Patologi Birokrasi : Dampak Buruk dari Politik Praktis ASN Muhammad Rysad, Sonya Laila Ramadhani, Nini Astuti, Nia Awaldina, Oca Monica, Siti Nurhasanah, Letty Deby Prodi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Lancang Kuning ABSTRAK Persoalan Politik Praktis ASN tentu melibatkan masyarakat dalam memilih serta menentukan kepala daerahnya merupakan indikator keberhasilan pemilu kepala daerah. Beberapa penyakit yang datang dari setiap pemilihan kepala daerah yaitu dengan adanya money politic yang disebarkan di detik terakhir dalam pilkada. Bahkan dalam beberapa kesempatan juga ditemukan adanya pegawai pemerintah atau yang saat ini disebut Aparatur Sipil Negara (ASN) juga terlibat dalam pemilihan kepala daerah yang secara undang-undang merupakan kesalahan yang bisa berakibat fatal. Keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam politik praktis tentunya karena ASN dianggap sebagai cara yang paling mudah untuk memengaruhi masyarakat. Posisi ASN cukup strategis dan dipandang di masyarakat tentunya akan memudahkan calon dalam meraih dukungan dan berharap besar dalam pilkada. Ketidaknetralan ASN tentu menjadi sorotan di tengah harapan masyarakat agar ASN mampu menjadi pilar contoh jalannya demokratisasi jujur dan adil. Hal ini sejalan dengan harapan dari Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) nomor 5 tahun 2014. Akan tetapi masih banyak ASN-ASN yang melanggar dari Undang-Undang yang telah di tetapkan sebelumnya. Masih banyak ASN yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Kata kunci : politik praktis, ketidaknetralan ASN ABSTRACT Practical Political Issues ASN certainly involves the community in selecting and determining the head of the region is an indicator of the success of regional head elections. Some of the diseases that come from each election of the head of the region is with the money politic spread in the last second in the pilkada. Even on several occasions also found the existence of government employees or currently called the State Civil Apparatus (ASN) is also involved in the election of regional heads that are legally a mistake that can be fatal. The involvement of the State Civil Apparatus (ASN) in practical politics is certainly because ASN is considered as the easiest way to influence society. The position of ASN is quite strategic and viewed in the community will certainly facilitate the candidates in gaining support and hoping great in pilkada. The non-neutrality of ASN is certainly in the spotlight in the hope of the community that ASN can be a good example of honest and fair democratization. This is in line with the expectations of the State Civil Apparatus Act (UU ASN) number 5 of 2014. However, there are still many ASN-ASN that violate the Law that has been set previously. There are still many ASNs that do corruption, collusion and nepotism. Keywords: practical politics, ASN uncertainty Pendahuluan Politik adalah cara, upaya, langkah atau siasat yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan. Politik praktis adalah upaya yang dilakukan organisasi politik dalam rangka menyusun kekuatan politik dan menggunakan kekuatan. Lawan dari politik praktis adalah politik pembangunan, yaitu sebuah upaya, langkah atau strategi yang dilaksanakan oleh suatu bangsa guna mewujudkan cita-cita yang ingin diraihnya, sesuai dengan nilai-nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme yang dikandungnya. Tujuan dari politik praktis adalah untuk memegang kekuasaan negara atau untuk mendapat kedudukan di dalam kekuasaan negara. Politik praktis sangat berbahaya karena menghalalkan segala cara untuk menjegal taktik dan strategi lawan politik. Hal tersebut banyak terjadi pada saat ini. Hendaknya berpolitik kebangsaan dengan sehat agar demokrasi juga berjalan sehat. Berikut contoh larangan terhadap praktis politik ASN 1. ANS dilarang melakukan pendekatan terhadap partai politik terkait rencana pengusulan dirinya atau orang lain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; 2. ANS dilarang memasang spanduk/baliho yang mempromosikan dirinya atau orang lain sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; 3. ANS dilarang mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; 4. ANS dilarang menghadiri deklarasi bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan atau tanpa menggunakan atribut bakal pasangan calon/atribut partai politik; 5. ANS dilarang mengunggah, menanggapi atau menyebarluaskan gambar/foto bakal calon/bakal pasangan calon Kepala Daerah melalui media online maupun media sosial; 6. ANS dilarang melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan mengikuti simbol tangan/gerakan yang digunakan sebagai bentuk keberpihakan; 7. ANS dilarang menjadi pembicara/narasumber pada kegiatan pertemuan partai politik. Keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam politik praktis acap kali muncul menjelang digelarnya Pemilu dan Pilkada. Meskipun larangan keterlibatan ASN ini sudah diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), nyatanya masih ada ASN yang mengabaikan netralitas mereka dalam pemilukada. Dalam hal ini pengamat politik NTB , Agus M.Si menjelaskan bahwa birokrasi yang dibawa kedalam arus politik dikhawatikan akan menggangu pengawalan ASN dalam melayani masyarakat. Untuk menjadi pelayanan public yang berkesinambungan maka ASN harus netral dari politik namun dalam realitas politik ,sulit untuk menghilangkan pengaruh politik dari birokrasi. Terlebih ada 2 pola yang terjadi dalam politasi birokrasi. “Pertama elit politik yang melibatkan birokrasi atau birokrasi itu sendiri yang menawarkan diri untuk terlibat. Demi membangun birokrasi yang professional sudah seharusnya elit politik tidak melibatkan diri dalam birokrasi maupun sebaliknya. Terlebih Indonesia telah mengalami masa di orde baru ketika para ASN dipaksa sedemikian rupa untuk memilih salah satu peserta pemilu. Baru setelah era reformasi,reformasi birokrasi mulai dilakukan seperti reformasi dibidang SDM, budaya dan yang paling penting ialah reformasi dibidang politik. Dalam reformasi politik inilah ASN tidak lagi dilibatkan dalam kampanye politik yang mengusung calon kandidat tertentu. Yang terakhir ini yang paling penting,agar menjadi pelayanan public yang berkesinambungan maka birokrasi harus netral dari seluruh kepentingan politik. Dalam upaya mencengah dan meminimalisir keterlibatan ASN dalam politik praktis,maka seharusnya aparatur penyelenggara pemilu harus bersikap lebih tegas terhadap ASN yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. Sanksinya bisa berupa rekomendasi pemberhentian menjadi salah satu langkah tegas yang dilakukan penyelenggara pemilu dalam rangka mencegah berkembangnya keterlibatan ASN dalam politik paktis. Peran sekda selaku Pembina kepegawaian di daerah juga menjadi penting. Sekda harus terus melakukan sosialisasi kepada ASN untuk tidak terlibat dalam politik praktis dalam pilkada. Dalam papar ini penulis ini memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yaitu dampak politik praktis ASN dalam birokrasi dan ASN sebagai pilar dalam penegakan demokrasi. Metode Penelitian Metode penelitian dalam papar ini adalah kajian pustaka,yaitu segala informasi dan pengetahuan di dapat dari situs website dan beberapa buku serta dokumentasi yang berkaitan dengan politik praktis. Hasil dan Pembahasan A. Dampak Politik Praktis ASN dalam birokrasi Dampak negatif politik praktis ASN dalam birokrasi adalah : 1. Jalannya demokratisasi negara indonesia menjadi tidak jujur dan adil 2. Tidak terwujudnya tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu perlu di bangun aparatur sipiil negara yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,dan nepotisme. 3. Keberpihakan ASN pasangan tertentu akan menciderai demokrasi dan netralitas UU ASN yang telah diatur sebaik mungkin untuk memberikan pada sistem pilkada di republic ini. Dampak buruk yang akan muncul ketika ASN tidak netral yaitu yang pertama bahwa ASN sebagai ujung tombak pemberian pelayanan kepada masyarakat yang merupakan tugas utama birokrat tertentu ketidaknetralan akan berpengeruh dalam pemberian pelayanan pada masyarakat khususnya yang dirugikan adalah masyarakat yang tidak mendukung calon yang didukung oleh calon ASN 4. Adapun dampak negative dari ASN yang melanggar yaitu adanya sanksi yang diberikan sehingga akan menghabiskan karir ASN yang di tempuh. Untuk itulah pemerintah mengatur segala keterkaitan ASN yang diatur dalam UU ASN untuk memagari ASN dari permainan politik praktis yang bisa mengakibatkan dampakdampak negatif. B. ASN sebagai pilar dalam penegakan demokrasi. Institusi lembaga pemerintah sebagai salah satu bentuk organisasi mampu memcapai kebehasilan sangat tergantung pada sumber daya manusianya. Dalam hal ini aparatur yang mewakilinya tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan sebagai dasar meningkatkan kualitas sumber daya dan peningkatan kinerja SDM. Fungsi ASN sebagai pilar dalam