Nama Anggota : 1. Agung Setiawan (C11600002) 2. Andriani Nelis P (C11600004) 3. Dana Maivita P (C11600009) 4. Dwiki Fitri (C11600013) 5. Fuan Maharani F (C11600022) 6. Intan Firdayanti (C11600026) 7. Kukuh Elsa Yunia Putri (C11600030) Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau penguraian neurotransmiter atau mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus. Di bagi menjadi 2 yaitu, Saraf Otonom Saraf Simpatis (Adrenergik) Saraf Parasimpatis (kolinergik) Umumnya kedua susunan saraf ini bekerja antagonis, bila salah satu sistem menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi contoh : perangsangan saraf simpatis pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan vasokontriksi, sedangkan perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan vasodilatasi arteri. MENURUT KHASIAT: Zat yang bekerja terhadap SSO Simpatomimetika (adrenergika) Simpatolitika (adrenolitika) Parasimpatomimetika (kolinergika) Parasimpatolitika (antikolinergika) Efek yang ditimbulkan mirip dengan efek neurotransmiter norefinefrin dan efinefrin. Contoh obatnya : a. Epinefrin f. Amfetamin b. Norepinefrin g. Metamfenamin c. Isoproterenol h. Efedrin d. Dopamin i. Metoksamin e. Dobutamin Bekerja dengan menghambat perangsangan adrenergik. A. Obat golongan alfa bloker : Derivat haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin) Derivat imidazolin (tolazolin dan fentolamin) Prazosin dan alfa bloker lainnya (yohimbin) Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan efek samping pada jantung dan SSP yaitu jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah dsb. Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada penderita yang mengindap infark jantung , hipertensi dan hipertirosis. Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini semacam resistensi yang terjadi jika diberikan berulang pada waktu yang singkat. Contoh : efedrin & adrenergik kerja tak langsung karena habisnya cadangan NA. Ada tiga jenis alfa blockers : 1. Alfa blockers tidak selektif contoh: fentolamin untuk hipertensi & disfungsi ereksi. 2. Alfa-1 blockers selektif contoh: derv. Quinazolin (prazosin, terazozin,tamsulosin) serta urapidil untuk hipertensi dan hiperplasia prostat. 3. Alfa-2 blockers selektif contoh : yohimbin (aprodisiaca). B. Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker): o Asebutolol o Metoprolol o Bisoprolol o Propanolol o Alprenolol Beta- blockers, banyak digunakan untuk antihipertensi. Dibagi menjadi 2 kelompok: Beta-1 blockers selektif yaitu melawan efek stimulasi jantung oleh adrenalin & NA (reseptor beta-1), contoh : atenolol dan metoprolol Beta blockers tidak selektif juga berefek pada reseptor beta-2 (menghambat bronchodilatasi), contoh : propranolol, alprenolol, dsb. Penghambat neuron adrenergis tidak menghambat menghambat reseptor pelepasan adrenergis catecholamin tapi pada postganglioner dari saraf adrenergis (s.simpatis), contoh : guanetidin (untuk terapi glaukoma tertentu). Bekerja dengan merangsang organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan dan meniru efek perangsangan dengan asetilkolin. Obat – obat kolinergika: 1. Cholinester (karbakol, betanekol, metakolin) 2. Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin) 3. Alkaloid yang berkhasiat (muskarin, arekolin) seperti asetikolin Efek kolinergis yang penting adalah : Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat periltastik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung. Memperlambat sirkulasi, a.l. dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi pembuluh darah & penurunan TD. Memperlambat pernafasan dengan menciutkan bronci, memperbesar sekresi dahak. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil / miosis dan penurunan tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata. Kontraksi kandung kemih dan ureter sehingga memperlancar pengeluaran urin Dilatasi pembuluh & kontraksi otot rangka. menekan SSP setelah di awal distimulasi. Dibuat untuk tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Contoh obatnya : 1. Atropin 2. Skopolamin 3. Oksivenonium bromida