Uploaded by rifangendut12

WARALABA

advertisement
WARALABA (FRANCHISE)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu : Prasetyo Kurniawan, S.E, M.M
Disusun Oleh :
Muhammad Rifan Aditio
NIM : 191010505573
Kelas 01SMJM038/Ruang A639
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikuti petunjuk beliau sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Esa, akhirnya saya dapat menyelesai kan makalah dengan judul
“Waralaba” yang di bimbing oleh bapak Prasetyo Kurniawan S.E, M.M.
Makalah ini dibuat dengan sesederhana mungkin, dengan bahasa yang
mudah dimengerti. Waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan
hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
mustahil jika makalah ini tidak ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar
relevan yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, Amin Yarabbal’alamin.
Tangerang, 12, Oktober 2019
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Waralaba (franchise) ................................................................... 3
2.2 Pengertian Waralaba ................................................................................ 4
2.3 Pemberi dan Penerima Waralaba ............................................................. 6
2.4 Ciri-ciri Waralaba ..................................................................................... 6
2.5 Jenis-jenis Waralaba ................................................................................. 6
2.6 Macam-macam waralaba ......................................................................... 7
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Waralaba ...................................................... 9
2.8 Biaya Waralaba ........................................................................................ 10
2.9 Dasar Hukum Perundang Undangan tentang Waralaba ........................... 16
2.10 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Waralaba .................................... 16
2.11 Asas-asas Hukum Kontrak ...................................................................... 19
2.12 Keagenan dan Distributor Waralaba ........................................................ 20
2.13 Distributor ................................................................................................ 20
2.14 Bentuk-bentuk Kontrak ............................................................................ 22
2.15 Penyebab Kegagalan Waralaba ................................................................ 22
2.16 Akibat Hukum Kepailitan terhadap Harta Kekayaan Debitur Pailit ........ 23
2.17 Hak Kekayaan Intelektual sebagai Hak Kebendaan ................................ 23
2.18 Akibat Kepailitan Terhadap Seluruh Perbuatan Hukum Debitur yang
Dilakukan Sebelum Putusan Persyaratan Pailit Diucapkan ..................... 25
2.19 Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Timbal Balik yang Dilakukan oleh
Debitur Ketika Terjadi Kepailitan ............................................................ 26
ii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27
3.2 Lampiran .................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya mengenai waralaba (franchise) masih belum banyak
diminati oleh pengusaha-pengusaha menengah keatas. Waralaba merupakan
suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki HAKI (Hak
Atas Kekayaan Intelektual) yang utamanya merek dan sistem manajemen,
keuangan dan pemasaran yang telah mantap (Established).
Pewaralaba adalaha pemilik dari perusahaan yang mempunyai HAKI
(Hak Atas Kekayaan Intelektual), dan Terwaralaba adalah perusahaan atau
individu yang menggunakan atuau memanfaatkan HAKI dan sistem bisnis
pemilik waralaba (Pewaralaba). Pemilik waralaba wajib memberikan bantuan
teknis, manajemen dan pemasaran kepada mitra waralaba dan sebagai imbal
baliknya, mitra waralaba (Terwaralaba) harus membayar sejumlah biaya
kepada pemilik waralaba (Pewaralaba).
Hubungan kemitraan usaha antar kedua pihak dikukuhkan dalam
suatu kontrak/perjanjian lisensi. Waralaba sebagai suatu pola kemitraan yang
merujuk pada Undang-Undang no. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang
telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang no. 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu waralaba ?
2. Dasar hukum pada waralaba ?
3. Sanksi pelanggaran HAKI pada bisnis waralaba ?
4. Sistem manajemen dalam bisnis waralaba ?
5. Kontrak/perjanjian dalam bisnis waralaba ?
1
1.3 Maksud dan Tujuan
Dalam makalah ini mengenai Waralaba diharapkan pembaca dapat
mengetahui tentang jalur bisnis waralaba agar tidak semena-mena dalam
menjalankan bisnis terutama di jalur waralaba. Dan makalah ini disusun
dengan tujuan agar pembaca diharapkan dapat membuka peluang bisnis yang
baru dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas hingga dapat
memanfaat kan sumber daya yang tersedia di Indonesia agar dapat
memajukan bangsa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Waralaba (Franchise)
Waralaba
dikenal
di
Indonesia sejak tahun 1970-an
dengan
mulai
masuknya
franchise luar negeri seperti
Kentucky
Fried
Chicken,
McDonald’s, Pizza Hut, dan lain
sebagainya, walaupun sistem
franchise ini sudah ada di Indonesia seperti yang diterapkan Bata dan yang
hampir menyerupainya adalah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar
Umum).
Sesudah perang dunia II, usaha eceran mengadakan perubahan dari
orientasi produk ke orientasi pelayanan. Disebabkan kelas menengah mulai
sangan mobile dan mengadakan relokasi dengan jumlah besar ke daerahdaerah pinggiran kota, maka banyak rumah makan/restoran atau drive in
mengkhususkan dalam makanan siap saji dan makanan yang bisa segera
dimakan di perjalanan.
Pada awal tahun 1990-an International Labour Organization (ILO)
pernah menyarankan pemerintah Indonesia untuk menjalankan sistem
franchise guna memperluas lapangan pekerjaan sekaligus merekrut tenagatenaga kerja ahli franchise untuk melakukan survey, wawancara, sebelum
memberikan rekomendasi. Hasil kerja para ahli franchise tersebut
menghasilkan “Franchise Resource Centre” dimana tujuan lembaga tersebut
adalah
mengubah
berbagai
macam
usaha
menjadi
franchise
serta
mensosialisasikan sistem franchise ke masyarakat Indonesia.
Istilah franchise ini selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan
masyarakat, khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik perhatian
banyak pihak untuk mendalaminya kemudian istilah franchise di Indonesia
3
diberi istilah ”Waralaba” yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga
Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM) sebagai padanan istilah
franchise. Waralaba berasal dari kata “Wara” (lebih atau istimewa) dan
“Laba” (keuntungan), maka waralaba berarti usaha yang memberikan laba
lebih/istimewa.
2.2 Pengertian Waralaba (Franchise)
Waralaba (Inggris : Franchising, Prancis : Affrainchir) untuk
kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk ataupun
jasa pelayanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang
dimaksud waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak hak
memanfaatkan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam
rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Waralaba merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu
suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya
disebutkan pula bahwa waralaba dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk
(franchisor) memberikan individu / perusahaan lain yang berskala kecil dan
menengah (franchisee), hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem
usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu,
disuatu tempat tertentu.
Dari segi bisnis dewasa ini, istilah waralaba dipahami sebagai bentuk
kegiatan pemasaran dan distribusi. Didalamnya sebuah perusahaan besar
memberikan hak untuk menjalankan bisnis secara tertentu dan dalam waktu
dan tempat tertentu kepada individu atau perusahaan yang relatif kecil.
Waralaba merupakan salah satu bentuk metode produksi dan distribusi barang
atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan sistem eksploitasi
tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut meliputi kesamaan dan
penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem produksi, tata cara
pengemasan, penyajian, dan pengedarannya.
4
Adapun beberapa definisi lainnya mengenai waralaba (franchise),
yaitu sebagai berikut:
1. Munir Fuady menyatakan bahwa waralaba adalah suatu cara untuk
melakukan kerjasama dibidang bisnis antara 2 (dua) perusahaan atau lebih,
yang dimana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak lain
sebagai franchisee, yang terdapat didalamnya diatur bahwa pihak-pihak
franchisor sebagai pemilik suatu merek yang terkenal, memberikan hak
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari / atas produk barang
atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji
keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar
hubungan yang ekslusif maupun non-eksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan
tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal tersebut.
2. Menurut PP Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, waralaba adalah
hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan cirikhas usaha dalam rangka memasarkan barang atau
jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh
pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
3. Menurut Blake & Associates (Blake, 1996), kata franchise berasal dari
bahasa Prancis kuno yang berarti bebas. Pada abad pertengahan franchise
diartikan sebagai hak utama atau kebebasan.
4. Menurut Queen (1993;4-5), franchise adalah kegiatan pemberian lisensi dari
pemegan usaha (franchisor) kepada pembeli merek usaha (franchisee) untuk
ber-usaha dibawah nama dagang franchisor berdasarkan kontrak dan
pembayaran royalty.
5. European Code of Ethics for Franchising, “franchise adalah sistem
pemasaran barang, jasa atau teknologi, yang didasarkan pada kerjasama
tertutup dan terus menerus antara pelaku-pelaku independent (maksudnya
franchisor dan individual franchisee) dan terpisah baik secara legal (hukum)
dan keuangan, dimana franchisor memberikan hak individual kepada
franchisee, dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya
sesuai dengan konsep franchisor.
5
6. Menurut Winarto (1995, p.19), waralaba (franchise) adalah hubungan
kemitraan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru
atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan
khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada
konsumen.
7. Asosiasi Franchise Internasional, “suatu hubungan berdasarkan kontrak
atau franchisor dengan franchisee. Pihak franchisor menawarkan dan
berkewajiban menerima kepentingan terus-menerus pada usaha franchise
dalam aspek-aspek pengetahuan dan pelatihan. Sebaliknya franchise memiliki
hak untuk beroperasi dibawah merek atau nama dagang yang sama, menurut
format dan prosedur yang ditetapkan oleh franchisor dengan modal dan
sumber daya franchisee sendiri.
2.3 Pemberi dan Penerima Waralaba
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud
dengan pemberi waralaba dan penerima waralaba, yaitu :

Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan
yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual, atau cirikhas usaha yang
dimilikinya.

Penerima waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau perorangan
yang diberikan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelekual atau penemuan, atau cirikhas usaha yang dimiliki
pemberi waralaba.
6
2.4 Ciri-ciri Waralaba
1. Harus mempunyai merek (nama termasuk derivatifnya): Logo, motto atau
Perusahaan.
2. Harus mempunyai sistem bisnis yang dapat digandakan, yang dimaksud
sistem bisnis yang digandakan adalah semua perangkat operasional bisnis;
mencakup standarisasi produknya, metode pengolahannya atau metode
jasa, standar iklannya, sistem keuangannya, sistem kontrol inventory, dan
lain sebagainya.
3. Ada biaya atau fee yang dibayarkan, biaya yang terkait dengan adanya
waralaba ini adalah initial fee, biaya awal, investasi awal apapun
namanya, yang dikaitkan dengan perjanjian waralaba.
4. Adanya pelatihan awal, pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang
diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan.
2.5 Jenis Waralaba
Adapun jenis waralaba terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih
jelas, mereknya sudah diterima diberbagai dunia, dan lebih bergengsi.
2. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk
orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki
pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan
oleh pemilik waralaba.
2.6 Macam-macam Waralaba
Menurut Mohammad Su’ud (1994;4445) bahwa dalam praktek franchise
terdiri dari empat bentuk yaitu :
1. Product Franchise
Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise hanya bertindak
mendistribusikan produk dari partnernya dengan pembatasan areal.
7
2. Processing or Manufacturing Franchise
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk
membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan
menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini
seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.
3. Bussiness Format atau System Franchise
Franchisor memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu
paket, seperti yang dilakukan oleh McDonald’s dengan membuat variasi
produknya dalam bentuk paket.
4. Group Trading Franchise
Bentuk franchise yang merujuk pada pemberian hak mengelola toko-toko
grosir maupun pengecer yang dilakukan toko serba ada.
Sedangkan menurut International Franchise Association (IFA)
merupakan organisasi franchise internasional yang beranggotakan Negaranegara didunia, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa
digunakan di Amerika Serikat, yaitu :
1. Product Franchise
Produsen
menggunakan
produk
franchise
untuk
mengatur
bagaimana cara pedagang eceren menjual produk yang dihasilkan oleh
produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk
mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik
toko untuk menggunakan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus
membayar biaya atau pembeli persediaan minimum sebagai timbal balik
dari hak-hak ini. Contohnya, toko ban yang menjual produk dari
franchisor, menggunakan nama dagang, serta metode pemasaran yang
ditetapkan oleh franchisor.
2. Manufacturing Franchise
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk
membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan
menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini
sering kali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.
8
3. Bussiness Opportunity Ventures
Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk
membeli dan mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan
tertentu. Perusahaan harus menyediak pelanggan atau rekening bagi
pemilik bisnis, dan sebagai timbal baliknya pemilik bisnis harus
membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contoh,
perusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau distributorship.
4. Bussniess Format Franchising
Ini merupakan bentuk franchising yang popular didalam praktek.
Melalui pendekatan ini, perusahaan yang menyediakan suatu metode yang
telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis, bagi pemilik bisnis dengan
menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya
perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis
membayar
sejumlah
royalty.
Kadang-kadang,
perusahaan
juga
mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari perusahaan.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Waralaba
Waralaba juga memiliki kelebihan dan kekurangan. “Seperti dalam
praktek retailing, franchising menawarkan keuntungan untuk memulai suatu
bisnis baru dengan cepat berdasar pada suatu merek dagang yang telah
terbukti bisnisnya, tidak sama seperti membangun suatu merek dan bisnis
baru dari awal mula.” Menurut Rachmadi kelebihan lainnya dari sistem
franchise bagi franchisee, antara lain :
1. Pihak franchisor memiliki akses pada permodalan dan berbagi biaya
dengan franchisee dengan resiko yang relatif lebih rendah.
2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis
dengan cara cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang
telah teruji dan terbukti kredibilitas mereknya.
9
3. Franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal
pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan
pemasaran.
Sedangkan kekurangan sistem franchise bagi franchisee adalah :
1. Sistem franchise tidak memberikan kebebasan penuh kepada franchisee
karena franchisee terikat perjanjian dan harus mengikuti sistem dan
metode yang telah dibuat oleh franchisor.
2. Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan merek
terkenal belum tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan kecermatan
dan kehati-hatian franchisee dalam memilih usaha dan mempunyai
komitmen dan harus bekerja keras serta tekun.
3. Franchisee harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik
dalam hubungannya dengan franchisor.
4. Tidak semua janji franchisor diterima oleh franchisee.
5. Masih adanya ketidakamanan dalam suatu franchise, karena franchisor
dapat memutuskan atau tidak memperbaharui perjanjian.
2.8 Biaya Waralaba
Terdapat 2 (dua) biaya dalam bisnis waralaba meliputi :
1. Ongkos awal, biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh
pemilik waralaba (franchisee) untuk membuat tempat usaha sesuai
dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI. Dimulai
dari Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) hingga Rp. 1.000.000.000,(Satu Miliar Rupiah).
2. Ongkos Royalti, dibayarkan kepada pemegang waralaba (franchisee)
setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalty berkisar 5
sampai 15% (persen) dari penghasilan kotor. Ongkos royalty yang layak
adalah 10%. Lebih dari 10% biasanya biaya yang dikeluarkan untuk
pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
Berikut 2 contoh waralaba lokal.
10
1. Alfamart
Alfamart dulu bernama Alfa Minimart. Lalu pada tanggal 1 Januari 2003
diganti dengan nam Alfamart. Visi Alfamart adalah “Menjadi jarindan
distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi
pada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan
konsumen, serta mampu bersaing secara global.” Misi Alfamart
“Memberikan kepuasan pada konsumen dengan berfokus pada produk
dan pelayanan berkualitas unggul.”
Alfamart
merupakan
perusahaan
jasa
distributor
eceran
yang
menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari. Target geografisnya adalah
area perumahan, fasilitas publik, dan gedung perkantoran. Target
demografi utamanya adalah ibu rumah tangga serta kelompok sosial
ekonomi kelas menengah.
A. Tawaran Franchise
Keuntungan bermitra dengan Alfamart antara lain :
a. Survei lokasi secara mendetail dan perencanaan desain toko.
b. Target pasar jelas.
c. Seleksi produk berkualitas sesuai dengan standard Alfamart.
d. Bantuan seleksi dan pelatihan karyawan.
e. Paket sistem dan administrasi keuangan toko.
f. Promosi dan pembukaan toko.
g. Panduan, bimbingan operasional, supervise, dan konsultasi selama
lima tahun.
h. Tergabung dalam jaringan Alfamart.
B. Persyaratan untuk menjadi franchisee Alfamart yang harus dipenuhi :
1. Perorangan / badan usaha (Koperasi, CV, PT, dan lain-lain)
2. WNI (Warga Negara Indonesia)
3. Sudah atau akan memiliki tempat usaha dengan luas 80m² (diluar
gedung dan tempat tinggal karyawan)
11
4. Memenuhi persyaratan perizinan
5. Mempunyai area yang cukup
6. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang berlaku di Alfamart
Adapun tahapan yang perlu dilalui oleh calon franchisee antara lain :
1. Presentasi 1
2. Usulan lokasi disetujui
3. Presentasi 2
4. Perjanjian franchise
Ada beberapa paket tawaran investasi. Utuk luas toko 80m² dengan 36 rak,
investasi awalnya adalah Rp. 300.000.000,- paket 45 rak dengan luas toko
100m² Rp. 330.000.000,- dan paket 54 rak dengan luas toko 120m² Rp.
380.000.000,-. Tempat usaha disediakan sendiri oleh franchisee (milik
pribadi atau sewa) dengan persetujuan Alfamart.
Royalti fee yang dikenakan pada franchisee dihitung secara progresif atas
penjualan bersih perbulan dengan keuntungan sebagai berikut :
Penjualan Bersih
Presentase
Rp. 0,- > Rp. 75.000.000,-
0%
Rp. 75.000.000,- > Rp. 100.000.000,-
2%
Rp. 100.000.000,- > Rp. 150.000.000,-
2.5%
Ø Rp. 150.000.000,-
3%
2. PT GUNUNG SLAMET
a. Our Excellent Process
Proses produksi PT. Gunung Slamet adalah kombinasi dari pekerja
terampil
dan
teknologi
terkemuka.
Saat
ini
perusahaan
memperkerjakan sekitar 2000 staff. Pengemasan menggunakan mesin
dari jerman dan italia. Salah satunya adalah teknologi knotting system,
yang dapat menghasilkan 350 kantung teh per detik. Produksi teh
wangi : pengeringan teh hijau, peragian, proses pewangian,
penyortiran bunga, dan pengeringan teh wangi.
12
b. Our Strict Quality Control
Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang konsisten, PT.
Gunung Slamet bertahan pada pengendalian mutu yang teliti. Dalam
kaitan dengan ini, PT. Gunung Slamet memperoleh beberapa sertifikat
seperti :

