Masa pajak yang sama. Namun dalam masalah ini dikecualikan apabila pajak sebagai contoh Faktur Pajaknya adalah faktur Pajak Sederhana, perolehan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha kena Pajak dan lain sebagainya. Kelebihan Pajak Masukan Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada Masa Pajak Berikutnya. Untuk lebih mudahnya dapat diikuti contoh berikut ini. Masa Pajak Mei 2016: Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 4.500.000,00 Pajak yang lebih dibayar Rp 2.500.000,00 = Pajak yang lebih dibayar tersebut tidak dapat diminta kembali, tetapi dapat dikompensasikan pada masa Pajak Juni 2016. Masa Pajak Juni 2016: Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 2.000.000,00 Pajak yang harus dibayar = Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari masa Pajak Mei 2016 = Rp 2.500.000,00 Pajak yang lebih dibayar Juni 2016 = Rp 1.500.000,00 PAJAK MASUKAN DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN TIDAK TERUTANG PAJAK Penyerahan yang tidak terutang pajak yang Pajak masukannya tidak dapat dikreditkan adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenakan Pajak penambahan Nilai (Perhatikan Pasal 4A) dan yang dibebankan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana tercantum dalam Pasal 16B Undang-Undang PPN dan PpnBM, seperti kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean dan lain sebagainya. Apabila Pengusaha kena Pajak yang dalam Suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak, hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan 2 macam penyerahan yaitu: 1. Penyerahan terutang pajak sebesar Rp 50.000.000,00, pajak keluarannya Rp 5.000.000,00; 2. Penyerahan tidak terutang pajak Rp 20.000.000,00, pajak keluarannya menjadi nihil. Dengan data diatas, pajak masukan yang dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan keseluruhan penyerahan sebesar Rp 4.000.000,00. Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, maka Pajak Masukan Rp 4.000.000,00 tidak seluruhnya dapat dikreditkan dengan pajak Keluaran Rp 5.000.000,00. Selanjutnya besarnya Pajak masukan yang dapat dikreditkan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan (KMK RI No. 643/KMK.04/1994) PENGUSAHA YANG MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN NORMA PERHITUNGAN Sesuai pedoman yang bersumber dari undang-undang PPh bahwa Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan tetapi diixinkan menyelenggarakan pencatatan, maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak dapat diketahui dengan pasti karena pengusaha tidak membuat pencatatan atas pembelian (pengusaha hanya mencatat peredaran bruto dan penerimaan bruto). Penetapan besarnya Pajak masukan yang dapat dikreditkan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Pedoman perhitungan pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan oleh Menteri keuangan telah dikeluarkan dengan penyerahan yang terutrang pajak. Bagi penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak. Sebagai contoh, Pengusaha Kena Pajak melakukan 2 (dua) macam penyerahan, yaitu sebagai berikut. 1. Penyerahan terutang pajak Pajak Keluaran 2. Penyerahan yang tidak dikenakan PPN 3. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN Pajak Keluaran Rp 25.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 5.000.000,00 Rp 5.000.000,00 NIHIL Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan: 1. Barang Kena Pajak dan Jasa kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak Rp 1.500.000,00 2. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenakan PPN Rp 300.000,00 3. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebankan dari pengenaan PPN Rp 500.000,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar Rp 2.500.000,00 hanya Rp 1.500.000,00. Pajak Masukan Rp 3.000.000,00 tidak dapat dikreditkan karena berkaitan dengan penyerahan yang tidak terutang pajak. Memenuhi ketentuan sebagai Faktur Pajak atau tidak terpenuhi persyaratan formal dan material. Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditakn Pajak Masukan. Oleh karena itu, Faktur Pajak harus benar, baik secara formal, maupun secara meteriil. Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar, dan ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh Pengusaha kena Pajak untuk menandatanganinya. Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, yaitu harus dicantumkan keterangan-keterangan secara lengkap sehingga memenuhi persyaratan sebagai Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak yang tidak diisi sesuai dengan ketentuan ini, dapat mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan. 1. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang PPN. 2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan Ketetapan Pajak. Dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak, baru membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau pemanfaatan barang kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan Pajak tersebut bukan merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. 3. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan, dan Sesuai dengan Self assessment system, Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan seluruh kegiatan usahanya dalam Surat Pemberitahuan pajak Pertambahan Nilai. Disamping itu, kepada Pengusaha Kena Pajak yang telah diberikan kesempatan untuk melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Petambahan Nilai, sehingga sudah selayaknya jika Pajak Masukan yang tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan. 4. Perolehan Barang kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang PPN dan PPnBM. PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN PADA MASA PAJAK BERIKUTNYA Pengkreditan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam suatu masa pajak dapat dilakukan terhadap Pajak Keluaran untuk masa pajak yang sama, namun terhadap Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Ketentuan ini memungkinkan Pengusaha Kena Pajak untuk mengkreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran dalam masa pajak yang tidak sama, yang disebabkan antara lain karena Faktur Pajak terlambat diterima. Pengkreditan Pajak Masukan dalam masa pajak yang tidak sama tersebut hanya diperkenankan dilakukan pada masa pajak berikutnya selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Dalam hal jangka waktu tersebut telah dilampaui, pengkreditan Pajak Masukan tersebut dapat dilakukan melalui pembetulan Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai