghasilkan pengalaman-pengalaman tersendiri bagi pengamatnya. Pemilihan warna pada elemen interior itu sendiri sangatlah berpengaruh terhadap pengalaman interior dan persepsi yang akan lahir nantinya, seperti yang dinyatakan Anastahsa O. Zein ( Hubungan Warna Dengan Tingkat Stress, 2013: 1) Pada dasarnya, pemilihan warna sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang sehingga mempengaruhi keseimbangan tubuh, emosi dan pikirannya. Dan pemilihan lebih lanjut Dalam teori colour harmony, pada manusia, mata bisa menangkap tujuh juta warna yang berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang memiliki dampak pada kesehatan dan perasaan. Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula, dengan menggunakan berbagai nuansa warna dapat membawa harmoni, stabilitas dan keseimbangan. Warna memiliki kekuatan luar biasa untuk menggerakkan secara emosional. Studi tentang warna dimulai dengan interaksi antara cahaya dan warna, tanpa cahaya tidak dapat mengamati warna, bentuk atau ruang. Tetapi apresiasi terhadap cahaya lebih penting dari pada secara fisik. Arnheim (1954) bahwa secara psikologi warna memberikan sesuatu yang fundamental dan sangat kuat pada pengalaman manusia. Sedangkan Hazel Rossotti (1985) dalam Colour: Why the World Isn’t Grey, menulis bahwa warna merupakan sebuah sensasi, yang dihasilkan otak dari cahaya yang masuk melalui mata, dan bahwa sensasi dari komposisi warna khusus biasanya timbul dari komposisi cahaya khusus yang diterima mata kita, selain faktor-faktor fisik dan psikologi juga ikut berperan. Faktor yang mengubah pengalaman tentang cahaya dan warna adalah tekstur. Rasa yang ditimbulkan penglihatan dalam sebuah ruang tidak secara langsung dirasakan, tetapi dengan melihat dapat dikatakan bagaimana rasa material-material dalam ruang bila disentuh, seperti diungkapkan oleh Kahn: “to see is only to touch more accurately”. Tidak hanya terang dan gelap, tapi kualitas kelembutan, kedinginan, ketenangan, penglihatan dan sentuhan merupakan satu kesatuan, secara visual maupun rabaan mendapat pengalaman. (Mayang Sari, Sriti, 2005, Implementasi Pengalaman Ruang Dalam Desain Interior ). Seperti yang dikatakan Sriti Mayang Sari diatas, bahwa warna memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menggerakan secara emosional, peneliti mendapat sedikit tambahan jawaban mengenai hal tersebut pada saat sedang berada dalam tahap observasi pencarian data dan peneliti bertanya langsung pada pengunjung di Bandara Husein Sastranegara Bandung, dan hasilnya memang benar, berbeda-beda tergantung bagaimana mereka merasakan pengalaman serta kesan pada ruangan itu sendiri, meskipun beberapa orang disana ada yang bahkan tidak merasakan kesan sama sekali, tapi peneliti membenarkan bahwa warna memiliki kekuatan yang bisa merubah kondisi emosional bagi pengunjung di ruangan interior itu sendiri. 2.1 PENGELOMPOKAN WARNA Jumlah warna yang dihasilkan dari cahaya tentunya tidak terhitung jumlahnya, kita sebagai manusia hanya mengenal beberapa warna saja sebenarnya, sedangkan jumlah aslinya mungkin tidak terhitung dan sungguh bermacam-macam, namun Pada tahun 1831, Brewster (Ali Nugraha, 2008: 35) mengemukakan teori tentang pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut: 2.1.1 Warna Primer Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari campuran dari warna–warna lain. Menurut teori warna pigmen dari Brewster, warna primer adalah warna–warna dasar (Ali Nugraha, 2008: 37). Warna–warna lain terbentuk dari kombinasi warna–warna primer. Menurut Prang, warna primer tersusun atas warna merah, kuning, dan hijau (Ali Nugraha, 2008: 37, Sulasmi Darma Prawira, 1989: 21). Akan tetapi, penelitian lebih lanjut menyatakan tiga warna primer yang masih dipakai sampai saat ini, yaitu merah seperti darah, biru seperti langit/laut, dan kuning seperti kuning telur. Ketiga warna tersebut dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam seni rupa. Menurut salah satu referensi sumber di (https://eprints.uny.ac.id/9885/2/BAB%202%20-%2008111247016.pdf) Secara teknis, warna merah, kuning, dan