refleksi gender

advertisement
Sosiologi Gender
Ahmad Muthohar
NIM 3401413113
Sosiologi dan Antropologi
REFLEKSI GENDER
Pendahuluan
Pada dasarnya semua orang sepakat bahwa perempuan dan laki-laki
berbeda. Namun, gender bukanlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai
pemberian Tuhan. Gender lebih ditekankan pada perbedaan peranan dan fungsi yang
ada dan dibuat oleh masyarakat. Oleh karena itu, gender penting di pahami dan
dianalisa untuk melihat apakah perbedaan tersebut menimbulkan diskriminasi dalam
artian perbedaan yang membawa kerugian dan penderitaan terhadap pihak perempuan.
Dilihat dari penyiapan pakaian pun kita sudah dibedakan sejak kita masih bayi. Juga
dalam hal mainan, anak laki-laki misalnya: dia akan diberi mainan mobil-mobilan,
kapal-kapalan, pistol-pistolan, bola dan lain sebagainya. Dan anak perempuan diberi
mainan boneka, alat memasak, dan sebagainya. Ketika menginjak usia remaja perlakuan
diskriminatif lebih ditekankan pada penampilan fisik, aksesoris, dan aktivitas. Dalam
pilihan warna dan motif baju juga ada semacam diskriminasi. Warna pink dan motif
bunga-bunga misalnya hanya “halal” dipakai oleh remaja putri. Aspek behavioral lebih
banyak menjadi sorotan diskriminasi. Seorang laki-laki lazimnya harus mahir dalam
olah raga, keterampilan teknik, elektronika, dan sebagainya. Sebaliknya perempuan
harus bisa memasak, menjahit, dan mengetik misalnya. Bahkan dalam olahraga pun
tampak hal-hal yang mengalami diskriminasi tersendiri.
Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan
dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama
dalam perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan sosial. Bahkan, beberapa
waktu terakhir ini, berbagai tulisan, baik di media massa maupun buku-buku, seminar,
diskusi dan sebagainya banyak membahas tentang protes dan gugatan yang terkait
dengan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan dan
diskriminasi itu terjadi hampir di semua bidang, mulai dari tingkat internasional, negara,
keagamaan, budaya, ekonomi, bahkan sampai tingkatan rumah tangga.
Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan peran,
tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya membuat masyarakat cenderung diskriminatif
dan pilih-pilih perlakuan akan akses, partisipasi, serta kontrol dalam hasil pembangunan
laki-laki dan perempuan.
PEMBAHASAN
Di Indonesia, isu kesetaraan gender akhir-akhir ini menjadi isu yang tidak ada
habisnya dan masih berusaha terus di perjuangkan baik di tingkat eksekutif maupun
legislatif. Permasalahan perspektif gender tersebut mencakup substantif pemahaman
tentang kebijakan berspektif gender itu sendiri. Peningkatan kesadaran dan pemahaman
itu, harus dibarengi dengan adanya keterwakilan perempuan-perempuan dalam
lembaga-lembaga negara, terutama lembaga pembuat kebijakan. Mengingat perempuan
masih saja mengalami ketimpangan di bidang pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi
hanya karena perkembangan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang gender itu
sendiri masih sangat lambat. Di Indonesia sendiri banyak contoh studi kasus mengenai
gender diantaranya mengenai pendidikan, karir, kesehatan dan lainnya.
1
Sosiologi Gender
Ahmad Muthohar
NIM 3401413113
Sosiologi dan Antropologi
Dari Sisi Pendidikan
Dalam berbagai masyarakat maupun dalam kalangan tertentu dalam masyarakat
dapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaan yang tidak mendukung
dan bahkan melarang keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal. Ada
nilai yang mengemukakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena
pada akhirnya akan ke dapur juga, ada yang mengatakan bahwa perempuan harus
menempuh pendidikan yang oleh orang tuanya dianggap sesuai dengan kodrat
perempuan, dan ada yang berpandangan bahwa seorang gadis sebaiknya menikah
diwaktu muda agar tidak menjadi perawan tua. Atas dasar nilai dan aturan demikian ada
masyarakat yang mengizinkan perempuan bersekolah tetapi hanya sampai jenjang
tertentu saja atau dalam jenis atau jalur pendidikan tertentu saja.
Sejalan dengan ekspansi pendidikan yang melanda masyarakat dunia sejak awal
abad yang lalu, maka angka partisipasi perempuan dalam segala jenjang dan
kesenjangan kesempatan pendidikan antara laki-laki masih tetap menandai dunia
pendidikan, dan pendidikan bagi semua orang masih merupakan suatu harapan yang
masih jauh dari kenyataan di lapangan.
Dari Sisi Pekerjaan
Apabila orang membahas pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan, mungkin
yang dibayangkan hanyalah pekerjaan yang dijumpai di ranah publik seperti pabrik dan
kantor, pekerjaan dalam perekonomian formal. Orang sering melupakan bahwa di
rumahnya pun perempuan sering melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan dana
seperti melakukan perdagangan eceran, memproduksi atau memproses hasil pertanian
dan sebagainya.
