WARALABA (FRANCHISE) Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis Dosen Pengampu : Prasetyo Kurniawan, S.E, M.M Disusun Oleh : Muhammad Rifan Aditio NIM : 191010505573 Kelas 01SMJM038/Ruang A639 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAMULANG 2019 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa, akhirnya saya dapat menyelesai kan makalah dengan judul “Waralaba” yang di bimbing oleh bapak Prasetyo Kurniawan S.E, M.M. Makalah ini dibuat dengan sesederhana mungkin, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun mustahil jika makalah ini tidak ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan komentar relevan yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin Yarabbal’alamin. Tangerang, 12, Oktober 2019 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1 1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Waralaba (franchise) ................................................................... 3 2.2 Pengertian Waralaba ................................................................................ 4 2.3 Pemberi dan Penerima Waralaba ............................................................. 6 2.4 Ciri-ciri Waralaba ..................................................................................... 6 2.5 Jenis-jenis Waralaba ................................................................................. 6 2.6 Macam-macam waralaba ......................................................................... 7 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Waralaba ...................................................... 9 2.8 Biaya Waralaba ........................................................................................ 10 2.9 Dasar Hukum Perundang Undangan tentang Waralaba ........................... 16 2.10 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Waralaba .................................... 16 2.11 Asas-asas Hukum Kontrak ...................................................................... 19 2.12 Keagenan dan Distributor Waralaba ........................................................ 20 2.13 Distributor ................................................................................................ 20 2.14 Bentuk-bentuk Kontrak ............................................................................ 22 2.15 Penyebab Kegagalan Waralaba ................................................................ 22 2.16 Akibat Hukum Kepailitan terhadap Harta Kekayaan Debitur Pailit ........ 23 2.17 Hak Kekayaan Intelektual sebagai Hak Kebendaan ................................ 23 2.18 Akibat Kepailitan Terhadap Seluruh Perbuatan Hukum Debitur yang Dilakukan Sebelum Putusan Persyaratan Pailit Diucapkan ..................... 25 2.19 Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Timbal Balik yang Dilakukan oleh Debitur Ketika Terjadi Kepailitan ............................................................ 26 ii BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27 3.2 Lampiran .................................................................................................. 28 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya mengenai waralaba (franchise) masih belum banyak diminati oleh pengusaha-pengusaha menengah keatas. Waralaba merupakan suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang utamanya merek dan sistem manajemen, keuangan dan pemasaran yang telah mantap (Established). Pewaralaba adalaha pemilik dari perusahaan yang mempunyai HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), dan Terwaralaba adalah perusahaan atau individu yang menggunakan atuau memanfaatkan HAKI dan sistem bisnis pemilik waralaba (Pewaralaba). Pemilik waralaba wajib memberikan bantuan teknis, manajemen dan pemasaran kepada mitra waralaba dan sebagai imbal baliknya, mitra waralaba (Terwaralaba) harus membayar sejumlah biaya kepada pemilik waralaba (Pewaralaba). Hubungan kemitraan usaha antar kedua pihak dikukuhkan dalam suatu kontrak/perjanjian lisensi. Waralaba sebagai suatu pola kemitraan yang merujuk pada Undang-Undang no. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang no. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu waralaba ? 2. Dasar hukum pada waralaba ? 3. Sanksi pelanggaran HAKI pada bisnis waralaba ? 4. Sistem manajemen dalam bisnis waralaba ? 5. Kontrak/perjanjian dalam bisnis waralaba ? 1 1.3 Maksud dan Tujuan Dalam makalah ini mengenai Waralaba diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang jalur bisnis waralaba agar tidak semena-mena dalam menjalankan bisnis terutama di jalur waralaba. Dan makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca diharapkan dapat membuka peluang bisnis yang baru dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas hingga dapat memanfaat kan sumber daya yang tersedia di Indonesia agar dapat memajukan bangsa Indonesia. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Waralaba (Franchise) Waralaba dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an dengan mulai masuknya franchise luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken, McDonald’s, Pizza Hut, dan lain sebagainya, walaupun sistem franchise ini sudah ada di Indonesia seperti yang diterapkan Bata dan yang hampir menyerupainya adalah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum). Sesudah perang dunia II, usaha eceran mengadakan perubahan dari orientasi produk ke orientasi pelayanan. Disebabkan kelas menengah mulai sangan mobile dan mengadakan relokasi dengan jumlah besar ke daerahdaerah pinggiran kota, maka banyak rumah makan/restoran atau drive in mengkhususkan dalam makanan siap saji dan makanan yang bisa segera dimakan di perjalanan. Pada awal tahun 1990-an International Labour Organization (ILO) pernah menyarankan pemerintah Indonesia untuk menjalankan sistem franchise guna memperluas lapangan pekerjaan sekaligus merekrut tenagatenaga kerja ahli franchise untuk melakukan survey, wawancara, sebelum memberikan rekomendasi. Hasil kerja para ahli franchise tersebut menghasilkan “Franchise Resource Centre” dimana tujuan lembaga tersebut adalah mengubah berbagai macam usaha menjadi franchise serta mensosialisasikan sistem franchise ke masyarakat Indonesia. Istilah franchise ini selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik perhatian banyak pihak untuk mendalaminya kemudian istilah franchise di Indonesia 3 diberi istilah ”Waralaba” yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM) sebagai padanan istilah franchise. Waralaba berasal dari kata “Wara” (lebih atau istimewa) dan “Laba” (keuntungan), maka waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih/istimewa. 