Uploaded by User30029

Bisnis Intelegence

advertisement
PROPOSAL BISNIS INTELEGENCE
JUDUL PROGRAM
“Pengenalan Metode Analytical Hierarchy Proces dan Balanced Scorecard kepada para
pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam Upaya Study Kelayakan
Bisnis”
MATA KULIAH
BISNIS INTELEGENCE
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANAG
2019
RINGKASAN
Berbicara tentang bisnis. Pasti tdak akan bsa terhindarkan dari yang namanya strategi
untuk memulai dan analisis kinerja yang telah dicapai. Strategi yang baik merupakan salah
satu faktor dari pencapaian hasil sesuai harapan. Agar bisnis dapat terus umbuh berkembang
dalam konsisi bisnis yang tidak menentu dan mengalami perubahan yang sangat cepat.
Dalam membuat study kelayakan bisnis dibutuhkan beberapa kriteria yang cocok
dengan selera para pelaku bisnis. Penulisan ini membahas tentang sistem pendukung
keputusan (SPK) yang disebut analytical hierarchy process (AHP) dan juga pengukuran
kinerja yang disebut balanced scorecard sebagai proses dalam pemilihan Sebuah Strategi
bisnis yang layak. Proses ini menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan strategi
bisnis yang mana akan dipilih untuk diambil dan di implementasikan serta penggunaan empat
perspektif yaitu “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif (perspektif
keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan pertumbuhan)..
SPK ini membantu pimpinan perusahaan dalam memutuskan perumahan mana yang akan
dipilih. Penelitian tesis ini lebih menitik beratkan kepada bagaimana merancang dan
mengimplementasikan aplikasi super dicision serta dimaksudkan agar memudahkan para
pelaku usah dalam memperhitungkan segala hal
i
DAFTAR ISI
Ringkasan ........................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan yang Ingin Dicapai ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat yang Ingin Dicapai .......................................................................................... 3
2. GAGASAN ..................................................................................................................... 4
2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ............................................................................. 4
2.2 Solusi yang Pernah ditawarkan ...................................................................................... 5
2.3 Gagasan yang Diajukan ........................................................................................ ......... 5
2.4 Pihak-pihak yang Dapat Membantu ................................................................................7
2.5 Langkah Strategis ............................................................................................................7
3. Kesimpulan ...................................................................................................................... 9
3.1 Gagasan yang Diajukan .............................................................................................
9
3.2 Teknik Implementasi ...................................................................................................... 9
3.3 Prediksi Hasil .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 10
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan Pekembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM
adalah sesuatu yang patut kita perhatikan dan antisipasi demi kemajuan sistem perekonomian
di Indonesia. UMKM sendiri merupakan sektor yang dapat bertahan pada saat krisis ekonomi
tahun 1998. Padahal sektor-sektor yang lebih besar tumbang akibat kolabsnya ekonomi
tersebut. Biaya cicilan utang yang meningkat, bahan baku import yang meningkat secara
drastis yang mana merupakan akibat dari nilai tukar rupiah yang merosot adalah akibat dari
tumbangnya industri-industri tersebut. Lembaga keuangan perbankanpun tidak bisa lepas dari
keterpurukan itu sehingga berdampak pada sistem permodalan yang ikut memburuk sehingga
banyak usaha besar seperti perusahaan yang tidak bisa melanjutkan usahanya. Akan tetapi
walaupun usaha-usaha besar termasuk perbankan mengalami keterpurukan, Usaha Mikro
Kecil Menengah kebanyakan masih tetap mampu bertahan bahkan mengalami peningkatan
(Departemen Koperasi 2008) dalam (Pratiwi dkk, 2019)
Penilaian yang dapat kita lakukan terhadap upaya pemerintah dalam melakukan
pembangunan ekonomi adalah seberapa baik pertumbuhan ekonomi pada era globalisasi ini.
Pemerintah sendiri sangat memperhatikan Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah. Terbukti
dari seriusnya pemerintah dalam memperhatikan perkembangan UMKM di Indonesia seperti
menciptakan dan memberi dukungan terhadap beberapa progam yang menggunakan konsep
ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan sendiri adalah sebuah gagasan terkait tujuan
pembangunan termasuk cara dan sifatnya dengan sasaran utama memperbaiki nasib rakyat
yang sebagian besar bertempat tinggal di Pedesaan dan juga
Meningkatkan taraf hidup adalah tujuan setiap manusia. UMKM atau Usaha Mikro
Kecil dan Menengah berdiri karena didasarkan pada keinginan manusia untuk hidup dengan
kondisi ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi kebanyakan para pelaku UMKM memiliki pola
pikir (Mindset) “selama usaha masih bisa berjalan maka selama itulah keuntungan masih
bisa didapatkan”. Padahal ada banyak hal yang bisa mempengaruhi keberlangsungan usaha
tersebut seperti peluang pasar, kondisi persaingan dan trend bisnis. Serta berbagai macam
acaman baru seperti strategi dari pesaing. Munculnya ilmu baru seperti teknologi dan lain
sebagainya. Oleh karena itu tidak cukup hanya mengandalkan insting dan keberutungan
1
semata dalam mengambil sebuah keputusan dalam bisnis. Sehingga, diperlukanlah sebuah
perhitungan baik dengan cara kualitatif ataupun kuantitatif untuk melakukan suatu study
kelayakan bisnis.
Mendirikan suatu bisnis tidak serta merta hanya menggunakan spekulasi sebagai
landasan dalam memperoleh keuntungan. Melainkan harus ada sebuah analisis tentang
kelayakan suatu bisnis yang akan dijalankan. Hal tersebut berfungsi sebagai penyaring yang
berfungsi untuk memberikan gambaran apakah ide tersebut layak dikembangkan. Fungsi
pokoknya adalah untuk menyelidiki bisnis (Kristanto, suryanti, salim 2019)
Salah satu metode yang bisa digunakan analisa kelayakan bisnis adalah metode
Analytical Hierarchy Process. Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah model
yang berfungsi untuk mendukung keputusan seseorang yang dikembangkan oleh Thomas L
Suatu masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks akan diuraikan oleh model ini
sehingga menjadi suatu urutan atau tingkatan tertentu (Hierarchy). Saaty (2008) menjelaskan
bahwa hirarki adalah suatu keadaan yang mewakili suatu permasalahan yang rumit dari suatu
struktur yang terdiri dari beberapa tingkatan dimana tingkat pertama adalah tujuan, yang
disusul tingkat faktor kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga tingkat terakhir
dari alternatif.
Kemudian yang tidak kalah penting dalam mengelola suatu usaha adalah menganalisis
pencapaian dari strategi tersebut. Dalam tulisan ini akan dikenalkan apa itu balanced
scorecard yang mana merupakan sebuah sistem yang terkait dengan manajemen strategi
dimana tujuan operasional dijabarkan dalam bentuk visi dan strategi suatu perusahaan.
Terdapat 4 (empat) perspektif dari pengembangan tujuan dan tolak ukur tersebut. Diantara
adalah: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Hal itu disebabkan bahwa menggunakan kinerja keuangan
saja tidak cukup dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Setiap pemilik suatu perusahaan
atau usaha pasti menginginkan usahanya berhasil dimasa depan. Oleh karena itu para pelaku
usaha tersebut juga harus memperhatikan keseluruhan dari empat perspektif pengukuran
kinerja perusahaan seperti “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif
(perspektif keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan
pertumbuhan).
1.2 Tujuan
Dari Uraian diatas maka dapat penulisan ini dapat diambil beberapa tujuan yaitu:
2
1. Mengetahui kondisi terkini atau perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2. Membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan.
3. Membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan terkait kelayakan
bisnis sesuai perkembangan zaman.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pemerintah
Memberikan rekomendasi mengenai kebijakan dalam pengembangan yang bmana berkaitan
tentang berjalannya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Di Indonesia terutama di
wilayah pedesaan
2. Bagi Masyarakat
Supaya membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya digitalisasi dalam
menumbuhkan daya kretaivitas dan daya saing dalam berwirausaha. Terutama dalam
menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan benilai jual tinggi dalam pasar dunia.
3. Bagi Akademisi dan Peneliti
Bisa digunakan dalam membuat inovasi baru serta menambah pengalaman, dan juga
wawasan yang bisa dijadikan acuan dalam pengembngan macam-macam program terkini dan
sebagai rencana pembangunan yang berkelanjutan
3
BAB II
GAGASAN
2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Dunia telah memandang bahwa usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM
mempunyai peran yang sangat penting dalam permainan pembangunan serta pertumbuhan
ekonomi. Beberapa karakteristik UMKM telah diakui secara luas karena dianggap sangat
penting terutama untuk meembedakan mereka dengan usaha-usaha besar. UMKM merupakan
usaha-usaha yang merupakan proyek dengan sebagian besar menggunakan tenaga manusia
dibanding dengan tenaga mesin. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dari semua
kalangan terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. UMKM sendiri tidak hanya
penting berguna bagi negara sedang atau berkembang, namun peran UMKM juga dianggap
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di negara maju.
