1. There have been many episodes or cases publicized since the 1950invloving hazardous wastes and the damagethe caused to public health and environment. The love Canal case is perhaps one of the most famous, but there are manyothers, involving such substences as DDT, PCBs, mercury and dioxin. Visit our public or college library to research the Love Canal episode in New York State, the Bopal, India, Incident (1984),and at least one other case. Write a brief report on your findings. Kesalahan dalam proses penanganan limbah B3 dapat menyebabkan permasalahan besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Beberapa kasus mengenai limbah B3 ini pernah terjadi di beberapa negara yang berbeda seperti tragedi love canal di New York AS, tragedi Bhopal di India, tragedi Seveso Italia dan lainnya. a. Tragedi love canal di New York-Amerika Serikat Tragedi love canal New York di Amerika Serikat terjadi akibat dari pembuangan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan secara sembunyi-sembunyi. Tragedi ini merupakan tragedi dengan korban manusia dan lingkungan dalam skala besar dan sangat akut. Tragedi ini bermula ketika William T. Love datang ke air terjun Niagara pada tahun 1890 untuk membangun pembangkit listik tenaga air dengan harapan agar industri daerah sekitar akan berkembang pesat. Pembangunan dimulai tahun 1893 dan berencana membuat kanal dari bagian hulu dan hilir sungai Niagara sepanjang 7 mil dan di sekitar kanal tersebut akan dibangun kawasan industri dan pemukimam untuk memanfaatkan tenaga listrik yang ada. Pembangunan kanal tersebut terhenti karena suatu masalah dan menyisakan dua bagian yang tidak terbuhung sepanjang seperempat mil. Kanal inilah yang selanjutnya menimbulkan bencana bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya. Lokasi tragedy love canal di New York terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Lokasi terjadinya Love Canal di New York Kanal pada beberapa dekade selanjutnya dibeli oleh City of Niagara Falls dan manjadi pusat industri terutama industri kimia yang menghasilkan produk berupa klor seperti pestisida, DDT, endrin dan lainnya. Kanal tersebut dijadikan sebagai tempat penimbunan limbah bahan-bahan kimia. Setelah kanal penuh dengan limbah, kanal ditimbun dengan tanah, tanpa diberi tanda, pagar dan informasi apapun bahwa lokasi tersebut sebagai bekas penimbunan limbah bahan kimia. Seiring dengan berkembangnya industri yang ada, pembuangan limbah bahan kimia dalam kanal terjadi lebih dari 20 tahun. Hooker Chemical and Plastic Corporation kemudian membeli tanah untuk pembuangan bahan kimia pribadi dan sampai tahun 1953, perusahaan telah mengubur hampir 22.000 ton limbah. Tahun 1953 pihak pemerintah daerah meminta Hooker Chemical untuk menjual sebagian lahan kanal tersebut untuk pembangunan sekolah baru. Pihak Hooker menjual sebagian kanal tersebut ke pengelola kota dengan sangat murah hanya seharga US $ 1 tanpa memberitahu bahwa tanah itu sebelumnya telah digunakan untuk menimbun limbah B3. Karena perkembangan pembangunan dan perluasan perkotaan bertahun-tahun kemudian di atas tanah tersebut dibangun sekolah, perumahan, pasar dan aktifitas lainnya. Sekolah dibangun di atas tempat penimbunan limbah dan sebagian lahan dijadikan taman bermain. Pada tahun 1958 tiga anak-anak mengalami luka bakar akibat terpapar dengan residu yang muncul ke permukaan. Pada tahun 1970-an tempat tersebut menjadi tempat salah satu bencana lingkungan yang paling mengerikan dan terburuk dalam sejarah Amerika. Udara di daerah tersebut mengandung bahan-bahan toksik yang berada di atas ambang threshold-limit value (TLV). Survei kesehatan juga dimulai dan dijumpai bahwa keguguran spontan ternyata 250 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Sampel darah yang diambil juga menunjukkan indikasi adanya kerusakan hati yang meningkat. Kelahiran cacat fisik dan mental juga sering dijumpai. Disamping itu, senyawa-senyawa toksik berhalogen terdeteksi pada sistem penyaluran air buangan kota. Analisa lebih lanjut menemukan bahwa cemaran kimia dalam konsentrasi tinggi telah mencemari air