2.2 Pengertian Waralaba (Franchise) Waralaba (Inggris : Franchising, Prancis : Affrainchir) untuk kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk ataupun jasa pelayanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak hak memanfaatkan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Waralaba merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula bahwa waralaba dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan individu / perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, disuatu tempat tertentu. Dari segi bisnis dewasa ini, istilah waralaba dipahami sebagai bentuk kegiatan pemasaran dan distribusi. Didalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak untuk menjalankan bisnis secara tertentu dan dalam waktu dan tempat tertentu kepada individu atau perusahaan yang relatif kecil. Waralaba merupakan salah satu bentuk metode produksi dan distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem produksi, tata cara pengemasan, penyajian, dan pengedarannya. 4 Adapun beberapa definisi lainnya mengenai waralaba (franchise), yaitu sebagai berikut: 1. Munir Fuady menyatakan bahwa waralaba adalah suatu cara untuk melakukan kerjasama dibidang bisnis antara 2 (dua) perusahaan atau lebih, yang dimana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak lain sebagai franchisee, yang terdapat didalamnya diatur bahwa pihak-pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek yang terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari / atas produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan yang ekslusif maupun non-eksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal tersebut. 2. Menurut PP Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan cirikhas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 3. Menurut Blake & Associates (Blake, 1996), kata franchise berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti bebas. Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai hak utama atau kebebasan. 4. Menurut Queen (1993;4-5), franchise adalah kegiatan pemberian lisensi dari pemegan usaha (franchisor) kepada pembeli merek usaha (franchisee) untuk ber-usaha dibawah nama dagang franchisor berdasarkan kontrak dan pembayaran royalty. 5. European Code of Ethics for Franchising, “franchise adalah sistem pemasaran barang, jasa atau teknologi, yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus menerus antara pelaku-pelaku independent (maksudnya franchisor dan individual franchisee) dan terpisah baik secara legal (hukum) dan keuangan, dimana franchisor memberikan hak individual kepada franchisee, dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep franchisor. 5 6. Menurut Winarto (1995, p.19), waralaba (franchise) adalah hubungan kemitraan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen. 7. Asosiasi Franchise Internasional, “suatu hubungan berdasarkan kontrak atau franchisor dengan franchisee. Pihak franchisor menawarkan dan berkewajiban menerima kepentingan terus-menerus pada usaha franchise dalam aspek-aspek pengetahuan dan pelatihan. Sebaliknya franchise memiliki hak untuk beroperasi dibawah merek atau nama dagang yang sama, menurut format dan prosedur yang ditetapkan oleh franchisor dengan modal dan sumber daya franchisee sendiri. 2.3 Pemberi dan Penerima Waralaba Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan pemberi waralaba dan penerima waralaba, yaitu : Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual, atau cirikhas usaha yang dimilikinya. Penerima waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan hak atas kekayaan intelekual atau penemuan, atau cirikhas usaha yang dimiliki pemberi waralaba. 6 2.4 Ciri-ciri Waralaba 1. Harus mempunyai merek (nama termasuk derivatifnya): Logo, motto atau Perusahaan. 2. Harus mempunyai sistem bisnis yang dapat digandakan, yang dimaksud sistem bisnis yang digandakan adalah semua perangkat operasional bisnis; mencakup standarisasi produknya, metode pengolahannya atau metode jasa, standar iklannya, sistem keuangannya, sistem kontrol inventory, dan lain sebagainya. 3. Ada biaya atau fee yang dibayarkan, biaya yang terkait dengan adanya waralaba ini adalah initial fee, biaya awal, investasi awal apapun namanya, yang dikaitkan dengan perjanjian waralaba. 4. Adanya pelatihan awal, pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan. 2.5 Jenis Waralaba Adapun jenis waralaba terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, mereknya sudah diterima diberbagai dunia, dan lebih bergengsi. 2. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. 2.6 Macam-macam Waralaba Menurut Mohammad Su’ud (1994;4445) bahwa dalam praktek franchise terdiri dari empat bentuk yaitu : 1. Product Franchise Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise hanya bertindak mendistribusikan produk dari partnernya dengan pembatasan areal. 7 2. Processing or Manufacturing Franchise Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman. 3. Bussiness Format atau System Franchise Franchisor memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, seperti yang dilakukan oleh McDonald’s dengan membuat variasi produknya dalam bentuk paket. 4. Group Trading Franchise Bentuk franchise yang merujuk pada pemberian hak mengelola toko-toko grosir maupun pengecer yang dilakukan toko serba ada. Sedangkan menurut International Franchise Association (IFA) merupakan organisasi franchise internasional yang beranggotakan Negaranegara didunia, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu : 1. Product Franchise Produsen menggunakan produk franchise untuk mengatur bagaimana cara pedagang eceren menjual produk yang dihasilkan oleh produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau pembeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contohnya, toko ban yang menjual produk dari franchisor, menggunakan nama dagang, serta metode pemasaran yang ditetapkan oleh franchisor. 