Uploaded by User36603

Limbah Syifa

advertisement
1. There have been many episodes or cases publicized since the 1950invloving hazardous
wastes and the damagethe caused to public health and environment. The love Canal
case is perhaps one of the most famous, but there are manyothers, involving such
substences as DDT, PCBs, mercury and dioxin. Visit our public or college library to
research the Love Canal episode in New York State, the Bopal, India, Incident
(1984),and at least one other case. Write a brief report on your findings.
Kesalahan dalam proses penanganan limbah B3 dapat menyebabkan permasalahan
besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Beberapa kasus mengenai limbah B3 ini
pernah terjadi di beberapa negara yang berbeda seperti tragedi love canal di New York AS,
tragedi Bhopal di India, tragedi Seveso Italia dan lainnya.
a. Tragedi love canal di New York-Amerika Serikat
Tragedi love canal New York di Amerika Serikat terjadi akibat dari pembuangan limbah B3
yang dilakukan oleh perusahaan secara sembunyi-sembunyi. Tragedi ini merupakan tragedi
dengan korban manusia dan lingkungan dalam skala besar dan sangat akut. Tragedi ini
bermula ketika William T. Love datang ke air terjun Niagara pada tahun 1890 untuk
membangun pembangkit listik tenaga air dengan harapan agar industri daerah sekitar akan
berkembang pesat. Pembangunan dimulai tahun 1893 dan berencana membuat kanal dari
bagian hulu dan hilir sungai Niagara sepanjang 7 mil dan di sekitar kanal tersebut akan
dibangun kawasan industri dan pemukimam untuk memanfaatkan tenaga listrik yang ada.
Pembangunan kanal tersebut terhenti karena suatu masalah dan menyisakan dua bagian
yang tidak terbuhung sepanjang seperempat mil. Kanal inilah yang selanjutnya menimbulkan
bencana bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya. Lokasi tragedy love canal di New York
terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi terjadinya Love Canal di New York
Kanal pada beberapa dekade selanjutnya dibeli oleh City of Niagara Falls dan manjadi
pusat industri terutama industri kimia yang menghasilkan produk berupa klor seperti
pestisida, DDT, endrin dan lainnya. Kanal tersebut dijadikan sebagai tempat penimbunan
limbah bahan-bahan kimia. Setelah kanal penuh dengan limbah, kanal ditimbun dengan
tanah, tanpa diberi tanda, pagar dan informasi apapun bahwa lokasi tersebut sebagai bekas
penimbunan limbah bahan kimia. Seiring dengan berkembangnya industri yang ada,
pembuangan limbah bahan kimia dalam kanal terjadi lebih dari 20 tahun.
Hooker Chemical and Plastic Corporation kemudian membeli tanah untuk pembuangan
bahan kimia pribadi dan sampai tahun 1953, perusahaan telah mengubur hampir 22.000 ton
limbah. Tahun 1953 pihak pemerintah daerah meminta Hooker Chemical untuk menjual
sebagian lahan kanal tersebut untuk pembangunan sekolah baru. Pihak Hooker menjual
sebagian kanal tersebut ke pengelola kota dengan sangat murah hanya seharga US $ 1 tanpa
memberitahu bahwa tanah itu sebelumnya telah digunakan untuk menimbun limbah B3.
Karena perkembangan pembangunan dan perluasan perkotaan bertahun-tahun
kemudian di atas tanah tersebut dibangun sekolah, perumahan, pasar dan aktifitas lainnya.
Sekolah dibangun di atas tempat penimbunan limbah dan sebagian lahan dijadikan taman
bermain. Pada tahun 1958 tiga anak-anak mengalami luka bakar akibat terpapar dengan
residu yang muncul ke permukaan. Pada tahun 1970-an tempat tersebut menjadi tempat
salah satu bencana lingkungan yang paling mengerikan dan terburuk dalam sejarah Amerika.
