Watson (2004) menyebutkan caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilai–nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain serta menghormati keyakinan spiritual pasien. Tujuan keperawatan menurut Watson adalah memfasilitasi individu mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi meliputi jiwa, raga, dan perkembangan pengetahuan diri, peningkatan diri, penyembuhan diri dan proses asuhan diri. Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu : a. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik. b. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope). c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain. d. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). e. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif. f. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif. g. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki a. mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual. b. Membantu memuaskan kebutuhan manusia. Meleis (1997) menyebutkan caring adalah pertimbangan pribadi, psikologistik, perspektif budaya, manifestasi perasaan empati, dedikasi dan intervensi terapeutik kepada pasien. Dengan caring memungkinkan terjadinya interaksi terapeutik antara perawat dan pasien. Caring merupakan dasar dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan memberikan kepuasan kepada pasien. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Watson menyebutkan caring sebagai suatu karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan secara genetika, namun dapat dipelajari melalui pendidikan sebagai budaya profesi. Menurut Swanson (dalam Watson, 2005) komponen caring ada 5 yaitu : Mengetahui (Knowing) adalah usaha untuk memahami orang lain, merawat orang lain, dan interaksi antara perawat dengan pasien. b. Kehadiran (Being with) yaitu menghadirkan emosi ketika bersama orang lain. Hal ini meliputi kehadiran diri perawat untuk pasien, untuk membantu pasien, dan mengelola perasaan tanpa membebani pasien. c. Melakukan (Doing for) yaitu melakukan tindakan untuk orang lain atau memandirikan pasien, mencakup tindakan antisipasi, kenyamanan, menampilkan kompetensi dan keahlian, melindungi pasien dan menghargai pasien. d. Memampukan (Enabling) yaitu memfasilitasi pasien untuk melewati masa transisi dengan berfokus pada situasi, memberikan informasi atau penjelasan, memberi dukungan, memahami perasaan pasien, menawarkan tindakan, dan memberikan umpan balik . e. Mempertahankan kepercayaan (Maintaining belief) yaitu mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai kapasitas pasien, menghargai nilai yang dimiliki pasien, mempertahankan perilaku penuh pengharapan, dan selalu siap membantu pasien pada situasi apapun. Woodward (2008) menambahkan bahwa untuk mengabadikan caring dalam praktik, maka diperlukan peningkatan fokus pendidikan sehingga muncul komitmen untuk mempertahankan caring sebagai nilai sentral. Caring merupakan hubungan pemberi pelayanan yang bersifat terbuka, dan perawat peduli dengan klien Perilaku caring merupakan perhatian kepada orang lain, menghormati orang lain, dan empati terhadap orang lain Faktor–faktor yang mempengaruhi caring Gillies (1994) mengemukakan bahwa semangat/motivasi perawat dalam melaksanakan tugasnya termasuk dalam menerapkan caring dipengaruhin oleh keseimbangan dan ketepatan jumlah tenaga perawat yang ada. Bila jumlah tenaga perawat kurang dari kebutuhan maka mengarah terjadinya flustrasi, keletihan, kekecewaan dan perselisihan antar individu perawat. Motivasi perawat yang rendah dalam menerapkan caring dapat terjadi karena beban kerja yang tinggi sehingga nantinya menurunkan kinerja dan kualitas asuhan keperawatan yang berdampak pada menurunkan kepuasan klien. Hal ini sesuai dengan pendapat ilyas (2000) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat menurunkan motifasi kerja personel adalah tingginya beban kerja. Menurut (Gibson, 1997) secara teori caring dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Individu, Psikologi, Organisasi. a. Individu Faktor individu adalah kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Untuk pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring. b. Psikologi Faktor psikologis adalah persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. c. Organisasi Faktor organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan, dan desain pekerjaan. Untuk pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan yang terkait dengan kepuasaan kerja, iklim kerja yang kondusif dan perencanaan jenjang karir. Menurut Teori motivasi-higiene, Herzberg dalam Cushway (1999) mengemukakan bahwa kepuasan bekerja selalu berhubungan dengan isi pekerjaan, dan ketidakpuasan bekerja selalu disebabkan karena hubungan dengan isi pekerjaan, dan faktor–faktor yang berhubungan dengan kepuasaan disebut faktor motivator dan faktor yang berhubungan dengan ketidak puasan disebut faktor hyegiene. Yang termasuk faktor higiene antara lain: upah/gaji, honorarium, kondisi kerja, tehnik pengawasan dan kebijakan administrasi organisasi. Yang termasuk faktor motifator adalah: keberhasilan, penghargaan, faktor pekerjaaannya sendiri, tanggung jawab dan faktor peningkatan karier.