Uploaded by User37916

artikel ilmiah DIYANTORO 060710223.pdf - FKH Unair

advertisement
1
ARTIKEL ILMIAH
DETEKSI ANTIBODI VIRUS INFLUENZA PANDEMIK A/H1 2009
PADA SERUM BABI DI RUMAH POTONG HEWAN PEGIRIAN
KOTA SURABAYA
Oleh :
DIYANTORO
NIM. 060710223
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2011
2
DETECTION OF PANDEMIC INFLUENZA VIRUS A/H1 2009 ANTIBODY
IN PIG SERA AT PEGIRIAN SURABAYA SLAUGHTERHOUSE
1) Chairul
1)
Anwar Nidom, 2) Diyantoro, 3) Agus Sunarso, 4) Emy Koestanti S.
Departemen Kedokteran Dasar Veteriner, 2) Mahasiswa, 3) Departemen
Parasitologi Veteriner, 4) Departemen Bioproduk
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
ABSTRACT
The aim of this study was to detect the presence of Pandemic Influenza Virus
A/H1 2009 antibody in pig sera at Pegirian Surabaya Slaughterhouse. This study
represent of observational study. Sample used in this observational study were 120
sera of pig at Pegirian Slaughterhouse of Surabaya. 120 samples were taken from
Pegirian Surabaya Slaughterhouse from Juli 2010 until Desember 2010. The method
used in this study was : Haemagglutination Inhibition (HI) test using antigen
pandemik influenza virus H1N1-2009. Before tested with HI test, the serum was
treated with RDE and 0,75% of guinea pig RBC. An antibody titer of ≥ 1:20 dilution
was considered positive. The result study showed that from 120 serum samples
tested with HI test, all samples was negative from the infection of Pandemic
Influenza Virus A/H1 2009. Therefore, it is suggested to do further research dealing
with the sample from pig farms and using more specific testing method.
Keywords : HI test, Pandemic Influenza Virus A/H1 2009, Pig Sera.
Menyetujui untuk dipublikasikan
Mahasiswa:
(Diyantoro)
NIM. 060710223
Menyetujui
Dosen Terkait I:
Surabaya, 11 Maret 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing I:
Menyetujui
Dosen Pembimbing II:
(Agus Sunarso, drh., M.Sc.)
(Emy Koestanti S., drh., M.Kes.)
NIP. 196708061994031001 NIP. 197012101999032002
Menyetujui
Menyetujui
Dosen Terkait II:
Dosen Terkait III:
(Dr. C.A.Nidom, drh, M.S) (Nanik Sianita W, drh., S.U) (Adi Prijo R., drh., M.Si)
NIP. 195803081984031003 NIP. 195309181982032001 NIP. 195411231980021002
3
DETEKSI ANTIBODI VIRUS INFLUENZA PANDEMIK A/H1 2009 PADA SERUM
BABI DI RUMAH POTONG HEWAN PEGIRIAN KOTA SURABAYA
1) Chairul
1)
Anwar Nidom, 2) Diyantoro, 3) Agus Sunarso, 4) Emy Koestanti S.
Departemen Kedokteran Dasar Veteriner, 2) Mahasiswa, 3) Departemen
Parasitologi Veteriner, 4) Departemen Bioproduk
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Studi ini bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi virus influenza
pandemik A/H1 2009 pada serum babi di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya. studi ini menggambarkan tentang studi observasi. Sampel yang
digunakan dalam studi observasi ini sebanyak 120 sampel serum babi di Rumah
Potong Hewan Pegirian. 120 sampel diambil dari Rumah Potong Hewan Pegirian
Kota Surabaya selama bulan Juli 2010 hingga Desember 2010. Metode yang
digunakan adalah uji Hemagglutination Inhibition (HI) dengan menggunakan antigen
virus influenza pandemik H1N1-2009. Serum di treatment dengan menggunakan
RDE dan RBC marmut 0,75%sebelum di uji HI. Titer antibodi dianggap positif pada
pengenceran ≥ 1 : 20. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 120
sampel yang telah di uji serumnya dengan menggunakan uji HI, didapatkan hasil
negatif terhadap infeksi virus influenza pandemik A/H1 2009 di Rumah Potong
Hewan Pegirian Kota Surabaya. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan pengambilan sampel di peternakan babi dan juga menggunakan metode
pengujian yang lebih spesifik.
Pendahuluan
Wabah virus influenza pandemik H1N1-2009 pertama kali terjadi di Meksiko
pada April 2009 (CDC, 2009). Virus influenza pandemik H1N1-2009 telah
menginfeksi babi dan manusia, dan tersebar hampir ke seluruh dunia hingga Maret
2010 (WHO, 2010). Penyebaran virus influenza pandemik H1N1-2009 pada manusia
menimbulkan
kekhawatiran
dikalangan
masyarakat
setelah
World
Health
Organization (WHO) mengumumkan bahwa wabah virus influenza pandemik
H1N1-2009 berada dalam fase enam pandemik influenza, yaitu sudah terjadi
penularan antar manusia dan telah terjadi kasus yang sama di beberapa negara
(Sciencebiotech, 2009). Jumlah kasus kematian pada manusia yang terjadi di dunia
4
sebanyak lebih dari 17.700 kasus mulai bulan April 2009 hingga Maret 2010 (Harris,
2010).
Virus influenza pandemik H1N1-2009 dinyatakan masuk ke Indonesia pada
bulan Juni 2009, setelah dua orang pasien dinyatakan terinfeksi virus influenza
pandemik H1N1-2009. Kedua pasien tersebut di rawat di RSPI Sulianti Saroso dan
RS Sanglah Denpasar, Bali (Detikhealth, 2009). Kasus positif virus influenza
pandemik H1N1-2009 sudah merambah 18 propinsi. Propinsi tersebut adalah Bali,
Banten, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, dan
Lampung (Kompas, 2009).
Beberapa negara di dunia telah meningkatkan prosedur pemantauan dan
inspeksi terhadap babi yang ada di peternakan maupun di Rumah Potong Hewan.
Hal itu dilakukan setelah ditemukannya kasus pada babi yang telah terdeteksi
terjangkit virus influenza pandemik H1N1-2009 yang diekspor ke Singapura dari
Pulau Bulan, Indonesia. Singapore Agri-Food and Veterinary Authority (AVA)
mengatakan bahwa 12 babi telah dikonfirmasi memiliki virus influenza pandemic
H1N1-2009. Berdasarkan hasil penyidikan secara epidemiologi, serta konfirmasi
pemeriksaan laboratorium oleh Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)
Regional II Bukittinggi dan Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor serta konfirmasi
oleh laboratorium rujukan influenza internasional (OIE) Australian Animal Health
Laboratory (AAHL) terhadap sampel usapan hidung (nasal swab) ternak babi berasal
dari usaha peternakan babi PT. Indotirta Suaka yang berlokasi di Pulau Bulan Kota
5
Batam – Provinsi Kepulauan Riau ditemukan hasil positif mengandung virus
influenza pandemik H1N1-2009 (OIE, 2009).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperlukan adanya suatu penelitian
mengenai kemungkinan babi di Indonesia khususnya di Rumah Potong Hewan
Pegirian Kota Surabaya juga terjangkit virus influenza pandemik H1N1-2009.
Surabaya sebagai pusat pasar dan pusat konsumen, serta peredaran hewan
khususnya babi sangatlah tinggi. Jalur lalu lintas ternak babi ke Surabaya berasal
dari Tulungagung, Malang, Banyuwangi, dan beberapa kota di Jawa Timur (Dinkes
Sby, 2009).
Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus
influenza pandemik A/H1 2009 pada babi di wilayah dengan peredaran hewan babi
yang tinggi, dengan cara memeriksa serum darah dari babi untuk mengetahui
adanya infeksi yang diakibatkan oleh virus influenza pandemik A/H1 2009. Tabbu
(2000) menyebutkan bahwa pemeriksaan serologik dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya pembentukan antibodi terhadap virus influenza pandemik
A/H1 2009 dan pemeriksaan yang paling sering dipakai adalah uji hambatan
hemaglutinasi (Haemagglutination Inhibition, HI test) untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap hemaglutinin.
