Uploaded by User38339

Varietas Kopi Dunia Terbaik 2020

advertisement
Dani, mahasiswa semester akhir Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh
Utara, memajang aneka kopi di kampusnya, Jumat (29/11/2019). Pria
asal Simpang Tiga,
Kecamatan Redelong, Kabupaten Bener Meriah itu memberanikan
membuka label sendiri usaha kopi miliknya. Namanya Seranting Kopi.
Sejak Oktober 2019 lalu, dia ingin mandiri dalam mencari uang.
Sebelumnya, sembari kuliah dia menjadi agen pemasaran sejumlah merk
kopi Gayo dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Kabupaten
Gayo Lues, Aceh. “Saya ingin memajukan kopi saya sendiri. Langsung
dari kebun orangtua saya,” kata Dani sambil tersenyum memamerkan
kopi yang dibungkus kemasan merah. Untuk langkah awal, dia pun
mendirikan Yolandfee,
sebagai merek awal. Belakangan, dia menyadari bahwa merek tersebut
kurang melekat di kalangan penikmat kopi. Untuk itu, dia pun mengganti
mereknya menjadi Seranting Kopi. Seranting, kata Dani, bermakna
setangkai, bisa juga memaksudkan secangkir kopi.
Di tengah banyaknya merek kopi asal dataran tinggi Aceh itu, pria yang
baru berusia 22 tahun ini mencoba keberuntungan. “Dengan modal kecilkecilan dulu. Saya pasarkan ke warung-warung kampus, dan sejumlah
minimarket di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe,”
kata Dani. Tak tanggung-tanggung, dia pun menyiapkan paket berat 100
gram per bungkus. Beragam varian kopi Tersedia empat jenis kopi seperti
spesial honey yang dijual Rp 25.000 dan arabika eksklusif Rp 23.000 per
bungkus. Ada juga specialty blend Rp 20.000 dan
kopi tradisional gayo Rp 15.000 per bungkus. Untuk memajukan petani
kopi, menurut Dani, harus dimulai dengan menguasai pasar kopi. Dia
belajar banyak sebagai penjual kopi selama empat tahun terakhir. Sejak
saat itu, kebun kopi milik orangtuanya seluas setengah hektar kini tak lagi
menjual ke pengepul.
“Saya bilang ke orangtua, kita jual kopi sendiri saja. Saya yang jual, ayah
dan ibu yang memilih jenis kopi yang akan dijual. Misalnya ke jenis honey
dan lain sebagainya. Jadi, ini langkah saya memajukan bisnis kopi
orangtua saya yang seumur hidupnya menjadi petani,” kata Dani. Dengan
brand milik sendiri,
Dani berupaya mengenalkan kopi gayo itu ke dunia. Selama ini,
menurutDani, kopi gayo dikenal di Eropa. Sayangnya, sebagian besar
menggunakan merek dagang milik pengusaha eropa. “Mereka beli dari
Gayo, tapi mereknya tetap milik mereka sendiri. Ini membuat seakanakan barang itu milik mereka, asalnya jarang disebut,” kata Dani.
Download