2. Manufacturing Franchise Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini sering kali ditemukan dalam industri makanan dan minuman. 8 3. Bussiness Opportunity Ventures Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus menyediak pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai timbal baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contoh, perusahaan mesin-mesin penjualan otomatis atau distributorship. 4. Bussniess Format Franchising Ini merupakan bentuk franchising yang popular didalam praktek. Melalui pendekatan ini, perusahaan yang menyediakan suatu metode yang telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis, bagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis membayar sejumlah royalty. Kadang-kadang, perusahaan juga mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari perusahaan. 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Waralaba Waralaba juga memiliki kelebihan dan kekurangan. “Seperti dalam praktek retailing, franchising menawarkan keuntungan untuk memulai suatu bisnis baru dengan cepat berdasar pada suatu merek dagang yang telah terbukti bisnisnya, tidak sama seperti membangun suatu merek dan bisnis baru dari awal mula.” Menurut Rachmadi kelebihan lainnya dari sistem franchise bagi franchisee, antara lain : 1. Pihak franchisor memiliki akses pada permodalan dan berbagi biaya dengan franchisee dengan resiko yang relatif lebih rendah. 2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan cara cepat dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan terbukti kredibilitas mereknya. 9 3. Franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal pemilihan lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan pemasaran. Sedangkan kekurangan sistem franchise bagi franchisee adalah : 1. Sistem franchise tidak memberikan kebebasan penuh kepada franchisee karena franchisee terikat perjanjian dan harus mengikuti sistem dan metode yang telah dibuat oleh franchisor. 2. Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan merek terkenal belum tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan kecermatan dan kehati-hatian franchisee dalam memilih usaha dan mempunyai komitmen dan harus bekerja keras serta tekun. 3. Franchisee harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam hubungannya dengan franchisor. 4. Tidak semua janji franchisor diterima oleh franchisee. 5. Masih adanya ketidakamanan dalam suatu franchise, karena franchisor dapat memutuskan atau tidak memperbaharui perjanjian. 2.8 Biaya Waralaba Terdapat 2 (dua) biaya dalam bisnis waralaba meliputi : 1. Ongkos awal, biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba (franchisee) untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI. Dimulai dari Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) hingga Rp. 1.000.000.000,(Satu Miliar Rupiah). 2. Ongkos Royalti, dibayarkan kepada pemegang waralaba (franchisee) setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalty berkisar 5 sampai 15% (persen) dari penghasilan kotor. Ongkos royalty yang layak adalah 10%. Lebih dari 10% biasanya biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan. Berikut 2 contoh waralaba lokal. 10 1. Alfamart Alfamart dulu bernama Alfa Minimart. Lalu pada tanggal 1 Januari 2003 diganti dengan nam Alfamart. Visi Alfamart adalah “Menjadi jarindan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi pada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global.” Misi Alfamart “Memberikan kepuasan pada konsumen dengan berfokus pada produk dan pelayanan berkualitas unggul.” Alfamart merupakan perusahaan jasa distributor eceran yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari. Target geografisnya adalah area perumahan, fasilitas publik, dan gedung perkantoran. Target demografi utamanya adalah ibu rumah tangga serta kelompok sosial ekonomi kelas menengah. A. Tawaran Franchise Keuntungan bermitra dengan Alfamart antara lain : a. Survei lokasi secara mendetail dan perencanaan desain toko. b. Target pasar jelas. c. Seleksi produk berkualitas sesuai dengan standard Alfamart. d. Bantuan seleksi dan pelatihan karyawan. e. Paket sistem dan administrasi keuangan toko. f. Promosi dan pembukaan toko. g. Panduan, bimbingan operasional, supervise, dan konsultasi selama lima tahun. h. Tergabung dalam jaringan Alfamart. B. Persyaratan untuk menjadi franchisee Alfamart yang harus dipenuhi : 1. Perorangan / badan usaha (Koperasi, CV, PT, dan lain-lain) 2. WNI (Warga Negara Indonesia) 3. Sudah atau akan memiliki tempat usaha dengan luas 80m² (diluar gedung dan tempat tinggal karyawan) 11 4. Memenuhi persyaratan perizinan 5. Mempunyai area yang cukup 6. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang berlaku di Alfamart Adapun tahapan yang perlu dilalui oleh calon franchisee antara lain : 1. Presentasi 1 2. Usulan lokasi disetujui 3. Presentasi 2 4. Perjanjian franchise Ada beberapa paket tawaran investasi. Utuk luas toko 80m² dengan 36 rak, investasi awalnya adalah Rp. 300.000.000,- paket 45 rak dengan luas toko 100m² Rp. 330.000.000,- dan paket 54 rak dengan luas toko 120m² Rp. 380.000.000,-. Tempat usaha disediakan sendiri oleh franchisee (milik pribadi atau sewa) dengan persetujuan Alfamart. Royalti fee yang dikenakan pada franchisee dihitung secara progresif atas penjualan bersih perbulan dengan keuntungan sebagai berikut : Penjualan Bersih Presentase Rp. 0,- > Rp. 75.000.000,- 0% Rp. 75.000.000,- > Rp. 100.000.000,- 2% Rp. 100.000.000,- > Rp. 150.000.000,- 2.5% Ø Rp. 150.000.000,- 3% 2. PT GUNUNG SLAMET a. Our Excellent Process Proses produksi PT. Gunung Slamet adalah kombinasi dari pekerja terampil dan teknologi terkemuka. Saat ini perusahaan memperkerjakan sekitar 2000 staff. Pengemasan menggunakan mesin dari jerman dan italia. Salah satunya adalah teknologi knotting system, yang dapat menghasilkan 350 kantung teh per detik. Produksi teh wangi : pengeringan teh hijau, peragian, proses pewangian, penyortiran bunga, dan pengeringan teh wangi. 12 b. Our Strict Quality Control Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang konsisten, PT. Gunung Slamet bertahan pada pengendalian mutu yang teliti. Dalam kaitan dengan ini, PT. Gunung Slamet memperoleh beberapa sertifikat seperti : HALAL sertifikat dari MUI HACCP sertifikat dari McDonald’s WSI (Worldwide Supplier Identification) & WRIN (Worldwide Raw Item Number) dari McDonald’s c. Our Mutual Partnership Perusahaan besar di Indonesia membina partnership dengan PT. Gunung Slamet dalam kaitan dengan dedikasinya dalam memproduksi produk bermutu. McDonald’s dan Nustika Ratu serta yang lain menggunakan bahan baku kantung teh. d. Our Loyal Customer Produksi seperti Teh Cap Botol, Teh Celup Sosro dan Teh Cap Poci di distribusikan secara nasional sedangkan sisanya tergantung pada permintaan pasar. Distribusi produk dilaksanakan oleh perwakilan lokal di seluruh Indonesia. e. About Tea Introduction of tea to Indonesia Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Clayer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, Pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah tahun 1824 Dr. Van Siebold seorang ahli bedah Tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada 13 tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosch, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui Politik Tanam Paksa (Cultur Tsetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. f. Product Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, Teh Cap Sadel, Teh Cap Trompet, Teh Cap Berko, Es Teh Cap Poci. g. Konsep Bisnis Es Teh Cap Poci 1. Menciptakan ENTERPRENEURS melalui Unit Usaha Mandiri (UKM) 2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru 3. Menciptakan peluang pasar baru h. Biaya Investasi Awal Paket meja 1 (Meja Kecil) : Rp. 5.000.000,Paket meja 2 (Meja Besar) : Rp. 7.500.000,(harga bisa berubah sewaktu-waktu) i. Barang-barang yang didapatkan 1. Meja counter 2. Cooler box 3. Container es teh 4. Termos 5. Teko listrik 6. Mesin seal 7. Centong kayu 8. Sendok besar 9. Saringan 14 j. Keuntungan Bisnis Es Teh Cap Poci Biaya investasi awal paling ringan )Rp.5.000.000,- dan Rp.7.500.000,-) Return On Investment (balik modal) paling cepat (penjualan 70cup/hari, ROI = 3,4 bulan) Modal kecil, untung besar (modal kerja : Rp.1,219/cup) Harga jual : tidak terikat dan tidak mematok Dibawah naungan perusahaan terkemuka ahlinya teh k. Perhitungan Laba Es Teh Cap Poci Paket meja 1 (ini hanya ilustrasi) Analisis usaha Biaya Investasi Awal : Rp.5.000.000, Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup/hari Hraga Jual Es Teh Cap Poci : Rp. 2.500 Omset/bulan :70cup X 30 hari X Rp. 2.500,- = Rp. 5.250.000,- Biaya Variabel Sewa tempat : Rp. 500.000, SDM : Rp. 700.000, Modal kerja : Rp. 2.559.000, Jumlah : Rp. 3.759.000, Laba : Rp.5.250.000,- - Rp.3.759.000,- = Rp.1.490.000, Return Of Investment : 3 sampai 4 bulan (balik modal) Perhitungan Modal Kerja Modal biaya /cup : Rp.1.219, Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup Hari Kerja : 30 hari Modal Kerja /bulan : Rp. 1.219,- X 70 cup X 30 hari = Rp.2.559.000,- 15 2.9 Dasar Hukum Perundang-Undangan Tentang Peraturan Franchise 1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s.d 1456 KUH Perdata 2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner) 3. Undang-Undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum 4. Undang-Undang penanaman modal asing 2.10 Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Waralaba Pemerintah sebagai pemegang otoritas mempunyai kekuasaan untuk menerapkan peraturan-peraturan yang menyangkut hubungan bisnis bagi para pihak sekaligus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UndangUndang, yaitu agar supaya Undang-Undang pemerintah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya suatu pelanggaran atau penyelewengan. Perhatian pemerintah yang begitu besar ini bertujuan memberikan perlindungan hukum serta kepastian hukum agar masing-masing pihak merasa aman dan nyaman dalam menjalankan bisnis khususnya yang terlibat dalam bisnis waralaba ini. Hukum bisnis waralaba idealnya untuk melindungi kepentingan para pihak namun kenyataan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Seperti yang di kemukakan oleh Roscoe Pound yang membagi 3 (tiga) golongan yang harus dilindungi oleh hukum yaitu : 1. Kepentingan umum 2. Kepentingan sosial 3. Kepentingan perseorangan Akan tetapi posisi pemberi waralaba yang secara ekonomi lebih kuat akan memberikan pengaruhnya pula bagi beroperasinya hukum di masyarakat. Hukum mempunyai kedudukan yang kuat, karena konsepsi tersebut memberikan kesempatan yang luas kepada negara atau pemerintah untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membawa masyarakat 16 kepada tujuan yang dikehendaki dan menuangkannya melalui peraturan yang dibuatnya. Dengan demikian hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam memenuhi kebutuhan. Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 yang kini telah dicabut dengan dikeluarkannya peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007. Waralaba menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 1997 adalah “perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa.” Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) menyebutkan pengertian waralaba adala : “hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.” Dalam franchise terdapat 2 (dua) pihak yang terlibat yaitu franchisor dan franchisee dimana masing-masing pihak terikat dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 dalam pasal 1 ayat (2) yang dimaksud franchisor atau pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba, dan dalam pasal 1 ayat (3) yang dimaksud franchisee atau penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba. 17 Sementara itu dalam pasal 3 ada enam syarat yang harus dimiliki suatu usaha apabila ingin diwaralabakan yaitu : 1. Memiliki ciri khas usaha 2. Terbukti sudah memberikan keuntungan 3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis 4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan 5. Adanya dukungan yang berkesinambungan 6. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHP diperlukan empat syarat yaitu : 1. Kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak 2. Kecapakan bertindak 3. Mengenai suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal (Geoorloofde oorzaak) Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi diatur diluar pasal 1320 KUHP, yaitu sebagai berikut : 1. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik 2. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasan yang berlaku 3. Kontrak usaha dilakukan berdasarkan kepatutan 4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum 2.11 Asas-asas Hukum Kontrak Yang dimaksud dengan asas-asas hukum kontrak adalah prinsip yang harus dipegang bagi para pihak yang mengikatkan diri kedalam hubungan hukum kontrak. Menurut hukum perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak, dikenal 5 (lima) asas penting sebagai berikut. 18 1. Asas Kebebasan Berkontrak Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam undang-undang. 2. Asas Konsesualisme Asas Konsesualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1) KUHP. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan dua belah pihak. 3. Asas Pacta Sunt Servanda Asas ini merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya undang-undang. 4. Asas Itikad Baik Asas itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanaka substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan yang baik dari para pihak. 5. Asas Kepribadian Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. 2.12 Keagenan dan Distributor Waralaba Agen atau agent adalah perusahaan nasional yang menjalankan keagenan. Sedangkan keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merek (Principal) dan suatu perusahaan dalam menunjukan untuk melakukan perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan / distribusi barang modal atau produksi industri tertentu. Jasa keuangan adalah jasa usaha perantara untuk melakukan suatu transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen dari satu pihak dan konsumen di lain pihak. Agen bertindak melakukan perbuatan hukum 19 misalnya barang atau jasa tidak atas namanya sendiri tetapi atas nama prinsipal. Agen dalam hal ini berkedudukan sebagai perantara. Jika agen mengadakan transaksi dengan konsumen maka barang dikirimkan langsung dari Principal ke konsumen. Jenis-jenis keagenan adalah sebagai berikut : 1) Agen manufaktur Agen manufaktur adalah agen yang berhubungan langsung dengan pabrik untuk melakukan pemasaaran atas seluruh atau sebagian barang-barang hasil produksi pabrik tersebut. 2) Agen penjualan Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual, yang bertugas untuk menjual barang-barang milik pihak Principal kepada pihak konsumen. 3) Agen pembelian Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli, yang bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan. 4) Agen umum Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan. 5) Agen khusus Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus per kasus atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut. 6) Agen tunggal/eksklusif. Agen tunggal/eksklusif adalah penunjukan hanya satu agen untuk mewakili Principal untuk suatu wilayah tertentu. 2.13 Distributor Distributor adalah orang atau lembaga yang melakukan kegiatan distribusi atau disebut juga pedagang yang membeli atau mendapatkan produk barang 20 dagangan dari tangan pertama (produsen) secara langsung. Pedagang besar biasanya diberikan hak wewenang wilayah daerah tertentu dari produsen. Distributor adalah suatu perusahaan / pihak yang ditunjuk oleh pihak Principal untuk memasarkan dan menjual barang-barang principal dalam wilayah tertentu dan jangka waktu tertentu, dimana pihak distributor dalam menjalankan kegiatannya tidak bertindak selaku wakil dari distributor. Distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri. Dalam melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan barang, distributor melakukan pembelian barang-barang dari pihak principal. Dengan adanya jual beli tersebut, kepemilikan barang berpindah kepada pihak distributor, dan barang-barang yang telah menjadi miliknya tersebut yang dijual kembali kepada konsumen terbatas dalam wilayah yang diperjanjikan. Secara khusus ketentuan perundang-undangan yang mengatur distributor belum ada, jadi ketentuan-ketentuan yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh beberapa departemen teknis misalnya, Departemen Perdagangan dan Perindustrian yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978 yang menentukan bahwa lamanya perjanjian harus dilakukan. Pengganti kerugian. Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu kontrak untuk memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Menurut Tukirin Sy. Sastroresono pengertian masing-masing berikut : Biaya adalah segala pengeluaran yang telah dikeluarkan secara nyata oleh salah satu pihak. Rugi adalah hilangnya suatu keuntungan yang sudah dihitung. Bunga adalah timbul dalam perikatan yang memberikan sejumlah uang dan pelaksanaannya tidak tepat pada waktunya. 21 2.14 Bentuk-bentuk Kontrak Bentuk-bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak). Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini : 1. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. 2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak. Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisir kebenaran tandatangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. 