PARADIGMA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA Dosen Pengampu : Fivien Muslihatinningsih, S.E., M.Si. Mata Kuliah/ Kelas : Perekonomian Indonesia/ H Oleh : Kelompok 5 Ellya Rahma Puspaning Arum 180810101103 Dimas Agung Budi Sentosa 180810101124 Audri Basudewi Vicidibta 180810101129 Dewi Sri Wahyuni 180810301227 Nike Ayu Fatmawati 180810301228 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER 2019 i KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Perekonomian Indonesia kelas H yang berjudul “Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia” ini tepat pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan pembuatan makalah sehingga bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah ini. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jember, 3 November 2019 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 2.1 Paradigma Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 3 2.2 Paradigma Pembangunan Sosial ................................................................ 5 2.3 Paradigma Ekonomia-Politik .................................................................... 9 2.4 Paradigma Pembangunan Manusia ............................................................ 15 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 23 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha atau proses kearah yang lebih baik. Pembanguan ekonomi artinya suatu usaha dalam memperbaiki perekonomian negara ke arah yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam proses pembangunan ekonomi diperlukan adanya suatu perencanaan dan strategi dalam melaksanakan pembangunan. Membicarakan masalah perencanaan pasti membicarakan masalah teori, ide, dan implementasi pembangunan ekonomi yang tidak bisa lepas dari masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang seperti negara Indonesia saat ini. Pada awal pembangunan ekonomi di Indonesia, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia lebih berorientasi pada masalah pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan di Indonesia. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan di negara sedang berkembang adalah terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang seiring dengan laju pertumbuhan angkatan kerja yang cepat pula. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perkembangan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi dilakukan untuk memulihkan perkonomian dan mewujudkan landasan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan ekonomi kerakyatan. Misi utama dari pembangunan ekonomi adalah untuk mengatasi krisis ekonomi dan masalah-masalah ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan agar kesejahteraam masyarakat dalam negeri bisa merata. 1 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diketahui rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Apa definisi dan masalah pembangunan ? 2. Bagaimana asumsi pembangunan ? 3. Bagaimana perubahan paradigma perekonomian Indonesia ? 4. Bagaimana kecenderungan konsep perekonomian Indonesia ? 5. Bagaimana pembangunan regional dan pembangunan khusus ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang diperoleh, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi dan masalah pembangunan; 2. Untuk mengetahui asumsi pembangunan; 3. Untuk mengetahui perubahan paradigma perekonomian Indonesia; 4. Untuk mengetahui kecenderungan konsep perekonomian Indonesia; 5. Untuk mengetahui pembangunan regional dan pembangunan khusus. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Paradigma Pertumbuhan Ekonomi Dalam paradigma pertumbuhan ekonomi dapat dikaitkan dengan teoriteori yang menjadi landasan dalam pertumbuhan ekonomi. Berikut teori-teori oleh beberapa ahli: 1. Teori Pertumbuhan Adam Smith Menurut Adam Smith, terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ialah sumber daya alam yang tersedia, sumber daya insani dan stok barang modal yang ada. Menurut Adam Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jika suatu saat nanti semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh maka pertumbuhan output pun akan berhenti. Sedangkan sumber daya insani memiliki peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output dan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Sedangkan pada pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Selain itu, Adam Smith dalam pemikirannya membagi pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan masa perindustrian. 2. Teori Marx Karl Marx mengemukakan berdasar atas sejarah perkembangan masyarakat dimana perkembangan masyarakat itu melalui 5 tahap yaitu masyarakat komunal, masyarakat perbudakan, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, dan masyarakat sosialis. Dalam perkembangan perekonomian di masyarakat, Karl Marx membagi menjadi tiga tahapan yaitu feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Marx berpendapat bahwa kemampuan para 3 pengusaha untuk mengakumulasi modal terletak pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan nilai lebih produktivitas buruh yang dipekerjakan. 