PROPOSAL BISNIS INTELEGENCE JUDUL PROGRAM “Pengenalan Metode Analytical Hierarchy Proces dan Balanced Scorecard kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Upaya Study Kelayakan Bisnis” MATA KULIAH BISNIS INTELEGENCE Disusun Oleh : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANAG 2019 RINGKASAN Berbicara tentang bisnis. Pasti tdak akan bsa terhindarkan dari yang namanya strategi untuk memulai dan analisis kinerja yang telah dicapai. Strategi yang baik merupakan salah satu faktor dari pencapaian hasil sesuai harapan. Agar bisnis dapat terus umbuh berkembang dalam konsisi bisnis yang tidak menentu dan mengalami perubahan yang sangat cepat. Dalam membuat study kelayakan bisnis dibutuhkan beberapa kriteria yang cocok dengan selera para pelaku bisnis. Penulisan ini membahas tentang sistem pendukung keputusan (SPK) yang disebut analytical hierarchy process (AHP) dan juga pengukuran kinerja yang disebut balanced scorecard sebagai proses dalam pemilihan Sebuah Strategi bisnis yang layak. Proses ini menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan strategi bisnis yang mana akan dipilih untuk diambil dan di implementasikan serta penggunaan empat perspektif yaitu “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif (perspektif keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan pertumbuhan).. SPK ini membantu pimpinan perusahaan dalam memutuskan perumahan mana yang akan dipilih. Penelitian tesis ini lebih menitik beratkan kepada bagaimana merancang dan mengimplementasikan aplikasi super dicision serta dimaksudkan agar memudahkan para pelaku usah dalam memperhitungkan segala hal i DAFTAR ISI Ringkasan ........................................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................................. ii 1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Tujuan yang Ingin Dicapai ............................................................................................ 2 1.3 Manfaat yang Ingin Dicapai .......................................................................................... 3 2. GAGASAN ..................................................................................................................... 4 2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ............................................................................. 4 2.2 Solusi yang Pernah ditawarkan ...................................................................................... 5 2.3 Gagasan yang Diajukan ........................................................................................ ......... 5 2.4 Pihak-pihak yang Dapat Membantu ................................................................................7 2.5 Langkah Strategis ............................................................................................................7 3. Kesimpulan ...................................................................................................................... 9 3.1 Gagasan yang Diajukan ............................................................................................. 9 3.2 Teknik Implementasi ...................................................................................................... 9 3.3 Prediksi Hasil .................................................................................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 10 ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan Pekembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM adalah sesuatu yang patut kita perhatikan dan antisipasi demi kemajuan sistem perekonomian di Indonesia. UMKM sendiri merupakan sektor yang dapat bertahan pada saat krisis ekonomi tahun 1998. Padahal sektor-sektor yang lebih besar tumbang akibat kolabsnya ekonomi tersebut. Biaya cicilan utang yang meningkat, bahan baku import yang meningkat secara drastis yang mana merupakan akibat dari nilai tukar rupiah yang merosot adalah akibat dari tumbangnya industri-industri tersebut. Lembaga keuangan perbankanpun tidak bisa lepas dari keterpurukan itu sehingga berdampak pada sistem permodalan yang ikut memburuk sehingga banyak usaha besar seperti perusahaan yang tidak bisa melanjutkan usahanya. Akan tetapi walaupun usaha-usaha besar termasuk perbankan mengalami keterpurukan, Usaha Mikro Kecil Menengah kebanyakan masih tetap mampu bertahan bahkan mengalami peningkatan (Departemen Koperasi 2008) dalam (Pratiwi dkk, 2019) Penilaian