Jakarta Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan bahwa prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 330.000 orang. Dokter spesialis radioterapi dr. Yuddi Wahyono, Sp.Onk.Rad.dari Siloam Hospitals TB Simatupang mengakui, fakta mengenai peningkatan angka prevalensi kanker akhir- akhir ini cukup mengkhawatirkan, namun bukan berarti kanker tidak dapat dicegah. Sebanyak 30 persen kanker dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan juga melalui vaksin pencegahan infeksi penyebab kanker, sedangkan bagi yang sudah terdapat tanda/gejala tumor maka harus segera dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui jenis kanker dan stadiumnya sehingga bisa dilakukan pengobatan yang tepat. Semakin dini kanker terdeteksi, semakin cepat penanganannya, angka kesembuhan pun semakin tinggi. Penanganan Beberapa modalitas terapi dalam menangani penyakit kanker, antara lain melalui operasi/bedah, radiasi, kemoterapi, serta terapi hormonal dan/atau terapi biologis. Radioterapi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan/atau operasi pembedahan. Tidak jarang pula pasien kanker menerima lebih dari satu jenis radiasi tergantung dari jenis kanker dan stadiumnya. "Setiap pasien kanker selama perjalanan hidupnya, suatu saat akan membutuhkan terapi radiasi lagi. Misalnya, pada kasus kanker yang sudah pernah diobati, sembuh, lalu kembali kambuh. Sama halnya jika sel kanker mulai menyebar di organ lain misalnya otak, paru-paru, atau tulang. Di sinilah peranan radioterapi dilakukan sebagai terapi paliatif, disamping peran kuratif sebagai bagian dari multi disiplin penanganan kanker," ujar dr.Yuddi. Radioterapi juga dapat menangani posisi kanker yang sulit dijangkau atau berada di lokasi yang berisiko tinggi, misalnya tumor otak. Terapi radiasi umumnya diterapkan untuk menangani tumor atau kanker yang padat (solid tumor), salah satunya kanker payudara. Presisi Pasien tidak perlu khawatir. Radiasi telah digunakan lebih dari 100 tahun dalam pengobatan kanker. Perkembangannya pun memiliki banyak kemajuan sehingga terapi radiasi terbilang cukup aman dan efektif. Berkat kecanggihan teknologi radioterapi, kanker dapat diatasi dengan radiasi yang presisi. Artinya, memancarkan arah radiasi akurat dan dosis radiasi yang tepat. Alhasil, seluruh jaringan kanker dapat diradiasi secara optimal sekaligus dapat menghindari/meminimalkan dosis pada organ dan jaringan sehat sekitarnya. Demi memberikan penanganan kanker yang optimal, Siloam Hospitals TB Simatupang dan MRCCC Siloam Semanggi menyediakan pelayanan radioterapi dengan teknologi terkini, yakni Radiotherapy Linear Accelerator (Linac) yang dapat mengakomodir berbagai teknik radiasi, antara lain 3D Conformal Radiotherapy, Intensity-Modulated Radiotherapy(IMRT), dan Volumetric Arc Radiotherapy (VMAT– Rapid Arc). Menurut dr. Yuddi, teknik IMRT mengalami perkembangan hingga menghadirkan teknologi radioterapi RapidArc dengan rotasi 360 derajat dari pesawat Linac. Pada teknik ini, dokter dapat memberikan intensitas radiasi yang sesuai dengan bentuk tumor dan sesuai target, tidak menyasar jaringan sehat di sekitar tumor. Manfaatnya, pengobatan bisa dilakukan lebih cepat. Ini memungkinkan terapi radiasi dua hingga delapan kali lebih cepat dengan tingkat akurasi dan presisi lebih baik dibandingkan radioterapi konvensional. Penggunaan teknologi terkini juga diterapkan dalam tahapan perencanaan radiasi yang diawali dengan simulasi radiasi menggunakan CT Simulator Wide Bore. Alat ini fleksibel dalam mengakomodasi pasien dengan tubuh besar atau pasien yang membutuhkan alat medis penunjang di sekitarnya seperti infus/ventilator. Selanjutnya, menentukan target radiasi dan penentuan dosis. Pasien akan menjalani radiasi setelah tim medis melakukan verifikasi quality assurance untuk menjamin terapi yang terbaik berbasis patient safety. Ketika menjalani terapi radiasi, pasien dapat merasakan efek samping. Terlihat pula pada pascaradiasi. Namun tak perlu cemas, umumnya efek samping terjadi hanya pada area yang terkena radiasi dan sifatnya relatif sementara meski ada pula yang sifatnya menetap. Evaluasi reguler pascaradiasi sangatlah penting untuk memantau efek samping yang terjadi. Dr. Yuddi menegaskan, kolaborasi medis dalam onkologi merupakan hal yang esensial. Melibatkan spesialis bedah onkologi, onkologi medis, onkologi radiasi, patologi, radiologi, serta spesialis atau tim suportif lainnya untuk membahas dan menentukan strategi terapi kanker yang optimal. Inilah yang diterapkan Siloam Hospitals TB Simatupang. Pasien akan dipandu dan mendapat penjelasan mengenai tahap-tahap pengobatan yang sesuai. Radioterapi Minimalkan Efek Samping pada Penanganan Kanker Telah menangani banyak kasus kanker sepanjang 2016 dengan kasus terbanyak: kanker payudara, serviks, nasofaring, kepala-leher, dan paru. Siloam Hospitals TB Simatupang didukung oleh tiga dokter spesialis onkologi radiasi: Prof. DR. Dr. R.Susworo, Sp.Rad(K)Onk.Rad., dr. Yuddi Wahyono, Sp.Onk.Rad., dan dr. Riana Rikanti Hakim, Sp.Onk.Rad., enamRadiation Therapy Technologist (Radiotherapist), serta tiga Medical Physicist. Siloam Hospitals TB Simatupang yang terletak strategis di kawasan bisnis tepatnya di Jl. RA Kartini, menjadi salah satu referensi rumah sakitswasta bagi penduduk lokal maupun ekspatriat yang tinggal di sekitar Jakarta Selatan. Memiliki tim dokter spesialis dari berbagai multidisiplin serta dilengkapi dengan pelayanan yang lengkap dan fasilitas canggih, seperti CT Scan 256 slice, dan MRI 3 Tesla.SiloamHospitals TBSimatupang fokus mengunggulkan pelayanandibidang onkologi, jantung, tulang, dan bedah syaraf.