Indonesia sendiri telah menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan UMKM.
Terlihat pada saat konferensi ABAC (APEC Business Advisory Council ) pada hari jum’at
tanggal 26 April 2019 di Jakarta. Selain itu keseriusan Indonesia juga terlihat dengan
penggandengan 32 Instansi oleh Ditjen Pakajak dalam upaya pengembangan UMKM seperti
untuk pelatihan dan pengembangan UMKM. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari
dari progam DJP pada tahun 2015 yang diberi nama Business Development Service atau bisa
yang disingkat BDS. Penandatangan perjanjian tersebut dilakukan pada hari selasa tanggal 30
April 2019 yang bertempat di kantor pajak, Jakarta. Penandatangan tersebut juga turut
disaksikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Keseriusan Indonesia dalam
pengembangan UMKM juga bisa dilihat dari Perusahan Umum Jamina Kredit Indonesi
(Perum Jamkrindo) yang relah membuat aplikasi serta sebuah situs web marketplace
guarantee yang diberi nama UMKM Layak. Direktur Bisnis Penjaminan Jamkrindo pada hari
Senin Tanggal 29 April 2019 mengatakan. “Tidak sedikit kredit salah sasaran yang
disalurkan. Oleh sebab itu kami saat ini membuat inovasi dengan mengkolaborasikan
penjaminan tidak langsung maupun penjaminan langsung dengan UMKM Layak.(
www.liputan6.com)
Revolusi Industri 4.0 yang sudah berkembang di Indonesia juga bisa menjadi peluang
besar bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Industri 4.0 telah memaksa
para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah untuk terbuka pada digitalisasi dengan
4
mempelajari dan memahami hal tersebut dalam segala macam sektor industri. Hal tersebut
penting dilakukan jika ingin usahanya berhasi. Para Pelaku Usaha Mikro Kecil dan
Menengah akan lebih mudah beroperasi dengan efektif dan efisien. Sehingga produk yang
dihasilkan juga akan berkualitas baik dan mempunyai nilai harga saing. Ujar Ujar Soetrisno
Bachir. Ketua KEIN (Komite Ekonomi dan Industri Nasional) dalam Dialog Ekonomi
Kerakyatan dengan tema “Menguatkan UMKM menghadapi Era Industri 4.0” Yang
bertempat di Best Western Solo, Jumat 12 April 2019. ( www.liputan6.com)
2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan
a) Metode Penilaian Hasil Values
Menurut Metode Ini semua lokasi potensial diberi nilai dengan memberikan skor
tertentu pada setap masing-masing faktor dengan nilai tertinggi untuk lokasi terbaik.
Pemberian nilai tersebut pada faktor-faktor diantaranya : Iklim, Fasilitas Listrik, Bahan Baku,
Daerah Pemasaran dan Pengangkutan. Dalam metode ini untuk menentukan lokasi terbaik,
masing-masing diberikan skor berdasarkan kepentingan relative
b) Cost Comparison Method
Menurut menurut metode ini lokasi yang terpilih adalah lokasi dengan nilai terendah
selain masing-masing lokasi tersebut diberi bobot. Dalam hal ini faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain : Biaya adminitrasi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
asuransi, pajak, bunga bank dsb, yang selanjutnya dijumlahkan.
c) Economic Analysis Method
Prinsip dalam metode ini mirip dengan cost comparison method. Akan tetapi hanya
perlu ditambah beberapa faktor lain seerti adat-istiada yang bearada di lokasi usaha dibangun,
Sikap Masyarakat, Perumahan Pegawai, Masalah lingkungan dsb.
2.3 Seberapa jauh kondisi pencetus gagasan dapat diperbaharui atau dikembangkan
melalui PKM-GT jika gagasan tersebut diimplementasikan
2.3.1
Pemanfaatan Metode Analytical Hirarchy Process
Apabila dilihat dari munculnya revolusi industri 4.0 yang mana persaingan akan
semakin ketat maka diperlukan suuatu sistem yang dapat mendukung keputusan yang
mungkin akan dibuat dalam menghadapi segala persolan yang ada di era industri 4.0 ini. Kita
5
perlu mengatahui bahwa sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan suatu sitem yang
memberikan informasi yang saling memiliki hubungan sebab akibat yang mana menyediakan
sebuah informasi, pemodelan dan pemanipulasian serta data. Para pelaku usaha bisa
menggunakan Sistem Pendukung Keputusan untuk membantu dalam pengambilan suatu
keputusan saat situsi yang cenderung terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Dimana saat
itu seseorang atau pelaku usaha tidak tahu keputusan terbaik apa yang harus mereka buat.