yang dapat kita lakukan terhadap upaya pemerintah dalam melakukan pembangunan ekonomi adalah seberapa baik pertumbuhan ekonomi pada era globalisasi ini. Pemerintah sendiri sangat memperhatikan Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah. Terbukti dari seriusnya pemerintah dalam memperhatikan perkembangan UMKM di Indonesia seperti menciptakan dan memberi dukungan terhadap beberapa progam yang menggunakan konsep ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan sendiri adalah sebuah gagasan terkait tujuan pembangunan termasuk cara dan sifatnya dengan sasaran utama memperbaiki nasib rakyat yang sebagian besar bertempat tinggal di Pedesaan dan juga Meningkatkan taraf hidup adalah tujuan setiap manusia. UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah berdiri karena didasarkan pada keinginan manusia untuk hidup dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan para pelaku UMKM memiliki pola pikir (Mindset) “selama usaha masih bisa berjalan maka selama itulah keuntungan masih bisa didapatkan”. Padahal ada banyak hal yang bisa mempengaruhi keberlangsungan usaha tersebut seperti peluang pasar, kondisi persaingan dan trend bisnis. Serta berbagai macam acaman baru seperti strategi dari pesaing. Munculnya ilmu baru seperti teknologi dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak cukup hanya mengandalkan insting dan keberutungan 1 semata dalam mengambil sebuah keputusan dalam bisnis. Sehingga, diperlukanlah sebuah perhitungan baik dengan cara kualitatif ataupun kuantitatif untuk melakukan suatu study kelayakan bisnis. Mendirikan suatu bisnis tidak serta merta hanya menggunakan spekulasi sebagai landasan dalam memperoleh keuntungan. Melainkan harus ada sebuah analisis tentang kelayakan suatu bisnis yang akan dijalankan. Hal tersebut berfungsi sebagai penyaring yang berfungsi untuk memberikan gambaran apakah ide tersebut layak dikembangkan. Fungsi pokoknya adalah untuk menyelidiki bisnis (Kristanto, suryanti, salim 2019) Salah satu metode yang bisa digunakan analisa kelayakan bisnis adalah metode Analytical Hierarchy Process. Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah model yang berfungsi untuk mendukung keputusan seseorang yang dikembangkan oleh Thomas L Suatu masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks akan diuraikan oleh model ini sehingga menjadi suatu urutan atau tingkatan tertentu (Hierarchy). Saaty (2008) menjelaskan bahwa hirarki adalah suatu keadaan yang mewakili suatu permasalahan yang rumit dari suatu struktur yang terdiri dari beberapa tingkatan dimana tingkat pertama adalah tujuan, yang disusul tingkat faktor kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga tingkat terakhir dari alternatif. Kemudian yang tidak kalah penting dalam mengelola suatu usaha adalah menganalisis pencapaian dari strategi tersebut. Dalam tulisan ini akan dikenalkan apa itu balanced scorecard yang mana merupakan sebuah sistem yang terkait dengan manajemen strategi dimana tujuan operasional dijabarkan dalam bentuk visi dan strategi suatu perusahaan. Terdapat 4 (empat) perspektif dari pengembangan tujuan dan tolak ukur tersebut. Diantara adalah: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hal itu disebabkan bahwa menggunakan kinerja keuangan saja tidak cukup dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Setiap pemilik suatu perusahaan atau usaha pasti menginginkan usahanya berhasil dimasa depan. Oleh karena itu para pelaku usaha tersebut juga harus memperhatikan keseluruhan dari empat perspektif pengukuran kinerja perusahaan seperti “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif (perspektif keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan pertumbuhan). 1.2 Tujuan Dari Uraian diatas maka dapat penulisan ini dapat diambil beberapa tujuan yaitu: 2 1. Mengetahui kondisi terkini atau perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah 2. Membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan. 3. Membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan terkait kelayakan bisnis sesuai perkembangan zaman. 1.3 Manfaat 1. Bagi Pemerintah Memberikan rekomendasi mengenai kebijakan dalam pengembangan yang bmana berkaitan tentang berjalannya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Di Indonesia terutama di wilayah pedesaan 2. Bagi Masyarakat Supaya membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya digitalisasi dalam menumbuhkan daya kretaivitas dan daya saing dalam berwirausaha. Terutama dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan benilai jual tinggi dalam pasar dunia. 3. Bagi Akademisi dan Peneliti Bisa digunakan dalam membuat inovasi baru serta menambah pengalaman, dan juga wawasan yang bisa dijadikan acuan dalam pengembngan macam-macam program terkini dan sebagai rencana pembangunan yang berkelanjutan 3 BAB II GAGASAN 2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dunia telah memandang bahwa usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM mempunyai peran yang sangat penting dalam permainan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi. Beberapa karakteristik UMKM telah diakui secara luas karena dianggap sangat penting terutama untuk meembedakan mereka dengan usaha-usaha besar. UMKM merupakan usaha-usaha yang merupakan proyek dengan sebagian besar menggunakan tenaga manusia dibanding dengan tenaga mesin. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dari semua kalangan terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. UMKM sendiri tidak hanya penting berguna bagi negara sedang atau berkembang, namun peran UMKM juga dianggap berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di negara maju. Indonesia sendiri telah menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan UMKM. Terlihat pada saat konferensi ABAC (APEC Business Advisory Council ) pada hari jum’at tanggal 26 April 2019 di Jakarta. Selain itu keseriusan Indonesia juga terlihat dengan penggandengan 32 Instansi oleh Ditjen Pakajak dalam upaya pengembangan UMKM seperti untuk pelatihan dan pengembangan UMKM. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari dari progam DJP pada tahun 2015 yang diberi nama Business Development Service atau bisa yang disingkat BDS. Penandatangan perjanjian tersebut dilakukan pada hari selasa tanggal 30 April 2019 yang bertempat di kantor pajak, Jakarta. Penandatangan tersebut juga turut disaksikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Keseriusan Indonesia dalam pengembangan UMKM juga bisa dilihat dari Perusahan Umum Jamina Kredit Indonesi (Perum Jamkrindo) yang relah membuat aplikasi serta sebuah situs web marketplace guarantee yang diberi nama UMKM Layak. Direktur Bisnis Penjaminan Jamkrindo pada hari Senin Tanggal 29 April 2019 mengatakan. “Tidak sedikit kredit salah sasaran yang disalurkan. Oleh sebab itu kami saat ini membuat inovasi dengan mengkolaborasikan penjaminan tidak langsung maupun penjaminan langsung dengan UMKM Layak.( www.liputan6.com) Revolusi Industri 4.0 yang sudah berkembang di Indonesia juga bisa menjadi peluang besar bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Industri 4.0 telah memaksa para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah untuk terbuka pada digitalisasi dengan 4 mempelajari dan memahami hal tersebut dalam segala macam sektor industri. Hal tersebut penting dilakukan jika ingin usahanya berhasi. Para Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah akan lebih mudah beroperasi dengan efektif dan efisien. Sehingga produk yang dihasilkan juga akan berkualitas baik dan mempunyai nilai harga saing. Ujar Ujar Soetrisno Bachir. Ketua KEIN (Komite Ekonomi dan Industri Nasional) dalam Dialog Ekonomi Kerakyatan dengan tema “Menguatkan UMKM menghadapi Era Industri 4.0” Yang bertempat di Best Western Solo, Jumat 12 April 2019. ( www.liputan6.com) 2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan a) Metode Penilaian Hasil Values Menurut Metode Ini semua lokasi potensial diberi nilai dengan memberikan skor tertentu pada setap masing-masing faktor dengan nilai tertinggi untuk lokasi terbaik. Pemberian nilai tersebut pada faktor-faktor diantaranya : Iklim, Fasilitas Listrik, Bahan Baku, Daerah Pemasaran dan Pengangkutan. Dalam metode ini untuk menentukan lokasi terbaik, masing-masing diberikan skor berdasarkan kepentingan relative b) Cost Comparison Method Menurut menurut metode ini lokasi yang terpilih adalah lokasi dengan nilai terendah selain masing-masing lokasi tersebut diberi bobot. Dalam hal ini faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain : Biaya adminitrasi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, asuransi, pajak, bunga bank dsb, yang selanjutnya dijumlahkan. c) Economic Analysis Method Prinsip dalam metode ini mirip dengan cost comparison method. Akan tetapi hanya perlu ditambah beberapa faktor lain seerti adat-istiada yang bearada di lokasi usaha dibangun, Sikap