Uploaded by razmilrizalaminan

qaulan-160528153348

advertisement
Macam-macam Qaulan dalam al-Quran
Ada sebuah pepatah, “Lidah itu tidak bertulang, tetapi ia lebih tajam daripada pedang”. Pepatah ini
benar adanya. Terluka oleh lisan akan lebih sakit dibanding terluka oleh pedang. Pasalnya, luka
karena pedang banyak medical service yang memungkinkan penyembuhan. Tetapi, luka karena
lisan belum tentu ada penawarnya, karena yang terluka bukanlah fisik melainkan batin.
Kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak selamanya kita rasa baik, terkadang secara sengaja
atau tidak menyayat hati pendengarnya. Jika hal tersebut dibiarkan maka ucapan yang keluar dari
mulut kita justru akan merugikan diri kita sendiri. Sehingga, ahli ibadah divonis celaka oleh
Rasulullah saw gara-gara lisannya yang tidak terjaga. Dalam sebuah hadits dijelaskan:
Dikatakan kepada Rasulullah saw., “Sesungguhnya si Fulanah shaum di siang hari dan tahajud
di malam hari. Namun akhlaknya buruk. Ia suka menyakiti hati tentangganya dengan
mulutnya”. Rasulullah bersabda, “Tidak ada kebaikan pada diri Fulanah itu. Ia termasuk ahli
neraka”. (H.R. Ahmad).
Macam-macam Qaulan (perkataan)
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan sesempurnanya dibandingkan makhluk
yang lain. Keindahan dan kesempurnaan manusia hendaknya diiringi dengan keindahan dan
kesempurnaan perangai. Salah satunya, manusia mesti mengindahkan dan menyempurnakan diri
dengan komunikasi yang baik –meskipun pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna–.
Untuk menyokong hal ini, Allah memberi kelebihan kepada kita sebagai manusia supaya pandai
berkomunikasi sebagaimana dijelaskan dalam QS ar-Rahman ayat 4, “Allah mengajarkan
manusia pandai berbicara”. Ayat tersebut menyiratkan perintah supaya kita berkomunikasi
dengan baik.
Dalam al-Quran terdapat macam-macam qaulan (perkataan), diantaranya:
1. Qaulan Karima
Dilihat dari segi bahasa, karima berasal dari kata karuma yakrumu karman karimun yang
bermakna mulia. Al-Quran mengingatkan kita untuk menggunakan bahasa yang mulia, yakni
perkataan yang memuliakan dan memberi penghormatan kepada orang yang diajak bicara
sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
“... janganlah kamu mengatakan ‘ah’ kepada mereka (orang tua), jangan pula kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia !” (QS al-Isra` [17]:
23).
2. Qaulan Ma’rufa
Ma’rufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut M. Quraish Shihab, ma’ruf secara bahasa
artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti
perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan
ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang. Seorang
guru hendaknya berutur kata yang santun karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang
da’i, muballigh, petinggi ormas, dll. hendaknya berbicara dengan perkataan ma’ruf, karena
memang seperti itulah pantasnya.
Dalam al-Quran dijelaskan:
“Dan janganlah kamu menyerahkan harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) kepada
orang-orang yang belum sempurna akalnya (anak yatim) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan! berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik!” (QS an-Nisa [4]: 5).
3. Qaulan Sadida
Sadida berarti jelas, jernih, terang. Dalam al-Quran, konteks qaulan sadida diugkapkan pada
pembahasan mengenai wasiat (QS an-Nisa [4]: 9) dan tentang buhtan (tuduhan tanpa bukti) yang
dilakukan kaum Nabi Musa kepada Nabi Musa (QS al-Ahzab [33]: 70).
Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan
keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada (buhtan:
tuduhan tanpa bukti).
4. Qaulan Baligha
Terhadap kelompok oposisi atau kaum munafiq kita diminta menggunakan bahasa yang
komunikatif (qaulan baligha). Baligha itu sendiri berarti sampai. Dalam konteks ayatnya (QS anNisa [4]: 63), qaulan baligha dimaknai sebagai perkataan yang sampai dan meninggalkan bekas di
dalam jiwa seseorang.
Ini merupakan indikasi bahwa dakwah itu mesti diupayakan. Salah satunya adalah dakwah dengan
lisan (da’wah billisan). Dan, kemestian dakwah dengan lisan ini tentunya bagi yang mumpuni dan
berkapasitas. Kecakapan dakwah yang perlu diasah adalah dalam penyampaian verbal. Maka,
kecakapan dalam qaulan baligha merupakan hal yang niscaya bagi seorang da’i atau muballigh.
5. Qaulan Maysura
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti perkataan yang mudah. Dalam konteks ayatnya
(QS al-Isra` [17]: 28), Imam al-Maraghi mengartikannya sebagai ucapan yang lunak dan baik atau
ucapan janji yang tidak mengecewakan. Sedangkan Imam Ibnu Katsir menyebutkan makna qaulan
maysura dengan perkataan yang pantas dan ucapan janji yang menyenangkan. Kedua pendapat
tersebut identik, yakni ucapan yang keluar dari mulut kita hendaknya menyenangkan orang dan
tidak mengecewakannya.
6. Qaulan Layyina
Secara bahasa layyina artinya lemah lembut. Qaulan layyina bisa bermakna sebagai strategi
dakwah. Pasalnya, konteks qaulan layyina (QS Thaha [20]: 44) berbicara tentang dialog Nabi
Musa dengan Firaun.
Sebagai seseorang yang dibesarkan dan disenangkan di istana Firaun, penguasa yang melabeli diri
sebagai tuhan, Musa harus berurusan dengan Firau sebagai objek dakwah tauhidnya. Berat
rasanya bagi Nabi Musa. Tetapi, ini adalah misi yang diembankan Allah. Maka, Allah menuntun
dan memotivasi agar Nabi Musa menggunakan qaulan layyina saat menyampaikan dakwahnya.
Ini dimaksudkan agar Firaun menjadi sadar dan takut, meskipun pada kenyataannya Firaun
marah besar dan berupaya untuk melenyapkan Nabi Musa dan ajarannya.
MACAM-MACAM QAWLAN
Sebelum kita membahas macam-macam qawlan satu-persatu secara terperinci maka saya
akan menjelaskan terlebih dahulu makna atau apa arti qaulan itu. Jadi Qaulan adalah Suatu Pesanpesan keislaman yang mana dalam penyampaiannya itu di lihat dari dalam komunikasi Islam
meliputi seluruh ajaran Islam, yaitu yang terdiri dari akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits dapat ditemukan berbagai panduan
agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif sehingga tidak terjadi suatu kesalahpahaman
antara umat manusia dalam menyampaikan komunikasi dan komunikasi yang diterimanya. Kitapun
dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Yang mana Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi dalam Islam ini merupakan panduan
bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal,
interpersonal, kelompok, massa dalam pergaulan sehari hari, baik dilakukan dalam berdakwah
secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain yang dilakukan dalam pergaulan dan
kehidupan sehari-hari.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam, kita dapat menemukan setidaknya enam
jenis gaya bicara atau pembicaraan yaitu; (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam, yakni;
1.
Qaulan Sadida
2.
Qaulan Baligha
3.
Qulan Ma’rufan
4.
Qaulan Karima
5.
Qaulan Layinan
6.
Qaulan Maysura.
Untuk mengetahui lelih jauhnya lagi maka saya akan menjelaskan supaya kita paham
pengertian dari ‘Qaulan’ itu apa, yaitu sebagai berikut :
1. QAULAN SADIDA
Sebelum menjelaskan lebih jauh lagi tentang makna atau arti qaulan sadidan maka saya akan
menyuguhkan atau memafarkan yang mana telah ada dlam al-qur'an dam surat 4:9 yang artinya
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida
yaitu perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan,
ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata
bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau
memanipulasi fakta.
Serta ada suatu pendapat dari seorang ilmuan yaitu yang bernama; Alferd Korzybski, peletak dasar
teori general semantics menyatakan bahwa penyakit jiwa , baik individual maupun sosial, timbul
karena penggunaan bahasa yang tidak benar. Ada beberapa cara menutup kebenaran dengan
komunikasi. Pertama, menggunakan kata-kata yang sangat abstark, ambigu, atau menimbulkan
penafsiran yang sangat berlainan apabila kita tidak setuju dengan pandangan kawan kita. Kedua,
menciptakan istilah yang diberi makna lain berupa eufimisme atau pemutarbalikan makna terjadi
bila kata-kata yang digunakan sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan makna
yang lazim.
Serta dalam perinsip dari qaulan sadidan yaitu Tidak Sombong Arti kata dari qaulan sadidan
adalah tidak bohong. Nabi Muhammad saw bersabda, “Jauhi dusta, karena dusta membawa kamu
pada dosa, dan dosa membawa kamu pada neraka. Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur
membawa kamu pada kebajikan, membawa kamu pada surga”. Al-Quran menyuruh kita selalu
berkata benar, supaya kita tidak meninggalkan keturunan yang lemah.