Metode Penelitian
Cara pengambilan sampel serum di ambil dari darah babi, setelah babi
pingsan karena disetrum, kemudian jagal memotong babi di daerah vertikal dari
6
arah dada ke jantung dan langsung mengeluarkan darah secepatnya. Disaat
bersamaan sampel darah ditampung di tabung vacutainer dan dimasukkan
langsung ke dalam ice box yang telah berisi ice pack, dan secepatnya dikirim ke
laboratorium.
Penanganan sampel darah babi yang diperoleh, disimpan pada suhu 4˚C
selama 24 jam agar serum dan sel-sel darah tersebut terpisah. Keesokan harinya
disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit, agar serum tersebut benarbenar terpisah dari sel-sel darah. Serum diambil dan dipisahkan pada eppendorf.
Selanjutnya serum ini diuji dengan uji hambatan hemaglutinasi (HI). Penyimpanan
sampel serum dilakukan pada lemari es bersuhu -20o C.
Uji hemaglutinasi (HA) digunakan untuk mengetahui titer awal antigen
yang akan digunakan dalam uji hambatan hemaglutinasi. Selain itu juga digunakan
untuk retitrasi antigen dengan tujuan memastikan titer antigen yang digunakan.
Bahan dan alat yang digunakan dalam uji ini adalah larutan PBS, antigen
yang diperiksa merupakan isolasi virus influenza pandemik H1N1-2009 isolat
manusia yang berasal dari Surabaya, suspensi eritrosit marmut 0,75%, microplate
“U”, micropipet 25 µl dan 50 µl.
Prosedur uji hemaglutinasi mikroteknik diawali dengan memasukkan PBS
sebanyak 50 µl tiap lubang microplate “U”, kecuali lubang pertama. Antigen
dimasukkan sebanyak 100 µl ke dalam lubang pertama, kemudian dibuat
pengenceran secara serial dengan mengambil 50 µl dari lubang pertama dan dituang
ke lubang kedua, selanjutnya dicampur sampai rata dan diambil sebanyak 50 µl dari
lubang kedua ke lubang ketiga, demikian seterusnya sampai lubang sebelas, sisa 50
7
µl dibuang dan semua lubang diisi dengan eritosit marmut 0,75% sebanyak 50 µl,
kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit sampai 60 menit. Langkah
terakhir dilakukan penentuan titer uji HA dari sampel yang diperiksa. Hasil uji HA
positif dinyatakan dengan terbentuknya aglutinasi pada lubang microplate “U”
(WHO, 2002; OIE, 2010).
Retitrasi adalah suatu metode untuk menguji ketepatan pengenceran antigen
yang akan digunakan dalam uji hambatan hemaglutinasi. Cara pengujian yang
dilakukan sama dengan metode hemaglutinasi.
Setelah mengetahui hasil titer hemaglutinasi antigen, kemudian diencerkan
sampai mencapai delapan HA unit, dengan rumus N1 . V1 = N2 . V2, dengan
keterangan N1 = titer antigen awal, V1 = volume antigen awal, N2 = titer antigen
delapan HA unit, dan V2 = volume antigen akhir.
Prosedur untuk retitrasi antigen delapan HA unit adalah pengisian 50 µl PBS
ke dalam lubang microplate nomor satu sampai nomor lima, kemudian antigen yang
telah diencerkan menjadi delapan HA unit dimasukkan pada lubang nomor satu
sebanyak 50 µl. Selanjutnya dilakukan pengenceran serial dengan mengambil 50 µl
dari lubang nomor satu dipindah ke nomor dua, dicampur sampai rata kemudian
diambil dan dimasukkan pada lubang nomor tiga. Kegiatan ini dilakukan terus
sampai lubang nomor empat, sisa 50 µl dibuang. Pada lubang nomor lima
digunakan sebagai kontrol negatif. Selanjutnya semua lubang ditambah dengan
eritrosit marmut 0,75% sebanyak 50 µl. Setelah itu inkubasi dalam suhu kamar
selama 30 menit sampai 60 menit. Bila pengenceran antigen delapan HA tepat, maka
pada lubang nomor satu sampai tiga akan terjadi aglutinasi.