3. Teori Pertumbuhan Rostow Rostow membagi proses perkembangan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap; (1) perekonomian tradisional, (2) prakondisi tinggal landas, (3) tinggal landas, (4) menuju kedewasaan, dan (5) konsumsi massa tinggi (Mudrajad:2003) (1) Perekonomian Tradisional Dalam suatu masyarakat tradisional, tingkat produktivitas per pekerja masih rendah. Oleh karena itu, sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. (2) Pra kondisi Tinggal Landas Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self sustained growth). Ciri-ciri dan upayanya : a. Peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama transportasi b. Revolusi di bidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk c. Perluasan impor, termasuk impor modal oleh biaya produksi yang efisien dan pemasaran sumber alam untuk ekspor. (3) Tinggal Landas Tahap tinggal landas sebagai suatu revolusi industri yang berhubungan dengan revolusi metode produksi dan didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan. (4) Tahap Menuju Kedewasaan Tahap menuju kedewasaan ditandai dengan penerapan teknologi modern secara efektif terhadap sumber daya yang dimiliki. Pada tahap ini terdapat tiga perubahan yang penting : a. Tenaga kerja berubah dan tidak terdidik menjadi baik b. Perubahan watak pengusaha dan pekerja dari keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan. 4 c. Masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh (5) Tahap Konsumsi Tinggi Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap akhir teori pertumbuhan Rostow. Pada tahap ini ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota (urbanisasi), akibat dari pusat kota dijadikan sebagai tempat kerja. Adapun pelaksanaan pembangunan di negara berkembang (developing countries), penekanannya pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional. Penerapan paradigma pertumbuhan dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungan ini, PBB mencanangkan dasawarsa pembangunan pertama berlangsung pada dasawarsa 1960-1970 dengan strategi pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata mengabaikan masalah distribusi pendapatan nasional sehingga timbul masalah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan. 2.2 Paradigma Pembangunan Sosial Pembangunan sosial merupakan suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Edi Suharto mengartikan Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Secara konseptual, pembangunan dapat dirumuskan sebagai upaya sistematis dan terencana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Para ahli pembangunan menyarankan pembangunan harus berpusat pada manusia, dengan menerapkan strategi yang disebut people-centered development strategies. Karena itu, keseluruhan upaya pembangunan ekonomi maupun nonekonomi harus ditujukan untuk 5 mengoptimalkan segenap potensi manusia. Pembangunan sosial berpangkal pada suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai episentrum. Pembangunan sosial didasari suatu komitmen bahwa manusia dan masyarakat harus menjadi subjek sekaligus penerima manfaat seluruh program pembangunan. Pembangunan sosial bertumpu pada beroperasinya institusiinstitusi sosial, antara lain keluarga, perkumpulan masyarakat, kelembagaan desa/kecamatan, jejaring sosial, dan agen pengawasan, yang berperan langsung dan berpartisipasi dalam pengelolaan program-program pembangunan. Beberapa program yang menjadi pusat pehatian pembangunan sosial mencakup pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan kemiskinan. a. Latar Belakang Munculnya Pembangunan Sosial Pada awalnya, munculnya konsep pembangunan sosial ini berasal dari kritik terhadap pembangunan yang terfokus pada kemajuan ekonomi dan tidak memperhatikan aspek sosial. Konsep yang berkembang pada tahun 1980-an ini menawarkan kesejahteraan di bidang ekonomi serta kesejahteraan di bidang sosial pada berbagai tingkatan. Pola yang diperkenalkan oleh pembangunan sosial adalah adanya upaya harmonisasi kebijakan sosial dengan pengukuran yang dirancang untuk memajukan pembangunan ekonomi. Sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan, pada awal perkembangannya, seringkali ekonomi. Hal terkait ini dipertentangkan dengan pemahaman dengan orang pembangunan banyak yang menggunakan istilah pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh industrialisasi. Pada awal tahun 1980-an, konsep pembangunan sosial mulai populer dalam lingkup pekerjaan sosial. Kemunculan konsep pembangunan sosial merupakan refleksi atas ekonomi. Pembangunan evaluasi ekonomi terhadap dinilai jalannya pembangunan menyisakan distorsi masalah sosial seperti kemiskinan. Era industrialisasi telah mendorong kemajuan kapitalisme yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi sehingga aspekaspek sosial terabaikan. Seiring dengan kemajuan