3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk kata notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka pejabat yang berwenang untuk itu. 2.15 Penyebab Kegagalan Bisnis Waralaba Dalam melakukan bisnis atau yang baru ingin memulai bisnis, ada kalanya pebisnis terfikirkan dengan kegagalan dalam usahanya, dalam hal waralaba ini banyak penyebab pebisnis waralaba mengalami kegagalan dalam merintis usahanya, jika penyebab-penyebab kegagalan tersebut dapat diketahui pebisnis dalam menyusun strategi bisnisnya maka kegagalan itu dapat dihindari dengan rencana-rencana yang berkesinambungan,berikut penyebab kegagalannya : A. Penyebab Kegagalan Franchisor Uji coba yang tidak memadai Penyeleksian franchise secara sembrono (sembarangan) Pembuatan struktur (sistem) yang buruk Franchise kekurangan modal Franchisor menjalankan bisnisnya dengan burk 22 B. Penyebab Kegagalan Franchisee Franchisee yang puas dengan dirinya sendiri Franchisee penakut Franchisee yang tidak mengikuti sistem Franchisee yang terlalu banyak berharap Franchisee yang tidak memiliki bakat di dunia bisnis Campur tangan dari orang lain yang bermain curang 2.16 Akibat Hukum Kepailitan terhadap Harta Kekayaan Debitur Pailit Kepailitan mengakibatkan seluruh kekayaan harta debitur serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit diucapkan, semenjak pukul 00.00 WIB, kecuali : a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan dengan, pekerjaannya perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk kesehatan, tempat tidur, dan perlengkapannya yang digunakan oleh debitur dan keluarganya yang terdapat ditempat itu. b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaan sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas. c. Atas uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah. 2.17 Hak Kekayaan Intelektual sebagai Hak Kebendaan Barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik. Adapun untuk menjadi objek hukum, haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu penguasaan manusia, memiliki nilai ekonomi dan karenanya dapat dijadikan sebagai objek. Bahkan kebendaan yang mempunyai nilai ekonomis dapat dijadikan suatu perikatan atau utang tertentu dari seorang debitur kepada krediturnya. 23 Benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Suatu benda yang dimasukan didalam golongan benda tidak bergerak karena sifatnya dan tujuan pemakaiannya. Sedangkan benda digolongkan menjadi benda bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan oleh undang-undang, karena sifatnya tidak tergabung oleh tanah atau karna undang-undang. Hak atas barang yang tidak berwujud adalah hak atas suatu produk gagasan dan intelektual manusai yang berupa hak cipta, paten, hak atas merek, desain industri, rahasia dagang, dan desain tata letak sirkuit terpadu. Hak kebendaan termasuk kedalam bilangan hak atas harta kekayaan. Hak atas serta kekayaan adalah hak yang dapat dinilai dengan uang. Karakteristik hak atas harta kekayaan adalah hak yang dapat dialihkan. Hak kebendaan memberikan kepada pemegangnya kekuasaan atas benda yang dikuasainya. Hak itu dapat berupa penggunaan atau penikmatan suatu benda atau kadang-kadang hanya berupa tolak ukur atas suatu nilai ekonomis untuk suatu kepastian. Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari hak kekayaan atau hak kepemilikan yang memiliki nilai ekonomi karena adanya hak eksklusif untuk mengeksploitasi tersebut. Hak milik merupakan hak eksklusif untuk menguasai, menikmati, dan mengatur suatu objek atau hak-hak yang memiliki nilai ekonomi, hak atas kekayaan intelektual memberikan keuntungan ekonomis bagi pemegang hak. Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia juga memiliki nilai ekonomis. Hak ekonomi merupakan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Secara umum, hak ekonomis merupakan hak eksklusif dari pengarang untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Hak ekonomis ini meliputi hak memperbanyak, hak distribusi, hak pertunjukan dan hak peragaan. 24 Hak atas kekayaan intelektual termasuk didalam pengertian harta kekayaan debitur sebagaimana yang dicantumkan dalam pasal 21 UU No. 37 tahun 2007, sehingga hak atas kekayaan juga termasuk didalam harta pailit sebagai mana harta kekayaan lainnya, sehingga yang memiliki kewenangan dalam hal ini bukan lagi debitur akan tetapi kurator sebagai wali atas debitur. 2.18 Akibat Kepailitan terhadap Seluruh Perbuatan Hukum Debitur yang Dilakukan Sebelum Putusan Persyaratan Pailit Diucapkan Segala perbuatan hukum debitur yang dinyatakan pailit, yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, dapat dimintai pembatalan oleh kreditor kepada pengadilan. Sistem pembuktian yang dipakai adalah sistem pembuktian terbalik, artinya beban pembuktian terhadap pembuatan hukum debitur, tersebut berada pada pundak debitur pailit dan pada pihak ketiga yang melakukan perbuatan hukum debitur tersebut dilakukan dalam jangka 1 tahun merugikan kepentingan kreditur, maka debitur dan pihak ketiga wajib membuktikan bahwa perbuatan hukum tersebut wajib dilakukan oleh mereka dan perbuatan hukum tersebut tidak merugikan harta pailit. Apabila lebih dari 1 tahun maka yang wajib membuktikan adalah kurator. Perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksana perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut. Apabila dalam jangka waktu tersebut kurator tidak memberikan jawaban mengenai jangka waktu, maka hakim pengawas akan memberikan jangka waktu, dan apabila kurator tidak bersedia untuk memberikan jawaban atau pelaksanaan perjanjian tersebut, maka pihak dalam perjanjian tersebut dapat menuntut ganti rugi dan diberlakukan sebagai kreditur konkuren. Apabila kurator menyanggupi maka kurator harus memberikan jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. 