tanah, termasuk diantaranya 11 jenis cemaran penyebab kanker seperti benzene, chloform dan trichloroethylene. Hooker Chemical akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa sekitar 22.000 ton limbah kimia, diantaranya 200 ton trichlorophenol, telah ditimbun di lahan tersebut. Pada tahun 1976, air dari hujan lebat dan badai salju menyebabkan sejumlah besar limbah kimia bermigrasi ke permukaan, dan mengkontaminasi seluruh lingkungan. Dalam tahun-tahun berikutnya daerah tersebut terserang berbagai penyakit dan banyak bayi lahir langsung mati dan keguguran, dan banyak bayi yang lahir dengan cacat. Studi informal saat ini mencatat kejadian yang menakutkan. Badan Zat Beracun dan Penyakit di Amerika Serikat, mengamati lebih dari 400 jenis bahan kimia di udara, air, dan tanah, dengan kandungan benzena yang sangat tinggi dan sudah diketahui karsinogenik. Akhirnya, pada musim semi tahun 1978, Dr Robert P. Whalen menyatakan daerah sekitar Love Canal berbahaya. Sekolah ditutup, tanah itu ditutup, dan lebih dari 200 keluarga dievakuasi. Bahkan karena banyaknya kerusakan ada, pada akhirnya lebih dari 1.000 keluarga harus pindah dari wilayah Love Canal. Sebuah studi EPA mengungkapkan bahwa dari tiga puluh enam diuji, sebelas mengalami kerusakan kromosom, dan bahwa dari lima belas bayi yang lahir antara Januari 1979 dan Januari 1980, hanya dua yang sehat. Agen di tingkat negara bagian dan federal menghabiskan ratusan juta dolar mencoba untuk membersihkan polusi akibat limbah B3. Satu hal baik yang keluar dari tragedi itu adalah munculnya peraturan mengenai lingkungan seperti Komprehensif Respon Lingkungan, Kompensasi, dan Kewajiban Undangundang, lebih dikenal sebagai "Hukum Superfund". Tujuannya adalah untuk mengumpulkan pajak dari perusahaan gas dan kimia yang digunakan secara langsung untuk membersihkan dan mengolah limbah B3 yang dihasilkan. Tragedi Love Canal menyebabkan adanya perbaikan dan pengetatan peraturan-peraturan yang berlaku di Amerika Serikat dalam menangani limbah B3, karena ternyata bukan hanya lahan ini saja yang secara peraturan sebetulnya telah sesuai dengan yang berlaku. Kegiatan remediasi lahan yang terkontaminasi akhirnya menjadi salah satu program yang digalakkan di Amerika Serikat bagi lahan yang tercemar b. Tragedi Bhopal di india Tragedi Bhopal di India terjadi pada tahun 1984 dan merupakan kecelakaan industri yang paling buruk dalam sejarah. Kecelakaan ini terjadi akibat kelalaian dari perusahaan yang ingin melakukan “prosedur penghematan” tanpa memperhatikan keselamatan. Kecelakaan ini terjadi di pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di kota Bhopal India yang menyebabkan 40 metrikton metil isosianat (MIC) dikeluarkan dari pabrik. Penyebabnya adalah karena masuknya air ke dalam tangki-tangki yang berisi MIC dan menyebabkan terbentuknya banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya menetralisir gas tersebut dimatikan untuk penghematan. Kecelakaan ini langsung menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000 hingga 600.000 lainnya dan 15.000 di antaranya kemudian meninggal dari luka-luka tersebut. Bencana bocornya gas beracun dari pabrik kimia Union Carbide di Bhopal 30 tahun lalu yang menewaskan ribuan orang menjadi sorotan media Internasional. Para korban ibaratnya mengalami bencana dan derita tanpa akhir. Para korban bencana kimia di Bhopal tidak dipedulikan lagi. Ratusan ribu warga di sekitar pabrik kimia naas itu, yang terpapar gas beracun, hingga kini masih menderita penyakit kronis. Lebih dari 500.000 warga Bhopal terpapar racun kimia selain itu air tanah di seputar bekas pabrik masih tercemar berat dan sampah kimia yang ditinggalkan begitu saja, tetap jadi ancaman bencana berikutnya. Kasus kelahiran bayi cacat terus meningkat. Penyebabnya, orang tua mereka dulu terpapar gas beracun yang bocor dari pabrik Union Carbide. Kasus kelahiran bayi cacat diperkirakan akan terus diwariskan pada generasi kedua dan ketiga korban Bhopal. Lebih 25.000 ton sampah beracun dibiarkan di kawasan terbuka di penampungan limbah pabrik. Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar di pabrik Union Carbide. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu. Foto korban terkena dampak paparan gas tragedi Bhopal di India terdapat pada Gambar 2. Gambar 2. Foto Korban Korban terkena dampak paparan gas tragedy Bhopal India Sampai saat ini perusahaan tidak bertanggung jawab terhadap para korban dan kerusakan lingkungan yang terjadi, pihak pemerintah juga tidak memberikan perhatian pada kasus ini dan para korban masih berjuang untuk mendapatkan haknya. Melihat pada kasus ini, sebuah industri yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun harus melakukan prosedur K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang tepat agar tidak terjadi bencana yang tidak diinginkan. Selain itu pihak pemerintah harus dengan ketat mengawasi jalannya industri dan menerapkan wajib lapor bagi para industri penghasil limbah B3. c. Tragedi Seveso di Italia Tragedi Seveso di Italia ini merupakan salah satu kasus limbah berbahaya yang terjadi akibat peristiwa kabut dioxin. Dioxin adalah nama umum untuk grup polychlorinated dibenzodioxins (PCDD) yang mempunyai potensi toksisitas tinggi dan semuanya bersifat karsinogenik. Kejadian berawal tahun 1960-an berdirinya industri farmasi Swiss, Hoffman-La Roche memilih Seveso sebagai lokasi pabriknya di Italia dan memproduksi 2,4,5trichlorophenol untuk disinfektan, kosmetik dan herbisida. Pabrik ini menghasilkan asap yang berbau, namun penduduk sekitar sudah terbiasa. Kecelakaan terjadi pada tanggal 10 Juli 1976, ketika reaktor akan dipanaskan dan terjadi retak pada katup pengamannya. Pada temperatur yang sesuai, reaksi kimiawi yang terjadi menghasilkan 2,3,7,8-TCDD. Sekitar 1 kg dioxin terbuang ke udara membentuk kabut melewati ribuan hektar disekitar kawasan pabrik. Penduduk di sekitarnya dievakuasi. Daerah sekitarnya dibagi menjadi 2 area bahaya. Area A penduduknya dievakuasi, dan dilarang menggunakan barang-barangnya. Ibu hamil dianjurkan untuk menggugurkan kandungannya, dan prianya dihawatirkan mengalami kerusakan pada fungsi genetiknya. Daun-daun pohon di sekitarnya menjadi rontok, binatang-binatang seperti terpanggang. Anak-anak dengan langsung menunjukkan gejala chloracne pada mukanya dan bagian lain di tubuhnya. Lokasi tragedi Seveso di Italia terdpat pada Gambar 3. Gambar 3. Lokasi tragedi Seveso di Italia Pembersihan daerah terkontaminasi merupakan usaha besar-besaran yang dilakukan, terutama pada pabrik itu sendiri yang tercemar berat. Pemerintah Italia akhirnya memutuskan penggunaan teknik insinerasi dan land filling bagi komponen-komponen pabrik tersebut. Land filling dalam tanah dilakukan dalam 2 lubang dengan proteksi kuat, yaitu dilapis bentonit dan lembaran polyethylene. Pohon-pohon terkontaminasi ditebang. Tanah terkontaminasi dikupas dengan kedalaman rata-rata 5 cm. Daerah tersebut kemudian dijadikan area taman. Pekerjaan ini membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun. Kasus tersebut ternyata tidak berhenti di sana, dengan timbulnya suatu kasus yang cukup meggegerkan daratan Eropa Barat pada tahun 1981, yaitu kasus transportasi dioxin antar negara. Ternyata penanggung jawab upaya pembersihan daerah Seveso tersebut mengirimkan 41 drum limbahnya untuk ditimbun di luar Italia. Drum tersebut diangkut oleh dua perusahaan swasta ke tempat yang tidak dispesifikasi secara jelas. Drum tersebut berlabel ‘bahan hidrokarbon aromatis’, dan tidak ditulis sebagai ‘Dioxin’, sedang asalnya ditulis dari Meda, bukan dari Seveso (tempat yang dikenal untuk kasus ini). Pengiriman ini bersifat rahasia, namun akhirnya beritanya tersebar di daratan Eropa dan menjadi pemberitaan hangat selama 9 bulan. Informasi yang didapat menyatakan bahwa drum tersebut akan diangkut ke Inggris untuk diinsinerasi, ke Jerman Timur untuk ditimbun di lahan-urug industri dan ke Jerman Barat untuk dikubur dalam bekas tambang. Tetapi tidak satupun yang sampai. Sembilan bulan kemudian setelah dilakukan pencarian yang melibatkan semua pihak di negara terkait, ternyata drum tersebut tersembunyi di suatu area pejagalan hewan di Perancis. Pihak Hoffman-La Roche harus bertanggung jawab untuk itu, dan harus mengeluarkannya dari Perancis, dan dibawa ke Swiss, sebagai negara asal industri tersebut. Kemudian dioxin tersebut baru diinsinerasi setelah 2,5 tahun dikeluarkan dari Seveso, yaitu pada November 1985. Berangkat dari pengalaman tersebut, masyarakat Eropa sadar akan pentingnya peraturan yang ketat tentang pengelolaan limbah berbahaya. Masyarakat ekonomi Eropa mencanangkan program kontrol bagaimana menangani dan mentransportasi limbah kimiawi yang berbahaya diantara anggotanya. d. Tragedi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl Bencana meledaknya PLTN yang berada di kota Pripyat, Ukraina menyebabkan dampak kerusahan luar biasa bagi pekerja, warga sekitar dan lingkungan. Kota Pripyat terletak tidak jauh dari perbatasan dengan Belarus dan Sungai Dnieper, yang dulunya merupakan bekas wilayah Uni Soviet. Pelepasan unsur radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer bumi hingga menyebar ke wilayah lain Uni Soviet dan Eropa. Awal mula terjadi bencana pada 26 April 1986, saat uji coba pada reaktor nomor 4 Chernobyl. Lonjakan daya terjadi saat uji coba dilakukan, namun ketika prosedur darurat untuk mematikan reaktor sebagai upaya pengamanan dilakukan, gelombang daya lebih besar menjadi pemicu pecahnya reaktor dan meyebabkan serangkaian ledakan. Ledakan tersebut membawa partikel debu radioaktif ke udara dan terbawa aliran udara ke sebagian besar wilayah Uni Soviet dan Eropa. Debu radioaktif menyebabkan 350.400 orang dievakuasi dari daerah terdampak paling besar di Belarus, Rusia. Sedangkan di Ukraina sebanyak 31 orang dinyatakan tewas. Selama kurun waktu 1986-2000 sebanyak 4.000 orang diperkirakan tewas, meliputi ratusan ribu anggota tim penyelamat dan warga kota, oleh Chernobyl Forum. Nilai tersebut belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang menderita kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita kanker tersebut, separuh diantaranya meninggal dunia. Namun, Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada tahun 2008 memaparkan korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang. Terlepas dari berapa angka pasti korban jiwa dari bencana Chernobyl, tragedi ini menyisakan kerusakan lingkungan yang luar biasa besar. Penyegelan dilakukan pada reaktor 4 dengan radius antara lokasi bencana dengan bangunan operasional menggunakan 200 meter kubik beton, dan pembangunan reaktor 5 dan 6 yang sedang berjalan tahap pembangunannya dihentikan setelah kejadian. Namun pihak pemerintah Ukraina tetap melakukan oprasional pada reaktor 1, 2, dan 3 karena keterbatasan sumber listrik negara. Hingga terjadi kebakaran pada reaktor 2 pada tahun 1999, akhirnya pemerintah Ukraina memutuskan untuk menutup PLTN. Reaktor nomor 1 dimatikan pada November 1996 sebagai bagian kesepakatan antara Ukraina dan beberapa organisasi internasional, termasuk IAEA, untuk mengakhiri operasional Chernobyl. Pada 15 Desember 2000, Presiden Ukraina Leonid Kuchma mematikan sendiri reaktor nomor 3 dalam sebuah seremoni yang sekaligus mengakhiri riwayat PLTN Chernobyl. Tragedi Chernobyl merupakan bencana nuklir terburuk di dunia. Menilik sektor finansial dan korban jiwa, kerugian material yang diakibatkan mencapai 18 miliar rubel atau setara dengan Rp 3,5 triliun. Hingga kini efek jangka panjang radiasi terhadap manusia bencana Chernobyl masih terus diselidiki. Seperti tragedi Biophal di India, tragedi meledaknya PLTN Chernobyl, merupakan kecelakaan dan menimbulkan kerusakan fatal bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Bagi sektor yang menggunakan bahan baku berbahaya B3 diharapkan menjaga oprasional produksinya sesuai prosedur baku agar mengeliminasi kecelakaan serupa. Meskipun pada kasus biophal di India ada unsur kesengajaan dari pihak industri untuk lepas tangan terhadap dampak kecelakaan tersebut. Disini peran serta pemerintah sebagai pihak yang mengatur dan mengawasi pengelolaan limbah B3 harus optimal berjalan. Pemerintah terkait harus mengusut kasus secara tuntas dan menuntut pertanggung jawaban dari pihak industri terkait kerusakan yang