HALAL sertifikat dari MUI

HACCP sertifikat dari McDonald’s

WSI (Worldwide Supplier Identification) & WRIN (Worldwide
Raw Item Number) dari McDonald’s
c. Our Mutual Partnership
Perusahaan besar di Indonesia membina partnership dengan PT.
Gunung Slamet dalam kaitan dengan dedikasinya dalam memproduksi
produk bermutu. McDonald’s dan Nustika Ratu serta yang lain
menggunakan bahan baku kantung teh.
d. Our Loyal Customer
Produksi seperti Teh Cap Botol, Teh Celup Sosro dan Teh Cap Poci di
distribusikan secara nasional sedangkan sisanya tergantung pada
permintaan pasar. Distribusi produk dilaksanakan oleh perwakilan
lokal di seluruh Indonesia.
e. About Tea
Introduction of tea to Indonesia
Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda
bernama Dr. Andreas Clayer membawanya ke Indonesia yang pada
saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun
1728, Pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan
mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk
dibudidayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan
baru berhasil setelah tahun 1824 Dr. Van Siebold seorang ahli bedah
Tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di
Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari
Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada
13
tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan
pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan
Gubernur Van Den Bosch, teh menjadi salah satu tanaman yang harus
ditanam rakyat melalui Politik Tanam Paksa (Cultur Tsetsel). Pada
masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil
alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh
juga dilakukan oleh pihak swasta.
f. Product
Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, Teh Cap Sadel, Teh Cap Trompet, Teh
Cap Berko, Es Teh Cap Poci.
g. Konsep Bisnis Es Teh Cap Poci
1. Menciptakan ENTERPRENEURS melalui Unit Usaha Mandiri
(UKM)
2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru
3. Menciptakan peluang pasar baru
h. Biaya Investasi Awal
Paket meja 1 (Meja Kecil) : Rp. 5.000.000,Paket meja 2 (Meja Besar) : Rp. 7.500.000,(harga bisa berubah sewaktu-waktu)
i. Barang-barang yang didapatkan
1. Meja counter
2. Cooler box
3. Container es teh
4. Termos
5. Teko listrik
6. Mesin seal
7. Centong kayu
8. Sendok besar
9. Saringan
14
j. Keuntungan Bisnis Es Teh Cap Poci

Biaya
investasi awal
paling ringan
)Rp.5.000.000,- dan
Rp.7.500.000,-)

Return On Investment (balik modal) paling cepat (penjualan
70cup/hari, ROI = 3,4 bulan)

Modal kecil, untung besar (modal kerja : Rp.1,219/cup)

Harga jual : tidak terikat dan tidak mematok

Dibawah naungan perusahaan terkemuka ahlinya teh
k. Perhitungan Laba Es Teh Cap Poci
Paket meja 1 (ini hanya ilustrasi)

Analisis usaha
 Biaya Investasi Awal : Rp.5.000.000, Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup/hari
 Hraga Jual Es Teh Cap Poci : Rp. 2.500
 Omset/bulan :70cup X 30 hari X Rp. 2.500,- = Rp. 5.250.000,-

Biaya Variabel
 Sewa tempat : Rp. 500.000, SDM : Rp. 700.000, Modal kerja : Rp. 2.559.000, Jumlah : Rp. 3.759.000, Laba : Rp.5.250.000,- - Rp.3.759.000,- = Rp.1.490.000, Return Of Investment : 3 sampai 4 bulan (balik modal)

Perhitungan Modal Kerja
 Modal biaya /cup : Rp.1.219, Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup
 Hari Kerja : 30 hari
 Modal Kerja /bulan : Rp. 1.219,- X 70 cup X 30 hari =
Rp.2.559.000,-
15
2.9 Dasar Hukum Perundang-Undangan Tentang Peraturan Franchise
1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s.d
1456 KUH Perdata
2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar &
Komisioner)
3. Undang-Undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum
4. Undang-Undang penanaman modal asing
2.10 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Waralaba
Pemerintah sebagai pemegang otoritas mempunyai kekuasaan untuk
menerapkan peraturan-peraturan yang menyangkut hubungan bisnis bagi para
pihak sekaligus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UndangUndang, yaitu agar supaya Undang-Undang pemerintah tersebut dapat
dilaksanakan
dengan
baik
tanpa
adanya
suatu
pelanggaran
atau
penyelewengan. Perhatian pemerintah yang begitu besar ini bertujuan
memberikan perlindungan hukum serta kepastian hukum agar masing-masing
pihak merasa aman dan nyaman dalam menjalankan bisnis khususnya yang
terlibat dalam bisnis waralaba ini.
Hukum bisnis waralaba idealnya untuk melindungi kepentingan para pihak
namun kenyataan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang
diharapkan. Seperti yang di kemukakan oleh Roscoe Pound yang membagi 3
(tiga) golongan yang harus dilindungi oleh hukum yaitu :
1. Kepentingan umum
2. Kepentingan sosial
3. Kepentingan perseorangan
Akan tetapi posisi pemberi waralaba yang secara ekonomi lebih kuat akan
memberikan pengaruhnya pula bagi beroperasinya hukum di masyarakat.
Hukum mempunyai kedudukan yang kuat, karena konsepsi tersebut
memberikan kesempatan yang luas kepada negara atau pemerintah untuk
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membawa masyarakat
16
kepada tujuan yang dikehendaki dan menuangkannya melalui peraturan yang
dibuatnya. Dengan demikian hukum bekerja dengan cara memberikan
petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan. Peraturan
Pemerintah RI No. 16 tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 yang kini telah
dicabut dengan dikeluarkannya peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah
RI No. 42 tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007.
Waralaba menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 1997
adalah “perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa.”
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 pasal
1 ayat (1) menyebutkan pengertian waralaba adala : “hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian waralaba.”
Dalam franchise terdapat 2 (dua) pihak yang terlibat yaitu franchisor dan
franchisee dimana masing-masing pihak terikat dalam suatu perjanjian yaitu
perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 dalam pasal
1 ayat (2) yang dimaksud franchisor atau pemberi waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan
dan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba,
dan dalam pasal 1 ayat (3) yang dimaksud franchisee atau penerima waralaba
adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi
waralaba untuk memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimiliki
pemberi waralaba.
17
Sementara itu dalam pasal 3 ada enam syarat yang harus dimiliki suatu
usaha apabila ingin diwaralabakan yaitu :
1. Memiliki ciri khas usaha
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan atau jasa yang
ditawarkan yang dibuat secara tertulis
4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan
6. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar
Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHP
diperlukan empat syarat yaitu :
1. Kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak
2. Kecapakan bertindak
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal (Geoorloofde oorzaak)
Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi diatur diluar
pasal 1320 KUHP, yaitu sebagai berikut :
1. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik
2. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasan yang berlaku
3. Kontrak usaha dilakukan berdasarkan kepatutan
4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum
2.11 Asas-asas Hukum Kontrak
Yang dimaksud dengan asas-asas hukum kontrak adalah prinsip yang
harus dipegang bagi para pihak yang mengikatkan diri kedalam hubungan
hukum kontrak. Menurut hukum perdata, sebagai dasar hukum utama dalam
berkontrak, dikenal 5 (lima) asas penting sebagai berikut.
18
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur
maupun yang belum diatur dalam undang-undang.
2. Asas Konsesualisme
Asas Konsesualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUHP.
Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian,
yaitu adanya kesepakatan dua belah pihak.
3. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya undang-undang.
4. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur
dan
debitur
harus
melaksanaka
substansi
kontrak
berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan yang baik dari para
pihak.
5. Asas Kepribadian
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang yang
akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja.
2.12 Keagenan dan Distributor Waralaba
Agen atau agent adalah perusahaan nasional yang menjalankan keagenan.
Sedangkan keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merek
(Principal) dan suatu perusahaan dalam menunjukan untuk melakukan
perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan / distribusi barang modal
atau produksi industri tertentu.
Jasa keuangan adalah jasa usaha perantara untuk melakukan suatu
transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen dari satu pihak dan
konsumen di lain pihak. Agen bertindak melakukan perbuatan hukum
19
misalnya barang atau jasa tidak atas namanya sendiri tetapi atas nama
prinsipal. Agen dalam hal ini berkedudukan sebagai perantara.
Jika agen mengadakan transaksi dengan konsumen maka barang
dikirimkan langsung dari Principal ke konsumen. Jenis-jenis keagenan adalah
sebagai berikut :
1) Agen manufaktur
Agen manufaktur adalah agen yang berhubungan langsung dengan pabrik
untuk melakukan pemasaaran atas seluruh atau sebagian barang-barang
hasil produksi pabrik tersebut.
2) Agen penjualan
Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual,
yang bertugas untuk menjual barang-barang milik pihak Principal kepada
pihak konsumen.
3) Agen pembelian
Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli,
yang bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang
telah ditentukan.
4) Agen umum
Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk
melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
5) Agen khusus
Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus per
kasus atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut.
6) Agen tunggal/eksklusif.
Agen tunggal/eksklusif adalah penunjukan hanya satu agen untuk
mewakili Principal untuk suatu wilayah tertentu.
2.13 Distributor
Distributor adalah orang atau lembaga yang melakukan kegiatan distribusi
atau disebut juga pedagang yang membeli atau mendapatkan produk barang
20
dagangan dari tangan pertama (produsen) secara langsung. Pedagang besar
biasanya diberikan hak wewenang wilayah daerah tertentu dari produsen.
Distributor adalah suatu perusahaan / pihak yang ditunjuk oleh pihak
Principal untuk memasarkan dan menjual barang-barang principal dalam
wilayah tertentu dan jangka waktu tertentu, dimana pihak distributor dalam
menjalankan kegiatannya tidak bertindak selaku wakil dari distributor.
Distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri.
Dalam melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan barang, distributor
melakukan pembelian barang-barang dari pihak principal. Dengan adanya
jual beli tersebut, kepemilikan barang berpindah kepada pihak distributor, dan
barang-barang yang telah menjadi miliknya tersebut yang dijual kembali
kepada konsumen terbatas dalam wilayah yang diperjanjikan.
Secara khusus ketentuan perundang-undangan yang mengatur distributor
belum ada, jadi ketentuan-ketentuan yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan
yang dikeluarkan oleh beberapa departemen teknis misalnya, Departemen
Perdagangan dan Perindustrian yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Perdagangan dan Perindustrian Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978
yang menentukan bahwa lamanya perjanjian harus dilakukan. Pengganti
kerugian.
Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur yang tidak
memenuhi prestasi dalam suatu kontrak untuk memberikan penggantian
biaya, kerugian dan bunga. Menurut Tukirin Sy. Sastroresono pengertian
masing-masing berikut :