25 2.19 Perjanjian Franchise sebagai Perjanjian Timbal Balik yang Dilakukan oleh Debitur Ketika Terjadi Kepailitan Perjanjian franchise pada dasarnya merupakan suatu perjanjian timbal balik yang dilakukan oleh franchisee dan franchisor, sehingga masing-masing pihak sama-sama memiliki hak dan kewajiban satu sama lain. Apabila franchisor mengalami kepailitan, maka segala kekayaannya akan masuk kedalam budel pailit dan perjanjian yang dilakukan akan masuk didalam perjanjian didalam pasal 36 dan pasal 37 UU No. 37 tahun 2004. Oleh sebab itu, maka ada dua upaya yang dapat dilakukan oleh franchisee. Meminta kepastian pada kurator mengenai kelanjutan perjanjian franchise tersebut, meminta ganti kerugian dengan cara bertindak sebagai kreditor konkuren. Apabila tidak ada kepastian dari kurator, maka franchisee dapat mengajukan permohonan kepada hakim pengawas untuk memaksa agar kurator segera memberikan kepastian dari kelanjutan perjanjian franchise. Penting kiranya franchisee mengajukan permohonan kepada kurator guna meminta kepastian kelanjutan dari perjanjian franchise, sebab perjanjian franchise memiliki perbedaan yang sangat besar dari perjanjian timbal balik yang lainnya. Sebab perjanjian ini terkait dengan usaha dari franchisee, apakah dapat dijalankan atau tidak. Meskipun nantinya franchisee dapat meminta ganti kerugian dan dimasukan kedalam kreditor, akan tetapi belum tentu nantinya franchisee akan mendapatkan ganti kerugian seperti yang diharapkan. Hal tersebut mengingat dalam hal ini franchisee hanya akan berposisi sebagai kreditor konkuren. Perlindungan hukum kepada franchise akan lebih ditingkatkan lagi apabila didalam perjanjian franchise juga dimuat klasula mengenai kelanjutan dari perjanjian manakala terjadi franchisor mengalami kepailitan, sehingga dapat hal ini franchisee tidak akan dirugikan. 26 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bisnis waralaba adalah bisnis yang cukup menjanjikan namun dalam bisnis waralaba harus berhati-hati dalam memilih jenis waralaba apa yang akan kita ikuti, memahami mengenai waralaba dalam makalah ini adalah salah satu bentuk pengetahuan untuk memulai bisnis di dunia waralaba, dalam makalah ini terdapat dasar hukum yang sesuai dengan perundangundangan yang dapat melindungi bisnis waralaba ini baik franchisor maupun franchisee. Kepailitan salah satu masalah yang sering dipikirkan oleh pembisnis yang akan memulai bisnisnya di dunia pewaralabaan, tetapi kepailitan itu memiliki dasar hukum yang melindungi franchisee dan franchisor, untuk menghindari kepailitan itu kita harus mempelajari pemahaman dan penyebab yang dapat diketahui pada makalah ini agar pemula bisnis waralaba dapat menghindari kepailitan tersebut. 27 3.2 Lampiran Contoh Perjanjian Franchise Perancangan Kontrak II PERJANJIAN FRENCHISE BAKMIE GM Pada hari ini Senin 9 Mei 2016, telah di buat perjanjian kerjasama pemasaran barang antara : 1. PT GRIYA MIESEJATI yang berkedudukan di Jalan Haji Domang No. 29 Jakarta. dalam hal ini di wakili oleh Permadi Nugraha S.H. selaku Direktur PT GRIYA MIESEJA berdasarkan Pasal 10 Anggaran Dasar Perseroan yang di muat dalam akta pendirian No : 20.- di hadapan notaris Dea Rakhmani, S.H., M.Kn. yang selanjutnya di sebut FRANCHISOR 2. Satria Mulia, umur 32 tahun, swasta, bertempat tinggal di Bumi Tamalanrea Permai Blok M No. 226 Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, selanjutnya disebut sebagai FRANCHISEE FRANCHISOR dan FRANCHISEE secara bersama-sama di sebut Para Pihak. Para Pihak sebelumnya menerangkan sebagai berikut : 1. Bahwa FRANCHISOR adalah pemilik dari restoran yang menyajikan makanan cepat saji yang kemudian dikenal dengan nama Restoran BAKMIE GM dengan merek dan rahasia dagang terdaftar dengan nomor pendaftaran 380107 dan 387123. 2. Bahwa FRANCHISOR telah menjalankan sistem restoran yang telah terintegrasi di Indonesia yang di kenal dengan (“Bakmie GM System”), Bakmie GM system merupakan sistem komprihensif yang di kembangkan dan di operasikan oleh FRANCHISOR yang terkait dengan tata kelola keuangan, business polices, servis, kebersihan, tema ruangan restoran, sampai dengan hak kekayaan intelektual terkait dengan merek dagang, desain dan warna restoran, tanda, layout, hingga resep dan spesifikasi menu makanan. 28 3. Bahwa FRANCHISOR memiliki hak yang sah untuk mengadopsi dan menggunakan “Bakmi GM System” di restoran yang menggunakan nama merek dagangnya. 4. Bahwa FRANCHISOR setuju untuk memberikan izin dan membantu FRANCHISEE untuk menjual dan menyajikan makanan BAKMIE GM untuk wilayah kabupaten Maros. 5. Bahwa FRANCHISEE berjanji akan mengawasi, menjaga, dan mengendalikan mutu dan kualitas makanan serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh FRANCHISOR. 6. Bahwa FRANCHISOR memberikan izin (lisensi) kepada FRANCHISEE untuk membuka restoran dengan nama Restoran BAKMIE GM dan untuk itu FRANCHISEE dapat menggunakan merek dan sistem secara bersamaan dengan pihak lainnya yang telah diberikan izin yang sama oleh FRANCHISOR. 7. Bahwa FRANCHISEE setuju untuk membeli dan menjalankan Restoran BAKMIE GM serta mematuhi semua ketetapan dan persyaratan yang diajukan oleh FRANCHISOR. Berdasarkan hal-hal yang telah ditetapkan diatas, FRANCHISOR dan Kedua sepakat untuk mengikatkan diri dan melaksanakan perjanjian ini dalam bentuk Perjanjian Kerjasama yang selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian” dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Pasal 1 DEFINISI 1. Franchise adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/ atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat di manfaatkan dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan Perjanjian Franchise. 2. Status Franchisee adalah hak yang diberikan Franchisor kepada Franchisee berupa hak untuk menggunakan merek dagang, sistem operasional yang berdasarkan Perjanjian Franchise. 29 3. Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapu dengan pembuatan, perlatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian di dalam satu (satu) tempat tetap yang tidak berpindah pindah Pasal 2 KEGIATAN USAHA 1. Usaha yang akan direncanakan dan dijalankan adalah sebuah restoran cepat saji dengan menu pendukung berupa bakmie, nasi goreng, pangsit dan sebagainya. 2. Nama restoran yang dimaksud di atas adalah RESTORAN BAKMIE GM, yang didirikan FRANCHISOR pada akhir tahun 1995. Pasal 3 KEWAJIBAN FRANCHISOR DAN FRANCHISEE 1. FRANCHISEE berusaha dengan segala kemampuanya untuk mempromosikan dan meningkatkan penjualan produk FRANCHISOR di wilayahnya. 2. FRANCHISEE akan selalu berusaha menjaga nama baik FRANCHISOR dengan memberikan service yang wajar pada Konsumen dan mengikuti “Bakmi GM System”. 