MODUL ASUHAN KEBIDANAN KAJIAN PEREMPUAN Dosen Pengampu: YUSNIAR SIREGAR,SST,M.Kes DAMPAK KETIDAKSETARAAN SOSIAL PADA KESEHATAN PEREMPUAN DISUSUN OLEH: ALISA CINTYA DWI USTY A. FANNY ANNISA R. INTAN KUMALASARI PRODI D-IV 1B JURUSAN KEBIDANAN MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkah dan karuniaNya-lah kami dapat menyelesaikan modul mata kuliah Asuhan Kebidanan ini. Modul ini disusun sebagai referensi dan bahan belajar untuk mahasiswa program pendidikan D-IV Kebidanan. Kami mengucapkan terimakasih atas berbagai bantuan baik materil maupun imateril dari berbagai pihak atas keberhasilan penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan serta dapat memberikan referensi bagi mahasiswa program D-IV Kebidanan Medan. Penulis Medan, 12 September 2019. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1 DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2 PENDAHULUAN................................................................................................................. 3 URAIAN MATERI............................................................................................................... 4 KEGIATAN BELAJAR 1 : a. Definisi dan penyebab ketidaksetaraan........................................................ KEGIATAN BELAJAR 2 : a. Dampak ketidaksetaraan sosial………………………..………...………….. RANGKUMAN........................................................................................................ TUGAS FORMATIF............................................................................................... TUGAS MANDIRI.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. PENDAHULUAN Modul Asuhan Kebidanan ini membahas tentang Kajian Perempuan: Dampak Ketidaksetaraan Sosial Pada Perempuan.. Modul ini terdiri atas 2 kegiatan belajar sesuai dengan materinya. Setelah mempelajari modul Asuhan Kebidanan ini, diharapkan Anda mampu menganalisis dan memahami tentang Dampak Ketidaksetaraan Sosial Pada Perempuan dalam lingkup Kajian Perempuan. Dalam mempelajari modul ini Anda diharapkan banyak membaca dan berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun bersama temanteman Anda, untuk mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih mendalam dan luas. Materi dalam modul ini kurang lebih telah sesuai dengan pengalaman dan realita yang ada di lingkungan Anda sehari-hari Modul ini berjudul “Dampak Ketidaksetaraan Sosial Pada Kesehatan Perempuan”. Modul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat memahami dampak apa sajakah yang ditimbulkan dari adanya diskriminasi sosial pada kesehatan perempuan. Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat Menganalisis tentang penyebab adanyadiskriminasi. Menganalisis tentang dampak yang ditimbulkan dari adanya diskriminasi pada kesehatan perempuan. DAMPAK KETIDAKSETARAAN SOSIAL PADA KESEHATAN PEREMPUAN TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 dan 2, anda diharapkan dapat memahami arti ketidaksetaraan sosial. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 dan 2, anda akan mencapai kemampuan untuk : 1. Mahasiswa mampu menganalisis dampak ketidaksetaraan sosial. 2. Mahasiswa mampu menganalisis tentang dampak ketidaksetaraan sosial pada kesehatan perempuan. POKOK-POKOK PEMBAHASAN 1. Pengertian ketidaksetaraaan. 2. Penyebab adanya ketidaksearaan sosial. 3. Dampak ketidaksetaraan sosial. 4. Dampak ketidaksetaraan sosial pada kesehatan perempuan. Ketidaksetaraan Sosial a. Pengertian Ketidaksetaraan Setara adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap kedua belah pihak. Dengan kesetaraan berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Ketidaksetaraan terjadi karena adanya kesenjangan sosial,peran dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi terhadap kaum laki-laki dan perempuan. Ketidaksetaraan lebih merugikan kaum perempuan dibanding laki-laki. Hal tersebut timbul karena adanya ketidakadilan jenis kelamin yang berpihak pada laki-laki. (https://pkbi-diy.info/kespro-laki-laki-keadilan-dan-kesetaraan-gender/) b. Penyebab Adanya Ketidaksetaraan