Bahaya Bohong
Nabi Muhammad saw dengan mengutip Al-Quran menjelaskan bahwa orang beriman tidak
akan berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat Islam sering dirugikan karena berita-berita
dusta. Yang paling parah, ketika bohong memasuki teks-teks suci yang menjadi rujukan. Yang
mana sampai kapanpun itu suatu kebohongan tidakakan pernah berhasil memasuki Al-Quran karena
keaslian Al-Quran sudah dijamin oleh Allah.
Ada beberapa hadits dan ayat al-Qur’an yang menganjurkan supaya kita harus berbicara
baik dan benar yaitu sebagai berikut :
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya kebenaran itu
memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).
“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (H.R. Ibnu Asakir dari
Abdullah bin Basri)”.
Dilihat dari segi redaksi Qur’an dan hadits ysng di paparkan di atas yaitu, komunikasi Islam
harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang semestinya di
gunakan sesuai perintah Allah SWT.
Serta komunikasi didalam bahasa Indonesia, maka komunikasi hendaknya menaati kaidah
tata bahasa dan mengguakan kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
2. QAULAN BALIGHA
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya
menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke
pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
mereka.
Serta berikut ini ada perincian Al-Quran tentang qaulan balighan.
• Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat
komunikan. Dalam istilah Al-Quran, ia berbicara fi anfusihim (tentang diri mereka). Dalam
istilah sunah, “Berkomunikasilah kamu sesuai dengan kadar akal mereka”. Pada zaman
modern, ahli komunikasi berbicara tentang frame of reference dan field experience.
Komunikator baru efektif bila ia menyesuaikan pesannya dengan kerangka rujukan dan
medan pengalaman komunikannya.
• Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyentuh komunikan pada hati dan otaknya
sekaligus. Aristoteles pernah menyebut tiga cara yang efektif untuk memengaruhi manusia,
yaitu ethos, logos dan pathos. Dengan ethos (kredibilitas komunikator), kita merujuk pada
kualitas komunikator. Komunikator yang jujur, dapat dipercaya, memiliki pengetahuan
tinggi, akan sangat efektif untuk memengaruhi komunikannya. Dengan logos (pendekatan
rasional), kita meyakinkan orang lain tentang kebenaran argumentasi kita. Kita mengajak
mereka berpikir, menggunakan akal sehat, dan memimbing sikap kritis. Kita tunjukan bahwa
kita benar karena secara rasional argumentasi kita harus diterima. Dengan pathos
(pendekatan emsional), kita bujuk komunikan untuk mengikuti pendapat kita. Kita getarkan
emosi mereka, kita sentuh keinginan dan kerinduan mereka, kita redakan kegelisahan dan
kecemasan mereka.
Selain itu hadits dan qur’an menjelakan tentang qaulan baligha yaitu ;
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada
mereka Qaulan Baligha perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R.
Muslim).
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa
kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
Melihat dari pemaparan hadits dan qur’an diatas maka Gaya bicara dan pilihan kata dalam
berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan
kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di
depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat
berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa
(language of mass communication).
Jadi intinya dimanapun kita berada dan berada pada setuasi apapun maka kita harus bisa
menyesuaikan perkataan dan gaya bahasa kita dalam berkomunikasi sesuai keadaan dan setuasi
serta lawan bicara kita. Serta tidak akan terjadi kesalahpahamman dalam pemahaman komunikasi
yang kita sampaikan dan bisa mereka terima dengan baik sehingga apa yang kita ingin sampaikan
itu sesuai dengan keinginan dan maksud kita mereka pahami dan mereka mengerti.
3. QAULAN MA’RUFA
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan
sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga
bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
Serta Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Pertama,
berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap
anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan
kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi.
Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita.
Kata ma’rufan dari kelima ayat tersebut, berbentuk isim maf’ul dari kata ‘arafa, bersinonim
dengan kata al-Khair atau al-Ihsan yang berarti baik.
Ada keriteria dalam kebaikan yaitu:
Kriteria Kebaikan
Aristoteles (Ibnu Miskawiah) mengatakan bahwa kebaikan itu dapat dibagi menjadi beberapa
keriteria kebaikan yaitu sebagai berikut:
• Kebaikan mulia adalah kebaikan yang kemuliaannya berasal dari esensinya, dan membuat
orang yang mendapatkannya menjadi mulia. Itulah kearifan dan nalar.