biru bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning, dan cyan. Oleh karena itu, apabila menyebut merah, kuning, biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta, sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan. Gambar 1.2 Warna-warna primer ( sumber : https://www.youtube.com/watch?v=CdWOcdg-pls + editing peneliti ) 2.1.2 Warna Sekunder Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer menghasilkan warna–warna sekunder. Warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning. Warna hijau adalah campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru. Referensi sumber (https://eprints.uny.ac.id/9885/2/BAB%202%20-%2008111247016.pdf). Gambar 1.3 Warna-warna sekunder ( sumber : https://id.pinterest.com/pin/352125264595800709/?lp=true ) 2.1.3 Warna Tersier Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan– tulisan teknis. sumber (https://eprints.uny.ac.id/9885/2/BAB%202%20-%2008111247016.pdf). Gambar 1.3 Warna-warna tersier ( sumber : http://cerev.info/addzthis-tersier-adalah.htm ) 2.1.3 Warna Netral Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna–warna kontras di alam. Dari pengelompokan warna yang dikemukakan oleh Brewster pada tahun 1981, ada juga beberapa teori lainnya mengenai rumus-rumus pencampuran warna yang juga mendukung dari teori yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Brewster, yaitu teori Munsel pada tahun 1989 yang mengemukakan bahwa : Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila warna dua warna primer masing– masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral. Rumus teori Munsell dapat digambarkan sebagai berikut: Warna primer Warna Sekunder Warna Tersier : Merah, Kuning, Biru : Merah + Kuning = Jingga Merah + Biru = Ungu Kuning + Biru = Hijau : Jingga + Merah = Jingga kemerahan Jingga + Kuning = Jingga kekuningan Ungu + Merah = Ungu kemerahan Ungu + Biru = Ungu kebiruan Hijau+ Kuning = Hijau kekuningan Hijau + Biru = Hijau kebiruan ( sumber : https://eprints.uny.ac.id/9885/2/BAB%202%20-%2008111247016.pdf ) 3. PENGGUNAAN WARNA DI LOBI BANDARA SOEKARNO HATTA DAN PENGARUH PSIKOLOGISNYA TERHADAP PENGUNJUNG INTERIOR Pada umunya, penggunaan warna pada diruang interior diterapkan pada elemen-elemen interior itu sendiri, baik itu pada lantai, dinding maupun plafon dari ruang interior tersebut. Berikut adalah penggunaan warna di lobi Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang disertai dengan objek pembanding yaitu Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Gambar 1.3 Area lobi Bandara Soekarno Hatta ( sumber : Dokumentasi pribadi ) Ditinjau dari hasil dokumentasi pribadi di area lobi Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten, elemen-elemen interior yang terdapat disana memiliki warna-warna yang monokrom dengan kata lain di bandar udara ini memiliki ataupun menerapkan warna-warna tersier pada penempatannya di elemen interior disana, atau jika dilihat lebih lanjut warna-warna yang ada pada lantai adalah campuran dari warna abu dan krim serta aksen yang terdapat pada lantai tersebut berwarna hitam. Penerapan warna pada dinding serta kolom menggunakan keramik / granit berwarna krim serta putih dan juga memiliki aksen yang sama yaitu berwarna hitam. Penarapan warna pada elemen interior lainnya, yaitu plafon dengan penggunaan warna putih di area struktur bangunan yang masih terekspos, dan juga penggunaan plafon bercorak hitam putih. Sehingga dilihat dari hasil tinjauan tersebut bisa disimpulkan warna-warna yang ada di area lobi bandara tersebut adalah warna putih, krim, abu-abu dan tak lupa aksen berwarna hitam. Secara keilmuan psikologi yang dikutip dari sumber-sumber yang ada di media sosial, arti warna tersebut adalah sebagai berikut : 3.1. Warna Putih “ Secara psikologis, putih bisa memberikan efek meredakan rasa nyeri, steril, menghadirkan aura kebebasan dan keterbukaan. Alasan ini salah satu yang mendasari kebanyakan rumah sakit dan pekerja rumah sakit menggunakan warna putih. Disisi lain, warna putih yang berlebihan dapat pula memberi efek rasa sakit kepala dan kelelahan mata, karena cahaya yang dipantulkan warna ini.’’ ( sumber : http://news.diwarta.com/2017/05/31/2763-7-makna-warna-menurut-para-psikolog.html ) Adapun pemahaman warna putih menurut sumber lainnya yaitu : “ Kontras dengan warna hitam, putih erat kaitannya dengan kesan bersih, suci, ringan, dan “terang". Adapun diyakini punya “kekuatan" untuk mengurangi rasa sakit, tidak heran jika warna putih sering kali dijumpai dalam dunia kesehatan. Seperti halnya di rumah sakit. Sementara warna putih dalam jumlah yang “sesuai" dapat memberi kesan keterbukaan dan kebebasan. Namun, penggunaan warna putih secara berlebihan bisa saja berdampak pada nyeri kepala dan mata lelah.’’ ( sumber : https://salamadian.com/arti-warna/ ) Dengan kata lain, dilihat dari beberapa sumber yang terlampir, warna putih identik dengan bersih dan steril dengan penerapannya pada elemen interior berarti dapat disimpulkan, penerapan berwarna putih ini bertujuan agar memberikan kesan bersih dan steril dan mungkin juga warna ini digunakan agar orang-orang yang baru sampai dibandara setelah berpergian dengan pesawat terbang, bisa mengurangi jetlag atau menurut sumber ( https://hellosehat.com/penyakit/jet-lag/ ) sebagai berikut Jet lag atau pengar udara adalah gangguan tidur yang dapat terjadi pada siapa saja, namun biasanya terjadi pada orang yang berpergian cepat melewati beberapa zona waktu yang berbeda. Semakin banyak zona waktu yang dilewati, semakin besar kemungkinan Anda mengalami jet lag. Jet lag bukanlah kondisi kronis, namun dapat sangat melelahkan. 3.2. Warna Hitam Dilansir dari sumber ( https://salamadian.com/arti-warna/ ) Warna hitam melambangkan sesuatu yang elegan, misterius, namun atraktif. Tidak heran jika warna yang populer dalam ranah fashion ini menjadi favorit banyak orang. Bagaimanapun, warna hitam merepresentasikan kekuatan, rasa percaya diri, dramatis, misterius, klasik. Bahkan dalam banyak kasus: melambangkan maskulinitas. Namun, penggunaan warna hitam yang terlalu dominan, bahkan secara tidak seimbang, dapat menciptakan kesan lain, seperti suram, gelap, bahkan menakutkan. Adapun pemakaian dalam intensitas besar bisa saja menimbulkan perasaan tertekan yang lekat dengan kondisi hampa, kerusakan, duka, hingga kematian. Karena warna hitam yang digunakan di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang adalah sebagai aksen saja, maka warna hitam tersbut dapat diartikan sebagai sesuatu yang elegan namun atraktif, seperti kutipan dari sumber diatas. 3.3. Warna Abu-Abu Warna kelabu atau orang pada umumnya menyebutnya dengan abu-abu adalah sebuah netral yang merupakan campuran dari warna-warna primer, sekunder, tersier menurut pemahaman tentang warna tersier sebelumnya. Adapun pengertian warna ini menurut sumber lainnya yaitu berarti serius, bisa diandilkan, stabil. Abu-abu ini juga merupakan sebuah warna netral yang permanen tuturnya. sumber : (https://nasional.kompas.com/read/2008/10/09/15551015/psikologi.dan.arti.warna) 3.4. Warna Krem Warna Cream (krim) adalah warna pastel kuning yang termasuk turunan dari kuning itu sendiri. warna crema dapat dihasilkan dengan menggabungkan warna kuning dan putih. Menurut Wikipedia.ord, Cream adalah warna dari krim yang dihasilkan oleh binatang pemakan rumput dengan tumbuhan yang kaya akan pigmen karotenoid, lalu kemudian diberikan cahaya untuk mendapatkan warna kekuningan. Dalam penerapannya di bidang Desain Interior, warna krim ini memberikan unsur kehangatan dalam rumah, bisa juga menggunakan warna cream ini sebagai warna dasarnya. selain itu kelembutan warna cream juga dapat menambah suasana lebih tenang dan nyaman. sumber:(https://www.grafis-media.website/2017/04/pengertian-warna-cream-dan-contohnya.html) KESIMPULAN Pada dasarnya warna adalah suatu unsur yang memiliki jumlah sangat banyak, demikian juga pada penerapannya di elemen interior. Ditinjau menurut beberapa sumber yang sudah dijelaskan diatas, teori warna yang sekarang banyak digunakan adalah teori warna dari Brewslter yang juga mengungkapkan tentang pengelompokan warna, antara lain adalah warna primer, tersier, sekunder, dan netral. Namun dari beberapa warna yang diterapkan tersebut, selain terdapat maksud tertentu dalam penerapannya, juga memiliki arti-arti tersendiri terutama bagi kondisi jiwa dan serta mental manusia, yang nantinya juga akan mempengaruhi terhadap kenyamanan manusia, atau disuatu tempat tertentu salah satunya. Warna-warna yang diterapkan dielemen-elemen interior sangatlah berapa, dengan maksud dan tujuan tertentu umumnya. Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang Banten adalah salah satu tempat yang menurut peneliti memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam penerapan warna pada elemen interiornya, meski di area lobi yang saat ini menjadi objek tinjauan sedang berada dalam tahap renovasi. Warna yang digunakan di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang ini banyak menggunakan warna netral yang merupakan campuran dari beberapa warna menurut pengelompokannya, atau mungkin sekarang banyak orang menyebutnya dengan warna monokrom atau warna tunggal. Warna yang ada pada lantai adalah campuran dari warna abu dan krim serta aksen yang terdapat pada lantai tersebut berwarna hitam. Penerapan warna pada dinding serta kolom menggunakan keramik / granit berwarna krim serta putih dan juga memiliki aksen yang sama yaitu berwarna hitam. Penarapan warna pada elemen interior lainnya, yaitu plafon dengan penggunaan warna putih di area struktur bangunan yang masih terekspos, dan juga penggunaan plafon bercorak hitam putih. Sehingga dilihat dari hasil tinjauan tersebut bisa disimpulkan warna-warna yang ada di area lobi bandara tersebut adalah warna putih, krim, abu-abu dan tak lupa aksen berwarna hitam. Secara keilmuan arti warna menurut psikologi yang sudah dijelaskan pula diatas, peneliti menyimpulkan bahwa Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang ini desainer interior yang berada disana berusaha menerapkan warna-warna yang memiliki unsur keleluasan serta nilia positif sebagai seseuatu yang identik dengan steril dan bersih dengan penerapan warna putihnya, selain itu di bandara ini juga berusaha untuk membuat atau menghasilkan kenyamanan lebih bagi para pengunjungnya dengan penggunaan warna krim nya, tak lupa juga dengan ingin menyertakan unsur elegan dan modern dengan penerapan aksen berwarna hitamnya serta warna abu-abu yang seringkali digunakan sebagai penstabilan dengan warna-warna yang sudah diterapkan pada elemen interior lainnya. DAFTAR PUSTAKA Sari Mayang, Sriti. 2005. Jurnal. IMPLEMENTASI PENGALAMAN RUANG DALAM DESAIN INTERIOR. Dosen Fakultas Seni dan Desain. Jurusan Desain Interior Universitas Kristen Petra Surabaya. https://media.neliti.com/media/publications/217887-implementasi-pengalaman-ruangdalamdesa.pdf diakses pada 19 Desember 2018 Zein, Anastasha. Tamara. Khaerunnisa. 2013. Jurnal. Hubungan Warna Dengan Tingkat Stres Pengunjung. Jurusan Desain Interior. Institut Teknologi Nasional Bandung diakses pada http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekajiva/article/download/178/148 19 Desember 2018 https://eprints.uny.ac.id/9885/2/BAB%202%20-%2008111247016.pdf diakses pada 19 Desember 2018 http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/materi_nirmana_2_warna.pdf diakses pada 20 Desember 2018 Arti Warna dan penerapannya didalam ruang interior http://auteurdelaction.blogspot.com/2014/07/arti-warna-penerapan-dalam-interior.html diakses pada 20 Desember 2018 http://kc.umn.ac.id/3414/2/BAB%20II.pdf diakses pada 20 Desember 2018 file:///C:/Users/asus/Downloads/178-252-1-PB.pdf diakses pada 20 Desember 2018 (https://www.grafis-media.website/2017/04/pengertian-warna-cream-dan-contohnya.html) pada 22 Desember 2018 diakses (https://nasional.kompas.com/read/2008/10/09/15551015/psikologi.dan.arti.warna) diakses pada 22 Desember 2018 http://news.diwarta.com/2017/05/31/2763-7-makna-warna-menurut-para-psikolog.html diakses pada 22 Desember 2018 https://salamadian.com/arti-warna/ diakses pada 23 Desember 2018 https://hellosehat.com/penyakit/jet-lag/ diakses pada 23 Desember 2018 https://salamadian.com/arti-warna/ diakses pada 23 Desember 2018