Sosial Gender masih diartikan oleh masyarakat sebagai perbedaan jenis kelamin. Kata gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Konsep gender dalam wacana ilmu sosial termasuk konsep yang relatif masih muda (Onny S. Prijono). Konsep gender berkembang sejak tahun 1970-an karena dalam kalangan yang berkecimpung dengan masalah kaum perempuan, terdapat ketidakpuasan dengan konsep perempuan dalam pembangunan, yang pada dasarnya melihat kaum perempuan terpisah dari kaum laki-laki. (Sudarma,Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika) Masyarakat belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang peran fungsi dan tanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Kondisi demikian mengakibatkan kesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki dan perempuan. Hanya saja bila dibandingkan, diskriminasi terhadap perempuan kurang menguntungkan dibandingkan laki-laki. Ketidakadilan gender yang bersangkutan dengan sosial merupakan bentuk perbedaan perlakuan berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran atau pilih kasih yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasinya, persamaan antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain. Diskriminasi merupakan sistem dan struktur dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam sistem tersebut. Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh lakilaki. Dampak Ketidaksetaraan Sosial a. Dampak Ketidaksetaraan Sosial Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidak setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari gambaran kondisi perempuan di Indonesia. Sesungguhnya perbedaan gender dengan pemilahan sifat, peran, dan posisi tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, bukan saja bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki. Berbagai pembedaan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta kedudukan antara laki-laki dan perempuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan karena telah berakar dalam adat, norma ataupun struktur masyarakat. Yohana Yembise selaku meteri PPPA mengatakan kondisi perempuan Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan. Banyak upaya yang telah dilakukan, tapi data menunjukkan bahwa posisi dan status perempuan masih menghadapi hambatan dibandingkan laki-laki di berbagai bidang pembangunan.Yohana menjelaskan salah satu sektor yang menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan adalah pendidikan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa rata-rata perempuan di Indonesia tidak menyelesaikan pendidikan SMP dan hanya memiliki sertifikat sekolah dasar saja. (https://www.liputan6.com/bisnis/read/3607884/sri-mulyani-ketidaksetaraangender-timbulkan-kemiskinan) b. Dampak Ketidaksetaraan Sosial Pada Kesehatan Perempuan Wanita lebih memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih adil dibandingkan dengan pria. Artinya, dengan tingkat pendapatan/kekayaan yang berbeda, wanita lebih banyak mendapat perhatian. Hal ini didukung dengan indeks konsentrasi pelayanan kesehatan untuk wanita sebesar 1,22 sedangkan untuk pria sebesar 1,28. Keadaan ini merupakan gejala yang penting, mengingat kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Karena sekitar 50% kegiatan sosial ekonomi pertanian di pedesaan dikerjakan oleh tenaga kerja wanita, maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan. Dikatakan bahwa kualitas hidup dan kebahagian masyarakat di suatu wilayah dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kesetaraan gender (Mookerjee dan Beron, 2005) dan kesehatan masyarakat (Gerdtham dan Johannesson, 2001). Kesetaraan jender juga dapat membantu mengentaskan kemiskinan. Mutume, (2001) menegaskan bahwa masyarakat yang mendiskriminasi berdasarkan gender mengindikasikan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi yang rendah, tata-pamong yang kurang baik dan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat yang mensetarakan gender. Satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah perempuan lebih cenderung banyak