8
Uji HI adalah pemeriksaan serologis yang membuktikan pembentukan
antibodi spesifik hemaglutinin (HA) dari virus influenza pandemik A/H1 2009 dalam
serum darah. Sampel yang diperiksa adalah serum darah babi. Pada penelitian kali
ini pengujian yang digunakan adalah uji HI dengan menggunakan eritrosit marmut
0,75 %, sampel serum darah babi, antigen virus influenza pandemik H1N1-2009 aktif
yang diisolasi dari manusia dan PBS. Sebelum dilakukan pengujian, serum harus
mendapat perlakuan khusus dengan menambahkan Receptor Destroying Enzyme
(RDE) untuk menghilangkan substansi non spesifik dari sampel serum yang mampu
mengaglutinasi eritrosit (WHO, 2002). Serum sebanyak 50 µl ditambah 150 µl RDE
dan dicampur hingga merata, kemudian diinkubasi dalam waterbath pada suhu 37ºC
selama 12 jam sampai 18 jam. Setelah itu diinaktivasi pada suhu 56ºC selama 30
menit untuk menghentikan kerja RDE. Selanjutnya ditambahkan 300 µl PBS untuk
mendapatkan pengenceran dengan perbandingan 1 : 10 (WHO, 2002).
Langkah-langkah dalam uji HI mikroteknik diawali dengan memasukkan 25
µl PBS kedalam tiap lubang microplate “U”, kecuali lubang pertama. Sampel serum
yang telah mendapatkan perlakuan dimasukkan kedalam lubang pertama sebanyak
50 µl, kemudian dibuat pengenceran secara serial dengan cara mengambil 25 µl dari
lubang pertama kemudian dituang ke lubang kedua dan dihomogenkan, lakukan
terus sampai lubang sebelas dan sisa 25 µl dibuang Selanjutnya semua lubang
microplate diisi dengan antigen 4 HA unit sebanyak 25 µl. Setelah penambahan
antigen, microplate digoyang hingga serum dan antigen merata, kemudian
diinkubasi pada suhu 22-25˚C selama 30 menit. Selanjutnya semua lubang diisi
dengan eritrosit marmut 0,75 % sebanyak 50 µl, goyang perlahan kemudian
9
diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit sampai 60 menit. Langkah terakhir
dilakukan penentuan titer HI dari sampel yang diperiksa. (OIE, 2010).
Reaksi hambatan hemaglutinasi dinyatakan dengan terjadinya pengendapan
eritrosit berbentuk cincin pada dasar lubang microplate “U”.
Pembacaan hambatan aglutinasi dengan cara memiringkan microplate “U”
dan hanya lubang - lubang dengan kecepatan aliran eritrosit yang cepat yang
menunjukkan inhibisi. Titer uji HI dikatakan positif jika terdapat inhibisi pada
pengenceran serum ≥ 1: 20 (Reeth, et al., 2004).
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil
pemeriksaan serum babi dari Rumah Potong Hewan Pergirian Kota Surabaya
dengan uji hambatan hemaglutinasi (Haemaglutination Inhibition, HI test) dari 120
sampel yang diperiksa tidak mengandung antibodi terhadap virus influenza
pandemik A/H1 2009 dalam serum darahnya.
Reaksi
hambatan
hemaglutinasi
(HI)
dinyatakan
dengan
terjadinya
pengendapan eritrosit pada dasar microplate “U” yang terlihat seperti pada kontrol.