Udara di daerah tersebut mengandung bahan-bahan toksik yang berada di atas ambang
threshold-limit value (TLV). Survei kesehatan juga dimulai dan dijumpai bahwa keguguran
spontan ternyata 250 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Sampel darah yang
diambil juga menunjukkan indikasi adanya kerusakan hati yang meningkat. Kelahiran cacat
fisik dan mental juga sering dijumpai. Disamping itu, senyawa-senyawa toksik berhalogen
terdeteksi pada sistem penyaluran air buangan kota. Analisa lebih lanjut menemukan bahwa
cemaran kimia dalam konsentrasi tinggi telah mencemari air tanah, termasuk diantaranya 11
jenis cemaran penyebab kanker seperti benzene, chloform dan trichloroethylene.
Hooker Chemical akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa sekitar 22.000 ton limbah
kimia, diantaranya 200 ton trichlorophenol, telah ditimbun di lahan tersebut. Pada tahun
1976, air dari hujan lebat dan badai salju menyebabkan sejumlah besar limbah kimia
bermigrasi ke permukaan, dan mengkontaminasi seluruh lingkungan. Dalam tahun-tahun
berikutnya daerah tersebut terserang berbagai penyakit dan banyak bayi lahir langsung mati
dan keguguran, dan banyak bayi yang lahir dengan cacat. Studi informal saat ini mencatat
kejadian yang menakutkan.
Badan Zat Beracun dan Penyakit di Amerika Serikat, mengamati lebih dari 400 jenis bahan
kimia di udara, air, dan tanah, dengan kandungan benzena yang sangat tinggi dan sudah
diketahui karsinogenik.
Akhirnya, pada musim semi tahun 1978, Dr Robert P. Whalen menyatakan daerah sekitar
Love Canal berbahaya. Sekolah ditutup, tanah itu ditutup, dan lebih dari 200 keluarga
dievakuasi. Bahkan karena banyaknya kerusakan ada, pada akhirnya lebih dari 1.000 keluarga
harus pindah dari wilayah Love Canal.
Sebuah studi EPA mengungkapkan bahwa dari tiga puluh enam diuji, sebelas mengalami
kerusakan kromosom, dan bahwa dari lima belas bayi yang lahir antara Januari 1979 dan
Januari 1980, hanya dua yang sehat. Agen di tingkat negara bagian dan federal menghabiskan
ratusan juta dolar mencoba untuk membersihkan polusi akibat limbah B3.
Satu hal baik yang keluar dari tragedi itu adalah munculnya peraturan mengenai
lingkungan seperti Komprehensif Respon Lingkungan, Kompensasi, dan Kewajiban Undangundang, lebih dikenal sebagai "Hukum Superfund". Tujuannya adalah untuk mengumpulkan
pajak dari perusahaan gas dan kimia yang digunakan secara langsung untuk membersihkan
dan mengolah limbah B3 yang dihasilkan.
Tragedi Love Canal menyebabkan adanya perbaikan dan pengetatan peraturan-peraturan
yang berlaku di Amerika Serikat dalam menangani limbah B3, karena ternyata bukan hanya
lahan ini saja yang secara peraturan sebetulnya telah sesuai dengan yang berlaku. Kegiatan
remediasi lahan yang terkontaminasi akhirnya menjadi salah satu program yang digalakkan
di Amerika Serikat bagi lahan yang tercemar
b. Tragedi Bhopal di india
Tragedi Bhopal di India terjadi pada tahun 1984 dan merupakan kecelakaan industri yang
paling buruk dalam sejarah. Kecelakaan ini terjadi akibat kelalaian dari perusahaan yang ingin
melakukan “prosedur penghematan” tanpa memperhatikan keselamatan. Kecelakaan ini
terjadi di pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di kota Bhopal India yang
menyebabkan 40 metrikton metil isosianat (MIC) dikeluarkan dari pabrik.