Analytical Hierarchy Process atau yang biasa disingkat AHP bisa dibilang sebagai suatu
metode pemecahan masalah yang lebih bisa dipercaya dibanding metode pemecahan masalah
yang lain. Hal tersebut disebabkan (1) Hierarki yang terdapat didalamnya bisa memberikan
gambaran konsekuensi dari alternatif kriteria yang dipilih dari yang biasa sampai yang
kompleks (2) Validitas diperhitungkan sampai pada batas toleransi yang berubah-ubah
sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Daya tahan output
analisis sensivitas dalam pengambilan keputusan juga dihitung dalam metode ini.
Adapun langkah pengimplentasian Analytical Hierarchy Prosess diantaranya adalah :
(1). Mendiskripsikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.(2) Membuat struktur
hierarki yang dengan awalan tujuan umum, diteruskan beberapa dan alternatif- alternatif
pilihan.(3) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya (4) Menormalkan
data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matrik yang berpasangan
dengan nilai total dari setiap kolom (5) Menghitung nilai eigen vector dan menguji
konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai
eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh (6)
Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. (6) Menghitung eigen vector
dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap
elemen (7) Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR.
2.3.2
Pemanfaatan Metode Balance Scorecard
Selain Metode Analytical Hirarchy Process diatas diperlukan juga sebuah alat unntuk
mengukur kinerja sebuah strategi yang telah di implementasikan. Dalam hal ini akan
diperkenalkan metode pengukuran Balance Scorecard. Alimudin (2017) dalam jurnalnya
menjelaskan, rancangan Balanced scorecard sebuah pengembangan oleh Kaplan dan Norton
6
berupa rancanngan yang menggunakan pengkombinasian antara ukuran keuangan yang
berasal dari kinerja masa lalu dengan ukuran yang berasal dari pemicu kerja masa depan
perusahaan. Balance scorecard adalah sebuah perlengkapan metodologi dalam mengevaluasi
dengan menggunakan empat perspektif. Balanced scorecard memberi penilaian tentang
kinerja suatu organisasi ataupun perusahaan di dalam suatu tenggang waktu tertentu.
Balanced scorecard sendiri diperkenalkan pertama kali di dalam Harvard Business Review
edisi januari – februari tahun 1992 oleh Kaplan & Norton. Kaplan & Norton menggunakan
Balanced Scorecard untuk mengukur dalam mengetahui proyeksi non keuangan dalam
manajemen strategi. Activity based resonbility accounting adalah hal yang cocok dengan
balanced scorecard dikarenakan keduanya sama-sama berfokus kepada suatu proses yang
menggunakan sumber informasi yang berdasar pada aktifitas dengan tujuan untuk
pengimplementasian banyak tujuan serta tolak ukurnya.
Adapun Langkah Pengimplementasian Balanced Scorecard adalah: (1) Menentukan
visi, misi dan sasaran strategis yang akan dituju (2) Menyusun gambaran atau peta strategi.
Peta strategi adalah sebuah instrument yang menggambarkan sasaran strategis organisasi
yang akan dituju dalam bentuk suatu kerangka yang memiliki hubungan sebab akibat yang
memberi gambaran seluruh langkah-langkah strategi organisasi.(3)Menggunakan empat
standar perspektif balanced scorecard (4) Menentukan Key Performance Indicator (KPI).
Yang terdiri dari relevan specific, measureable, achievable
2.4 Pihak-pihak yang Membantu Mengimplementasikan
2.4.1
Responden ahli
Baik itu ahli dalam perancangan model bisnis, penentuan kriterian bisnis dan lain
sebagainya.