Titer uji HI dikatakan positif jika terdapat inhibisi pada pengenceran serum ≥ 1: 20
yang menunjukkan bahwa antibodi tersebut terbentuk akibat infeksi yang berasal
dari subtipe virus yang sama dengan antigen yang digunakan dalam uji HI tersebut
(Reeth et al, 2004).
10
Virus influenza pandemik H1N1-2009 disinyalir mulai beredar pada babi
secara subklinis sejak November 2008 hingga Maret 2009. Virus influenza pandemi
H1N1-2009 termasuk dalam kelompok virus influenza tipe A yang mudah
mengalami perubahan minor pada struktur sekuensnya atau perubahan struktur
antigen yang disebut antigenic drift. Sedangkan antigenic shift merupakan reassortment
dari dua atau lebih jenis antigen.
Babi dapat terserang oleh virus influenza asal unggas maupun berasal dari
manusia. Jika virus yang berasal dari unggas maupun manusia berhasil menginfeksi
babi, maka bisa terjadi proses reassortment dan terbentuk virus baru.
Babi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah babi yang berada di
Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya dan berasal dari beberapa kota di
Jawa Timur yang meliputi Kediri, Madiun, Tulungangung, Malang, dan Solo. Jenis
sampelnya adalah sampel terencana yaitu sudah ditentukan sejak awal pada babi
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya karena merupakan
pusat pemotongan hewan babi yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur.
Metode pengambilan sampelnya adalah non random sampling / tidak acak karena
peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap
tentang setiap elemen populasi. Jumlah sampel yang diambil belum bisa dijadikan
ukuran untuk mengestimasi populasi karena pada penelitian yang menggunakan
pengolahan data kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu.
Tidak terdeteksinya antibodi dalam serum babi yang diambil dari beberapa
lokasi di Jawa Timur yang dipusatkan di RPH Pegirian Kota Surabaya menunjukkan
bahwa kemungkinan tidak terjadinya penularan influenza A/H1 pada babi yang
11
potong. Seperti laporan sebelumnya, munculnya wabah pandemi mulai tahun 1918,
virus influenza pandemik A/H1 2009 juga sering menginfeksi pada babi. Pandemi
pada babi ini pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia sedang
terdapat wabah penyakit influenza secara pandemik pada manusia yang menelan
korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson, 1996). Kemudian pada
tahun 1977 juga ditemukan wabah pandemik virus influenza H1N1 pada babi di
Rusia, dan ditemukannya virus influenza pandemik H1N1-2009 pada babi di
meksiko.
Dari pengamatan yang dilakukan di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan pengawasan
ketat terhadap Rumah Potong Hewan (RPH) babi di Pegirian, Kota Surabaya. Setiap
hewan yang masuk langsung mendapat pemeriksaan dokter hewan setempat dan
juga melalui proses karantina. Pihak Rumah Potong Hewan Pegirian juga
melakukan koordinasi dengan daerah pemasok, yaitu Madiun, Kediri, Malang,
Tulungagung, dan Solo, agar setiap babi yang dikirim ke RPH Pegirian harus
disertai dengan surat keterangan kesehatan dari Dokter Hewan.
Pengamatan terhadap serum babi yang diambil pada bulan Juli 2010 hingga
Desember 2010 menunjukkan hasil yang negatif. Hal itu mungkin dikarenakan pada
pertengahan tahun 2010 jumlah total kasus influenza pandemik H1N1-2009 sudah
mengalami penurunan dibandingan pada awal munculnya kasus influenza H1N12009 pada bulan April 2009, setelah WHO menyatakan bahwa kasus influenza
pandemik H1N1-2009 sudah memasuki fase pasca-pandemi pada bulan Agustus
2010. Kemungkinan lain tidak ditemukannya antibodi dikarenakan virus belum
12
mengalami replikasi ke dalam sel dan menempel pada dinding rongga hidung
sehingga tidak ditemukan antibodi di dalam serum darah yang di uji.