Masyarakat, Perumahan Pegawai, Masalah lingkungan dsb. 2.3 Seberapa jauh kondisi pencetus gagasan dapat diperbaharui atau dikembangkan melalui PKM-GT jika gagasan tersebut diimplementasikan 2.3.1 Pemanfaatan Metode Analytical Hirarchy Process Apabila dilihat dari munculnya revolusi industri 4.0 yang mana persaingan akan semakin ketat maka diperlukan suuatu sistem yang dapat mendukung keputusan yang mungkin akan dibuat dalam menghadapi segala persolan yang ada di era industri 4.0 ini. Kita 5 perlu mengatahui bahwa sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan suatu sitem yang memberikan informasi yang saling memiliki hubungan sebab akibat yang mana menyediakan sebuah informasi, pemodelan dan pemanipulasian serta data. Para pelaku usaha bisa menggunakan Sistem Pendukung Keputusan untuk membantu dalam pengambilan suatu keputusan saat situsi yang cenderung terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Dimana saat itu seseorang atau pelaku usaha tidak tahu keputusan terbaik apa yang harus mereka buat. Analytical Hierarchy Process atau yang biasa disingkat AHP bisa dibilang sebagai suatu metode pemecahan masalah yang lebih bisa dipercaya dibanding metode pemecahan masalah yang lain. Hal tersebut disebabkan (1) Hierarki yang terdapat didalamnya bisa memberikan gambaran konsekuensi dari alternatif kriteria yang dipilih dari yang biasa sampai yang kompleks (2) Validitas diperhitungkan sampai pada batas toleransi yang berubah-ubah sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Daya tahan output analisis sensivitas dalam pengambilan keputusan juga dihitung dalam metode ini. Adapun langkah pengimplentasian Analytical Hierarchy Prosess diantaranya adalah : (1). Mendiskripsikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.(2) Membuat struktur hierarki yang dengan awalan tujuan umum, diteruskan beberapa dan alternatif- alternatif pilihan.(3) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya (4) Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matrik yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom (5) Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh (6) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. (6) Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen (7) Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR. 2.3.2 Pemanfaatan Metode Balance Scorecard Selain Metode Analytical Hirarchy Process diatas diperlukan juga sebuah alat unntuk mengukur kinerja sebuah strategi yang telah di implementasikan. Dalam hal ini akan diperkenalkan metode pengukuran Balance Scorecard. Alimudin (2017) dalam jurnalnya menjelaskan, rancangan Balanced scorecard sebuah pengembangan oleh Kaplan dan Norton 6 berupa rancanngan yang menggunakan pengkombinasian antara ukuran keuangan yang berasal dari kinerja masa lalu dengan ukuran yang berasal dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Balance scorecard adalah sebuah perlengkapan metodologi dalam mengevaluasi dengan menggunakan empat perspektif. Balanced scorecard memberi penilaian tentang kinerja suatu organisasi ataupun perusahaan di dalam suatu tenggang waktu tertentu. Balanced scorecard sendiri diperkenalkan pertama kali di dalam Harvard Business Review edisi januari – februari tahun 1992 oleh Kaplan & Norton. Kaplan & Norton menggunakan Balanced Scorecard untuk mengukur dalam mengetahui proyeksi non keuangan dalam manajemen strategi. Activity based resonbility accounting adalah hal yang cocok dengan balanced scorecard dikarenakan keduanya sama-sama berfokus kepada suatu proses yang menggunakan sumber informasi yang berdasar pada aktifitas dengan tujuan untuk pengimplementasian banyak tujuan serta tolak ukurnya. Adapun Langkah Pengimplementasian Balanced Scorecard adalah: (1) Menentukan visi, misi dan sasaran strategis yang akan dituju (2) Menyusun gambaran atau peta strategi. Peta strategi adalah sebuah instrument yang menggambarkan sasaran strategis organisasi yang akan dituju dalam bentuk suatu kerangka yang memiliki hubungan sebab akibat yang memberi gambaran seluruh langkah-langkah strategi organisasi.(3)Menggunakan empat standar perspektif balanced scorecard (4) Menentukan Key Performance Indicator (KPI). Yang terdiri dari relevan specific, measureable, achievable 2.4 Pihak-pihak yang Membantu Mengimplementasikan 2.4.1 Responden ahli Baik itu ahli dalam perancangan model bisnis, penentuan kriterian bisnis dan lain sebagainya. 