Biaya adalah segala pengeluaran yang telah dikeluarkan secara nyata
oleh salah satu pihak.

Rugi adalah hilangnya suatu keuntungan yang sudah dihitung.

Bunga adalah timbul dalam perikatan yang memberikan sejumlah uang
dan pelaksanaannya tidak tepat pada waktunya.
21
2.14 Bentuk-bentuk Kontrak
Bentuk-bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis
dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan adalah perjanjian yang
dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini :
1. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam
perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk
melegalisir kebenaran tandatangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian
tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian.
3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk kata
notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka
pejabat yang berwenang untuk itu.
2.15 Penyebab Kegagalan Bisnis Waralaba
Dalam melakukan bisnis atau yang baru ingin memulai bisnis, ada kalanya
pebisnis terfikirkan dengan kegagalan dalam usahanya, dalam hal waralaba
ini banyak penyebab pebisnis waralaba mengalami kegagalan dalam merintis
usahanya, jika penyebab-penyebab kegagalan tersebut dapat diketahui
pebisnis dalam menyusun strategi bisnisnya maka kegagalan itu dapat
dihindari dengan rencana-rencana yang berkesinambungan,berikut penyebab
kegagalannya :
A. Penyebab Kegagalan Franchisor

Uji coba yang tidak memadai

Penyeleksian franchise secara sembrono (sembarangan)