Tidak ditemukannya titer antibodi dari hasil uji HI yang telah dilakukan
terhadap 120 sampel serum babi yang berada di Rumah Potong Hewan Pegirian
Kota Surabaya belum bisa menunjukkan bahwa babi yang dipotong tersebut sedang
terinfeksi virus influenza pandemik A/H1 2009, dikarenakan proses terbentuk
antibodi terhadap virus influenza pandemik A/H1 2009 membutuhkan waktu 3 – 7
hari setelah infeksi dan akan mengalami puncak pada minggu kedua serta masih
dapat terlihat selama 4 -7 minggu setelah infeksi. Selain itu juga belum bisa
menunjukkan bahwa babi yang dipotong pernah terinfeksi virus influenza
pandemik A/H1 2009 karena antibodi terhadap infeksi virus influenza pandemik
A/H1 2009 dapat hilang atau tidak ditemukan setelah beberapa tahun mengalami
infeksi.
Tidak ditemukannya antibodi terhadap terhadap virus influenza pandemik
A/H1 2009 pada babi yang dipotong di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya berdasarkan uji HI dengan menggunakan RBC marmut sebesar 0,75%
menunjukan bahwa babi yang dipotong tidak terinfeksi virus influenza pandemik
A/H1 2009. Hal ini berarti juga tidak ditemukan gejala klinis yang biasa disebabkan
karena infeksi virus influenza pandemik A/H1 2009 pada babi seperti peningkatan
suhu tubuh, depresi, batuk, keluar cairan dari hidung atau mata, bersin, susah
bernafas, mata merah, nafsu makan berkurang, dan mengakibatkan kematian.
13
Daftar Pustaka
Agri-Food and Veterinary Authority (AVA). 2009. H1N1 virus found in pigs.
://footsafety.suencs.com/archives/5726. [diakses 12 desember 2010].
http
Bermejo-Martin, J.F., Ortiz de Lejarazu, R., and Pumarola, T., 2009. Th1 and Th17
hypercytokinemia as early host response signature in severe pandemic
influenza. Crit Care 2009 ;13: R201-R201.
Blood, D.C., and Radostits, O.M. 1989. Swine Influenza. In “Veterinary Medicine”. A
Textbook of the disease of cattle, sheep, pigs, goats, and horses, 7th ed.
Bailiere Tindall, London, Philadelphia, Sydney, Tokyo, Toronto : 888-890.
Cauchemez, S., Donnelly, C.A., and Reed, C. 2009. Household transmission of 2009
pandemic influenza A (H1N1) virus in the United States. N Engl J Med
2009;361: 2619-2627.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2009. Swine influenza A (H1N1)
infection in two children-southern California, March–April 2009, MMWR
Morb. Mortal Wkly. Rep. 58 (2009) 400–402.
Centers for Disease Control, Prevention (CDC). 2010. Estimates of 2009 H1N1
influenza cases, hospitalizations and deaths in the United States.
http://flu.gov/individualfamily/about/h1n1/estimates_2009_h1n1.html.).
[diakses 15 agustus 2010]
Chan, M.C., Chan, R.W., and Yu, W.C., 2010. Tropism and innate host responses of
the 2009 pandemic H1N1 influenza virus in ex vivo and in vitro cultures of
human conjunctiva and respiratory tract. Am J Pathol 2010;176:1828-1840.
Childs, R.A., Palma, A.S., and Wharton, S., 2009. Receptor-binding specificity of
pandemic influenza A (H1N1) 2009 virus determined by carbohydrate
microarray. Nat Biotechnol ;27:797-799
Detikhealth.
2009.
Flu
Babi,
Virus
Paling
heboh
di
2009.
http://www.ilunfk83.com/kesehatan - ilmu - kedokteran - f8 / influenzapenyakit-virus-lain-t179-15.htm [diakses 15 agustus 2010]
Dinkes Sby, 2009. Waspada Terhadap Kemungkinan Munculnya Strain Virus Baru.
29 Oktober 2009. http://www.surabaya-ehealth . org / dkksurabaya / berita
/ rapat - koordinasi - lintas – sektor -penanggulangan-virus-influenza.htm
[diakses 21 agustus 2010].
