perlakuan perpajakan at as penghasilan kena pajak sesudah

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BIRO HUBUNGAN MASY ARAKA T
Jalan Dr. Wahidin Raya NO.1 Jakarta 10710
Telepon: (021) 3449230 eks. 6347- 6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847
website: http://www.depkeu.go.id
<> e-mail: [email protected]
Nomor
: 19
Tanggal
:4
/HMS/2011
Februari 2011
PERLAKUAN PERPAJAKAN AT AS PENGHASILAN KENA PAJAK
SESUDAH DIKURANGI PAJAK DARI SUATU BENTUK USAHA TETAP
Terhitung sejak 24 Januari 2011, Menteri Keuangan (Menkeu) menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 14/PMK.03/2011 yang mengatur kembali PMK Nomor 257/
PMK.03/2008 tentang Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi
Pajak dari Suatu Bentuk Usaha Tetap.
Di dalam kebijakan ini diatur mengenai Bentuk Penanaman Modal dan Wajib Pajak yang
mendapatkan Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak dari
Suatu Bentuk Usaha Tetap. Bentuk Usaha Tetap dimaksud adalah perusahaan yang sudah
didirikan dan berkedudukan di Indonesia.
Pengecualian dari pengenaan Pajak Penghasilan diberikan apabila seluruh Penghasilan
Kena Pajak sesudah dikurangi pajak Penghasilan dari suatu Bentuk Usaha Tetap ditanamkan
lagi di Indonesia dalam bentuk: (a) Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan
berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri; (b) Penyertaan modal pad a
perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham; (c)
Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha
Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia; atau (d)
Investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk menjalankan usaha
Bentuk Usaha tetap atau melakukan kegiatan Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.
Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap, wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak Terdaftar dengan melampirkan Surat Pemberitahuan
Tahunan untuk Tahun Pajak diterima atau diperolehnya penghasilan yang bersangkutan
mengenai: (i) Penanaman Modal; (ii) Realisasi mengenai penanaman kembali yang telah
dilakukan; dan (iii) Saat memulai berproduksi barang/ jasa secara komersial. Pemberitahuan
secara tertulis tersebut, paling sedikit harus meliputi: (i) Jumlah Penghasilan Kena Pajak sesudah
Dikurangi Pajak Penghasilan dari Bentuk Usaha Tetap dan Tahun Bersangkutan; dan (ii) Bentuk
penanaman kembali, jumlah realisasi penanaman kembali dan Tahun Pajak dilakukan realisasi
penananaman kembali.
Dasar pengenaan Pajak Penghasilan adalah dari usaha yang diterima Wajib Pajak Bentuk
Usaha Tetap yang bersifat final dan dihitung berdasarkan pembukuan yang sudah dilakukan
koreksi fiskal dikurangi dengan jumlah Pajak Penghasilan final. Sedangkan, dalam hal induk
perusahaan dari Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap dari negara yang telah mempunyai
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dengan Indonesia, besarnya tarif untuk menghitung
pajak Penghasilan, ditentukan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak yang berlaku.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai hal yang diatur dalam kebijakan ini dapat dilihat di
www.depkeu.Qo.id.
Download