Uploaded by yummyyahya

Chapter II

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1
Labelisasi Halal
2.1.1
Pengertian Label
Label berhubungan erat dengan pemasaran. Label merupakan media
penyampai informasi produk kepada konsumen. Sebuah label biasanya berupa
bagian dari kemasan,atau bisa pula merupakan tanda pengenal yang menempel
pada produk.menurut (Stanton,et.al (1994) dalam Tciptono,2001:107), secara
garis besar terdapat tiga macam label yaitu:
1.
Brand label, yaitu nama merek yang di berikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
2.
Descriptive label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif
mengenai pengguna, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan
kinerja produk, serta karakteristik lainnya yang berhubungan dengan
produk.
3.
Grade label,label yang mengidentifikasi penilain kualitas produk dengan
suatu huruf,angka,atau kata.
Menurut (kotler,2003:29) label mempunyai fungsi,yaitu:
1.
Identifies(mengidentifikasi) : label dapat menerangkan produk.
6
Universitas Sumatera Utara
2.
Grade(nilai/kelas) : label dapat menunjukkan nilai/kelas dari produk.
produk buah peach kalengan diberi nilai A, B, dan C menunjukkan tingkat
mutu.
3.
Describe (memberikan keterangan) : label menunjukkan keterangan
mengenai siapa produsen dari produk, dimana produk dibuat, kapan produk
dibuat, apa komposisi dari produk dan bagaimana cara penggunaan produk
secara aman.
4.
Promote(mempromosikan) : label mempromosikan produk lewat gambar
dan warna yang menarik.
2.1.2
Pengertian halal
Kata halal berasal dari bahasa arab yang berarti melepaskan dan tidak
terikat. Secara etimologi halal berarti hal hal yang boleh dan dapat dilakukan
karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan ketentuan yang melarangnya.
Menurut LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan , Obat, dan Kosmetik
Majelis Ulama Indonesia), yang dimaksud dengan produk halal adalah produk
yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syari’at islam (www.wikipedia.org).
Syarat kehalalan produk tersebut meliputi:
1.
Tidak mengandung babi dan bahan bahan yang berasal dari babi.
2.
Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan yang
berasal dari organ manusia,darah, dan kotoran-kotoran.
3.
Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan syariat
Islam.
7
Universitas Sumatera Utara
4.
Semua
tempat
penyimpanan
tempat
penjualan
pengolahan
dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah digunakan
untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu dibersihkan
dengan tata cara yang diatur menurut syariat.
2.1.3
Pengertian Labelisasi Halal
Labelisasi halal merupakan salah satu poin penting di dalam penelitian
ini. Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada
kemasan atau produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud
berstatus sebagai produk halal (Rangkuti, 2010:8).
Label halal sebuah produk dapat dicantumkan pada sebuah kemasan
apabila produk tersebut telah mendapatkan sertifikat halal oleh BPPOM MUI.
Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing produk
dalam negeri dalam rangka meningkatkan pendapatan Nasional. Tiga sasaran
utama yang ingin dicapai adalah:
1.
Menguntungkan
konsumen
dengan
memberikan
perlindungan
dan
kepastian hukum.
2.
Menguntungkan produsen dengan peningkatan daya saing dan omset
produksi dalam penjualan.
3.
Menguntungkan pemerintah dengan mendapatkan tambahan pemasukan
terhadap kas Negara.
8
Universitas Sumatera Utara
Indikator labelisasi halal menurut Mahwiyah (2010:48) ada tiga, yaitu
pengetahuan, kepercayaan, dan penilaian terhadap labelisasi halal. Berikut ini
adalah arti dari masing-masing indikator diatas berdasarkan KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) dan wikipedia :
1.
Pengetahuan, merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang
lantas melekat di benak seseorang.
2.
Kepercayaan, merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap suatu premis benar. Atau dapat juga berarti anggapan atau
keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata.
3.
Penilaian terhadap labelisasi halal, merupakan proses, cara, perbuatan
menilai; pemberian nilai yang diberikan terhadap labelisasi halal.
2.1.3
Proses Labelisasi Halal
Untuk mendapatkan suatu label halal suatu produk harus mengalami
beberapa proses.di Indonesia proses ini dilakukan oleh Lembaga Pengajian
Pangan obat-obatan dan kosmetika majelis ulama Indonesia atau yang biasa
disingkat menjadi LPPOM MUI. Untuk mendapatkan label halal LPPOM MUI
memberikan beberapa ketentuan bagi perusahaan,yaitu:
1.
Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebih dahulu harus
mempersiapkan Sistem Jaminan Halal.Penjelasan rinci tentang Sistem
9
Universitas Sumatera Utara
Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem
Jaminan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI.
2.
Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim Auditor Halal
Internal (AHI) yang bertanggung jawab dalam menjamin pelaksanaan
produksi halal.
3.
Berkewajiban
menandatangani
kesediaan
untuk
diinspeksi
secara
mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI.
4.
Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem
Jaminan Halal. Setelah semua ketentuan di atas telah dipenuhi, maka
produsen dapat lanjut ke proses prosedur sertifikasi halal.
Adapun prosedur yang harus dijalani adalah sebagai berikut :
1.
Pertama-tama produsen yang menginginkan sertifikat halal mendaftarkan
ke sekretariat LPPOM MUI.
2.
Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi
produknya,harus mengisi Borang yang telah disediakan. Borang tersebut
berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta
bahan-bahan yangdigunakan.
3.
Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke
sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila belum
memadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan ketentuan.
10
Universitas Sumatera Utara
4.
LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit.
TimAuditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit ke lokasi
produsen
danpada
saat
audit,
perusahaan
harus
dalam
keadaan
memproduksi produk yang disertifikasi.
5.
Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan) dievaluasi
dalam Rapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi
persyaratandiberitahukan kepada perusahaan melalui audit memorandum.
Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit
guna diajukan pada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status
kehalalannya.
6.
Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam
SidangKomisi Fatwa Mui pada waktu yang telah ditentukan.
7.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolaklaporan hasil audit jika diangga
belum memenuhi semua persyaratan yangtelah ditentukan, dan hasilnya
akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
8.
Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah
ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.
9.
Sertifikat Halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan
fatwa.
10. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen harus
mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan LPPOM MUI.
11
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dilakukanlah tata cara pemeriksaan (Audit) mulai dari
manajemen,
bahan-bahan
baku,dll.
Pemeriksaan
(audit)
produk
halal
mencakup:
1.
Manajemen produsen dalam menjaminke halalan produk (Sistem Jaminan
Halal).
2.
Pemeriksaan dokumen-dokumen spesifikasiyang menjelaskan asal-usul
bahan, komposisi dan proses pembuatannya dan/atau sertifikat halal
pendukungnya, dokumen pengadaan dan penyimpanan bahan, formula
produksi serta dokumen pelaksanaan produksi halal secara keseluruhan.
3.
Observasi lapangan yang mencakup proses produksi secara keseluruhan
mulaidari penerimaan bahan, produksi, pengemasan dan penggudangan
serta penyajian untuk restoran/catering/outlet.
4.
Keabsahan dokumen dan kesesuaian secara fisik untuk setiap bahan harus
terpenuhi.
5.
Pengambilan contoh dilakukan untuk bahan yang dinilai perlu.
6.
Setelah semua proses dilalui dan dinyatakan kehalalannya, maka sertifikat
halal dapat dikeluarkan. Proses selanjutnya adalah pencantuman label halal
di kemasan produk yang dinyatakan halal. Pencantuman label halal inilah
yang sering kita dengar dengan sebutan labelisasi halal.
Bagi Perusahaan yang ingin mendaftarkan Sertifikasi Halal ke LPPOM
MUI, baik industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong
12
Universitas Sumatera Utara
Hewan (RPH), restoran/katering, maupun industri jasa (distributor, warehouse,
transporter, retailer) harus memenuhi Persyaratan Sertifikasi Halal yang
tertuang dalam Buku HAS 23000 (Kebijakan, Prosedur, dan Kriteria).
2.2
Keputusan Pembelian
2.2.1
Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan salah satu bagian dalam tahap-tahap
proses pembelian konsumen. Sebelum membahas tahap-tahap tersebut dan
untuk
memberikan gambaran mengenai keputusan pembelian, maka akan
dikemukakan terlebih dahulu definisi mengenai keputusan pembelian menurut
para ahli.
Schiffman
dan
Kanuk
(1994)
dalam
Sumarwan
(2004:289)
mendefinisikan bahwa suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari
dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan
pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Artinya bahwa seseorang
dalam membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.
Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam
pengambilan keputusan tersebut.
Menurut Setiadi (2003:413), pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision making) adalah suatu proses pengintegrasian yang
menkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian
13
Universitas Sumatera Utara
ini adalah suatu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai
keinginan berperilaku.
Dari beberapa definisi yang dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan sebuah proses yang
dijalani oleh konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian salah satu produk
diantara berbagai macam alternatif pilihan yang ada.
2.2.2
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
Konsumen
Lamb, et al. (2001:201-202) mengatakan bahwa proses pengambilan
keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya, sebaliknya malah
kebudayaan, sosial, individu dan psikologis secara kuat mempengaruhi proses
keputusan tersebut. Mereka memiliki pengaruh dari waktu konsumen menerima
rangsangan melalui perilaku pasca pembelian. Faktor budaya yang termasuk di
dalamnya adalah budaya dan nilai, sub-budaya dan kelas sosial, secara luas
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Faktor sosial menunjukkan
interaksi sosial antara konsumen dan mempengaruhi sekelompok orang, seperti
pada referensi kelompok, opini para pemimpin dan para anggota keluarga.
Faktor individu termasuk jenis kelamin, umur, keluarga, dan daur hidup
keluarga(family life cycle stage), pribadi, konsep hidup, dan gaya hidup adalah
unik pada setiap individu dan memerankan aturan utama pada produk dan jasa
yang diinginkan konsumen. Faktor psikologis menentukan bagaimana
menerima dan berinteraksi dengan lingkungannya dan pengaruh pada
14
Universitas Sumatera Utara
keputusan yang akan diambil oleh konsumen yang di dalamnya terdiri dari
persepsi, motivasi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan konsumen menurut Sunarto (2006:83-96).
1.
Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting
dalam perilaku pembelian.
1) Budaya
Budaya merupakan penentu perilaku yang paling mendasar. Anak anak
mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari
keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain.
2) Sub-budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
lebih memberikan banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggotaanggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras,
dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen
pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
3) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang
anggotanya
menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial
15
Universitas Sumatera Utara
berbeda dalam hal busana, cara berbicara, preferensi rekreasi, dan
memiliki banyak ciri-ciri lain.
2.
Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
1) Kelompok acuan
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka
sekurang-kurangnya
melalui
tiga
jalur.
Kelompok
acuan
menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru.
Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti
kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan
merek aktual seseorang.
2) Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang
luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam
kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan
saudara.
16
Universitas Sumatera Utara
3) Peran dan status
Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok keluarga, klub,
dan organisasi. Kedudukan dan orang itu di masing-masing kelompok
dapat ditentukan berdasarakan peran dan status. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masingmasing peran menghasilkan status.
3.
Faktor Pribadi
Keputusan
pembeli
juga
dipengaruhi
oleh
karakteristik
pribadi.
Karakteristik meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, dan
lingkungan, gaya hidup, serta kepribadian.
1) Usia dan Tahap Siklus Hidup
Orang pembeli barang dan jasa berbeda sepanjang hidupnya. Mereka
makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya, banyak ragam
makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet
khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap pakaian,
perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia.
Konsumsi juga
dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Sembilan tahap siklus hidup
keluarga, bersama dengan situasi keuangan dan minat produk yang
berbeda-beda untuk masing-masing kelompok. Pemasar sering memilih
kelompok-kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran
mereka.
17
Universitas Sumatera Utara
2) Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pekerja
kerah biru akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja, dan kotak makan
siang. Direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal dan
perjalanan
dengan
pesawat
udara.
Pemasar
berusaha
mengidentifikasikan kelompok profesi yang memiliki minat di atas
rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya untuk kelompok profesi tertentu.
3) Gaya Hidup
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan
yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas,
minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.
4) Kepribadian
Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang
mempengaruhi
perilaku
pembeliannya.
Kepribadian
adalah
karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungannya.
18
Universitas Sumatera Utara
4.
Faktor Psikologi
Pilihan pembelian banyak kebutuhan oleh empat faktor psikologi utamamotivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan dan pendirian.
1) Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu
kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai
tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup
mendorong
seseorang
untuk
bertindak.
Para
psikolog
telah
mengembangkan teori-teori motivasi manusia. Tiga teori yang paling
terkenal-teori Sigmund Freud, Abraham Maslow, dan Frederick
Herzberg-mempunyai implikasi yang berbeda terhadap analisis
konsumen dan strategis pemasaran.
2) Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk
memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukanmasukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki
arti.
Kata kunci dalam definisi persepsi adalah individu. Seseorang
mungkin menganggap wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai
seorang yang agresif dan tidak jujur; yang lain mungkin menganggap
orang yang sama sebagai seseorang yang pintar dan suka membantu.
Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama
19
Universitas Sumatera Utara
karena tiga proses persepsi: perhatian selektif, distorsi selektif, dan
ingatan selektif.
3) Pembelajaran
Saat
orang
bertindak,
mereka
bertambah
pengetahuannya.
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar.
Ahli teori pembelajaran yakni bahwa pembelajaran dihasilkan melalui
perpaduan kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan
penguatan.
4) Keyakinan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian mereka.
Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang
tentang suatu hal. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional,
dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek
atau gagasan.
2.3
Kerangka Konseptual
2.3.1
Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian
Penduduk Indonesia mayoritas adalah pemeluk agama islam. Sehingga
secara tidak langsung penduduk muslim di Indonesia membutuhkan kepastian
20
Universitas Sumatera Utara
tentang kehalalan
produk yang mereka konsumsi atau gunakan. Dengan
diketahuinya halal haramnya suatu produk pangan, obat-obatan maupun
kosmetika maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen
khususnya konsumen Muslim untuk mempergunakan produk tersebut.
Maka dengan adanya label halal pada produk akan mendorong
konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka
konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan Label Halal pada
kemasannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
LABELISASI HALAL (X)
Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini ( 2016)
2.4
1.
Penelitian Terdahulu
Safridah (2008) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Labelisasi Halal Produk Mie Instan IndomieTerhadap Minat Beli (Studi
kasus terhadap minat beli pada ibu rumah tangga dikelurahan/.
Tembung), Kecamatan Medan Tembung Kota Medan”. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa diperoleh hasil Koefisien (r) sebesar
0,542. Nilai thitung sebesar 6,185 dan nilai ttabel sebesar 1,98. Hal ini
berarti harga thitung > ttabel, maka hubungan diterima, artinya “terdapat
21
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara labelisasi halal produk mie instan terhadap minat beli
ibu rumah tangga di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung
Kota Medan”.
2.
Ramadhan Rangkuti (2010), merupakan mahasiswa dari Universitas
Sumatera Utara dengan skripsi yangberjudul “Pengaruh Labelisasi Halal
terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan (snack
merek Chitato)
Pada
Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas
Muhamadiyah Sumatera Utara”. Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa labelisasi halal berpengaruh signifikan dengan nilai signifikan
0,000 akan tetapi memiliki kontribusi yang kecil karena menghasilkan
nilai R square 0,221 atau 22,1%.
3.
Mahwiyah (2010), merupakan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)”. Dari hasil penelitian
ini diketahui bahwa labelisasi halal berpengaruh secara signifikan
sebesar 54.7%, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang sedang
antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen.
4.
Mutiara Rinda Sally Harahap (2009), merupakan mahasiswa dari
Universitas Sumatera Utara dengan Skripsi yang berjudul “Pengaruh
Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Wardah Pada Perempuan Muslim di Kota Medan”.
22
Universitas Sumatera Utara
Download