3. FRANCHISEE wajib menyampaikan laporan kepada FRANCHISOR setiap dua bulan yang berisi jumlah produk yang telah terjual, garfik permintaan, serta hal lain yang diminta oleh FRANCHISOR yang berhubungan dengan penjualan, dengan mengirimkanya melalui media elektronik berupa E-Mail. 4. FRANCHISEE wajib menyampaikan laporan mengenai keluhan serta klaim yang di terimanya dari Konsumen kepada FRANCHISOR melalui media elektronik berupa E-Mail. 5. FRANCHISEE dilarang memindahkan status FRANCHISEE tanpa persetujuan FRANCHISOR dan dilarang menentukan harga jual tanpa persetujuan FRANCHISOR. 6. FRANCHISEE wajib menyediakan lokasi untuk tempat usaha. 30 7. FRANCHISOR berkewajiban untuk memberikan bimbingan konsultasi, pendidikan, dan program pelatihan yang diberikan secara terus-menerus, yang terdiri dari konsultasi pemilihan lokasi usaha, mempersiapkan persyaratan hukum yang diperlukan, pelatihan para staf, pembelian peralatan dan persediaan barang. 8. FRANCHISEE berhak mengetahui nama, merek dagang, rahasia bisnis, serta proses formula dan resep milik FRANCHISOR. 9. FRANCHISEE berhak FRANCHISOR. menggunakan nama dan merek dagang dari Pasal 4 PERUBAHAN SISTEM FRANCHISOR berhak untuk mengubah dan menyesuaikan sistem marketing, termasuk penentuan adanya pemakaian nama dagang, tanda dagang, tanda pelayanan baru, identifikasi produk baru, harga produk, dan menu-menu baru yang dilakukan dengan itikad baik demi usaha franchisee. Pasal 5 RAHASIA DAGANG (1) Segala Informasi yang diterima oleh FRANCHISEE mengenai produk FRANCHISOR yang menjadi rahasia dagang FRANCHISOR harus dijaga kerahasiaanya oleh FRANCHISEE dalam kondisi apapun dari pihak lain tanpa persetujuan FRANCHISOR. (2) FRANCHISEE diwajibkan mengembalikan kepada FRANCHISOR semua bahanbahan dokumen yang diberikan kepada FRANCHISEE, dan tidak diperkenankan memanfaatkan data informasi dan rahasia dagang sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian ini pada saat berakhirnya perjanjian atau putusnya perjanjian dengan pihak FRANCHISOR. Pasal 6 WILAYAH USAHA Dalam hal ini wilayah pemasaran yang diberikan FRANCHISOR kepada FRANCHISEE adalah wilayah pemasaran seputar Makassar dan sekitarnya. 31 Pasal 7 JANGKA WAKTU PERJANJIAN Jangka waktu perjanjian kerja sama ini berlaku selama 10 (Sepuluh) tahun. Jika Perjanjian ini telah berakhir dapat diperpanjang dengan memberitahukan secara tertulis kepada FRANCHISOR. Pasal 8 BESARAN INVESTASI DAN IMBALAN (1) FRANCHISEE sebagai penerima waralaba wajib membayar investasi awal atau franchise fee kepada FRANCHISOR sebagai pemberi waralaba sebesarRp2.000.000.000,00 (Dua Milyard Rupiah). (2) Pembayaran Besaran Investasi awal oleh FRANCHISEE kepada FRANCHISOR dilakukan pada saat penandatanganan Perjanjian ini, dan atas pembayaran tersebut akan diberikan tanda terima pembayaran berupa kuitansi. (3) FRANCHISEE wajib memberikan imbalan kepada FRANCHISOR sebesar 20% (Duapuluh Persen) dari penjualan setiap bulan. Pasal 9 TATA CARA PEMBAYARAN IMBALAN Untuk pembayaran imbalan oleh FRANCHISEE kepada FRANCHISOR akan dilakukan dengan transfer ke rekening FRANCHISOR dengan Nomor: 1234567890 pada Bank Mandiri , yang akan dibayar setiap tanggal 9 (sembilan) pada tiap bulannya. Pasal 10 KEPEMILIKAN DAN PERUBAHAN KEPEMILIKAN (1) FRANCHISOR akan memberikan kepada FRANCHISEE untuk memungkinkan bisnis dipertahankan sebagai suatu aset yang perlu direalisir atau jika tidak dapat diambil alih oleh ahli warisnya apabila ahli waris tesebut memenuhi syarat sebagai terwaralaba/franchise. (2) FRANCHISEE apabila ingin membuka outlet baru harus memberitahukan dan membayar pendirian waralaba kepada FRANCHISOR. 32 Pasal 11 PEMBATALAN Franchisor dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini karena hal-hal berikut: 1. Apabila franchisee lalai dan atau tidak melakukan kewajibannya yang diatur dalam perjanjian ini padahal sudah diberikan peringatan berulang oleh franchisor namun masih melakukan pelanggaran baik berbeda maupun yang sama, pelanggaran mana yang dianggap serius menurut ukuran franchisor. 2. Apabila franchisee bangkrut atau dinyatakan pailit kecuali jika franchisee dengan segera memenuhi kembali semua kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian ini. 3. Dalam hal perjanjian ini berakhir atau dibatalkan, franchisee berkewajiban : a. Tidak menuntut dan meminta kembali franchise fee dan biaya-biaya lain yang sudah dikeluarkan b. Dengan segera dan secara tetap menghentikan penggunaan semua tanda milik/label franchisor. c. Franchisee memberikan kuasa kepada franchisor melakukan pemeriksaan/inspeksi franchisee serta mengambil tanda-tanda yang bercirikan merek franchisor. Pasal 12 BERAKHIRNYA PERJANJIAN a. b. c. d. e. f. Perjanjian berakhir demi hukum dalam hal terdapat : Habisnya jangka waktu. Para Pihak dibubarkan; FRANCHISOR menghentikan usaha; dialihkan hak keagenan/kedistributorannya; bangkrut/pailit; dan perjanjian tidak diperpanjang. 33 Pasal 13 GANTI RUGI DALAM HAL PEMUTUSAN PERJANJIAN Dalam hal FRANCHISOR memutuskan kontrak dengan FRANCHISEE maka FRENCHISEE berhak mendapatkan ganti kerugian sebesar kerugian yang di derita, dengan menyertakan bukti-bukti atas kerugian tersebut. Pasal 14 PENYELESAIAN SENGKETA Apabila terjadi perselisihan di antara Para Pihak, maka akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Jika dengan musyawarah tidak dapat diselesaikan, maka kedua belah pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Pasal 15 ADDENDUM Segala perubahan dan hal-hal lain yang belum atau tidak cukup diatur dalam Perjanjian, akan dibicarakan secara musyawarah oleh Para Pihak dan akan dituangkan dalam suatu addendum yang menjadi satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari Perjanjian. Demikian surat ini di buat dalam rangkap 2 dengan di bubuhi materai secukupnya berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang masing - masing memiliki kekuatan hukum yang sama dan mulai berlaku sejak di tanda tangani oleh para pihak. Jakarta, 9 Mei 2016 34 DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/31888385/PERLINDUNGAN_HUKUM_FRANCHISEE_ATAS_K EPAILITAN_FRANCHISOR https://www.academia.edu/34083275/MAKALAH_WARALABA https://www.academia.edu/32723038/Hukum_Bisnis_Franchise https://www.academia.edu/18689699/MAKALAH_WARALABA_PENGANTAR_BISNIS https://www.academia.edu/36205022/REWIEW_MAKALAH_BISNIS_WARALABA https://www.academia.edu/36058321/waralaba 35