Penyebabnya adalah karena masuknya air ke dalam tangki-tangki yang berisi MIC dan
menyebabkan terbentuknya banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan secara
darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya menetralisir gas
tersebut dimatikan untuk penghematan. Kecelakaan ini langsung menewaskan ribuan jiwa
dan melukai antara 150.000 hingga 600.000 lainnya dan 15.000 di antaranya kemudian
meninggal dari luka-luka tersebut.
Bencana bocornya gas beracun dari pabrik kimia Union Carbide di Bhopal 30 tahun lalu
yang menewaskan ribuan orang menjadi sorotan media Internasional. Para korban ibaratnya
mengalami bencana dan derita tanpa akhir. Para korban bencana kimia di Bhopal tidak
dipedulikan lagi. Ratusan ribu warga di sekitar pabrik kimia naas itu, yang terpapar gas
beracun, hingga kini masih menderita penyakit kronis. Lebih dari 500.000 warga Bhopal
terpapar racun kimia selain itu air tanah di seputar bekas pabrik masih tercemar berat dan
sampah kimia yang ditinggalkan begitu saja, tetap jadi ancaman bencana berikutnya. Kasus
kelahiran bayi cacat terus meningkat. Penyebabnya, orang tua mereka dulu terpapar gas
beracun yang bocor dari pabrik Union Carbide. Kasus kelahiran bayi cacat diperkirakan akan
terus diwariskan pada generasi kedua dan ketiga korban Bhopal. Lebih 25.000 ton sampah
beracun dibiarkan di kawasan terbuka di penampungan limbah pabrik.
Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan tidak
dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar di pabrik Union
Carbide. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah keselamatan tersebut dibiarkan
sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik
itu. Foto korban terkena dampak paparan gas tragedi Bhopal di India terdapat pada Gambar
2.
Gambar 2. Foto Korban Korban terkena dampak paparan gas tragedy Bhopal India
Sampai saat ini perusahaan tidak bertanggung jawab terhadap para korban dan
kerusakan lingkungan yang terjadi, pihak pemerintah juga tidak memberikan perhatian pada
kasus ini dan para korban masih berjuang untuk mendapatkan haknya.
Melihat pada kasus ini, sebuah industri yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun
harus melakukan prosedur K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang tepat agar tidak
terjadi bencana yang tidak diinginkan. Selain itu pihak pemerintah harus dengan ketat
mengawasi jalannya industri dan menerapkan wajib lapor bagi para industri penghasil limbah
B3.
c. Tragedi Seveso di Italia
Tragedi Seveso di Italia ini merupakan salah satu kasus limbah berbahaya yang terjadi
akibat peristiwa kabut dioxin. Dioxin adalah nama umum untuk grup polychlorinated
dibenzodioxins (PCDD) yang mempunyai potensi toksisitas tinggi dan semuanya bersifat
karsinogenik. Kejadian berawal tahun 1960-an berdirinya industri farmasi Swiss, Hoffman-La
Roche memilih Seveso sebagai lokasi pabriknya di Italia dan memproduksi 2,4,5trichlorophenol untuk disinfektan, kosmetik dan herbisida. Pabrik ini menghasilkan asap yang
berbau, namun penduduk sekitar sudah terbiasa.
Kecelakaan terjadi pada tanggal 10 Juli 1976, ketika reaktor akan dipanaskan dan
terjadi retak pada katup pengamannya. Pada temperatur yang sesuai, reaksi kimiawi yang
terjadi menghasilkan 2,3,7,8-TCDD. Sekitar 1 kg dioxin terbuang ke udara membentuk kabut
melewati ribuan hektar disekitar kawasan pabrik. Penduduk di sekitarnya dievakuasi. Daerah
sekitarnya dibagi menjadi 2 area bahaya. Area A penduduknya dievakuasi, dan dilarang
menggunakan barang-barangnya. Ibu hamil dianjurkan untuk menggugurkan kandungannya,
dan prianya dihawatirkan mengalami kerusakan pada fungsi genetiknya. Daun-daun pohon
di sekitarnya menjadi rontok, binatang-binatang seperti terpanggang. Anak-anak dengan
langsung menunjukkan gejala chloracne pada mukanya dan bagian lain di tubuhnya. Lokasi
tragedi Seveso di Italia terdpat pada Gambar 3.