melakukan akses terhadap pelayanan kesehatan. Kenyatannya adalah memang menunjukkan bahwa yang mengunjungi tempat pelayanan kesehatan adalah perempuan. (https://media.neliti.com/media/publications/44038-ID-ketimpangan-jenderdalam-akses-pelayanan-kesehatan-rumah-tangga-petani-pedesaan.pdf) Beberapa hal yang menjadi penyebab perempuan lebh cenderung mengakses pelayanan kesehatan, diantaranya: a. Menurut estimasi PBB ditahun 2025 atau 2050, baik di Indonesia maupun di Asia Tenggara kelompok penduduk usia tua akan lebih banyak dialami oleh kalangan perempuan. Pertumbuhan/peningkataan jmlah kaum perempuan yang menjadi penduduk lanjut usia ini merupakan salah satu masalah perempuan yang harus diperhatikan dengan seksama baik dunia kesehatan maupun pemerintah. b. Dua dari tiga wanita didunia saat ini menderita penyakit yang mudah menyebar mencakup anemia kronik, malnutrisi, dan kondsi yang sangat lemah lainnya. c. Wanita juga menghadapi ancaman kesehatan reproduktif yang unik. d. Pola kesehatan dan pnyakit padalaki-laki dan peempuan menunjukkan adanya perbedaan. Misalnya penyakit kardiovaskular ditemukan pada usia yang lebih tua pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Keadaan ini yang menyebabkan, mengapa wanita lebih banyak mengakses tempat pelayanan kesehatan. Kondisi di atas sangatlah menggembirakan, mengingat selama ini ada dugaan bahwa wanita di pedesaan selalu dinomorduakan karena faktor sosial budaya. Seiring dengan tuntunan emansipasi wanita yang diperjuangkan di Indonesia dan persamaan gender yang sedang dipropagandakan secara global, baik di perkotaan dan pedesaan, sudah selayaknya, para ibu di pedesaan mendapat hak yang sederajat dengan kaum pria dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi ini dapat menjadi contoh yang baik bagi desa-desa lain, di mana terjadi ketimpangan sosial dan budaya yang cukup tinggi yang menyebabkan wanita menjadi orang nomor dua setelah pria. Masa depan bangsa, yang tergantung pada generasi mendatang akan ditentukan oleh kondisi para ibu yang melahirkan, karena ibu-ibu yang sehat akan menghasilkan keturunan yang sehat pula. (https://media.neliti.com/media/publications/44038-ID-ketimpangan-jenderdalam-akses-pelayanan-kesehatan-rumah-tangga-petani-pedesaan.pdf) CONTOH KASUS Ketidaksetaraan Sosial Budaya pada Kesehatan Perempuan ( Suku Amungme dan Suku Kamoro, Kabupaten Mimika, Papua) Budaya yang berbau diskriminatif dan berpotensi merugikan kesehatan reproduksi ibu antara lain: perilaku dan budaya tradisi pantang makanan tertentu yang harus dijalani ibu hamil dan masa nifas. Dalam konteks sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan bukan pada ibu misalnya tentang seberapa banyak dan seberapa sering anak yang diinginkan, pada siapa dan di mana dilakukan persalinan. Adanya budaya berunding juga mengakibatkan sering terjadi keterlambatan pertolongan persalinan yang dapat berakibat fatal pada ibu dan bayi. Pada masa kehamilan sampai masa nifas ibu harus mengikuti serangkaian upacara yang cukup melelahkan. Sejak tahun 1967 di Kabupaten Mimika dibuka pembangunan tambang emas dan tembaga PT Freeport Indonesia (PT FI). Upaya PT FI dalam bidang kesehatan adalah membebaskan seluruh biaya perawatan dan pengobatan untuk penyakit apapun bagi tujuh suku penduduk asli Kabupaten mimika. Namun demikian berbagai fenomena muncul dengan kehadiran PT FI. Pertama penduduk memandang para pendatang tersebut sebagai pembawa kemajuan, pembaharu serta produsen, dan kedua menganggap pendatang sebagai penghancur, perusak dan perampas. Kabupaten ini dihuni oleh penduduk asli tujuh Suku Papua selain pendatang yang makin banyak sejak tahun 2000. Suku gunung atau suku pedalaman yang paling banyak yaitu Suku Amungme yang sebagian besar menghuni dataran tinggi (pegunungan) dan Suku Kamoro menghuni dataran rendah pantai. Kedua suku ini menganggap bahwa mereka tidak pernah berpisah dengan alam, tanah adalah kehidupan, tanah adalah aku, tanah adalah rahim mama atau ibu, dan tanah adalah tempat tinggal arwah nenek moyang. Suku Amungme mempercayai