kapitalisme, meningkat pula tekanan masalah sosial, sehingga menyadarkan akan pentingnya konsep 6 pembangunan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dari aspek fisik, tetapi juga merespon masalah pembangunan yang terdistorsi. Pembangunan terdistorsi dianggap sebagai residu pembangunan yang muncul karena paradigma yang salah tentang pembangunan di mana pembangunan yang terjadi tidak lagi berorientasi pada kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, konsep pembangunan sosial hadir untuk melengkapi proses pembangunan ekonomi. b. Tujuan dari Pembangunan Sosial 1. Pembangunan sosial pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia melalui upaya-upaya untuk mengangkat manusia dari keterbelakangan menuju kesejahteraan. 2. Pembangunan sosial bertujuan meningkatkan kapasitas perseorangan dan institusi mereka, memobilisasi dan mengelola sumber daya guna menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri demi mencapai hasil yang lebih baik dan mencapai keadilan sosial. Pembangunan kenyataannya lebih ekonomi yang berjalan selama terfokus pada pembangunan ini fisik pada seperti pertumbuhan produk nasional bruto (PNB, GNP) dan pembangunan gedung-gedung, sementara pemerataan penjagaan lingkungan kurang hasil diperhatikan, pembangunan sehingga dan proses pembangunan justru menciptakan jarak semakin lebar antara yang kaya dan miskin, serta mengancam keberlangsungan lingkungan. Karena itu, pembangunan sosial harus dipahami dalam konteks pembangunan manusia dan pemberdayaan (institusi) masyarakat sebagai modal berharga pembangunan. Manusia berperan sentral dalam pembangunan yang tecermin pada penduduk berkualitas, yang sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas. Modal manusia mencakup empat elemen pokok, yaitu: 7 Capacity, mencerminkan kemampuan dan kecakapan penduduk yang diraih melalui proses pendidikan dan pelatihan berdasarkan investasi berjangka panjang; Development, tingkat pendidikan angkatan kerja dengan jenisjenis keterampilan dan kemahiran, yang dikembangkan secara berkelanjutan sehingga tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Deployment, tingkat keterampilan dan kemahiran yang terakumulasi berdasarkan pengalaman pendidikan dan pelatihan, yang dapat diterapkan di lapangan kerja untuk memacu produktivitas bangsa; Know-how, penduduk yang memiliki kemahiran dan keterampilan teknikal dengan spesialisasi tertentu dalam cakupan yang luas dan mendalam (Global Human Capital Report 2017). Sumbangan penting pembangunan sosial terletak pada penyediaan modal manusia yang bermutu sebagai pilar utama pembangunan ekonomi. c. Contoh Pembangunan Sosial 1. Meningkatkan mutu pendidikan di daerah-daerah terpencil Bukti nyata untuk saat ini, mutu pendidikan di masing-masing daerah terpencil masih di bilang sangat kurang mumpuni. Seperti halnya di daerah timur, seperti Papua, Sulawesi, dan sekitarnya. Walaupun di daerah-daerah tersebut sudah ada pendidikan, namun menurut saya masih kurang berkembang. Saya sendiri memperkirakan bahwa hal ini terjadi karena salah satunya yaitu kurangnya tenaga pendidikan. Tenaga kependidikan yang sangat minim sekali mengakibatkan pemerataan menjadi kurang optimal. Salah satu pembangunan sosial yaitu dengan memperbaiki pendidikan agar tingkat moral dan sosial juga dapat bertambah, dan hal ini perlu adanya pihak-pihak tertentu yang notabennya sudah memiliki sifat sosial yang tinggi. Seperti para guru relawan, mereka bertujuan dan memiliki maksud selain untuk menjadi guru, mereka juga ingin membantu mengaplikasikan yang namanya pembangunan sosial. 8 Mereka di kirim ke pelosok-pelosok untuk memperbaiki pendidikan masyarakat setempat secara halus dan perlahan. Karena dari pendidikan itu, pembangunan sosial akan tercipta. 2.3 Paradigma Ekonomi-Politik Ekonomi politik adalah (suatu gugusan teori yang didasarkan pada pemahaman mengenai) saling ketergantungan antara ekonomi dengan politik. Ekonomi dan politik berinteraksi dengan banyak cara dalam rangka alokasi sumberdaya, distribusi pendapatan, stabilisasi. Ekonomi dan politik tidak dapat dipisahkan (Bruno S. Frey, 1994). Para pengambil keputusan (aktor) bidang ekonomi dan bidang politik tergantung satu sama lain dan keduanya adalah aktor utama sistem ekonomi politik. Keputusan yang diambil oleh para aktor, dan karena itu perkembangan dan hasil seluruh sistem, tergantung pada aturan dan institusi yang membentuk kerangka dasarnya. Perilaku ekonomi, dengan kata lain, dapat dipengaruhi dengan mengubah aturan dan institusi. Perubahan semacam ini hanya mungkin terjadi melalui suatu konsensus sosial, dalam suatu situasi di mana para aktor tidak dapat memastikan apakah kepentingan pokok mereka akan terpenuhi dengan adanya perubahan aturan dan institusi itu atau tidak. Ekonomi politik muncul pada abad 18 didorong oleh perubahan dramatik dalam sistem pemenuhan kebutuhan, baik dalam hal sifat dan jenis kebutuhan maupun dalam hal cara produksi dan distribusi