Gambar 3. Lokasi tragedi Seveso di Italia
Pembersihan daerah terkontaminasi merupakan usaha besar-besaran yang dilakukan,
terutama pada pabrik itu sendiri yang tercemar berat. Pemerintah Italia akhirnya
memutuskan penggunaan teknik insinerasi dan land filling bagi komponen-komponen pabrik
tersebut. Land filling dalam tanah dilakukan dalam 2 lubang dengan proteksi kuat, yaitu
dilapis bentonit dan lembaran polyethylene. Pohon-pohon terkontaminasi ditebang. Tanah
terkontaminasi dikupas dengan kedalaman rata-rata 5 cm. Daerah tersebut kemudian
dijadikan area taman. Pekerjaan ini membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.
Kasus tersebut ternyata tidak berhenti di sana, dengan timbulnya suatu kasus yang
cukup meggegerkan daratan Eropa Barat pada tahun 1981, yaitu kasus transportasi dioxin
antar negara. Ternyata penanggung jawab upaya pembersihan daerah Seveso tersebut
mengirimkan 41 drum limbahnya untuk ditimbun di luar Italia. Drum tersebut diangkut oleh
dua perusahaan swasta ke tempat yang tidak dispesifikasi secara jelas. Drum tersebut
berlabel ‘bahan hidrokarbon aromatis’, dan tidak ditulis sebagai ‘Dioxin’, sedang asalnya
ditulis dari Meda, bukan dari Seveso (tempat yang dikenal untuk kasus ini). Pengiriman ini
bersifat rahasia, namun akhirnya beritanya tersebar di daratan Eropa dan menjadi
pemberitaan hangat selama 9 bulan. Informasi yang didapat menyatakan bahwa drum
tersebut akan diangkut ke Inggris untuk diinsinerasi, ke Jerman Timur untuk ditimbun di
lahan-urug industri dan ke Jerman Barat untuk dikubur dalam bekas tambang. Tetapi tidak
satupun yang sampai. Sembilan bulan kemudian setelah dilakukan pencarian yang
melibatkan semua pihak di negara terkait, ternyata drum tersebut tersembunyi di suatu area
pejagalan hewan di Perancis. Pihak Hoffman-La Roche harus bertanggung jawab untuk itu,
dan harus mengeluarkannya dari Perancis, dan dibawa ke Swiss, sebagai negara asal industri
tersebut. Kemudian dioxin tersebut baru diinsinerasi setelah 2,5 tahun dikeluarkan dari
Seveso, yaitu pada November 1985.
Berangkat dari pengalaman tersebut, masyarakat Eropa sadar akan pentingnya
peraturan yang ketat tentang pengelolaan limbah berbahaya. Masyarakat ekonomi Eropa
mencanangkan program kontrol bagaimana menangani dan mentransportasi limbah kimiawi
yang berbahaya diantara anggotanya.
d. Tragedi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl
Bencana meledaknya PLTN yang berada di kota Pripyat, Ukraina menyebabkan
dampak kerusahan luar biasa bagi pekerja, warga sekitar dan lingkungan. Kota Pripyat
terletak tidak jauh dari perbatasan dengan Belarus dan Sungai Dnieper, yang dulunya
merupakan bekas wilayah Uni Soviet. Pelepasan unsur radioaktif dalam jumlah besar ke
atmosfer bumi hingga menyebar ke wilayah lain Uni Soviet dan Eropa.
