PENGARUH PENGENDALIAN RUMPUT SIGNAL DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PIONIR DI LAHAN PASCA TAMBANG PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA SOROWAKO SULAWESI SELATAN ARI PRASETIYO DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH PENGENDALIAN RUMPUT SIGNAL DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PIONIR DI LAHAN PASCA TAMBANG PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA SOROWAKO SULAWESI SELATAN Oleh : Ari Prasetiyo Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK ARI PRASETIYO. Pengaruh Pengendalian Rumput Signal dan Cara Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pionir di Lahan Pasca Tambang PT. International Nickel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan di bawah bimbingan Ir. Iwan Hilwan, MS. Brachiaria decumbens (rumput signal) merupakan salah satu jenis tanaman penutup tanah yang pernah digunakan untuk kegiatan tehabilitasi lahan pasca tambang PT INCO. Pertumbuhan jenis tersebut cepat dan agresif sehingga sukar dikendalikan dan mengganggu pertumbuhan tanaman revegetasi (berperan sebagai gulma). Selain itu jenis ini juga sangat mendominasi ruang tumbuh dan menekan pertumbuhan penutup tanah jenis lain. Dari segi ekologis, penggunaan jenis ini juga memberikan dampak negatif karena jenis ini merupakan jenis eksotik yang menguasai vegetasi alami di suatu wilayah dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis asli. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah merevegetasi kembali areal rumput signal dengan tanaman pionir. Jenis tanaman pionir yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Melochia umbellata dan Casuarina junghuhniana. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mengkaji masalah upaya pengendalian rumput signal agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pionir tersebut. Dalam kegiatan penanaman PT. INCO telah memiliki standar dosis dan jenis pupuk yang digunakan. Dari jenis yang digunakan terdapat jenis pupuk yang bekerjanya cepat dan mudah tercuci oleh air. Sehingga dalam penelitian ini juga diujicobakan cara pemupukan bertahap jenis pupuk yang mudah tercuci. Penelitian ini dilaksanakan di areal rumput signal lahan pasca tambang PT. INCO Sorowako. Rancangan Percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Petak Terbagi. Dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 ulangan dan tiap ulangan terdapat 6 unit tanaman contoh. Pengendalian dan cara pemupukan merupakan dua faktor yang dicobakan. Dalam faktor pengendalian terdapat perlakuan yaitu : tanpa pengendalian (H0), pengendalian jalur (H1), pengendalian total (H2). Pengendalian dilakukan dengan herbisida glifosat. Sedangkan untuk faktor cara pemupukan terdapat dua perlakuan yaitu : pemupukan langsung (P1) dan pemupukan bertahap (P2). Tanaman pionir yang dicobakan dalam penelitian ini yaitu Melochia umbellata dan Casuarina junghuhniana dengan parameter yang diamati yaitu diameter, tinggi dan persentase hidup tanaman. Pengamatan dilakukan selama lima bulan setelah tanam. Secara umum untuk pertumbuhan melochia, pengendalian rumput signal memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman melochia. Perlakuan pengendalian total memberikan respon tertinggi pertumbuhan diameter dan tinggi melochia. Untuk pertumbuhan casuarina ternyata pengendalian rumput signal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi casuarina. Perlakuan tanpa pengendalian memberikan respon tertinggi pertumbuhan tinggi casuarina. Faktor cara pemupukan memberikan pengaruh nyata bagi pertumbuhan melochia dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan casurina. Cara pemupukan langsung memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan pemupukan bertahap untuk pertumbuhan melochia. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengendalian Rumput Signal dan Cara Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pionir di Lahan Pasca Tambang PT. International Nikel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Agustus 2008 Ari Prasetiyo NRP E14203015 Judul skripsi : Pengaruh Pengendalian Rumput Signal dan Cara Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pionir di Lahan Pasca Tambang PT. International Nikel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan Nama : Ari Prasetiyo NRP : E14203015 Menyetujui: Dosen Pembimbing, Ir. Iwan Hilwan, MS NIP. 131 578 802 Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788 Tanggal : KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Pengendalian Rumput Signal dan Cara Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pionir di Lahan Pasca Tambang PT. International Nickel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS dan Bapak Ir. Siswoyo, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan nasehatnya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Sutarmo dan Ibu Sunarti, serta Saudara-saudaraku atas doa restu dan dorongan moril maupun materilnya. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Bapak Aris Prio Ambodo, Bapak Boorliant Sinatrya, Fiki Abubakar dan Istafiana Candarini, Danang Harimurti yang telah memberikan saran-saran yang membangun bagi penulis. Divisi Mine Rehabilitation PT INCO yang telah membantu dan mendukung terlaksananya peelitian ini. Keluarga Besar Departemen Silvikultur, khususnya teman-teman BDH 40 atas pengalaman dan kenangan yang telah terukir, dan seluruh pihak yang membantu selesainya skripsi ini Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tulisan ini. Bogor, Agustus 2008 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1985 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Sutarmo dan Sunarti. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 47 Jakarta. Pada tahun itu pula penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf International Forest Student Association (IFSA) tahun 2004, staf Departemen Kesekretariatan Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2005, ketua Divisi Ekologi Kelompok Studi Silvikultur Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006, panitia Masa Pengenalan Fakultas Kehutanan (RIMBA-E) tahun 2005, ketua panitia Pemilihan Raya FMSC 2004. Selain itu penulis juga pernah aktif di berbagai kegiatan akademis antara lain : Asisten mata kuliah Matematika Dasar (2004) dan Kalkulus (2005), Asisten Praktikum Kimia Dasar (2006), Asisten Praktikum Ekologi Hutan (2007,2008). Pada tahun 2006, penulis memperoleh penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi peringkat ke 3 tingkat Fakultas Kehutanan IPB. Penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Hutan di KPH Banyumas Timur dan KPH Banyumas Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Ngawi, Jawa Tengah. Selain itu penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Divisi Mine Rehabilitation PT. INCO Sorowako, Sulawesi Selatan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Pengendalian Rumput Signal dan Cara Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Pionir di Lahan Pasca Tambang PT. International Nickel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan yang dibibimbing oleh Ir. Iwan Hilwan, MS. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR TABEL ......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................ 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang ................................... 4 2.2 Brachiaria decumbens Stapf. ............................................. 5 2.3 Pengendalian Gulma pada Lahan Pasca Tambang ............ 6 2.4 Pemupukan pada Lahan Pasca Tambang ........................... 8 2.5 Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. ................................... 8 2.6 Casuarina junghuhniana Miq. ........................................... 9 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................. 12 3.2 Bahan dan Alat .................................................................... 12 3.3 Prosedur Penelitian ............................................................. 12 3.3.1 Tahap Persiapan ......................................................... 12 3.3.1.1 Pembuatan Plot Percobaan ............................. 13 3.3.1.2 Penyemprotan Herbisida ................................ 13 3.3.1.3 Persiapan Lubang Tanam ............................... 14 3.3.1.4 Pemupukan ..................................................... 14 3.3.1.5 Persiapan Bibit Tanaman ............................... 15 3.3.2 Penanaman ................................................................. 15 3.3.3 Pemulsaan .................................................................. 15 3.4 Pengumpulan Data .............................................................. 16 3.5 Analisis Data ....................................................................... 17 BAB IV BAB V BAB VI KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 4.1 Letak dan Posisi Geografis .................................................. 19 4.2 Keadaan vegetasi.................................................................. 19 4.3 Jenis Tanah dan Topografi ................................................... 20 4.4 Iklim ..................................................................................... 20 4.5 Kondisi Geologi ................................................................... 20 4.6 Kegiatan Operasional ........................................................... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ..................................................................................... 23 5.1.1 Pertumbuhan Melochia umbellata ............................. 