penggalian batu tambang merupakan proses pembunuhan ibu kandung atau penghancuran tubuh mama, oleh karena itu banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan dalam persalinan sehingga bayi yang dilahirkan cacat dan mati. Kematian ibu dalam persalinan menurut survei Cepat AKI (Angka Kematian Ibu) Propinsi Papua tahun 2001 masih sangat tinggi yaitu sekitar 750 sampai 1.300 per 100.000 KH dan AKI Kabupaten Mimika sebesar 1.100 per 100.000 KH. Survei ini juga menunjukkan bahwa 90% ibuibu dalam satu tahun pasca persalinan menderita anemia berat, sedang dan ringan. Berbagai informasi yang diperoleh dari bermacam-macam sumber tersebut menimbulkan pertanyaan penelitian yang kemudian mengarah kepada tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah pertama untuk mengidentifikasi perbedaan budaya Suku Amungme dan Suku Kamoro. Kedua untuk mengidentifikasi tema budaya yang bersifat diskriminasi gender berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam ha1 pola makan, aktivitas sehari-hari, pengobatan dan penanganan proses persalinan. (https://media.neliti.com/media/publications/67473-ID-diskriminasi-genderdalam-kesehatan-repr.pdf). Pada dasarnya diskriminasi tidak menekan kepada satu pihak. Karena diskriminasi sendiri merupakan sistem dan struktur dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam sistem tersebut. Dampak ketidaksetaraan sosial pada kesehatan wanita lebih mengarah kepada dampak yang positif. Ada dua hal yang menjadi penyebab perempuan lebih banyak mengkakses pelayanan kesehatan. 1. Gangguan kesehatan kaum wanita lebih banyak dari pada pria, terutama yang berhubungan dengan masalah kewanitaan. 2. Wanita biasanya mengunjungi tempat pelayanan kesehatan karena mengantar anaknya, dan pada saat yang bersamaan mereka juga sekaligus mendapatkan pelayanan kesehatan. 1. Dibawah ini yang bukan merupakan alasan wanita remaja maupun dewasa mengunjungi pusat pelayanan kesehatan adalah……… a. Memeriksa kandungan b. Konsultasi KB c. Ingin berkunjung saja d. Konsultasi program kehamilan 2. Berikut ini dampak status sosial perempuan yang rendah dalam bidang kesehatan adalah…….. a.Hak asasi tertekan b. Ancaman kesehatan reproduksi tinggi c. Karir perempuan kurang dukungan d. Kehidupan wanita terganggu 3. Wanita mengalami masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya termasuk dalam…… a. indikator status kesehatan wanita b. faktor faktor indikator status kesehatan wanita c. status kesehatan wanita indonesia d. indikator permasalahan kesehatan repoduksi wanita 4. Yang merupakan indikator status kesehatan wanita adalah……. a. pendidikan b.penghasilan c. A dan B benar d. gizi 5. Contoh adanya kesetaraan sosial dibidang kesehatan adalah, kecuali…….. a. Seorang ibu hamil bebas melakukan konsultasi dengan bidan setempat b.Seorang ibu dari kalangan menengah keatas lebih diutamakan dalam memberi pelayanan kesehatan c. Seorang bidan desa menyetarakan antenatal pada ibu hamil d. Pemberian imunisasi secaa merata kepada anak-anak KUNCI JAWABAN: 1. C 2. B 3. 4. D 5.B 1. Jelaskan apa yang dimaksud ketidaksetaraan serta berikan contoh ketidaksetaraan sosial yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. 2. Berikan pendapatmu tentang penyebab munculnya ketidaksetaraan sosial. 3. Tuliskan pendapatmu tentang apa-apa saja dampak ketidaksetaraan sosial pada kesehatan perempuan. 4. Bagaimana menyikapi kenyataan sosial bahwa perempuan itu adalah individu yang memiliki resiko kesehatan yang tinggi? 5. Mengapa seorang pelayan kesehatan perlu memahami perspektif gender? BEKERJA DENGAN TULUS IKHLAS Daftar Pustaka https://www.liputan6.com/bisnis/read/3607884/sri-mulyani-ketidaksetaraangender-timbulkan-kemiskinan https://media.neliti.com/media/publications/44038-ID-ketimpangan-jenderdalam-akses-pelayanan-kesehatan-rumah-tangga-petani-pedesaan.pdf https://pkbi-diy.info/kespro-laki-laki-keadilan-dan-kesetaraan-gender/ https://media.neliti.com/media/publications/67473-ID-diskriminasi-genderdalam-kesehatan-repr.pdf Sudarma,Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika