BANTUAN KEMANUSIAN MUHAMMADIYAH UNTUK KORBAN TRAGEDI LEGIAN-BALI Oleh Muchlas Rowi & Dyastiningrum Di tengah hiruk pikuk tudingan terorisme di balik tragedi Legian Bali, Muhammadiyah justru secara positif memberikan bantuan kemanusiaan. Muhammadiyah selalu terpanggil untuk melakukan aksi kemanusiaan sebagai wujud berdakwah. Tak terhalang sekat politik dan benturan kepentingan. Pada tanggal 24 Oktober 2002 yang lalu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyerahkan bantuan obatan-obatan bagi para korban bom di Legian Kuta, Bali. Utusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdiri ialah Dr Din Syamsudin, (Wakil ketua PP Muhammadiyah, Drs Haedar Nashir, M.Si (Sekretaris PP Muhammadiyah), dan Dr. Sudibyo Markus (Ketua MPK&KS PP Muhammadiyah). Rombongan juga disertai antara lain oleh M Hatta Abdullah (Direksi PT Surya Sarana Utama Yogyakarta) dan dr. Syarief (Direksi PT Surya Husada) beserta Pimpinan Wilyah muhammadiyah Bali. Bantuan obatan-obatan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut merupakan hasil kerjasama antara Majelis Kesehatan Muhammadiyah dengan PT Surya Husada dan PT Surya Sarana Utama-keduanya Badan Usaha Milik Muhammadiyah. Bantuan ldiserahkan langsung oleh Dr Dien Syamsudin, yang secara simbolik diwakili Dr Sudibyo Markus yang kemudian menyerahkan kepada Wakil direktur RS Sanglah Bali, Drs Ketut Nandra MM dan disaksikan oleh Thomas C Daniel, wakil konsul pada konsulat AS di Surabaya, yang juga diliput para wartawan. Bantuan obat-obatan yang merupakan bantuan kemanusian dari Muhammadiyah sebagai wujud kepedulian umat Islam terhadap tragedi tersebut sekaligus sekaligus ikut menanggulangi korban tragedi Bali. Bantuan tersebut lepas dari persoalan-persoalan dan isu-isu politik yang menyelimuti tragedi Legian sebagaimana marak di wilayah publik. Agenda Pasca Tragedi Tragedi bom di Legian Bali yang menelan korban 184 orang yang meninggal serta ratusan orang yang luka bakar. Tragedi tersebut bukan saja berdampak terhadap lesunya perekonomian di Bali dan perekonimian Indonesia secara keseluruhan. Namun 1 dampak lain yang perlu diantisipasi adalah masalah trauma psikologik dan kemungkinan retaknya keharmonisan hubungan antar umat beragama dalam masyarakat di kota pariwisata terkenal itu, terutama hubungan antara Hindu dan Islam di Bali . Bisa jadi munculnya masalah kerengangan hubungan antara Islam dan Hindu akibat seringnya provokasi berbagai media yang yang mengutip tokoh dari negara barat yang mengindikasikan keterlibatan Islam radikal dalam tragedi bom Bali. Lebih-lebih dengan dikait-kaitkannya jaringan Alqaidah dan Jama’ah Islamiyah dalam tragedi tersebut, yang secara simbolik bernuansa nama-nama dalam kelompok Islam. Demikian juga dengan penangkapan dan tudingan terhadap tokoh Majelis Mujahidin Indonesia, H. Abubakar Baa’syir, yang bagaimanapun bagian dari elit muslim. Tudingan dan pemunculan nama-nama tersebut jelas mendiskreditkan umat Islam atau setidak-tidaknya membawa asosiasi Islam dalam benak publik. Ketika rombongan Muhammadiyah dijemput oleh para pengurus Wilayah Muhammadiyah, dia menginformasikan bahwa sekarang hubungan social masyarakat Hindu Bali dan Muslim, mulai agak terganggu. Kini orang muslim yang kebetulan menghuni kawasan mayoritas Hindu sering dicurigai, bahkan kadangkala dilempar rumahnya. Hal ini diperparah dengan provokasi media yang cenderung menuding kelompok muslim tertentu dibalik pengeboman tersebut, justru memperparah hubungan tersebut. Kepedulian Muhammadiyah melalui bantuan obatan di samping wujud kepedulian umat Islam terhadap tragedi, juga Muhammadiyah ingin menunjukan kepada masyarakat Bali dan dunia internasional bahwa sesungguhnya tragedi peledakan bom di Bali tidak ada hubungan dengan kelompok agama tertentu dan Islam tidaklah akan mentolerir kejadian yang tidak beradab tersebut. Muhammadiyah juga ingin menunjukkan adanya pemisahan antara sikap kemanusiaan dengan unsur-unsur yang bersifat politik, lebih-lebih menyangkut nasib hidup manusia. Mengutip apa yang disampaikan oleh Prof Dr Din Syamsudin bahwa peledakan bom di Bali hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak berkemanusiaan dan tidak beragama. Din juga menyatakan, bahwa terorisme adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai agama, sehingga terorisme tidak ada hubungan dengan agama apapun. Selanjutnya Din Syamsudin melihat tragedi Bali bukan hanya masalah warga dan 2 masyarakat yang ada di Bali, tetapi juga menjadi masalah bangsa Indonesia secara keseluruhan. Dia mengajak semua komponen bangsa untuk bersatu padu menuntaskan masalah ini dan bersama-sama, bahu membahu bekerjasama untuk menaggulangi dampak dari targedi Bali yang luar biasa, baik di bidang ekonomi, politik, dan sosial. Tragedi Bali telah menjadikan umat Islam sebagai tertuduh secara kejam dan bangsa Indonesia sebagai terdakwa oleh kekuatan asing. Maka untuk menanggulangi dampak lebih jauh di bidang sosiall kemasyrakatan pemboman Bali menjadi pekerjaan rumah bagi muslim Bali dan warga Muhammadiyah Bali khusunya. Dari sini apa yang disampaikan oleh Wakil ketua PP Muhammadiyah mengenai perlunya kerjasama perlu ditindaklanjuti seluruh jajaran pimpinan Muhammadiyah di Bali. Dari Tragedi Bali jangan sampai muncul rusaknya hubungan kemanusiaan antar komponen masyarakat, lebih-lebih antara umat Islam dan Hindu serta masyarakat di Bali yang selama ini hidup rukun dan damai. Karena itu diperlukan peran aktif mengadakan pendekatan dengan tokoh-tokoh Hindu perlu terus dilakukan. Barangkali konsep dawah kultural yang pernah dirumuskan pada Tanwir Muhammadiyah Bali bisa menjjadi landasan seluruh aktifis untuk merumuskan cara pendekatan dawah dengan masayarakat Hindu Bali Kebetulan dalam kunjungan ke Bali itu, Sekretaris PP Muhammadiyah Haedar Nashir, sempat berdiskusi dengan seluruh PW Muhammadiyah bali, termasuk Majelis dan organisasi otonomnya. Dalam kesempatan itu berkembang pula berbagai informasi seputar tragedi Legian Bali, termasuk pasca pengeboman. Muhammadiyah ikut aktif untuk menggalang komunikasi antarkomponen masyarakat terutama melalui forum komunikasi antar umat beragama. Ada kisah menarik dari tragedi Legian itu. Apa yang pernah diungkapkan oleh salah seorang aktifis Muhammadiyah pada acara dialog dengan Drs. Haedar Nashir, M.Si, yaitu mengenai keterlibatan seorang aktifis dalam menangani “pengobatan” dengan air putih sekadar untuk menjadi penawar dari kekalutan psikologis. Namun yang perlu diambil manfaatnya adalah munculnya kepercayaan masyarakat Hindu Bali terhadap pemeluk agama Islam. Munculnya kepercayaan dalam kontek dawah Muhammadiyah bisa merupakan pintu pembuka bagi pengembangan dawah 3 perseyarikatan khususnya PWM Bali. Walaupun bisa jadi apa yang dilakukan aktifis Muhammadiyah tersebut merupakan prilaku spontanitas. “Itu sebagai proses berdakwah, tetapi harus dilakukan pencerahan dan tidak boleh dilembagakan, sebab pada akhirnya dakwah Muhammadiyah harus membawa pada perubahan nilai sebagaimana pesan Islam”, ujar Haedar Nashir seraya memberi pesan atas peristiwa tersebut. Memang, pasca tragedi Legian, baik Muhammadiyah maupun segenap komponen masyarakat Bali dituntut untuk tidak menjadi korban berbagai prasangka negatif yang menghancurkan tatanan beragama, tatanan bermasyarakat dan berbangsa. Bantuan obatobatan yang diberikan Muhammadiyah tidak lain membawa pesan kemanusiaan yang luhur ke arah merekat harmoni sosial di wilayah Bali. ---------------Penulis adalah Direktur dan staf PT Surya Sarana Utama Yogyakarta Sumber: SM-23-2002 4