Ernawati, R., Rahardjo, A.P., Sianita, N., Rahmahani, J., Rantam, F.A., Tjahjaningsih,
W., dan Suwarno. 2004. Petunjuk Praktikum Pemeriksaan Virologik dan
14
Serologik. Laboraatorium Virologi dan Imunologi Bagian Mikrobiologi
Veteriner. Fakultas Kedokteraan Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Erratum. 2009. Novel Swine-Origin Influenza A (H1N1) Virus Investigation Team
Emergence of a novel swine-origin influenza A (H1N1) virus in humans.. N
Engl J Med 2009;360:2605-2615.
Fleming, D., 2005. Influenza pandemics and avian flu. BMJ 2005; 331: 1066–1069.
Fleury, H., Burrel, S., and Weber, C.B., 2009. Prolonged shedding of influenza
A(H1N1) virus : two case reports from France 2009. Euro Surveillance
2009;14:pii19434-pii19434
Garten, RJ, Davis, CT, and Russell, CA. 2009. Antigenic and genetic characteristics of
swine-origin 2009 A (H1N1) influenza viruses circulating in humans. Science
2009; 325:197.
Gill, J.R., Sheng, Z., and Ely, S.F., 2010. Pulmonary pathologic findings of fatal 2009
pandemic influenza A/H1N1 viral infections. Arch Pathol Lab Med
2010;134:225-243
Hampson, A. 1996. Influenza-Dealing with acontinually emerging disease. In
Communicable Diseases Intelligence. (20) 9:212-216.
Harder, T.C., and Werner, O., 2006. Avian Influenza. N. Engl. J. Med.
Harris, R., 2010. Clinical Aspects of Pandemic (H1N1) 2009 Influenza. New England
Journal of Medicine 2010; 362:1708-1719.
Itoh, Y., Shinya, K., and Kiso, M., 2009. In vitro and in vivo characterization of new
swine-origin H1N1 influenza viruses. Nature 2009;460:1021-1025.
Joslin, J.O. 2009. Blood Collection Techniques in Exotic Small Mammals. J. Of Exotic
Pet Medicine 18 : 117-139.
Kompas, 2009. A-H1N1 Rambah 18 propinsi. Kompas. 4 Agustus 2009.
http://www.kompas.com/kesehatan - ilmu - kedokteran - f8 / influenzapenyakit-virus-lain-t179-15.htm [diakses 15 agustus 2010]
Lee, N., 2010. Pathogenesis of pandemic H1N1 in humans. Presented at the XII
International Symposium on Respiratory Viral Infections, Taipei, Taiwan,
March 11–14, 2010.
Lumb, S. 2003. Internatonal pig Topics. Vol 18. East Yorkshire England.
15
Maines, T.R., Jayaraman, A., and Belser, J.A. 2009. Transmission and pathogenesis of
swine-origin 2009 A(H1N1) influenza viruses in ferrets and mice. Science.
2009 Jul 24;325 (5939):484-7. Epub 2009 Jul 2.
Martin, A.W., Meek, A.H., and Willeberg, P. 1987. Veteriner Epidemiologi :
Principales And Methods. Iowa State University Press/Ames.
Mauad, T., Hajjar, L.A., and Callegari, G.D., 2010. Lung pathology in fatal novel
human influenza A (H1N1) infection. Am J Respir Crit Care Med
2010;181:72-79
McCracken, J. 2009. Diagnosis of Swine-lineage influenza A (H1N1) virus infection.
The Lancet. Vol 373 : 2107.
MSN. 2010. Hog (Animal). http//:www.msn.com [22 Juni 2010]
Neumann, G., Noda, T., and Kawaoka, Y. 2009. Emergence and pandemic potential
of swine-origin H1N1 influenza virus. doi:10.1038/nature08157. Vol 459
Nidom, 2010. Pandemik Influenza H1N1 2009. Airlangga University Press.
Surabaya.
OIE, 2005. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animal. Chapter
2.1.14. Avian Influenza.
http://www.oie.int/eng/norms/manual/A_00037.htm. Officer
International des Epizooties.
OIE, 2009. Terrestrial Manual Chapter 2.8.8-Swine Influenza.
http://www.oie.int/eng/norms/manual/A_00037.htm Officer International
des Epizooties.
Osterlund, P., Pirhonen, J., and Ikonen, N., 2010. Pandemic H1N1 2009 influenza A
virus induces weak cytokine responses in human macrophages and dendritic
cells and is highly sensitive to the antiviral actions of interferons. J Virol
2010;84:1414-1422.
Rantam, F. A. 2005. Virologi. Airlangga University Press. Surabaya. 213-214.
Reeth, K.V., Labarque, G., and Pansaert, M. 2004. Seroprevalence of swine influenza
in Europe and interpretation of serological findings. International Society for
Animal Hygiene-Saint-Malo-2004. 323-324.
Rello, J., Rodrigues, A., and Ibanezz, P. 2009. Intensive care adult patients with
severe respiratory failure caused by Influenza A (H1N1) virus in Spain. Crit
Care. 13 (5) : R148.
16
Ross, T., Zimmer, S., and Burke, D. 2010. Seroprevalence following the second wave
of pandemic 2009 H1N1 influenza. PLoS Curr Influenza 2010;24:RRN1148RRN114.
Rouche, A. and Systma, M. 2007. Feral Swine Action Plan for Oregon.
Environmental Science and Resources. Portland State University.
Russel, et al., 2008. The global circulation of seasonal influenza A (H3N2). Science
320 (5874), 340-346.
Scince
Biotech
(2009).
Fase
pandemic
influenza
WHO
2009.
http://www.sciencebiotech.com/fase-pandemic-influenza.htm
[diakses
15 agustus 2010]
Seth, J., Sullivan, M.D., Robert, M., and Jacobsen, M.D. 2010. 2009 H1N1 Influenza.
Mayo Foundation Medical Education and Research. ISSN : 0025-6196.
Smith, G.J., Vijaykrishna, D., Bahl, J., Lycett, S.J., Worobey, M., Pybus, O.G., Ma, S.K.,
Cheung, C.L., Raghwani, J., Bhatt, S., Peiris, J.S., Guan, Y., Rambaut, A., 2009.
Origins and evolutionary genomics of the 2009 swine-origin H1N1 influenza
A epidemic. Nature. 2009 Jun 25;459
(7250) :1122-5.
Sommerville, R.G. 1983. Essentiaal
Publication. Oxford. 97-109.
Clinical
Virology.
Blackwell
Scientific
Stephenson I, Wood J.M, Nicholson K.G, and Zambon M.C, 2004. Detection of AntiH5 Responses in Human Sera by Using Horse Erythrocytes Following MF59adjuvanted Influenza A/Duck/Singapore/97 vaccine. Virus Research 103
(2004) 91-95.
Suzuki, Y., 2006. Natural selection on the influenza virus genome. Molecular Biology
and Evolution 23 (10); 1902-1911.
Tabbu, C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya : Penyakit Bakterial,
Mikal, dan Viral. Kanisius. Yogyakarta.
To, K.K., Hung, I.F., and Li, I.W., 2010. Delayed clearance of viral load and marked
cytokine activation in severe cases of pandemic H1N1 2009 influenza virus
infection.. Clin Infect Dis 2010;50:850-859
Tumpey, T.M., et al., 2005. Characterization of the Reconstructed 1918 Spanish
Influenza Pandemic Virus. Science. Vol. 310 : 5745.
17
WHO. 2002. WHO Manual on Animal Influenza Diagnosis and Surveilance.
WHO/CDS/CSR/NCS/2002. 5. Rev. 1. http://who.int. [diakses 20
September 2010]
WHO.
2010.
Pandemic
(H1N1)
2009
–
update
http://www.who.int/csr/don/2010_04_01/en/index.html
September 2010]
94.
Geneva.
[diakses
22
Download