• Kebaikan terpuji adalah kebaikan dan tindakan sukarela yang positif.
• Kebaikan potensial adalah kesiapan memperoleh kebaikan mulia dan kebaikan terpuji.
• Kebaikan yang bermanfaat adalah segala hal yang diupayakan untuk memperoleh kebaikan-
kebaikan lainnya.
Kebaikan itu dapat pula dikategorikan, sebagai berikut:
• Kebaikan substantif, yaitu kebaikan bukan terjadi kemudian, melainkan sudah bersamaan
dengan Allah. Allah adalah kebaikan pertama karena segala sesuatu mengarah kepada-Nya,
mendambakan-Nya, untuk memperoleh kebaikan Ilahi sperti kekekalan, keabadian dan
kesempurnaan.
• Kebaikan kuantitas, yaitu kebaikan yang berkenaan dengan angka bilangan dan jumlahnya
yang memadai.
• Kebaikan yang berkenaan dengan kualitas, yaitu kenikmatan.
Untuk menambah kebenaran dan keyakinan kita maka saya masukan beberapa Al-Quran
dan hadits untuk memperkuat paparan dan pendapat diatas, yaitu sebagai berikut :
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Sebagai
gantinya maka berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka Qaulan Ma’rufa, kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka
berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa yaitu
perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa yaitu suatu
perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
Jadi dapat disimpulkan inti dari pemaparan diatas yaitu Berdasarkan paparan tersebut, maka
dapat disimpulkan betapa pentingnya berbicara yang baik dengan siapa pun, di mana pun, dan
kapan pun, dengan sarat pembicaraannya itu akan mendatangkan pahala dan manfaat, baik bagi
dirinya sebagai komunikator maupun bagi orang yang mendengarkan sebagai komunikan.
4. QAULAN KARIMA
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan
yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak
mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau
orang yang harus kita hormati. Yang mana telah allah firmankan dalam surat Al-Isra:23, yaitu
sebagai berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali
janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima yaitu ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Serta dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan katakata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri,
dan sadis.
Serta Kata qaulan kariman juga dijelaskan dalam Al-Quran disebutkan hanya satu kali,
yaitu dalam surat Al-Israa’ ayat 23.
Substansi dari pengertian ayat tersebut dapat disimpulkan atau diambil intisrinya yaitu
paling tidak mengandung dua hal, yakni: pertama, berkenaan dengan tuntunan berakhlak kepada
Allah, dan kedua, berkenaan dengan tuntunan berakhlak kepada kedua orang tua. Menurut Hamka,
dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa akhlak kepada Allah merupakan pokok etika sejati,
sebab hanya Allah semata yang berjasa kepada kita, yang menganugerahi hidup kita, memberi
rezeki.
Tuntunan akhlak kepada kedua orang tua, antara lain: keharusan berbakti kepada orang tua,
dan mengurus orang tua di saat mereka sudah usia lanjut. Jika seorang anak mengikuti perintah
Allah ini, ia akan selamat di dunia dan di akhirat.
Jadi dapat kita keriteriakan makna qaulan kariman ini yaitu sebagai berikut:
Kriteria Qaulan Kariman
• Kata-kata bijaksana (fasih, tawaduk): yaitu kata-kata yang bermakna agung, teladan, dan
filosofis. Dalam hal ini, Nabi saw sering menyampaikan nasihat kepada umatnya dengan
kata-kata bijaksana.
• Kata-kata berkualitas: yaitu kata-kata yang bermakna dalam, bernilai tinggi, jujur, dan
ilmiah. Kata-kata seperti ini sering diungkapkan oleh orang-orang cerdas, berpendidikan
tinggi, dan filsuf.
• Kata-kata bermanfaat: yaitu kata-kata yang memiliki efek positif bagi perubahan sikap dan
perilaku komunikan. Kata-kata seperti ini sering diucapkan oleh orang-orang terhormat
sperti kiai, guru, dan orang tua.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya kita harus berbicara dengan perkataan yang mulia,
dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Yang harus di lakukan kepada orang tua kita. Jangan sampai kita melakukan
hal yang melukai dan menyakiti perasaan orangtua oleh perkataan kita.
5. QAULAN LAYINA
Qaulan Layina adalah pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang
dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi
kasar.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina yaitu kata-kata yang
lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemahlembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak
berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita
yang disampaikan.
Serta dijelaskan juga dalam alkuran yaitu Kata qaulan layyinan hanya satu kali disebutkan
dalam Al-Quran (QS. Thaahaa: 44)
Ayat tersebut merupakan perintah Allah swt kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk
mendakwahkan ayat-ayat Allah kepada Firaun dan kaumnya. Firaun sebagai seorang Raja Mesir
memiliki watak keras, sombong, dan menolak ayat-ayat Allah, bahkan menantang Allah denagn
mengaku sebagai Tuhan.
Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut
kepada siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi,
maupun kepada manusia yang belum beriman.
Dengan demikian dapat ditsrik suatu kesimpulan dalam komunikasi Islam, yaitu semaksimal
mungkin kita harus menghindari kata-kata yang kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan
tinggi.
6. QAULAN MAYSURA
Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Yaitu
sebagai berikut : ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura ucapan yang mudah” (QS.
Al-Isra: 28).
Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan
pendidikan kepada nabi Muhammad saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam
menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir.
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (AlMunawir). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang
artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata
yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan.
Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan
mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba-hambanya yang lain. Islam mengharamkan
setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah dari Tuhannya dan hamba-hambanya.
Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mampu menampilkan dirinya
sehingga disukai dan disenangi orang lain. Untuk bisa disenangi orang lain, ia harus memiliki sikap
simpati dan empati. Simapti dapat diartikan dengan menempatkan diri kita secara imajinatif dalam
posisi orang lain (Bennett, dalam Mulyana).
Namun dalam komunikasi, tidak hanya sikap simpati dan empati yang dianggap penting
karena sikap tersebut relatif abstrak dan tersembunyi, tetapi juga harus dibarengi dengan pesanpesan komunikasi yang disampaikan secara bijaksana dan menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya Qaulan Maysura itu bermakna ucapan yang mudah,
yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah
kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.
QAULAN SADIDA
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang
benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi,
pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran,
faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi
fakta.
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya kebenaran itu memimpin
kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku,
sesuai kadiah bahasa yang berlaku.
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).
“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (H.R. Ibnu Asakir dari Abdullah bin
Basri).
Dalam bahasa Indonesia, maka komunikasi hendaknya menaati kaidah tata bahasa dan
mengguakan kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. QAULAN BALIGHA
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan
Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“(QS An-Nissa :63).
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan
kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah
(straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.
Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan
dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan
dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu
harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita
dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah
bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).
3. QAULAN MA’RUFA
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta
Al-Ahzab: 32.
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak
kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan
yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka
yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS
An-Nissa :5)
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah
mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik”
(QS An-Nissa :8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan
menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara
rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik…” (QS. AlBaqarah:235).
“Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. AlBaqarah: 263).
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya]
dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
4. QAULAN KARIMA
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan
kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak
didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat
berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang
sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang
harus kita hormati.
Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang
santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. QAULAN LAYINA
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…”(QS.
Thaha: 44).
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati.Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah
kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemahlembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak
berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi
kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan
suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.
6. QAULAN MAYSURA
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan,
maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami
oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang
menggembirakan. Wallahu a’lam. (www.romeltea.com).*
- See more at: http://romeltea.com/komunikasi-islam-makna-dan-prinsip/#sthash.KL4ujc3v.dpuf
Qaulan Karima
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan,
enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib
dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau
mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang
yang harus kita hormati. Yang mana telah allah firmankan dalam surat Al-Isra:23, yaitu sebagai
berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah
kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima yaitu ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
2.
Qaulan Baligha
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan
kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah,
dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa
kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
Melihat dari pemaparan hadits dan qur’an diatas maka Gaya bicara dan pilihan kata dalam
berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan
kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di
depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat
berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa
(language of mass communication).
3.
Qaulan Maysura
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (AlMunawir). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang
artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata
yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan.
Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Yaitu sebagai
berikut : ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura ucapan yang mudah” (QS. AlIsra: 28).
Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan
pendidikan kepada nabi Muhammad saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam
menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir.
4.
Qaulan Layina
Qaulan Layina adalah pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan
penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang
dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi
kasar.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina yaitu kata-kata yang lemahlembut…” (QS. Thaha: 44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemahlembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak
berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita
yang disampaikan.
Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada
siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun
kepada manusia yang belum beriman.
5.
Qaulan Sadida
Dalam al-qur'an surat 4:9 yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida yaitu perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan,
atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
6.
Qaulan Ma’rufa
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan
sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga
bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
Serta Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Pertama,
berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap
anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan
kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi.
Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita.
Download