2.4.2
Ahli IT
Yang dimaksud Ahli IT disini adalah orang-orang yahli dalam menjalankan
aplikasi-aplikasi yang terkait Software AHP dan Software Balanced Scorecard
2.4.3
Para Pelaku UMKM
Para pelaku UMKM disini berperan sebagai pihak yang mengimplementasikan
strategi yang telah diputuskan bersama para responden ahli dan perhitungan yang
telah dilakukan bersama dengan ahli IT
2.5 Langkah-langkah untuk mengimplementasikan gagasan
Langkah – langkah yang perlu di rencanakan dengan baik supaya gagasan ini
dapat terealisasi yaitu:
7
Tahap 1 : Memberitahukan ide gagasan kepada para pelaku usaha mikro kecil dan
menengah agar dapat menjadi rekomendasi pada sebuah sistem yang mendukung
kelayakan bisnis mereka kedepannya
Tahap 2 : Mengembangkan kerja sama serta agenda transisi yang baik antara pihakpihak yang berkemampuan menyelesaikan ide gagasan. Yang dimaksud kerja sama
dalam hal ini adalah berupa konsultasi, kerja sama pengerjaan gagasab maupun
penyampaian informasi.
Tahap 3: Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dan melaksanakan gagasan ini.
Tahap 4: Pembelajaran, evaluasi, dan monitoring. Kesulitan dan pengalaman yang
ada dalam menciptakan dan penggunaan ini agar menjadi pembelajaran dari model
atau sistemnya untuk kedepannya.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Gagasan yang diajukan
AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan suatu kondisi yang mewakili suatu
permasalahan yang rumit dari suatu struktur yang terdiri dari beberapa tingkatan dimana
tingkat pertama adalah tujuan, yang disusul tingkat faktor kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga tingkat terakhir dari alternatif. Pengajuan AHP ini supaya bisa
digunakan oleh para pelaku usaha termasuk pelaku UMKM dalam mendukung keputusan
yang akan mereka buat di era yang sudah memasuki pasar global ini. Pembaruan disini
adalah AHP (Analytical Hierarchy Proces) akan dikolaborasikan dengan metode pengukuran
balanced scorecard yang berfungsi untuk mengukur kinerja dari suatu keputusan bisnis atau
strategi yang telah di implementasikan dari empat perspektif pengukuran kinerja perusahaan
seperti “customer perspektif (perspektif pelanggan), financial perspektif (perspektif
keuangan) ,learning and growth perspective (perspectif pembelajaran dan pertumbuhan).
sehingga para pelaku usaha dapat segera mengambil tindakan akan kemungkinan ancaman,
baik ancaman intenal maupun eksternal yang akan terjadi
3.2 Teknik Implementasi
Diperlukan kerja sama dari beberapa pihak responden ahli dalam hal bisinis, ahli IT yang
menguasai proses Analytical Hierarchy Proces dan Balanced scorecard serta para pelaku
usaha itu sendiri dalam proses perancangan konseptual mengenai hal ini. Karena target utama
adalah masyarakat pedesaan maka diperlukan juga kerja sama dari kepala desa, ketua RW,
ketua RT dalam mengarahkan warganya agar mau mempelajari teknik tersebut. Dan
membuka kesadaran kepada para pelaku usaha agar mau terbuka pada hal baru seperti
digitalisasi demi kelangsungan usaha yang lebih baik.
3.3 Prediksi Hasil
Apabila gagasan dapat diimplementasikan maka diprediksi bahwa gagasan dapat :
1. Membantu para pelaku Usaha untuk memunculkan inovasi baru dalam menjalankan
usahanya dan memnuat keputusan yang cepat ditengah situasi bisnis yang tidak dapat
diprediksi
2. Membantu mengurangi Resiko usaha
9
DAFTAR PUSTAKA
Alimudin, A. (2017) “Analisis Pencapaian Strategi Menggunakan Balanced Scorecard”.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Narotama, Indonesia
Mubarok, H dan Munthafa A.E (2017). “Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process
Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Mahasiswa Berprestasi”. Jurusan
Teknik Informatika Universitas Siliwangi
Darmanto, E., Latifah, N., Susanti, N. (2014). “Penerapan Metode AHP (Analythic
Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbu” Universitas Muria
Kudus
Rais, M., S. (2016). “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Perumahan
Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)” Manajemen Informatika AMIK
Mahaputra Riau
Amboro, A., T. (2016). “Balanced Scorecard: Sebuah Tantangan Baru Dunia Pendidikan Di
Indonesia” Fakultas Ekonomi”. Universitas Sanata Dharma
Gunawan K. (2018) “ Peran Studi Kelayakan Bisnis Dalam Peningkatan UMKM (Studi Kasus
UMKM di Kabupaten Kudus)”. Institut Agama Islam Negeri Kudus
Kristanto F.D (2019). “Analisis Kelayakan Bisnis Ditinjau Dari Asspek Keuangan Produk
Ekonomi Kreatif ( Studi Kasus Pada Distro " Powernoise Merch " ) Kabupaten
Malang Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang “
10
Download