Awal mula terjadi bencana pada 26 April 1986, saat uji coba pada reaktor nomor 4
Chernobyl. Lonjakan daya terjadi saat uji coba dilakukan, namun ketika prosedur darurat
untuk mematikan reaktor sebagai upaya pengamanan dilakukan, gelombang daya lebih besar
menjadi pemicu pecahnya reaktor dan meyebabkan serangkaian ledakan. Ledakan tersebut
membawa partikel debu radioaktif ke udara dan terbawa aliran udara ke sebagian besar
wilayah Uni Soviet dan Eropa.
Debu radioaktif menyebabkan 350.400 orang dievakuasi dari daerah terdampak
paling besar di Belarus, Rusia. Sedangkan di Ukraina sebanyak 31 orang dinyatakan tewas.
Selama kurun waktu 1986-2000 sebanyak 4.000 orang diperkirakan tewas, meliputi ratusan
ribu anggota tim penyelamat dan warga kota, oleh Chernobyl Forum. Nilai tersebut belum
termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang menderita
kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita kanker tersebut, separuh diantaranya meninggal
dunia. Namun, Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada tahun 2008
memaparkan korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang. Terlepas dari berapa angka
pasti korban jiwa dari bencana Chernobyl, tragedi ini menyisakan kerusakan lingkungan yang
luar biasa besar. Penyegelan dilakukan pada reaktor 4 dengan radius antara lokasi bencana
dengan bangunan operasional menggunakan 200 meter kubik beton, dan pembangunan
reaktor 5 dan 6 yang sedang berjalan tahap pembangunannya dihentikan setelah kejadian.
Namun pihak pemerintah Ukraina tetap melakukan oprasional pada reaktor 1, 2, dan 3
karena keterbatasan sumber listrik negara. Hingga terjadi kebakaran pada reaktor 2 pada
tahun 1999, akhirnya pemerintah Ukraina memutuskan untuk menutup PLTN. Reaktor nomor
1 dimatikan pada November 1996 sebagai bagian kesepakatan antara Ukraina dan beberapa
organisasi internasional, termasuk IAEA, untuk mengakhiri operasional Chernobyl. Pada 15
Desember 2000, Presiden Ukraina Leonid Kuchma mematikan sendiri reaktor nomor 3 dalam
sebuah seremoni yang sekaligus mengakhiri riwayat PLTN Chernobyl.
Tragedi Chernobyl merupakan bencana nuklir terburuk di dunia. Menilik sektor
finansial dan korban jiwa, kerugian material yang diakibatkan mencapai 18 miliar rubel atau
setara dengan Rp 3,5 triliun. Hingga kini efek jangka panjang radiasi terhadap manusia
bencana Chernobyl masih terus diselidiki. Seperti tragedi Biophal di India, tragedi meledaknya
PLTN Chernobyl, merupakan kecelakaan dan menimbulkan kerusakan fatal bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Bagi sektor yang menggunakan bahan baku berbahaya B3
diharapkan menjaga oprasional produksinya sesuai prosedur baku agar mengeliminasi
kecelakaan serupa. Meskipun pada kasus biophal di India ada unsur kesengajaan dari pihak
industri untuk lepas tangan terhadap dampak kecelakaan tersebut. Disini peran serta
pemerintah sebagai pihak yang mengatur dan mengawasi pengelolaan limbah B3 harus
optimal berjalan. Pemerintah terkait harus mengusut kasus secara tuntas dan menuntut
pertanggung jawaban dari pihak industri terkait kerusakan yang ditimbulkan.
Sedangkan tragedi kasus yang terjadi di Seveso, Italia dan love canal New York,
Amerika Serikat merupakan kelalaian dari pihak industri dalam pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkan. Seperti pada kasus biophal, peran serta pemerintah diuji untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Selain itu, untuk menjaga keamanan limbah B3, perlu dilakukan
penetapan peraturan terkait sehingga keberlangsungan kesehatan masyarakat dan lingkugan
dapat terjaga.
e. Tragedi Minamata Jepang
Tragedi Penyakit Minamata (M.d.) terjadi karena keracunan metilmerkuri (MeHg)
yang terjadi pada manusia yang makan ikan dan kerang yang sudah terkontaminasi oleh
MeHg dalam airlimbah dari pabrik kimia (Chisso Co Ltd). Pada bulan Mei 1956, bahwa
penyakit minamata pertama kali secara resmi "ditemukan"di daerah Minamata, wilayah
selatan-barat dari pulau terbesar di Jepang, Kyushu Island. Lokasi Minimata terdapat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Tragedi Minamata, Jepang
Produk laut di Teluk Minamata menunjukkan telah terkontaminasi tingkat tinggi
Hg sekitar 5,61-35,7 ppm. Kandungan Hg di rambut pasien, keluarga dan penduduk pantai Laut
Shiranui juga terdeteksi pada tingkat yang tinggi (maks. 705 ppm). Gejala khas dari penyakit
minamata adalah gangguan sensori, ataksia, dysarthria, penyempitan bidang visual, gangguan
pendengaran dan tremor. Selanjutnya, janin juga dapat teracuni oleh MeHg ketika ibu mereka
makan makanan yang terkontaminasi makhluk hidup laut yang tercemar. Selama 36 tahun
terakhir, dari 2.252 pasien yang telah resmi diakui sebagai memiliki penyakit minamata sebanyak
1043 telah meninggal. Ilustrasi Efek Pencemaran Merkuri di Minamata, Jepang terdapat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Ilustrasi Efek Pencemaran Merkuri di Minamata, Jepang
Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia di
Minamata (terletak di pulau Kyushu, JepangSelatan). Penduduk yang tinggal di sana sebagian
besar berprofesi sebagai nelayan atau petani. Chisso mempekerjakan penduduk setempat
(sekitar 1/3 tenagapekerjanya), agar tidak menimbulkan masalah sosial pada awal pendiriannya.
Kasus Minamata ini menjadi terkenal di dunia setelah terungkap sekitar 600 ton merkuri, yang
digunakan sebagaikatalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap disana selama sekitar 45
tahun. Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadimethylmercure, dengan
prakiraan 70–100 tahun akan persistan dialam. Merkuri secara alamiah dapat dikeluarkan oleh
tubuh manusiasecepatnya melalui urin, sedang merkuri organik bersifatbiokumulasi, yang dapat
menyerang syaraf dan otak. Proses Siklus Metil merkuri di Lingkungan terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6. Proses Siklus Metil Merkuri di Lingkungan
Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitusejumlah ikan mati tanpa diketahui
sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang kadangkala berakhir dengan
kematian. Antara tahun 1953–1956 gejala yang dikenal sebagai“kucing menari” ditemui pula
pada manusia, beberapa diantaranyameninggal dunia. Tetapi Chisso pada awalnya belum
dicurigai sebagai penyebab, hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat
memakan ikan yang berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar
bahan yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar tersebut,
walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari pabrik tersebut.
Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan oleh pemerintah.Asosiasi
industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalammelacak masalah ini dengan melakukan
penelitian-penelitian,tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan.
Pencemaran merkuri tetap berlanjut, kasus penyakit ini juga terus berlanjut, terutama
menyerang anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang
keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan yang meninggal, tanpa
mengetahui penyebab masalah ini. Kasus ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya
mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya.
Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri dan
800 orang menderita sakit. Tahun 1978,sekitar 8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500
diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri
dihentikan dengan ditutupnya pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa Chisso
adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. Pada tanggal 22 Maret 1979
dua pemimpin Chisso, yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masingmasing 2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan yang
dibebankan pada Chisso.
Berangkat dari kasus tersebut, masyarakat dan Pemerintah Jepang sadar akan pentingnya
peraturan yang ketat tentang pengelolaan limbah berbahaya. Komite Lingkungan Hidup dari
Jepang mencanangkan program kontrol dan evaluasi bagaimana menangani dan mengelola
limbah kimiawi yang berbahaya.
Download