barang dan jasa untuk memenuhinya. Perubahan tersebut ditandai oleh pergeseran istilah dari “economy” menjadi “political economy”. Karena itu, pengertian ekonomi politik dapat ditelusuri dari sisi ekonomi maupun dari sisi politik (Caporaso dan Levine, 1992). Substansi Ekonomi Politik antara lain berupa persoalan interdependensi, dependensi, keterbelakangan, pertumbuhan, perkembangan, pembangunan ekonomi sosial, sistem-sistem ekonomi, realisme dan idealisme, linear dan strukturalis internasional, globalisasi, regionalisme, dan sebagainya. Dalam pendekatan Ekonomi Politik, masalah yang dihadapi antara lain mencakup variabel-variabel politik, variabel ekonomi, variabel sosial budaya, sedangkan 9 faktor-faktor yang berpengaruh meliputi (1) intervensi pemerintah, perubahan kebijakan, tindakan politik ekonomi, (2) kenaikan harga di pasar, (3) kemerosotan daya beli masyarakat, (4) kelangkaan sumber daya, (5) revolusi sosial, transformasi industrial, (6) revolusi dan kemajuan ilmu, pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi. Secara teoritik kajian eknomi politik pembangunan berguna : 1. Untuk mengetahui mengapa dan dengan cara bagaimana kebijakan pembangunan (termasuk kebijakan ekonomi dan politik) dirumuskan dan diimplementasikan dalam suatu negara dan siapa saja yang terlibata dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. 2. Untuk memahami kebijakan pembangunan dan dampaknya dengan benar pada kurun waktu tertentu dengan menelusuri secara cermar perilaku, motivasi dan preferensi para aktornya. Sehingga diperoleh jawaban siapa, memperoleh apa, berapa banyak, mengapa dan dengan cara bagaimana. 3. Sebagai alat analisa untul mengkaji berbagai isu social yang menyangkut persoalan proses kebijakan dan pembangunan pada umumnya (Suryono, 2006:10) a. Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Ekonomi Teori Ekonomi Klasik Adam Smith, aspek utama pertumbuhan ekonomi dibedakan atas dua yaitu: 1. Pertumbuhan Output Total 5 Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu: a) sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi "tanah") b) sumberdaya insani (atau jumlah penduduk) c) stok barang modal yang ada. 2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. (Pasaribu, 2012) Teori Ekonomi Keynesian (Harrod-Domar) 10 Teori Harrod-Domar itu merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) (Pasaribu, 2012). Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan) Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi Klasik. Ekonomi yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow (Massachussets Institute of Technology) dan Trevor Swan (The Australian National University). Solow ini memenangkan hadiah Nobel Ekonomi tahun 1987 atas karyanya tentang teori pertumbuhan ekonomi ini. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktorfaktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. b. Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Pembangunan Bangsa 1) Teori Pembangunan Politik Dalam studi pembangunan politik ada beberapa konsep yang perlu dipahami sebelum menjelaskan definisi pembangunan politik, yaitu perubahan, pembangunan dan modernisasi politik. Pembangunan dan modernisasi politik merupakan perubahan politik, bukan sebaliknya (Ramlan Surbakti dalam Kadir, 2014). Perubahan politik dapat diartikan terjadinya perbedaan karakteristik dari 11 suatu sistem politik pada periode tertentu ke periode lain atau dari sistem politik yang satu ke sistem politik lain. Para penulis Indonesia tentang pembangunan politik, seperti Prof. Dr. Juwono Sudarsono, Dr. Yahya Muhaimin, Dr. Afan Gaffar dan lain-lain, dalam garis besarnya membahas tentang definisi pembangunan politik. Mereka telah mengutip atau menerjemahkan definisi pembangunan politik yang telah dikumpulkan oleh Lucian W. Pye dalam usahanya mengembangkan teori pembangunan politik. (Lucian W. Pye dalam Kadir, 2014) berhasil menginventarisasi sepuluh definisi mengenai pembangunan politik yang disajikan dalam bukunya yang berjudul “Aspects of Political Development” yang telah diterjemahkan oleh para penulis Indonesia tersebut di atas sebagai berikut: a) Pembangunan politik sebagai prasyarat politik bagi pembangunan ekonomi b) Pembangunan politik sebagai tipe politik masyarakat industry c) Pembangunan politik sebagai modernisasi politik d) Pembangunan politik sebagai operasi negara-Bangsa e) Pembangunan politik sebagai pembangunan Administrasi dan hokum f) Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan Partisipasi massa g) Pembangunan politik sebagai pembinaan Demokrasi h) Pembangunan politik sebagai stabilitas dan Perubahan teratur i) Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan Kekuasaan j) Pembangunan politik sebagai satu aspek proses Perubahan sosial yang multidimensional 2) Teori Pembangunan Sosial Budaya Dalam rangka memahami lingkungan sosial, sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan, maka titik berat perhatian adalah pada kesinambungan dari interaksi-interaksi di dalam lingkungan sosial itu sendiri dengan lingkunganlingkungan yang lain. Terkait dengan kesinambungan lingkungan sosial maka 12 setidaknya terdapat enam komponen atau ruang lingkup lingkungan sosial yang perlu diperhatikan (Sjafari, 2010). Keenam komponen tersebut ialah: addanya pengelompokan sosial (social grouping), media sosial (social media), pranata sosial (social institution), pengendalian sosial (social control), penataan sosial (social alignment), dan kebutuhan sosial (social needs) (Boedhisantoso, dalam Sjafari, 2010). 