penegakan demokasi , yaitu 1. Sebagai pelayanan publik Di negara-negara yang tergolong sedang berkembang seperti Indonesia, masalah pelayanan di sektor publik belum sepenuhnya memuaskan masyarakat , mengingat masih lemahnya sistem birokrasi yang sering kita lihat dan raasakan. Sebagai contoh, belum optimalnya sistem layanan transportasi publik, dan beberapa masalah pelayanan public lain Aparatur Negara adalah keseluruhan lembaga dan pejabat Negara serta pemerintahan Negara yang meliputi aparatur kenegaraan dan pemerintahan sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat,bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan Negara dan pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan,nilai- nilai dan cita- cita perjuangan bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (TAP MPR nomor II tahun 1998). Aparatur Negara sebagai penyelenggara pemerintahan diberikan tanggung jawab untuk merumuskan langkah-langkah strategis dan upaya-upaya kreatif guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara adil, demokratis dan bermartabat. Adanya Undang-Undang RI nomor 5 tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara, diharapkan mampu memperbaiki manajemen pemerintahan yang beorientasi pada pelayanan publik karena PNS tidak lagi berorientasi melayani atasannya, melainkan masyarakat. Aturan ini menempatkan PNS sebagai sebuah profesi yang bebas dari intervensi politik dan akan menerapkan sistem karier terbuka yang mengutamakan prinsip profesionalisme yang memiliki kompetensi, kualifikasi, kinerja, transparansi, objektivitas, serta bebas dari KKN yang berbasis pada manajemen sumber daya manusia. Aparatur pemerintah yang professional, menurut Setiabudi dalam Jurnal Perencanaan Pembangunan 9 hal7-9, sedikitnya terdapat lima ciri sebagai prinsip utama yang harus dipenuhi untuk bisa mewujudkan pmerintahan yang bersih dan berwibawa. Sedikitnya ada 5 kriteria good public governace, sebagai prinsip yang saling terikat, yaitu: 1. 2. 3. 4. Akuntabilitas ialah kewajiban untuk bertanggungjawab,(accountability) Keterbukaan dan transparan (openness and transparency) Ketaatan pada aturan hukum Komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan bangsa dan Negara dan bukan kelompok atau individu 5. Komitmen untuk mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan 2. Sebagai pelaksana kebijakan publik sistem demokrasi mempunyai prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang berarti kedaulatan berada ditangan rakyat. Namun tidak mungkin jika semua warga negara ikut serta dalam penyelenggaraan negara. Disinilah peran ASN sebagai pelaksana kebijakan publik dibutuhkan. ASN singkatan dari aparatur negara bertugar menjalankan segala kebijakan publik dengan berlandaskan adil dan jujur demi mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kesimpulan Di zaman sekarang penyimpangan seperti ketidaknetralis para ASN sudah menjadi rahasia umum. Hal itu seperti harus mereka lakukan bagi mereka yang gila jabatan untuk mengincar posisi strategis seperti dinas PU dan perhubungan. Maka mereka mencari jalan pintas yatu dengan mendukung salah satu pasangan calon legislatif bahkan lebih dengan harapan jika calon legislatif yang ia dukung itu menang maka dengan kesepekatan ia mendapat posisi yang lebih tinggi. Sementara ASN yang taat hukum hanya mendapat posisi sisa dan dikemudian harinya mereka meminta pindah atau pension muda. Itulah yang mereka dapatkan karna dianggap tidak punya andil dalam pemilihan calon legislatif tersebut. Jika kita amati cukup miris permainan politik dinegara kita ini. Tak ada yang bisa dilakukan banyak . namun pemerintah sudah mengeluarkan peraturan terkait hal ini. Misalnya, UU nomor 10 tahun 2016 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Kemudian ada pula PP nomor 42 tahun 2004 tentang pembinanaan jiwa korps dank ode etik PNS. PP nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil. Sanksi ketentuan-ketentuan tersebut tak main-main. Mulai dari dipidana sesuai putusan tindak pidana pemilihan, diberikan teguran, hingga pemberhentian. Pemerintahan sudah sedemikian tegas menyikapi permasalahan ini. Namun jika pelanggaran itu tetap terjadi maka kembali lagi kepada individu nya. Kita hanya berharap semoga kedepannya politik di negara kita dapat segera bersih terutama dari praktis politik. Daftar pustaka https://bdksemarang.kemenag.go.id/membangun-aparatur-sipil-negara-asn-yanghandal-dalam-menjalankan-revolusi-mental/ alexsander yandra