23 5.1.1.1 Pertumbuhan diameter Melochia umbellata .. 24 5.1.1.2 Pertumbuhan tinggi Melochia umbellata ....... 26 5.1.2 Pertumbuhan Casuarina junghuhniana ..................... 28 5.1.2.1 Pertumbuhan diameter Casuarina ................. 28 5.1.2.2 Pertumbuhan tinggi Casuarina ....................... 30 5.1.3 Persentase hidup......................................................... 31 5.2 Pembahasan .......................................................................... 32 5.2.1 Pertumbuhan Melochia umbellata ............................. 33 5.2.2 Pertumbuhan Casuarina junghuhniana ..................... 36 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................ 39 6.2 Saran.................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41 LAMPIRAN ................................................................................................... 44 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Melochia umbellata........ 23 2. Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan diameter Melochia umbellata.................................................................................... 24 3. Hasil pengujian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan diameter Melochia umbellata.................................................................................... 24 4. Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan tinggi Melochia umbellata.................................................................................... 26 5. Hasil pengujian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tinggi Melochia umbellata.................................................................................... 26 6. Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan Casuarina junghuhniana .... 28 7. Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan tinggi Casuarina junghuhniana............................................................................ 30 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Ilustrasi penyemprotan herbisida jalur ..................................................... 13 2. Ilustrasi penanaman bibit di lapangan ...................................................... 15 3. Ilustrasi kegiatan pemulsaan yang dilakukan........................................... 16 4. Grafik pertumbuhan diameter Melochia umbellata ................................. 25 5. Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata pertambahan diameter Melochia umbellata............................... 25 6. Grafik pertumbuhan tinggi Melochia umbellata ...................................... 27 7. Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata pertambahan tinggi Melochia umbellata ................................... 27 8. Grafik pertumbuhan diameter Casuarina junghuhniana ......................... 29 9. Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata pertambahan diameter Casuarina junghuhniana....................... 29 10. Grafik pertumbuhan tinggi Casuarina junghuhniana .............................. 30 11. Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata pertambahan tinggi Casuarina junghuhniana ........................... 31 12. Histogram pengaruh pengendalian dengan pemupukan terhadap persentase hidup Melochia umbellata ...................................................... 31 13. Histogram pengaruh pengendalian dengan pemupukan terhadap persentase hidup Casuarina junghuhniana .............................................. 32 14. Persaingan rumput signal dengan tanaman melochia dalam memperebutkan unsur hara ................................................................................................. s 34 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Data pertumbuhan tanaman selama lima bulan ........................................ 45 2. Rekapitulasi rata-rata parameter pertumbuhan yang diukur selama lima bulan ................................................................................................. 49 3. Rekapitulasi rata-rata pertumbuhan tanaman 5 BST (Bulan Setelah Tanam) 50 4. Analisis Costat diameter Melochia umbellata .......................................... 51 5. Analisis Costat tinggi Melochia umbellata ............................................... 53 6. Analisis Costat diameter Casuarina junghuhniana .................................. 55 7. Analisis Costat tinggi Casuarina junghuhniana ....................................... 57 8. Letak dan posisi PT.INCO Sorowako ....................................................... 59 9. Gambar proses persiapan lahan................................................................. 60 10. Gambar pembuatan lubang tanam dan pencampuran pupuk ................... 61 11. Gambar Pertumbuhan tanaman ............................................................... 62 12. Gambar kegiatan pemulsaan .................................................................... 63 13. Peta areal pertambangan PT. INCO Sorowako ........................................ 64 14. Peta lokasi penelitian ............................................................................... 65 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan dan hasil tambang yang terdapat di dalamnya merupakan bagian dari beragamnya kekayaan sumber daya alam Indonesia. Sumber daya tersebut digunakan dan dimanfaatkan sebagai devisa negara untuk kegiatan pembangunan nasional. PT. Internasional Nickel Indonesia merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pertambangan nikel yang berlokasi di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah Sorowako tersebut merupakan salah satu daerah hutan tropika Indonesia dan merupakan bagian dari pegunungan Verbeek Sulawesi yang ditumbuhi vegetasi hutan alam dan menyimpan deposit nikel dalam jumlah yang besar. Kegiatan penambangan yang dikelola PT. INCO merupakan jenis penambangan terbuka (open pit mining), dimana untuk mendapatkan lapisan bijih nikel (ore), kegiatan pembukaan dan pengupasan tanah hutan tidak dapat dihindarkan. Kegiatan pembukaan dan pengelupasan lapisan tanah penutup tersebut berdampak pada bentang alam hutan tropika yang berada di atasnya. Kerusakan hutan yang diawali dengan hilangnya vegetasi mengakibatkan perubahan iklim mikro disertai meningkatnya laju erosi. Untuk meminimalkan kerusakan lebih lanjut, PT. INCO melakukan upaya rehabilitasi lahan pasca tambang dengan tujuan utama mengembalikan lahan pasca tambang sesuai dengan peruntukan awalnya. Kegiatan rehabilitasi tersebut meliputi pengaturan pembentukan muka lahan dan standar lereng rehabilitasi, pengaturan tanah pucuk, pengendalian erosi, pembangunan drainase, pembangunan jalan, revegetasi, pemeliharaan tanaman, dan pemantauan pertumbuhan tanaman. Dalam kaitannya dengan pengendalian laju erosi, dilakukan kegiatan penanaman tanaman penutup tanah. Selain dimaksudkan untuk mengurangi laju erosi, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menstabilkan permukaan tanah dari energi kinetis air hujan, membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dari serasahnya yang jatuh dan terdekomposisi, serta merangsang kehidupan organisme tanah yang berperan penting dalam siklus nutrisi. Salah satu jenis tanaman penutup tanah yang pernah digunakan adalah jenis Brachiaria decumbens (rumput signal). Pada awal penggunaannya, rumput signal secara signifikan dapat menutup lahan pasca tambang dengan cepat sehingga laju erosi dapat ditekan dengan segera. Akan tetapi setelah beberapa tahun berjalan, penggunaan jenis ini ternyata menimbulkan berbagai macam permasalahan diantaranya adalah sukar dikendalikan sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman revegetasi (berperan sebagai gulma). Selain itu jenis ini juga sangat mendominasi ruang tumbuh dan menekan pertumbuhan penutup tanah jenis lain. Dari segi ekologis, penggunaan jenis ini juga memberikan dampak negatif karena jenis ini merupakan jenis eksotik yang menguasai vegetasi alami di suatu wilayah dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis asli. Selain itu umumnya areal rumput signal memliki kerapatan pohon yang rendah. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah merevegetasi kembali areal rumput signal dengan tanaman pionir. Jenis tanaman pionir yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Melochia umbellata dan Casuarina junghuhniana. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mengkaji masalah upaya pengendalian rumput tersebut agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pionir tersebut. Selain itu kondisi lahan pasca tambang yang miskin akan unsur hara menyebabkan perlu dilakukannya pemupukan dasar sebelum penanaman dilakukan. PT. INCO telah memiliki jenis dan dosis standar pemupukan dasar tersebut. Pengaplikasian semua jenis pupuk tersebut dilakukan secara bersamaan sebelum penanaman. Dari beberapa jenis pupuk yang digunakan, terdapat pupuk yang bekerjanya cepat dan dianjurkan diberikan setelah tanam sedikit demi sedikit karena mudah tercuci. Atas dasar tersebut dalam penelitian ini dicobakan pula cara pemupukan bertahap untuk jenis pupuk yang bekerjanya cepat seperti Urea dan KCl terhadap pertumbuhan tanaman pionir yang digunakan dalam penelitian ini. 1.2 Tujuan Berdasarkan pemikiran diatas tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. mengetahui pengaruh pengendalian rumput signal terhadap pertumbuhan tanaman Casuarina junghuhniana. 2. mengetahui pengaruh pengendalian rumput signal terhadap pertumbuhan tanaman Melochia umbellata. 3. mengetahui pengaruh cara pemupukan terhadap pertumbuhan Casuarina junghuhniana dan Melochia umbellata untuk penanaman di areal rumput signal. 