3) Teori WW Rostow Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap: a) Masyarakat tradisional (the traditional society), b) Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), c) Tinggal landas (the take-off) d) Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan e) Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption) Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah: a) Karakteristik perubahan keadaan ekonomi, b) sosial, dan c) politik, yang terjadi. Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain: a) perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar. b) perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil. c) perubahan kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif. 13 d) perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (Pasaribu, 2012) c. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Ekonomi Politik 1) Teori Merkantilisme Merkantilisme mengganggap perekonomian tunduk pada komunitas politik dan khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi di lihat dalam konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang 14 bertanggung jawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional yang di sebut negara, memerintah di ats kepentingan ekonomi swasta. Kekayaan dan kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi bukan saling bertentangan. Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain seharusnya di hindari sejauh mungkin. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan keamanan mendapat prioritas. 2) Liberalisme Ekonomi Kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan suatu wilayah otonom dari masyarakat yangberjalan menurut hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive sum game” dan pasar cenderung akan nampak memaksimalkan keuntungan bagi semua individu, rumah tangga, dan perusahaan yang berpartisipasi dalam pertukaran pasar. Perekonomian merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan timbal balik antar negara dan juga antar individu. Dengan demikian, perekonomian internasional seharusnya di dasarkan perdagangan bebas 3) Marxisme Perekonomian adalah tempat eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar. Politik sebagian besar ditentukan oleh konteks sosial ekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. Hal itu berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan menjadi kelas berkuasa. Pembangunan kapitalis global bersifat tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi, baik antar Negara maupun antar kelas sosial. Ekonomi Politik marxis selanjutnya hirau pada sejarah tentang 14 perluasan kapitalisme global, perjuangan antar kelas dan Negara yang telah membangkitkan kebangkitan di seluruh dunia, dan bagaimana transformasi yang revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul. 2.4 Paradigma Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki Iebih banyak pilihan, khususnya dalam pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh indikator. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Progamme-UNDP). Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people's choices). Pengertian IPM, IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Adapun manfaat IPM IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/ penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Perubahan metodologi pembangunan manusia 1. 1990 Launching: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, PDB per kapita Metode agregasi menggunakan rata-rata aritmatik. 15 2. 1991 Penyempurnaan: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, RLS, PDB per kapita. 3. 1995 Penyempurnaan: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, Kombinasi APK, dan PDB per kapita. 4. 2010 UNDP merubah metodologi: Komponen IPM yang digunakan AHH, RLS, HLS, dan PNB per Kapita, Metode agregasi menggunakan rata-rata geometrik. 5. 2011Penyempurnaan: Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari tahun 2008 menjadi 2005. 6. 