Salah satu masalah yang dihadapi kaum perempuan diberbagai masyarakat
adalah adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan (sex discrimination) dibidang
pekerjaan. Kasus ekstrem adalah aturan yang melarang perempuan untuk bekerja di
ranah publik. Ada juga masyarakat yang menerapkan berbagai macam diskriminasi di
bidang pekerjaan seperti dalam hal rekrutmen, pelatihan, magang, atau pemutusan
hubungan kerja.
Suatu bentuk diskriminasi yang sering dialami pekerja perempuan ialah
diskriminasi terhadap orang hamil (pregnancy discrimination), diskriminasi terhadap
orang hamil tersebut dapat berbentuk penolakan untuk mempekerjakannya, pemutusan
hubungan kerja, keharusan cuti dan sanksi lain.
Dari Sisi Kesehatan
Permasalahan gender semakin pelik, dalam penjabarannya intinya menyebutkan
bahwa perempuan indonesia berfungsi sebagai istri pengatur rumah tangga, sebagai
tenaga kerja di segala bidang dan sebagai pendidik pada bagi anak-anaknya. Konsep
tersebut semakin membingungkan perempuan di Indonesia untuk memilih antara terjun
dalam kegiatan di luar rumah dan menjadi istri sertai bu yang baik.
Konsep ini sangat berat bagi perempuan, dikarenakan proporsional beban
tersebut mampu membuat perempuan retan akan stress. Selain itu, permasalahan ada
pada keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Contohnya pada kasus ibu
hamil yang menunggu keputusan suaminya untuk pergi berobat ke dokter. Pada
akhirnya, ibu hamil terlambat mendapatkan penanganan yang dapat berakibat fatal bagi
2
Sosiologi Gender
Ahmad Muthohar
NIM 3401413113
Sosiologi dan Antropologi
kesehatan janin dan ibu itu sendiri. Hal tersebut nampak permasalah gender di Indonesia
mengakar sejak dahulu yang diawali dengan kebijakan pemerintah yang berlaku saat itu.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, sudah waktunya perempuan dan lakilaki di Indonesia sama-sama berfungsi sebagai pengatur rumaha tangga pada khususnya
dan pengatur beberapa kebijakan negara pada umumnya. Dengan tercapainya kondisi
ini, dapat terjalin dengan harmonis bagi perempuan dan laki-laki di Indonesia.
Perempuan juga harus mendapatkan kesempatan yang sama memilih dan meraih posisi
yang sejajar dengan laki laki di masyarakat.
Sebenarnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak
memunculkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan
struktur dimana kebanyakan perempuan menjadi korban sistem tersebut. Untuk
memahami persoalan yang muncul sebagai akibat adanya perbedaan dapat dilihat
manifestasinya berikut ini.
1. Gender dan Marginalisasi Perempuan
Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi
perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu
dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender. Ada beberapa
perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses
marginalisasi perempuan karena perbedaan gender.
Revolusi hijau misalnya, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum
perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan pekerjaan sehingga terjadilah
proses pemiskinan terhadap perempuan. Banyak kaum perempuan miskin di
desa termarginalisasi, sehingga semakin miskin dan tersingkir karena tidak
memperoleh pekerjaan di sawah. Hal ini berarti bahwa program revolusi hijau
direncanakan tanpa mempertimbangkan aspek gender.
Marginalisasi kaum perempuan tidak hanya terjadi di tempat kerja, akan
tetapi juga terjadi disemua tingkat seperti dalam rumah tangga, masyarakat atau
kultur, dan bahkan sampai tingkat negara.
2. Gender dan Subordinasi
Pandangan gender tidak saja berakibat terjadinya marginalisasi, akan
tetapi juga mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap perempuan. Adanya
anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam
berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin, maka akibatnya
perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis.
Bentuk subordinasi akibat perbedaan gender ini bermacam-macam,
berbeda menurut tempat dan waktu. Pada masyarakat Jawa misalnya, dulu ada
anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya akan
kedapur. Bahkan dalam keluarga yang memiliki keuangan terbatas, maka
pendidikan akan diprioritaskan pada anak laki-laki. Contoh lain, bila seorang
laki-laki akan mengambil kredit di lembaga perbankan, maka bisa membuat
keputusan sendiri, sebaliknya istri harus seizin suaminya. Praktik subordinasi itu
sebenarnya bermula dari kesadaran gender yang tidak adil.
3. Gender dan Stereotip
Stereotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yan selalu berakibat
merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu stereotip yang
dikenalkan dalam bahasan ini adalh stereotip yang bersumber pada pandangan
gender. Karena itu banyak bentuk ketidakadilan terhadap jenis kelamin yang
3
Sosiologi Gender
Ahmad Muthohar
NIM 3401413113
Sosiologi dan Antropologi
kebanyakan adalah perempuan yang bersumber pada stereotip yang melekat
padanya. Sebagai contoh adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek atau
memakai rok mini akan memancing perhatian lawan jenis, sehingga bisa terjadi
pelecehan seksual dan perkosaan, maka perempuan tersebut yang disalahkan.
Contoh lain adalah adanya anggapan bahwa tugas perempuan adalah melayani
suami dirumah, karena itu pendidikan dianggap tidak terlalu penting bagi
perempuan. Stereotip semacam itu juga terjadi pada pekerjaan perempuan,
seperti adanya anggapan bahwa perempuan bukanlah pencari nafkah utama
keluarga,maka perempuan yang bekerja acap kali dianggap sebagai “sambilan”
atau “membantu suami”. Bahkan banyak jenis pekerjaan perempuan yang
dianggap tidak bermoral, misalnya pekerjaan sebagai “pelayan” di tempattempat minum, “tukang pijat”,atau pekerjaan lainnya yang terkait dengan
industri peerhotelan dan turisme, serta pekerjaan yang dilakukan pada waktu
malam hari.
4. Gender dan Kekerasan
Kekerasan (violence) adalh suatu serangan baik terhadap fisik maupun
integrasi mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap manusia terjadi
karena berbagai macam sumber, salah satunya adalah kekerasan yang bersumber
pada anggapan gender. Kekerasan semacam ini disebutgender-related violence,
yang pada dasarnya terjadi karena adanya ketidaksetaraan kekuatan atau
kekuasaan dalam masyarakat.
5. Gender dan Beban Ganda
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban
ganda yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara
berlebihan. Dalam suatu rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan
dilakukan laki-laki, dan beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai
observasi, menunjukkan perempuan mengerjakan pekerjaan dalam rumah
tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga
masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam proses pembangunan,
kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat
pembedaan perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan
banyak ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum lakilaki di satu sisi.
Kesetaraan gender di Indonesia masih dalam konteks perlindungan hak
ketenagakerjaan serta upah yang sepadan, tampaknya kita perlu menilik kembali
peran pemerintah terhadap para pahlawan devisa, khususnya para kaum
perempuan. Mereka adalah pihak yang memliki suara paling kecil untuk
didengar oleh pemerintah maupun penegak hukum, sebab posisinya yang seolah
tak memiliki hak yang sama untuk dilindungi secara penuh oleh kenegaraan.
Masih banyak TKW Indonesia yang hak-haknya belum sepenuhnya
terlindungi oleh negara. Masih marak pula terjadi kasus yang tak terselesaikan
sebab insignifikansi pemerintah (pemerintah mengganggap masalah ini tidak
penting) tentang hal ini. Lucunya, kasus TKW seringkali hanya disambut
dengan komentar ringan berupa ‘pemerintah belum dapat melindungi hak-hak
umum para TKW, serta belum dapat mengawasi seluruhnya kasus tentang
pemerkosaan yang marak terjadi’.
Bisa jadi, dengan adanya aksi peningkatan perlindungan kepada TKW
secara nyata dan signifikan dari pemerintah akan memunculkan stabilitas
4
Sosiologi Gender
Ahmad Muthohar
NIM 3401413113
Sosiologi dan Antropologi
ekonomi lebih mumpuni, sehingga perannya untuk kesejahteraan negeri secara
langsung juga akan terasa besar.
Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena
menjamin bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen masyarakat.
Gagalnya dalam mencapai cita-cita demokrasi, seringkali dipicu oleh ketidaksetaraan
dan ketidakadilan gender. Ketidaksetaraan ini dapat berupa diskriminatif yang
dilakukan oleh merekayang dominan baik secara structural maupun cultural. Perlakuan
diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan
kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan tersubordinasi. Sampai
saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di seluruh dunia,
termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini,
kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif,
meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga dapat mengalaminya. Pembakuan
peran dalam suatu masyarakat merupakan kendala yang paling utama dalam proses
perubahan sosial. Sejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum
perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya.
Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan
gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara
individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan
internasional. Upaya upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak
Azasi, Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan
Peningkatan Partisipasi Politik.
Penutup
Gender merupakan aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensiasi
seksual atau jenis kelamin pada manusia.
Di Indonesia sendiri banyak contoh studi kasus mengenai gender diantaranya
mengenai pendidikan, karir, kesehatan dan lainnya. Masalah gender dalam perilaku
sosial budaya masayarakat meliputi:
a. Gender dan marjinalisasi atau pemiskinan.
b. Subordinasi atau penomorduaan.
c. Sikap negatif masyarakat terhadap perempuan (Steereotipe).
d. Gender dan kekerasan.
e. Gender dan beban ganda.
Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena
menjamin bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen masyarakat.
Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender
yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara individu,
kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan internasional.
Referensi:
Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Subakti, A. Ramlan dkk. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada
Media Group.
5
Download