2.4.2 Ahli IT Yang dimaksud Ahli IT disini adalah orang-orang yahli dalam menjalankan aplikasi-aplikasi yang terkait Software AHP dan Software Balanced Scorecard 2.4.3 Para Pelaku UMKM Para pelaku UMKM disini berperan sebagai pihak yang mengimplementasikan strategi yang telah diputuskan bersama para responden ahli dan perhitungan yang telah dilakukan bersama dengan ahli IT 2.5 Langkah-langkah untuk mengimplementasikan gagasan Langkah – langkah yang perlu di rencanakan dengan baik supaya gagasan ini dapat terealisasi yaitu: 7 Tahap 1 : Memberitahukan ide gagasan kepada para pelaku usaha mikro kecil dan menengah agar dapat menjadi rekomendasi pada sebuah sistem yang mendukung kelayakan bisnis mereka kedepannya Tahap 2 : Mengembangkan kerja sama serta agenda transisi yang baik antara pihakpihak yang berkemampuan menyelesaikan ide gagasan. Yang dimaksud kerja sama dalam hal ini adalah berupa konsultasi, kerja sama pengerjaan gagasab maupun penyampaian informasi. Tahap 3: Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dan melaksanakan gagasan ini. Tahap 4: Pembelajaran, evaluasi, dan monitoring. Kesulitan dan pengalaman yang ada dalam menciptakan dan penggunaan ini agar menjadi pembelajaran dari model atau sistemnya untuk kedepannya. 8 BAB III KESIMPULAN 3.1 Gagasan yang diajukan AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan suatu kondisi yang mewakili suatu permasalahan yang rumit dari suatu struktur yang terdiri dari beberapa tingkatan dimana tingkat pertama adalah tujuan, yang disusul tingkat faktor kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga tingkat terakhir dari alternatif. Pengajuan AHP ini supaya bisa digunakan oleh para pelaku usaha termasuk pelaku UMKM dalam mendukung keputusan yang akan mereka buat di era yang sudah memasuki pasar global ini. Pembaruan disini adalah AHP (Analytical Hierarchy Proces) akan dikolaborasikan dengan metode pengukuran balanced scorecard yang berfungsi untuk mengukur kinerja dari suatu keputusan bisnis atau strategi yang telah di implementasikan dari empat perspektif pengukuran kinerja perusahaan seperti “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif (perspektif keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan pertumbuhan). sehingga para pelaku usaha dapat segera mengambil tindakan akan kemungkinan ancaman, baik ancaman intenal maupun eksternal yang akan terjadi 3.2 Teknik Implementasi Diperlukan kerja sama dari beberapa pihak responden ahli dalam hal bisinis, ahli IT yang menguasai proses Analytical Hierarchy Proces dan Balanced scorecard serta para pelaku usaha itu sendiri dalam proses perancangan konseptual mengenai hal ini. Karena target utama adalah masyarakat pedesaan maka diperlukan juga kerja sama dari kepala desa, ketua RW, ketua RT dalam mengarahkan warganya agar mau mempelajari teknik tersebut. Dan membuka kesadaran kepada para pelaku usaha agar mau terbuka pada hal baru seperti digitalisasi demi kelangsungan usaha yang lebih baik. 3.3 Prediksi Hasil Apabila gagasan dapat diimplementasikan maka diprediksi bahwa gagasan dapat : 1. Membantu para pelaku Usaha untuk memunculkan inovasi baru dalam menjalankan usahanya dan memnuat keputusan yang cepat ditengah situasi bisnis yang tidak dapat diprediksi 2. Membantu mengurangi Resiko usaha 9 DAFTAR PUSTAKA Alimudin, A. (2017) “Analisis Pencapaian Strategi Menggunakan Balanced Scorecard”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Narotama, Indonesia Mubarok, H dan Munthafa A.E (2017). “Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Mahasiswa Berprestasi”. Jurusan Teknik Informatika Universitas Siliwangi Darmanto, E., Latifah, N., Susanti, N. (2014). “Penerapan Metode AHP (Analythic Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbu” Universitas Muria Kudus Rais, M., S. (2016). “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Perumahan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)” Manajemen Informatika AMIK Mahaputra Riau Amboro, A., T. (2016). “Balanced Scorecard: Sebuah Tantangan Baru Dunia Pendidikan Di Indonesia” Fakultas Ekonomi”. Universitas Sanata Dharma Gunawan K. (2018) “ Peran Studi Kelayakan Bisnis Dalam Peningkatan UMKM (Studi Kasus UMKM di Kabupaten Kudus)”. Institut Agama Islam Negeri Kudus Kristanto F.D (2019). “Analisis Kelayakan Bisnis Ditinjau Dari Asspek Keuangan Produk Ekonomi Kreatif ( Studi Kasus Pada Distro " Powernoise Merch " ) Kabupaten Malang Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang “ 10