2014 Penyempurnaan: Mengganti tahun dasar PNB per Kapita dari 2005 menjadi 2011, merubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan pembangunan manusia adalah beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik dan PDB per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah, serta penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. a. Kebijakan Pembangunan Manusia Melalui pemahaman yang mendalam atas konsep pembangunan manusia, penting kiranya bagi para perencana pembangunan untuk melihat keseluruhan permasalahan dan kebutuhan pembangunan secara komprehensif, sehingga dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk menyelenggarakan pembangunan manusia di daerah. Kebijakan yang tepat dalam pembangunan manusia, dapat disusun dari mulai proses analisis pembangunan manusia, hingga impliksinya terhadap strategi intervensi dan kebutuhan program-program yang berwawasan pembangunan manusia. 16 Sesuai dengan konsep global pembangunan manusia sebagaimana diuraikan di depan, maka kebijakan pembangunan manusia dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, kebijakan pembangunan manusia haruslah diupayakan pada upaya: 1. Meningkatkan produktivitas. Setiap penduduk harus ditingkatkan kemampuannya untuk dapat secara kreatif dan mandiri menciptakan pekerjaan, dan atau sumber-sumber pendapatan yang memungkinkannya untuk dapat hidup layak. Pemerintah, dalam hal ini, dapat menciptakan iklim yang kondusif guna mendukung upaya tersebut. Berkaitan dengan ini, pendidikan (formal maupun non formal) dan kesehatan menjadi aspek penting perlu mendapatkan prioritas. 2. Meningkatkan pemerataan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan produktivitas tersebut, setiap penduduk harus memiliki kesempatan yang sama dan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial yang ada. Berbagai kebijakan pembangunan yang berwawasan pembangunan manusia, senantiasa berorientasi pada pemerataan dan hendaknya tidak diskriminatif. Setiap penduduk, laki-laki ataupun perempuan, dari kota maupun desa, dan pokoknya siapapun agar diupayakan memperoleh kesempatan dan akses yang sama secara proporsional. Bebagai kemudahan (akses) harus diciptakan, baik ekonomi maupun sosial, kepada setiap penduduk. Dalam hal ini, semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup. 3. Meningkatkan kesinambungan. Pemberian akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial, harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi sekarang, tetapi harus dipikirkan juga untuk generasi-generasi mendatang. Semua sumberdaya (fisik, manusia, dan lingkungan) jangan sampai habis atau rusak, namun harus selalu diperbaharui. Kebijakan pembangunan ke depan, memberikan prioritas pada upaya untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan secara tepat dan meluas. 17 4. Meningkatkan pemberdayaan. Penduduk harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan proses yang akan menentukan (membentuk) kehidupan mereka. Penduduk harus diberikan kesempatan dalam mengambil manfaat dari proses pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan harus “oleh” penduduk dan bukannya hanya “untuk“ penduduk/mereka. Dalam hal ini, kebijakan pembangunan manusia harus senantiasa diarahkan kepada upaya untuk mendorong dan menemukan dan mengenali permasalahannya sendiri, mengatasi sendiri dan untuk mereka sendiri dalam batas kemampuannya. Kebijakan mendatang, dalam pembangunan manusia, harus diarahkan pada proses pemberdayaan masyarakat. Berbagai program pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini digulirkan, dengan demikian menjadi sangat relevan. Kedua, untuk dapat mempromosikan dan mengoperasionalkan pembangunan manusia dalam langkah nyata di seluruh daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah bekerjasama dengan BPS, menetapkan kebijakan sebagai berikut: 1. Melakukan advokasi pembangunan manusia, guna menyebarluaskan pemahaman mengenai hakekat pembangunan yang terpusat pada manusia. 2. Melakukan simplifikasi dari pembangunan manusia yang berdimensi luas dengan memunculkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran pembangunan, baik untuk keperluan advokasi, evaluasi, maupun perencanaan dan perumusn kebijakan pembangunan di daerah. 3. Menyiapkan metodologi penyusunan laporan pembangunan manusia (LPM) dan analisa situasi pembangunan manusia (ASPM) untuk digunakan daerah, sebagai basis penyusunan kebijakan pembangunan manusia sesuai dengan permasalahan masing-masing daerah melalui pendekatan regional. (Untuk ini dapat dibaca buku petunjuk penyusunan LPM , Ditjen Bangda,1998) 4. Menyiapkan penyusunan IPM level kabupaten/ kota, sebagai alat evaluasi kinerja pembangunan kabupaten/kota dalam skala nasional. 