Pembuatan struktur (sistem) yang buruk

Franchise kekurangan modal

Franchisor menjalankan bisnisnya dengan burk
22
B. Penyebab Kegagalan Franchisee

Franchisee yang puas dengan dirinya sendiri

Franchisee penakut

Franchisee yang tidak mengikuti sistem

Franchisee yang terlalu banyak berharap

Franchisee yang tidak memiliki bakat di dunia bisnis

Campur tangan dari orang lain yang bermain curang
2.16 Akibat Hukum Kepailitan terhadap Harta Kekayaan Debitur Pailit
Kepailitan mengakibatkan seluruh kekayaan harta debitur serta segala
sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak
saat putusan pernyataan pailit diucapkan, semenjak pukul 00.00 WIB,
kecuali :
a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur
sehubungan dengan, pekerjaannya perlengkapannya, alat-alat medis
yang digunakan untuk kesehatan, tempat tidur, dan perlengkapannya
yang digunakan oleh debitur dan keluarganya yang terdapat ditempat
itu.
b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaan sendiri sebagai
penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang
tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas.
c. Atas uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu
kewajiban memberi nafkah.
2.17 Hak Kekayaan Intelektual sebagai Hak Kebendaan
Barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak
milik. Adapun untuk menjadi objek hukum, haruslah memenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu penguasaan manusia, memiliki nilai ekonomi dan karenanya
dapat dijadikan sebagai objek. Bahkan kebendaan yang mempunyai nilai
ekonomis dapat dijadikan suatu perikatan atau utang tertentu dari seorang
debitur kepada krediturnya.
23
Benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda bergerak dan benda tidak
bergerak. Suatu benda yang dimasukan didalam golongan benda tidak
bergerak karena sifatnya dan tujuan pemakaiannya. Sedangkan benda
digolongkan menjadi benda bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan
oleh undang-undang, karena sifatnya tidak tergabung oleh tanah atau karna
undang-undang.
Hak atas barang yang tidak berwujud adalah hak atas suatu produk
gagasan dan intelektual manusai yang berupa hak cipta, paten, hak atas
merek, desain industri, rahasia dagang, dan desain tata letak sirkuit terpadu.
Hak kebendaan termasuk kedalam bilangan hak atas harta kekayaan. Hak
atas serta kekayaan adalah hak yang dapat dinilai dengan uang. Karakteristik
hak atas harta kekayaan adalah hak yang dapat dialihkan.
Hak kebendaan memberikan kepada pemegangnya kekuasaan atas benda
yang dikuasainya. Hak itu dapat berupa penggunaan atau penikmatan suatu
benda atau kadang-kadang hanya berupa tolak ukur atas suatu nilai ekonomis
untuk suatu kepastian.
Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari hak kekayaan atau
hak kepemilikan yang memiliki nilai ekonomi karena adanya hak eksklusif
untuk mengeksploitasi tersebut. Hak milik merupakan hak eksklusif untuk
menguasai, menikmati, dan mengatur suatu objek atau hak-hak yang memiliki
nilai ekonomi, hak atas kekayaan intelektual memberikan keuntungan
ekonomis bagi pemegang hak.
Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada
khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta
berguna dalam menunjang kehidupan manusia juga memiliki nilai ekonomis.
Hak ekonomi merupakan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan serta produk hak terkait. Secara umum, hak ekonomis merupakan hak
eksklusif dari pengarang untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Hak
ekonomis ini meliputi hak memperbanyak, hak distribusi, hak pertunjukan
dan hak peragaan.
24
Hak atas kekayaan intelektual termasuk didalam pengertian harta
kekayaan debitur sebagaimana yang dicantumkan dalam pasal 21 UU No. 37
tahun 2007, sehingga hak atas kekayaan juga termasuk didalam harta pailit
sebagai mana harta kekayaan lainnya, sehingga yang memiliki kewenangan
dalam hal ini bukan lagi debitur akan tetapi kurator sebagai wali atas debitur.
2.18 Akibat Kepailitan terhadap Seluruh Perbuatan Hukum Debitur yang
Dilakukan Sebelum Putusan Persyaratan Pailit Diucapkan
Segala perbuatan hukum debitur yang dinyatakan pailit, yang merugikan
kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan, dapat dimintai pembatalan oleh kreditor kepada pengadilan.
Sistem pembuktian yang dipakai adalah sistem pembuktian terbalik, artinya
beban pembuktian terhadap pembuatan hukum debitur, tersebut berada pada
pundak debitur pailit dan pada pihak ketiga yang melakukan perbuatan
hukum debitur tersebut dilakukan dalam jangka 1 tahun merugikan
kepentingan kreditur, maka debitur dan pihak ketiga wajib membuktikan
bahwa perbuatan hukum tersebut wajib dilakukan oleh mereka dan perbuatan
hukum tersebut tidak merugikan harta pailit. Apabila lebih dari 1 tahun maka
yang wajib membuktikan adalah kurator.
Perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak
yang mengadakan perjanjian dengan debitur dapat meminta kepada kurator
untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksana perjanjian tersebut
dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut.
Apabila dalam jangka waktu tersebut kurator tidak memberikan jawaban
mengenai jangka waktu, maka hakim pengawas akan memberikan jangka
waktu, dan apabila kurator tidak bersedia untuk memberikan jawaban atau
pelaksanaan perjanjian tersebut, maka pihak dalam perjanjian tersebut dapat
menuntut ganti rugi dan diberlakukan sebagai kreditur konkuren. Apabila
kurator menyanggupi maka kurator harus memberikan jaminan atas
kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut.
25
2.19 Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Timbal Balik yang Dilakukan
oleh Debitur Ketika Terjadi Kepailitan
Perjanjian franchise pada dasarnya merupakan suatu perjanjian timbal
balik yang dilakukan oleh franchisee dan franchisor, sehingga masing-masing
pihak sama-sama memiliki hak dan kewajiban satu sama lain. Apabila
franchisor mengalami kepailitan, maka segala kekayaannya akan masuk
kedalam budel pailit dan perjanjian yang dilakukan akan masuk didalam
perjanjian didalam pasal 36 dan pasal 37 UU No. 37 tahun 2004. Oleh sebab
itu, maka ada dua upaya yang dapat dilakukan oleh franchisee. Meminta
kepastian pada kurator mengenai kelanjutan perjanjian franchise tersebut,
meminta ganti kerugian dengan cara bertindak sebagai kreditor konkuren.
Apabila tidak ada kepastian dari kurator, maka franchisee dapat
mengajukan permohonan kepada hakim pengawas untuk memaksa agar
kurator segera memberikan kepastian dari kelanjutan perjanjian franchise.
Penting kiranya franchisee mengajukan permohonan kepada kurator guna
meminta kepastian kelanjutan dari perjanjian franchise, sebab perjanjian
franchise memiliki perbedaan yang sangat besar dari perjanjian timbal balik
yang lainnya. Sebab perjanjian ini terkait dengan usaha dari franchisee,
apakah dapat dijalankan atau tidak. Meskipun nantinya franchisee dapat
meminta ganti kerugian dan dimasukan kedalam kreditor, akan tetapi belum
tentu nantinya franchisee akan mendapatkan ganti kerugian seperti yang
diharapkan. Hal tersebut mengingat dalam hal ini franchisee hanya akan
berposisi sebagai kreditor konkuren.
Perlindungan hukum kepada franchise akan lebih ditingkatkan lagi apabila
didalam perjanjian franchise juga dimuat klasula mengenai kelanjutan dari
perjanjian manakala terjadi franchisor mengalami kepailitan, sehingga dapat
hal ini franchisee tidak akan dirugikan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bisnis waralaba adalah bisnis yang cukup menjanjikan namun dalam
bisnis waralaba harus berhati-hati dalam memilih jenis waralaba apa yang
akan kita ikuti, memahami mengenai waralaba dalam makalah ini adalah
salah satu bentuk pengetahuan untuk memulai bisnis di dunia waralaba,
dalam makalah ini terdapat dasar hukum yang sesuai dengan perundangundangan yang dapat melindungi bisnis waralaba ini baik franchisor maupun
franchisee.
Kepailitan salah satu masalah yang sering dipikirkan oleh pembisnis yang
akan memulai bisnisnya di dunia pewaralabaan, tetapi kepailitan itu memiliki
dasar hukum yang melindungi franchisee dan franchisor, untuk menghindari
kepailitan itu kita harus mempelajari pemahaman dan penyebab yang dapat
diketahui pada makalah ini agar pemula bisnis waralaba dapat menghindari
kepailitan tersebut.
27
3.2 Lampiran
Contoh Perjanjian Franchise
Perancangan Kontrak II
PERJANJIAN FRENCHISE BAKMIE GM
Pada hari ini Senin 9 Mei 2016, telah di buat perjanjian kerjasama pemasaran
barang antara :
1.
PT GRIYA MIESEJATI yang berkedudukan di Jalan Haji Domang No. 29
Jakarta. dalam hal ini di wakili oleh Permadi Nugraha S.H. selaku Direktur
PT GRIYA MIESEJA berdasarkan Pasal 10 Anggaran Dasar Perseroan yang di
muat dalam akta pendirian No : 20.- di hadapan notaris Dea Rakhmani, S.H.,
M.Kn. yang selanjutnya di sebut FRANCHISOR
2.
Satria Mulia, umur 32 tahun, swasta, bertempat tinggal di Bumi Tamalanrea
Permai Blok M No. 226 Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, selanjutnya disebut
sebagai FRANCHISEE
FRANCHISOR dan FRANCHISEE secara bersama-sama di sebut Para Pihak.
Para Pihak sebelumnya menerangkan sebagai berikut :
1.
Bahwa FRANCHISOR adalah pemilik dari restoran yang menyajikan makanan
cepat saji yang kemudian dikenal dengan nama Restoran BAKMIE GM dengan
merek dan rahasia dagang terdaftar dengan nomor pendaftaran 380107 dan
387123.
2.
Bahwa FRANCHISOR telah menjalankan sistem restoran yang telah terintegrasi
di Indonesia yang di kenal dengan (“Bakmie GM System”), Bakmie GM system
merupakan sistem komprihensif yang di kembangkan dan di operasikan oleh
FRANCHISOR yang terkait dengan tata kelola keuangan, business polices, servis,
kebersihan, tema ruangan restoran, sampai dengan hak kekayaan intelektual
terkait dengan merek dagang, desain dan warna restoran, tanda, layout, hingga
resep dan spesifikasi menu makanan.
28
3.
Bahwa FRANCHISOR memiliki hak yang sah untuk mengadopsi dan
menggunakan “Bakmi GM System” di restoran yang menggunakan nama merek
dagangnya.
4.
Bahwa FRANCHISOR setuju untuk memberikan izin dan membantu
FRANCHISEE untuk menjual dan menyajikan makanan BAKMIE GM untuk
wilayah kabupaten Maros.
5.
Bahwa FRANCHISEE berjanji akan mengawasi, menjaga, dan mengendalikan
mutu dan kualitas makanan serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi
konsumen sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh FRANCHISOR.
6.
Bahwa FRANCHISOR memberikan izin (lisensi) kepada FRANCHISEE untuk
membuka restoran dengan nama Restoran BAKMIE GM dan untuk itu
FRANCHISEE dapat menggunakan merek dan sistem secara bersamaan dengan
pihak lainnya yang telah diberikan izin yang sama oleh FRANCHISOR.
7.
Bahwa FRANCHISEE setuju untuk membeli dan menjalankan Restoran
BAKMIE GM serta mematuhi semua ketetapan dan persyaratan yang diajukan
oleh FRANCHISOR.
Berdasarkan hal-hal yang telah ditetapkan diatas, FRANCHISOR dan
Kedua sepakat untuk mengikatkan diri dan melaksanakan perjanjian ini dalam
bentuk Perjanjian Kerjasama yang selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian”
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1
DEFINISI
1.
Franchise adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan
barang dan/ atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat di manfaatkan dan
digunakan oleh pihak lain berdasarkan Perjanjian Franchise.
2.
Status Franchisee adalah hak yang diberikan Franchisor kepada Franchisee
berupa hak untuk menggunakan merek dagang, sistem operasional yang
berdasarkan Perjanjian Franchise.
29
3.
Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapu dengan
pembuatan, perlatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian
di dalam satu (satu) tempat tetap yang tidak berpindah pindah
Pasal 2
KEGIATAN USAHA
1. Usaha yang akan direncanakan dan dijalankan adalah sebuah restoran cepat saji
dengan menu pendukung berupa bakmie, nasi goreng, pangsit dan sebagainya.
2. Nama restoran yang dimaksud di atas adalah RESTORAN BAKMIE GM, yang
didirikan FRANCHISOR pada akhir tahun 1995.
Pasal 3
KEWAJIBAN FRANCHISOR DAN FRANCHISEE
1.
FRANCHISEE berusaha dengan segala kemampuanya untuk mempromosikan
dan meningkatkan penjualan produk FRANCHISOR di wilayahnya.
2.
FRANCHISEE akan selalu berusaha menjaga nama baik FRANCHISOR dengan
memberikan service yang wajar pada Konsumen dan mengikuti “Bakmi GM
System”.
3.
FRANCHISEE wajib menyampaikan laporan kepada FRANCHISOR setiap dua
bulan yang berisi jumlah produk yang telah terjual, garfik permintaan, serta hal
lain yang diminta oleh FRANCHISOR yang berhubungan dengan penjualan,
dengan mengirimkanya melalui media elektronik berupa E-Mail.
4.
FRANCHISEE wajib menyampaikan laporan mengenai keluhan serta klaim
yang di terimanya dari Konsumen kepada FRANCHISOR melalui media
elektronik berupa E-Mail.
5.
FRANCHISEE dilarang memindahkan status FRANCHISEE tanpa persetujuan
FRANCHISOR dan dilarang menentukan harga jual tanpa persetujuan
FRANCHISOR.
6. FRANCHISEE wajib menyediakan lokasi untuk tempat usaha.
30
7. FRANCHISOR berkewajiban untuk memberikan bimbingan konsultasi, pendidikan, dan program pelatihan yang diberikan secara terus-menerus, yang terdiri dari
konsultasi pemilihan lokasi usaha, mempersiapkan persyaratan hukum yang
diperlukan, pelatihan para staf, pembelian peralatan dan persediaan barang.
8. FRANCHISEE berhak mengetahui nama, merek dagang, rahasia bisnis, serta
proses formula dan resep milik FRANCHISOR.
9. FRANCHISEE berhak
FRANCHISOR.
menggunakan
nama
dan
merek
dagang
dari
Pasal 4
PERUBAHAN SISTEM
FRANCHISOR berhak untuk mengubah dan menyesuaikan sistem marketing,
termasuk penentuan adanya pemakaian nama dagang, tanda dagang, tanda
pelayanan baru, identifikasi produk baru, harga produk, dan menu-menu baru
yang dilakukan dengan itikad baik demi usaha franchisee.
Pasal 5
RAHASIA DAGANG
(1) Segala Informasi yang diterima oleh FRANCHISEE mengenai produk
FRANCHISOR yang menjadi rahasia dagang FRANCHISOR harus dijaga
kerahasiaanya oleh FRANCHISEE dalam kondisi apapun dari pihak lain tanpa
persetujuan FRANCHISOR.
(2) FRANCHISEE diwajibkan mengembalikan kepada FRANCHISOR semua bahanbahan dokumen yang diberikan kepada FRANCHISEE, dan tidak diperkenankan
memanfaatkan data informasi dan rahasia dagang sebagaimana dinyatakan dalam
perjanjian ini pada saat berakhirnya perjanjian atau putusnya perjanjian dengan
pihak FRANCHISOR.
Pasal 6
WILAYAH USAHA
Dalam hal ini wilayah pemasaran yang diberikan FRANCHISOR kepada
FRANCHISEE adalah wilayah pemasaran seputar Makassar dan sekitarnya.
31
Pasal 7
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
Jangka waktu perjanjian kerja sama ini berlaku selama 10 (Sepuluh) tahun. Jika
Perjanjian ini telah berakhir dapat diperpanjang dengan memberitahukan secara
tertulis kepada FRANCHISOR.
Pasal 8
BESARAN INVESTASI DAN IMBALAN
(1) FRANCHISEE sebagai penerima waralaba wajib membayar investasi awal atau
franchise
fee
kepada
FRANCHISOR
sebagai
pemberi
waralaba
sebesarRp2.000.000.000,00 (Dua Milyard Rupiah).
(2) Pembayaran Besaran Investasi awal oleh FRANCHISEE kepada FRANCHISOR
dilakukan pada saat penandatanganan Perjanjian ini, dan atas pembayaran tersebut
akan diberikan tanda terima pembayaran berupa kuitansi.
(3) FRANCHISEE wajib memberikan imbalan kepada FRANCHISOR sebesar 20%
(Duapuluh Persen) dari penjualan setiap bulan.
Pasal 9
TATA CARA PEMBAYARAN IMBALAN
Untuk pembayaran imbalan oleh FRANCHISEE kepada FRANCHISOR akan
dilakukan dengan transfer ke rekening FRANCHISOR dengan Nomor:
1234567890 pada Bank Mandiri , yang akan dibayar setiap tanggal 9 (sembilan)
pada tiap bulannya.
Pasal 10
KEPEMILIKAN DAN PERUBAHAN KEPEMILIKAN
(1) FRANCHISOR akan memberikan kepada FRANCHISEE untuk memungkinkan
bisnis dipertahankan sebagai suatu aset yang perlu direalisir atau jika tidak dapat
diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris tesebut memenuhi syarat
sebagai terwaralaba/franchise.
(2) FRANCHISEE apabila ingin membuka outlet baru harus memberitahukan dan
membayar pendirian waralaba kepada FRANCHISOR.
32
Pasal 11
PEMBATALAN
Franchisor dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini karena hal-hal
berikut:
1.
Apabila franchisee lalai dan atau tidak melakukan kewajibannya yang diatur
dalam perjanjian ini padahal sudah diberikan peringatan berulang oleh franchisor
namun masih melakukan pelanggaran baik berbeda maupun yang sama,
pelanggaran mana yang dianggap serius menurut ukuran franchisor.
2.
Apabila franchisee bangkrut atau dinyatakan pailit kecuali jika franchisee dengan
segera memenuhi kembali semua kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam
perjanjian ini.
3.
Dalam hal perjanjian ini berakhir atau dibatalkan, franchisee berkewajiban :
a. Tidak menuntut dan meminta kembali franchise fee dan biaya-biaya lain yang
sudah dikeluarkan
b. Dengan segera dan secara tetap menghentikan penggunaan semua tanda
milik/label franchisor.
c. Franchisee
memberikan
kuasa
kepada
franchisor
melakukan
pemeriksaan/inspeksi franchisee serta mengambil tanda-tanda yang bercirikan
merek franchisor.
Pasal 12
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perjanjian berakhir demi hukum dalam hal terdapat :
Habisnya jangka waktu.
Para Pihak dibubarkan;
FRANCHISOR menghentikan usaha;
dialihkan hak keagenan/kedistributorannya;
bangkrut/pailit; dan
perjanjian tidak diperpanjang.
33
Pasal 13
GANTI RUGI DALAM HAL PEMUTUSAN PERJANJIAN
Dalam hal FRANCHISOR memutuskan kontrak dengan FRANCHISEE maka
FRENCHISEE berhak mendapatkan ganti kerugian sebesar kerugian yang di
derita, dengan menyertakan bukti-bukti atas kerugian tersebut.
Pasal 14
PENYELESAIAN SENGKETA
Apabila terjadi perselisihan di antara Para Pihak, maka akan diselesaikan dengan
cara musyawarah. Jika dengan musyawarah tidak dapat diselesaikan, maka kedua
belah pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
Pasal 15
ADDENDUM
Segala perubahan dan hal-hal lain yang belum atau tidak cukup diatur dalam
Perjanjian, akan dibicarakan secara musyawarah oleh Para Pihak dan akan
dituangkan dalam suatu addendum yang menjadi satu kesatuan dan bagian yang
tak terpisahkan dari Perjanjian.
Demikian surat ini di buat dalam rangkap 2 dengan di bubuhi materai secukupnya
berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang masing - masing memiliki kekuatan
hukum yang sama dan mulai berlaku sejak di tanda tangani oleh para pihak.
Jakarta, 9 Mei 2016
34
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31888385/PERLINDUNGAN_HUKUM_FRANCHISEE_ATAS_K
EPAILITAN_FRANCHISOR
https://www.academia.edu/34083275/MAKALAH_WARALABA
https://www.academia.edu/32723038/Hukum_Bisnis_Franchise
https://www.academia.edu/18689699/MAKALAH_WARALABA_PENGANTAR_BISNIS
https://www.academia.edu/36205022/REWIEW_MAKALAH_BISNIS_WARALABA
https://www.academia.edu/36058321/waralaba
35
Download