ditimbulkan. Sedangkan tragedi kasus yang terjadi di Seveso, Italia dan love canal New York, Amerika Serikat merupakan kelalaian dari pihak industri dalam pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan. Seperti pada kasus biophal, peran serta pemerintah diuji untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, untuk menjaga keamanan limbah B3, perlu dilakukan penetapan peraturan terkait sehingga keberlangsungan kesehatan masyarakat dan lingkugan dapat terjaga. e. Tragedi Minamata Jepang Tragedi Penyakit Minamata (M.d.) terjadi karena keracunan metilmerkuri (MeHg) yang terjadi pada manusia yang makan ikan dan kerang yang sudah terkontaminasi oleh MeHg dalam airlimbah dari pabrik kimia (Chisso Co Ltd). Pada bulan Mei 1956, bahwa penyakit minamata pertama kali secara resmi "ditemukan"di daerah Minamata, wilayah selatan-barat dari pulau terbesar di Jepang, Kyushu Island. Lokasi Minimata terdapat pada Gambar 4. Gambar 4. Lokasi Tragedi Minamata, Jepang Produk laut di Teluk Minamata menunjukkan telah terkontaminasi tingkat tinggi Hg sekitar 5,61-35,7 ppm. Kandungan Hg di rambut pasien, keluarga dan penduduk pantai Laut Shiranui juga terdeteksi pada tingkat yang tinggi (maks. 705 ppm). Gejala khas dari penyakit minamata adalah gangguan sensori, ataksia, dysarthria, penyempitan bidang visual, gangguan pendengaran dan tremor. Selanjutnya, janin juga dapat teracuni oleh MeHg ketika ibu mereka makan makanan yang terkontaminasi makhluk hidup laut yang tercemar. Selama 36 tahun terakhir, dari 2.252 pasien yang telah resmi diakui sebagai memiliki penyakit minamata sebanyak 1043 telah meninggal. Ilustrasi Efek Pencemaran Merkuri di Minamata, Jepang terdapat pada Gambar 5. Gambar 5. Ilustrasi Efek Pencemaran Merkuri di Minamata, Jepang Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia di Minamata (terletak di pulau Kyushu, JepangSelatan). Penduduk yang tinggal di sana sebagian besar berprofesi sebagai nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3 tenagapekerjanya), agar tidak menimbulkan masalah sosial pada awal pendiriannya. Kasus Minamata ini menjadi terkenal di dunia setelah terungkap sekitar 600 ton merkuri, yang digunakan sebagaikatalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap disana selama sekitar 45 tahun. Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadimethylmercure, dengan prakiraan 70–100 tahun akan persistan dialam. Merkuri secara alamiah dapat dikeluarkan oleh tubuh manusiasecepatnya melalui urin, sedang merkuri organik bersifatbiokumulasi, yang dapat menyerang syaraf dan otak. Proses Siklus Metil merkuri di Lingkungan terdapat pada Gambar 6. Gambar 6. Proses Siklus Metil Merkuri di Lingkungan Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitusejumlah ikan mati tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953–1956 gejala yang dikenal sebagai“kucing menari” ditemui pula pada manusia, beberapa diantaranyameninggal dunia. Tetapi Chisso pada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab, hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan oleh pemerintah.Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalammelacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian,tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan. Pencemaran merkuri tetap berlanjut, kasus penyakit ini juga terus berlanjut, terutama menyerang anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan yang meninggal, tanpa mengetahui penyebab masalah ini. Kasus ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978,sekitar 8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. Pada tanggal 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso, yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masingmasing 2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan yang dibebankan pada Chisso. Berangkat dari kasus tersebut, masyarakat dan Pemerintah Jepang sadar akan pentingnya peraturan yang ketat tentang pengelolaan limbah berbahaya. Komite Lingkungan Hidup dari Jepang mencanangkan program kontrol dan evaluasi bagaimana menangani dan mengelola limbah kimiawi yang berbahaya.