18 b. Perkembangan pembangunan manusia di Indonesia Pada 15 April 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis IPM Indonesia tahun 2018. Secara umum, pembangunan manusia Indonesia terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2018. IPM Indonesia meningkat dari 66,53 pada tahun 2010 menjadi 71,39 pada tahun 2018. Selama periode tersebut, IPM Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 0,88 persen per tahun dan meningkat dari level sedang menjadi tinggi mulai tahun 2016. Adapun pada periode 2017 - 2018, IPM Indonesia tumbuh 0,82 persen, yakni dari 70,81 menjadi 71,39. Peningkatan capaian IPM tentu tidak lepas dari peningkatan setiap komponennya. Selama periode 2010 - 2018, peningkatan IPM didorong oleh kenaikan setiap komponen pembentuk IPM. Komponen pertama adalah Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat. Secara umum, UHH di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2018, Indonesia telah berhasil meningkatkan UHH sebesar 1,39 tahun atau tumbuh sebesar 0,25 persen per tahun. Pada tahun 2010, UHH di Indonesia hanya sebesar 69,81 tahun, dan pada tahun 2018 telah mencapai 71,20 tahun. Hal ini berarti bayi yang lahir pada tahun 2018 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,20 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun sebelumnya. Secara tidak langsung, peningkatan UHH ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik dalam semua aspek kesehatan. Komponen kedua pembentuk IPM adalah pengetahuan yang dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2018, Harapan Lama Sekolah di Indonesia telah meningkat sebesar 1,62 tahun, sementara Rata-rata Lama Sekolah bertambah 0,71 tahun. Selama periode 2010 hingga 2018, Harapan Lama Sekolah secara rata-rata tumbuh sebesar 1,70 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah menjadi sinyal positif yakni semakin banyak penduduk Indonesia yang bersekolah. Pada tahun 2018, Harapan Lama Sekolah di Indonesia telah mencapai 12,91 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk 19 menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D1. Sementara itu, Ratarata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Indonesia tumbuh 1,14 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2018. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia Indonesia yang lebih baik. Pada tahun 2018, secara rata-rata penduduk Indonesia usia 25 tahun ke atas mencapai 8,17 tahun, atau telah menyelesaikan pendidikan hingga kelas IX. Komponen terakhir pembentuk IPM adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2018, pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia mencapai Rp 11,06 juta per tahun. Selama delapan tahun terakhir, pengeluaran per kapita masyarakat meningkat sebesar 2,00 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia semakin baik. c. Capaian pembangunan manusia di tingkat provinsi Arah pembangunan manusia di tingkat provinsi sejalan dengan perkembangan pembangunan manusia di tingkat nasional. Secara umum, pembangunan manusia di level provinsi terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, seluruh provinsi mengalami peningkatan pembangunan manusia. Meskipun demikian, peningkatan pembangunan manusia bervariasi antar provinsi. Pada tahun 2018, IPM tertinggi pada tingkat provinsi masih diraih oleh Provinsi DKI Jakarta dengan IPM sebesar 80,47 sedangkan capaian terendah ditempati oleh Provinsi Papua dengan IPM sebesar 60,06. Provinsi DKI Jakarta sudah menjadi provinsi dengan IPM tertinggi sejak IPM dihitung oleh BPS pada tahun 1996. Sebagai ibukota negara, Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat dari seluruh kegiatan, baik pendidikan, perekonomian, bisnis, dan lain-lain. Hal ini mendukung Provinsi DKI Jakarta dalam pencapaian pembangunan manusia. Sarana dan prasarana Provinsi DKI Jakarta cukup lengkap dan memadai. Akses untuk mendapatkan pendidikan maupun kesehatan pun sangat mudah. Selain itu, sebagai provinsi dengan banyak pusat kegiatan, secara tidak langsung menjadikan Provinsi DKI Jakarta sebagai lumbung sumber daya manusia dengan pendidikan tinggi. 20 Provinsi Papua justru relatif mengalami banyak kesulitan, seperti sarana prasarana pendidikan dan kesehatan yang kurang lengkap dan juga akses untuk mencapai pendidikan dan kesehatan yang sulit. Hal ini sangat bertolak belakang dengan Provinsi DKI Jakarta. Kondisi geografis Papua yang sangat sulit juga berdampak langsung terhadap akses masyarakat terhadap kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Namun, pembangunan infrastruktur yang massif dilakukan di bumi papua selama empat setengah tahun terakhir oleh pemerintahan Jokowi - JK telah berhasil mengubah wajah pembangunan manusia di papua. Pada periode 2015 2018, kualitas hidup manusia di Papua meningkat secara siginifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan IPM Provinsi Papua dari 57,25 di tahun 2015 menjadi 60,06 di tahun 2018. Bahkan selama periode 2017 - 2018, Provinsi Papua tercatat sebagai provinsi dengan kemajuan pembangunan manusia tercepat di Indonesia, yakni sebesar 1,64 persen. Pada periode tersebut, IPM Provinsi Papua tumbuh dari 59,09 menjadi 60,06. Capaian IPM Provinsi Papua pada tahun 2018 ini sekaligus mengubah status pembangunan manusia Provinsi Papua, dari level rendah menjadi sedang. Perubahan status pembangunan manusia juga terjadi pada tujuh provinsi lain. Ketujuh provinsi ini berhasil mengubah status pembangunan manusia dari level sedang ke tinggi. Ketujuh provinsi tersebut adalah Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara. Dengan demikian, sejak tahun 2018, tidak ada satupun provinsi di Indonesia yang memiliki status pembangunan manusia level rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di Indonesia semakin baik dan merata. Pertumbuhan IPM yang relatif cepat selama periode 2017-2018 juga dirasakan oleh dua provinsi lain, yaitu Sulawesi Barat sebesar 1,24 persen (dari 64,30 menjadi 65,10) dan Papua Barat sebesar 1,19 persen (dari 62,99 menjadi 63,74). Berdasarkan komponen pembentuk IPM, kemajuan pembangunan manusia di Provinsi Papua didorong oleh dimensi pendidikan, di Papua Barat didorong oleh dimensi standar hidup layak, sementara di Sulawesi Barat lebih dikarenakan perbaikan dimensi pendidikan dan standar hidup layak. 