TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA JENIS KEPEMIMPINAN PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Pascasarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung IRVANDITHA HERMAWAN 201923835 PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2019 Peradaban manusia tercatat pada awal era aksara dan sistim tulisan diciptakan, akan tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau tulisan zaman prasejarah yang dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000-5000 SM) di kawasan Hilal Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan. Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup numad berubah menjadi gaya hidup menetap sebagai petani. Kemajuan pertanian mengakibatan pembagian strata pekerja dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan kotakota kuno berkembang di tepi danau atau sungai yang dapat menyokong kehidupan. Pada kawasan Eropa dan Mediterania, sejarah dunia lama umumnya terbagi menjadi abad kuno, yang terhitung dari abad ke-5 hingga abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M), lalu Abad Modern Awal yang dimulai dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-18. Teknik cetak modern yang ditemukan Johannes Gutenberg merevolusi metode komunikasi yang berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan serta menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah pada abad ke-18. Akumulasi pengetahuan dan teknologi, khususnya di Eropa telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi Industri Pertama. Revolusi Industri 1.0 Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia memproduksi barang atau jasa hanya dengan mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Hal ini memiliki kendala yang cukup besar, karena keterbatasan terhadap cuaca, iklim, kesehatan, epidemik, waktu dan jumlah tenaga tersedia. Hingga pada tahun 1776, James Watt menemukan mesin uap yang mengubah sejarah. Penemuan mesin uap menjadikan proses produksi menjadi lebih efisien dan murah. Sebagai contoh, sebelum mesin ditemukan, kapal berlayar dengan tenaga angin dimana memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkeliling dari satu negara ke negara lainnya. Sedangkan dengan ditemukannya mesin uap, pelayaran kapal dapat menghemat waktu hingga 80% dari waktu awal. Revolusi Industri 2.0 Revolusi industri kedua adalah bentuk pengembangan dari revolusi industri sebelumnya. Proses produksi yang sudah berkembang, tenaga otot tidak lagi banyak diperlukan. Paada umumnya beberapa pabrik di dunia telah menggunakan teaga mesin uap ataupun listrik. Namun kendala lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi atau saluran distribusi. Dalam memudahkan proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi sebagai penunjang pengangkutan barang berat seperti mobil sangat diperlukan. Sebelum Revolusi Industri 2.0, proses perakitan mobil harus dilakukan disatu tempat yang sama demi menghindari proses transportasi dari tempat spare part satu ke tempat spare part lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 1913, Revolusi Industri 2.0 dimulai dengan menciptakan “Lini Produksi” atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt sehingga menyebabkan proses produksi berubah total. Proses manufaktur dilakukan secara terorganisir dengan memproduksi satu bagian saja, dan diselesaikan di pabrik manufaktur lain. Revolusi Industri 3.0 Transformasi Revolusi Industri telah mencapai pada suatu titik peradaban tertinggi suatu teknologi mesin analog yang ditandai dengan berkembangnya era digital yang digunakan secara masal oleh manusia. Pada Revolusi Industri 3.0 ditemukan mesin yang bergerak, berfikir secara otomatis, dengan penggabungan fungsi komputer dan robot. Sebagian aktifitias di era digitalisasi dilakukan dengan komputer, seperti penyimpanan dokumen, penyimpanan informasi, distribusi informasi, dan lain-lain. Revolusi Industri 4.0 Awal mula dari istilah Indonesia 4.0 yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah ditandai dengan terjadinya revolusi industri di seluruh dunia, yang merupakan sebuah revolusi industri keempat. Dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi karena perubahan yang terjadi memberikan efek besar pada ekosistem dunia dan tata cara kehidupan. Revolusi industri 4.0 diyakini dapat meningkatkan perekonomian dan kualitas kehidupan secara signifikan. Revolusi Industri 4.0 dicetuskan oleh sekelompok perwakilan ahli dari berbagai bidang asal Jerman pada tahun 2011 di acara Hannover Trade Fair. Pemaparan revolusi mengenai inovasi proses produksi yang mulai berubah pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan ini dan tidak lama menjadikan gagasan ini menjadi sebuah gagasan resmi. Setelah diresmikan, pemerintah Jerman membentuk sekelompok khusus untuk membahas secara spesifik mengenai penerapan Industri 4.0. Pada tahun 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Jerman menganggarkan modal sebesar €200 juta untuk menyokong akademisi, pemerintah dan pebisnis untuk melakukan penelitian secara pentahelix mengenai Revolusi Industri 4.0. Gagasan Industri 4.0 diikuti oleh Amerika Serikat untuk mengimplementasikan Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari produsen, pemasuk, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium yang memiliki tujuan untuk mentransformasi cara berfikir dibalik Revolusi Industri 4.0. Penerapan konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya berguna dalam hal efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja. Penerapan Revolusi Industri 4.0 pada pabrik dikenal dengan istilah Small Factory. Implementasi secara fundamental yang terjadi adalah keakuratan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi serta motorisasi pabrik oleh pihak yang berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan internet. Berkaca pada Revolusi Industri 3.0 dimana merupakan titik awal dari era digital revolution, yang memadukan inovasi di bidang elektronik dan teknologi informasi. Beberapa ahli memperdebatkan mengenai substansi Revolusi Industri 4.0 sebagai sebuah revolusi industri atau hanya sebuah perluasan atau pengembangan dari Revolusi Industri 3.0. Namun perkembangan Revolusi Industri 3.0 ke Revolusi Industri 4.0 mengalami transformasi yang sangat signifikan. Para Ahli meyakini pada era Industri 4.0 terdapat banyak inovasi baru, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artificial Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin pintar. Internet of Things memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan mempermudah proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor dan manusi melalui jaringan internet. Sebagai contoh kecil, apabila sebelumnya di era Revolusi Industri 3.0 ditemukan mesin ATM, pada Industri 4.0 setiap orang dapat melakukan transfer uang dimana saja dan kapan saja selama terhubung dengan jaringan internet. Big Data adalah seluruh informasi yang tersimpan di cloud computing. Analitik data besar dan komputasi awan akan membantu deteksi dini cacat dan kegagalan produksi, sehingga memungkinkan pencegahan atau peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk berdasarkan data yang terekam. Hal ini dapat terjadi karena adanya analisis data besar dengan sistim 6C, yaitu connection, cyber, content/context, community dan costumization. Proses tersebut dilaksanakan dengan persamaan analitikal dan algoritma untuk menghasilkan informasi yang logik. Data yang diproses dapat membantu mempertimbangkan adanya masalah yang terlihat dan tidak terlihat di industri dengan menggunakan algoritma sebagai informasi yang terdegradasi oleh mesin. Indonesia pada saat ini mulai mengaplikasikan konsep Revolusi Industri 4.0 secara masif. Implementasi strategi pada sektor perindustrian dengan membuat sebuah roadmap bertajuk “Making Indonesia 4.0”. Dalam menerapkan Indonesia 4.0, sosok pemimpin merupakan sebuah peran penting dalam mengkoordinasikan masing-masing sektor industri dalam naungan Revolusi Industri 4.0. Beberapa sifat yang biasanya melekat pada diri seorang pemimpin, diantaranya sebagai berikut : 1. Intelejensi Kemampuan berbicara, menafsir dan bernalar yang lebih kuat daripada para anggota yang dipimpin. 2. Kepercayaan Diri Keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki. 3. Determinasi Hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi dan cenderung mengatur. 4. Integritas Kualitas kejujuran dan dapat dipercaya oleh para anggota. 5. Sosiabilitas Kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan, bersahabat, ramah, sopan, bijaksana dan diplomatis. Menunjukkan rasa sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan perhatian atas kehidupan mereka. Dalam mengatur suatu organisasi, seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat administratif secara teknis, humania dan konseptual yang terkandung pada sembilang jenis kepemimpinan, yaitu : 1. Kepemimpinan Otokratis Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan, peraturan, prosedur diambil berdasarkan intuisinya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri dengan membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya. Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini dapat ditemukan di akademi kemiliteran dan kepolisian. 2. Kepemimpinan Birokrasi Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin setiap hari. Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap lapisan. 3. Kepemimpinan Parsitifatif Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota. 4. Kepemimpinan Delegatif Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya. 5. Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan bawahan dimana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-masing. 6. Kepemimpinan Transformasional Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya. 7. Kepemimpinan Melayani (Servant) Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan pribadinya. 8. Kepemimpinan Karismatik Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik. Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan. 9. Kepemimpinan Situasional Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Setidaknya ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya: 1. Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan), 2. Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk), 3. Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama), 4. Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian). Dalam memimpin suatu organisasi, khususnya pada sektor perhotelan, dibutuhkan jenis kepemimpinan yang memiliki karakteristik leading, yaitu pemimpin yang ikut serta dalam proses pekerjaan, disertai dengan sifat participating-supporting. Serta dengan anggota atau bawahan yang telah well educated, seorang pemimpin harus mempercayakan segala proses pada post masing-masing, sehingga gaya kepemimpinan Laissez-faire akan menciptakan suatu kultur yang saling mempercayai diantara karyawan, atasan kepada bawahan.