21 d. Tantangan pembangunan manusia Peningkatan pembangunan manusia baik di tingkat nasional maupun provinsi merupakan suatu capaian yang perlu disyukuri dan diapresiasi. Capaian ini tidak hanya menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup masyarakat Indonesia, tetapi juga semakin meratanya pembangunan di Indonesia. Pemerataan inilah yang masih akan menjadi tantangan pembangunan manusia di Indonesia di masa yang akan datang. Perluasan cakupan berbagai program perlindungan sosial merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan tersebut. Berbagai program perlindungan sosial, seperti Program keluarga Harapan, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Bantuan Pangan Non Tunai bukan hanya ditingkatkan dari sisi nilainya, tetapi juga harus diperluas jangkauannya. Perluasan program perlindungan sosial tentu membutuhkan sinergitas berbagai pihak. Sinergitas inilah yang tampaknya masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan mendatang. Sinergitas bukan hanya memerlukan kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, tetapi juga memerlukan kesamaan kemauan politik (political will) antar elit/ pimpinan politik di negeri ini. Political Will kerap menjadi batu sandungan dalam menjalankan program pembangunan di Indonesia. Setiap elit politik cenderung bersandar pada political interests masing-masing. Egoisme kelompok seperti ini sudah saatnya dikesampingkan. Kebisingan politik selama hampir lima tahun terakhir ini hanya membuahkan kegaduhan. Ruang-ruang publik penuh dengan cacian, hinaan, dan prasangka yang tak berkesudahan. Sekarang, saatnya mengakhiri segala bentuk kebisingan, kegaduhan, dan pertikaian. Saatnya berjabat tangan. Bergandeng tangan, agar negeri ini mampu memproduksi karya-karya hebat untuk kemajuan bangsa, untuk perbaikan kualitas hidup manusia. Kecuali jika memang negeri ini hanya ingin menjadi negeri pemroduksi kebisingan, kegaduhan, dan kebohongan. 22 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Dalam pembangunan ekonomi terdapat asumsi pembangunan, perubahan paradigma perekonomian Indonesia, kecenderungan konsep perekonomian Indonesia, serta pembangunan regional dan pembangunan khusus. Pembangunan perekonomian Indonesia merupakan hal penting dalam mendorong perekonomian baik dari segi pendapatan nasional maupun kesejahteraan masyarakatnya. Disamping hal tersebut, dalam pembangunan perekonomian Indonesia tentunya memiliki hambatan yang dapat menimbulkan permasalahan dalam mewujudkan pembangunan perekonomian Indonesia yang sesuai dengan tujuan dari pembangunan tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya asumsi pembangunan, perubahan paradigma perekonomian Indonesia, kecenderungan konsep perekonomian Indonesia, serta pembangunan regional dan pembangunan khusus dapat menjadi tolok ukur dalam menghadapi permasalahan pembangunan ekonomi agar tujuan dari pembangunan perekonomian Indonesia dapat terwujud. 23 DAFTAR PUSTAKA Da. Styawan. 2019. Pembangunan Manusia Indonesia, Capaian dan Tantangan. https://www.kompasiana.com/da_styawan/5cc518aacc52833d43362f62/pe mbangunan-manusia-indonesia-capaian-dan-tantangan?page=all. [Diakses pada 2 November 2019 Pkl.17.35 WIB] FISIP-Universitas Airlangga. 2009. Paradigma Pembangunan Sumber Daya Manusia. http://www.unair.ac.id/berita_1096.html. [Diakses pada 2 November 2019 Pkl.17.35 WIB] https://ipm.bps.go.id/page/ipm. [diakses pada 02 November 2019 Pkl. 19.20 WIB] http://ocw.usu.ac.id/course/download/10580000048-institusi-dan-kebijakanpembangunan-kota/tka_574_slide_paradigma_pembangunan.pdf. [Diakses pada 2 November 2019 Pkl. 15.32 WIB] https://www.academia.edu/5940372/Teori_Pertumbuhan_Ekonomi. (Diakses pada 2 November 2019 15.35 WIB) Tri Drajat, Hanif. Konsep dan Teori Pembangunan. IPEM4542, Modul 1. Hakiki, Paizon. Sistem Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Liberal Tahun 19491959. Phys. Rev., 113, 1379. Hakim, M. Arif, M.Ag. Industrialisasi di Indonesia: Menuju Kemitraan yang Islami. Jurnal. Hanipah, Dita. Pembangunan Ekonomi Era Orde Baru. 2016. Kadir, G. 2014. Pembangunan Politik. Universitas Terbuka Repository, 1–40. Retrieved from repository.ut.ac.id/4262/1/IPEM4434-M1.pdf. [Diakses Pada 2 November 2019 Pkl. 21.53 WIB] 24