1.3 Manfaat Diharapkan dari penelitian ini muncul adanya manfaat yaitu : 1. data penelitian dapat berguna bagi usaha reforestasi areal lahan pasca tambang nikel PT. INCO Tbk. Sorowako. 2. hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam usaha pengendalian rumput signal dan penanaman di areal rumput signal. 3. penelitian ini diharapkan memunculkan ide lebih lanjut mengenai upaya reklamasi areal rumput signal pada lahan pasca tambang PT. INCO Sorowako. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang Rehabilitasi adalah sebuah proses yang digunakan untuk memperbaiki dampak pertambangan terhadap lingkungan. Tujuan jangka panjang dari rehabilitasi dapat bervariasi, mulai dari sekedar mengubah sebuah daerah ke kondisi yang aman dan stabil, sampai memulihkan semirip mungkin dengan kondisi sebelum ditambang untuk mendukung keberlanjutan lokasi tersebut di masa depan (DITR Australia 2006). Menurut Parotta (1993) yang diacu dalam Ruchiat (1999), tujuan dari rehabilitasi ekosistem hutan yaitu untuk menyediakan, mempercepat dan melangsungkan proses suksesi alami. Selain itu juga untuk menambah produktifitas biologis, mengurangi laju erosi tanah menambah kesuburan tanah (termasuk bahan organik), dan menambah kontrol biotik terhadap aliran biogeokimia dalam ekosistem yang ditutupi tanaman. Lovejoy dan Hugo (1988) dalam Parotta (1993) yang diacu dalam Ruchiat (1999) menyatakan bahwa penghijauan dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah yang terpilih dapat memberikan peranan penting dalam merehabilitasi hutan tropika. Telah banyak penelitian menunjukan bahwa penghijauan dengan jenis-jenis lokal dan eksotik yang telah beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuh terdegradasi keras dapat memulihkan kondisi tempat tumbuh terdegradasi tersebut dengan cara menstabilkan tanah, penambahan bahan organik tanah melalui penambahan produksi serasah di lantai hutan. Kegiatan revegetasi merupakan salah satu teknik vegetatif yang dapat diterapkan dalam upaya merehabilitasi lahan yang terdegradasi. Kegiatan tersebut tidak saja bertujuan untuk memperbaiki lahan-lahan labil dan dan mengurangi erosi permukaan, tetapi juga dalam jangka panjang dapat memperbaiki iklim mikro, estetika dan meningkatkan kondisi lahan kearah yang lebih protektif. Pemilihan jenis-jenis tanaman (pohon, semak maupun tanaman penutup tanah) yang tepat yang akan dijadikan bahan tanaman revegetasi merupakan kunci utama dalam rehabilitasi lahan pasca tambang dan eksploitasi hutan. Kegagalan dalam pemilihan jenis pohon, seringkali menyebabkan kegagalan pertumbuhan tanaman (Setiadi 2006). 2.2 Brachiaria decumbens Stapf (Rumput Signal) Merupakan rumput asli Afrika dan sekarang menyebar luas di tropis dan sub tropis. Menurut Keller-Grain et. al (1996) yang diacu dalam Shelton (2007), rumput signal saat ini adalah genus rumput tropis yang paling banyak digunakan terutama di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya dinyatakan bahwa rumput tersebut lebih toleran terhadap kondisi kering dan telah terbukti bahwa rumput tersebut di daerah tropika basah tumbuh agresif dan secara relatif membebaskan pastura dari gulma dan menghasilkan produksi ternak yang tinggi. Produksi bahan kering rumput tersebut dilaporkan dapat mencapai 37 ton/ha/tahun (Humpreyss 1980, diacu dalam Supardi 2001). Menurut Shelton (2007) secara morfologi, rumput signal merupakan rumput yang tidak terlalu tinggi, berdiri tegak, berakar rizoma dengan warna hijau terang. Lebar daun berkisar antara 7-20 mm dengan panjang 5-25 cm, berbentuk lanceolata. Daun muncul dari batang yang bergandengan. Habitat alami rumput signal berada di padang rumput tebuka dan ternaungi berada di garis lintang 27° LU – 27° LS . Selain itu rumput ini dapat bertahan di ketinggian 0 - 1750 m. Temperatur optimal pertumbuhan signal grass antara 30-35°C (Ndikumana dan Leeuw de 1996, diacu dalam Shelton 2007). Rao et al. (1996) yang diacu dalam Shelton (2007) menyebutkan bahwa rumput signal tumbuh pada kisaran kesuburan tanah yang luas, termasuk tanah miskin hara, tanah dengan pH rendah dan memiliki kadar Al yang tinggi. Selain itu juga toleran terhadap Mn dalam kadar yang sedang. Sistem perakaran rumput signal memiliki akar yang lebih halus dan dalam, menjadikannya superior dalam penyerapan unsur hara, terutama P dan N dari dalam tanah. Selain itu Shelton (2007) menambahkan bahwa rumput signal dapat tumbuh baik pada iklim tropis yang lembab dengan curah hujan berkisar 1000-3000 mm/thn dengan bulan kering sampai dengan lima bulan dan tetap hijau. Disamping itu jenis ini semi toleran terhadap naungan dan cocok untuk tanaman penutup dengan lahan yang bukaannya relatif besar dan sangat toleran pada penggembalaan. 2.3 Pengendalian Gulma Pada Lahan Pasca Tambang Gulma merupakan jenis-jenis tanaman herba, perdu, atau tanaman merambat yang mengganggu tanaman pokok. Gangguan terjadi karena adanya : persaingan tempat tumbuh, mempengaruhi timbulnya kerusakan hutan yang lain seperti penyakit, hama dan api (Ensiklopedia Kehutanan Indonesia 1997). Sedangkan Gulma lingkungan merupakan jenis-jenis tumbuhan yang agresif, bukan tumbuhan asli daerah itu (eksotik) yang mampu menguasai vegetasi alami dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis asli atau bahkan memusnahkannya (Sastroutomo 1990). Pengembangan lahan yang diperuntukan bagi hutan dan satwa liar memerlukan teknik reklamasi dan praktek silvikultur yang mendorong dan meningkatkan pertumbuhan serta ketahanan tanaman revegetasi (DNR Ohio 2001). Menurut DMME Virginia (1996) yang diacu dalam DNR Ohio (2001) disebutkan bahwa terdapat empat permasalahan umum dalam praktek reklamasi yang menghambat reforestasi. Kempat masalah tersebut yaitu : terjadinya pemadatan tanah yang berlebihan pada media perakaran, tidak sesuainya media perakaran, terjadinya kompetisi yang berlebihan dengan tanaman penutup tanah sebagai pengendali erosi yang telah ada sebelumnya dan adanya efek dari alelopati terhadap semai tanaman revegetasi. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Persaingan diartikan sebagai perjuangan dua individu atau lebih untuk memperebutkan obyek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi jika unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya (Sukman dan Yakup 2002). Huxtable (2003) menyebutkan bahwa pengendalian gulma pada satu tahun pertama penanaman di areal pasca tambang sangatlah penting. Penggunaan herbisida pasca tumbuh dengan bahan aktif glifosat, diuron dan atrazin dapat diaplikasikan di sekitar areal penanaman tanaman. Ashby (1997) menambahkan bahwa pengaplikasian herbisida untuk mengeliminasi rumput atau herba penutup tanah dapat meningkatkan persen hidup dan pertumbuhan jenis tanaman tertentu. Sehingga penggunaan herbisida menjadi prosedur standar yang dilakukan sebelum penanaman. Menurut Anderson (1977) yang diacu dalam Rohsid (2006) Glifosat adalah herbisida pasca tumbuh (post emergence), yang bersifat sistemik dan non selektif yang direkomendasikan untuk mengendalikan gulma semusim maupun tahunan. Bagian gulma yang menjadi sasaran dalam aplikasi herbisida tersebut adalah bagian daun gulma (foliage applied). Gligosat tidak aktif jika diaplikasikan melalui tanah karena akan diikat dengan kuat dan cepat oleh partikel tanah dalam ikatan fosfat sehingga tidak tersedia bagi akar gulma dan tumbuhan lainnya. Glifosat dalam tanah didegradasikan oleh mikroorganisme tanah sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (Ashton dan Monaco 1991). Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut (Noor 1997). Glifosat akan dengan mudah diserap oleh daun dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan melaui sistem simplas ataupun apoplas. Gejala umum akibat pengaplikasian glifosat yaitu daun mengalami klorosis yang diikuti dengan nekrosis (Ashton dan Monaco 1991) Rumput signal yang telah mati dan melapuk dapat dimanfaatkan sebagai mulsa yang diaplikasikan disekitar tanaman pionir. Menurut Ruijter dan Agus (2004) mulsa merupakan sisa tanaman, lembaran plastik atau tumpukan batu yang disebar dipermukaan tanah. Mulsa tersebut dapat berfungsi untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan gulma. Umboh (2000) menambahkan bahwa mulsa organik memiliki efek untuk menurunkan suhu tanah, mengkonservasi tanah dengan menekan erosi serta menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu. 2.4 Pemupukan pada Lahan Pasca Tambang Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanaman agar langsung maupun tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan yang tersedia dalam tanah, disamping itu untuk memperbaiki keadaan fisik, kimia maupun biologis tanah. Pemupukan dilakukan karena media tanam tidak mampu menyediakan satu atau beberapa unsur hara yang diperlukan tanaman untuk menjamin suatu tingkat tertentu (Sutedjo 1999). Menurut Setiadi (2006) kendala utama dalam melakukan revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, sedangkan akibat dari kekurangan hara akan sangat terlihat nyata pada pertumbuhan dan perpanjangan akar yang sejalan dengan pertumbuhan tanaman di atas tanah (Leiwakabessy dan Sutandi 1998). Bradshaw dan Chadwick (1980) yang diacu dalam Ruchiat (1999) disebutkan bahwa pemupukan dengan sumber unsur N, P, K ditambah dengan unsur Mg dan Ca akan merangsang pertumbuhan tanaman di lahan pasca tambang. Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman (Soepardi 1983). Nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun batang dan akar. Pada tanaman, N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun dengan warna yang lebih hijau dan mencegah klorosis pada daun muda. Namun pemberian N yang berlebihan dapat menyebabkan pembuangaan terhambat (Sutedjo 1999). Secara umum fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, dan mempercepat pembungaan. Sedangkan kalium berperan untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, dapat memperkuat jaringan tanaman serta berperan mambentuk antibodi tanaman terhadap penyakit dan kekeringan (Marsono dan Sigit 2001). 2.5 Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. Melochia umbellata (Houtt.) Stapf termasuk kedalam famili Sterculiaceae dan genus Melochia yang berasal dari daerah tropis dan sub tropis. Daunnya berbentuk ovate dengan panjang 9-30 cm. Buah berbentuk kapsul berwarna hijau cokelat berbentuk oblong dengan panjang 8-10 mm. Dalam satu buah umumnya terdapat lima ruang benih. Benihnya berwarna cokelat dengan panjang 2-3,5 mm dan bersayap (Wagner et al. 1999, diacu dalam Starr et al. 2003). Tergolong ke dalam kayu ringan dengan kerapatan kayunya hanya 0,25 g/cm3 (FAO 2008). Kayu gubalnya berwarna putih dan kayu terasnya berwarna cokelat muda (Little dan Skolmen 1989). Melochia umbellata merupakan pohon cepat tumbuh dengan tinggi mencapai 15 m dan diameter antara 20-30 cm. Dapat tumbuh di daerah dataran rendah hingga ± 1700 m di atas permukaan laut. Pembiakan umumnya mudah dengan biji dan pohon ini tidak banyak tuntutannya terhadap tanah maupun iklim. Penyebarannya di Indonesia tersebar diseluruh nusantara (Heyne 1987). Selain itu menurut Motooka et al. (2003) habitat aslinya menyebar di India, Asia Tenggara sampai daerah New Guinea. Melochia umbellata bersama dengan Macaranga spp umumnya tumbuh sebagai tanaman hutan sekunder yang menginvasi lahan kosong hutan karena termasuk dalam fast growing woody colonizers (FAO 2008). Tanaman ini dianjurkan untuk penghutanan kembali lereng-lereng gunung yang gundul dengan dicampur dengan jenis-jenis toleran yang lebih lama hidupnya. Selain itu pohon ini juga cocok digunakan untuk memperoleh kerindangan dengan cepat (Heyne 1987). Di Kampung Naga Jawa Barat jenis tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tumbuhan obat yakni dengan memanfaatkan kulit batangnya untuk mengobati patah tulang (BPLH Jawa Barat 2008). 2.6 Casuarina junghuhniana Miq. WAC (2008) menerangkan bahwa Casuarina junghuhniana Miq. termasuk dalam famili Casuarinaceae. Di Inggris pohon ini dikenal dengan naman forest oak, mountain ru, red tipped ru, she oak. Mvinje merupakan nama yang dikenal untuk daerah Swahili sedangkan di Thailand pohon ini dikenal dengan nama son-pradiphat. Di Indonesia ada beberapa nama yang dikenal untuk pohon ini antara lain : adjaob, ajaob, cemara gunung, kayu angin, casuari. Casuarina junghuhniana merupakan salah satu jenis tanaman fast growing (cepat tumbuh) dan termasuk jenis pohon yang berganti daun dengan tinggi 15-25 m dan dapat mencapai tinggi maksimal 35 m. Disamping itu diameter pohon ini antara 30-50 cm dengan diameter maksimal 65 cm dengan tajuk agak terbuka. Kayunya keras dengan warna cokelat kemerah-merahan dan cenderung mudah terpecah. Tipe bunganya uniseksual dengan buah berbentuk kerucut. Benih casuarina merupakan benih jenis ortodoks. Viabilitas benih dapat terjaga sampai satu tahun pada suhu ruangan. Jumlah benih per kilogramnya sebanyak 1-1,8 juta benih/kg. Benih berbiji satu dan bersayap. Dalam penyerbukannya pohon ini dibantu oleh angin. Pertumbuhan tunas cenderung berhenti atau kurang selama periode pembungaan yang bertepatan dengan musim kemarau (WAC 2008). Disamping itu tanaman ini merupakan jenis dari Indonesia dan sudah menyebar ke Australia, China, India, Kenya, Tanzania dan Thailand. Dikenalkan oleh Lembaga Penelitian Kehutanan di Jawa ke Tanzania dan ke Kenya pada tahun 1955. Pada tahun 1900 tanaman hibridnya dikenalkan di Thailand dan hasil progeninya selanjutnya dikenalkan di India pada awal tahun lima puluhan. Casuarina junghuhniana merupakan jenis tanaman pionir dari lahan deforestasi hutan seperti daerah miring berbatu dan daerah yang tidak terganggu serta areal padang rumput (NAS 1984, diacu dalam Pinyopusarerk dan Boland 1995). Umumnya tumbuh pada daerah pegunungan. Iklim dan curah hujan habitat alaminya termasuk dalam jenis monson dengan musim panas maksimum yang tetap. Casuarina juga merupakan jenis yang toleran terhadap musim kering dan kemungkinan besar dapat bertahan pada kondisi waterlog dan mampu mengatasi keadaan kekurangan oksigen. Pada saat pohon tumbuh beberapa meter, jenis tersebut tahan terhadap kebakaran dan jika terkena dampak kebakaran tunasnya masih hidup dan dapat tumbuh kembali (WAC 2008). Dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah dengan kisaran yang luas, mulai dari tanah vulkanik sampai tanah berpasir dan liat berat. Selain itu jenis ini juga dapat tumbuh pada daerah di bawah 100 mdpl (NAS 1984, diacu dalam Pinyopusarerk dan Boland 1995) dan utamanya pada daerah dengan ketinggian 550-3100 mdpl. Kisaran rata-rata suhu tempat tumbuhnya berkisar antara 13°28°C. Sedangkan Rata-rata curah hujan yang sesuai yaitu 700-2000 mm/tahun. Jenis Casuarina ini juga dapat bertahan pada kisaran pH yang tinggi mulai dari 2.8 pada tanah liat asam sampai 8 pada tanah bebatuan/kapur WAC (2008). WAC (2008) menambahkan bahwa Casuarina junghuhniana merupakan tanaman yang dapat digunakan dalam kegiatan reklamasi pada kegiatan rehabilitasi lahan terdegradasi. Khususnya tanaman ini sangat cocok untuk tanaman pionir pada daerah longsor. Pada tanah low lying acid sulphate di daerah Asia Tenggara dan Australia jenis ini tumbuh dengan baik. Jenis casuarina juga dapat menambat nitrogen di atmosfer oleh nodulasi dengan Actinomycetes bacteria dari genus Frankia. Nodul yang terbentuk berkayu dan bersifat perenial dan dapat membentuk kumpulan besar di sistem perakaran tanaman. Penanaman dengan skala luas dapat meningkatkan keseburan tanah. Menurut NAS (1980) yang diacu dalam Ruchiat (1999) pohon cemara ini mempunyai bintil akar (nodul) sehingga tidak tergantung dengan nitrogen tanah untuk pertumbuhannya. Jenis ini juga toleran terhadap tanah garam, tanah yang mengandung kapur, tetapi tumbuh lambat pada tanah berat seperti liat. Penambatan nitrogen merupakan proses alam yang memungkinkan tanaman inang dapat hidup pada kondisi tanah yang miskin hara nitrogen, membantu mempertahankan kesuburan tanah dan memungkinkan tanaman lain dapat tumbuh pada kondisi bekas tanaman inang atau hidup bersama-sama (Setiadi 1989). Kegunaan lain dari tanaman ini yaitu sebagai sumber energi. Kayu casuarina cocok untuk produksi kayu bakar dan kayu arang. Pada kondisi air-dry density dari kayu tersebut 900-1000 kg/m3 dan density dari kayu arang adalah 650 kg/m3. Energi yang dihasilkan dari kayu arang sebesar 34.500 kJ/kg. Nilai tersebut merupakan nilai energi tertinggi bila dibandingkan dengan jenis kayu bakar lainnya. Di Thailand kayu tanaman ini populer digunakan untuk sumber konstruksi penyangga dan untuk penjerat ikan serta galah/tiang. Selain itu dapat digunakan untuk campuran kayu dipterocarpus untuk membuat hardboard. Fungsi lain dari tanaman ini yaitu sebagai tanaman peneduh dan tanaman pembatas karena sesuai sebagai tanaman penahan angin. Tanaman casuarina terkadang juga digunakan untuk tanaman hias (WAC 2008). BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Penelitian ini dilakukan di daerah lahan pasca tambang nikel PT. International Nikel Indonesia (INCO), tepatnya di daerah Katrin yang berlokasi di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : herbisida glifosat (Round-up), zat perekat, bibit tanaman melochia dan casuarina yang siap tanam dan pupuk (Urea, Sulfomag, KCl, Ostindo). Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : traktor, hole digger, sekop, tangki solo, gelas ukur, jangka sorong, meteran, perlengkapan APD (helmet, baju putih,) ajir, tali rafia, pita, selotip berwarna, alat tulis dan tally sheet. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahap Persiapan Sebelum kegiatan penanaman di lapangan, terlebih dahulu dilakukan beberapa kegiatan persiapan. Kegiatan pertama yakni menentukan lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah lokasi lahan pasca tambang yang telah direvegetasi dengan tanaman penutup tanah jenis rumput signal yang tidak memuaskan pertumbuhan tanamannya. Selain penentuan lokasi, pada tahap persiapan ini juga dilakukan persiapan terhadap bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah penentuan lokasi dan persiapan peralatan, tahapan selanjutnya meliputi beberapa kegiatan yaitu : pembuatan plot di lapangan, penyemprotan herbisida, persiapan lubang tanam, pemupukan, persiapan bibit tanaman melochia dan casuarina 3.3.1.1 Pembuatan Plot Percobaan di Lapangan Dalam pembuatan plot percobaan di lapangan, disesuaikan dengan desain penelitian yang telah dibuat. Banyaknya plot yang dibuat dalam penelitian ini berjumlah 36 buah plot (18 plot diperuntukan bagi tanaman melochia dan 18 plot sisanya untuk casuarina). Ukuran plot yang akan dibuat yaitu 15 m x 20 m untuk tiap plotnya. Dalam satu plot percobaan diambil sebanyak 6 unit tanaman contoh untuk masing-masing perlakuan yang diujicobakan. Disetiap batas plot dipasang patok yang diberi tanda dengan pita berwarna 3.3.1.2 Penyemprotan Herbisida Setelah pembuatan plot selesai maka tahapan selanjutnya adalah penyemprotan herbisida glifosat roundup untuk mengendalikan rumput signal. Penyemprotan herbisida yang dilakukan terdiri dari tiga taraf, yaitu : 1. H0 : Tanpa pengendalian 2. H1 : Pengendalian jalur rumput signal Penyemprotan rumput signal dengan herbisida di sepanjang jalur tanam dengan lebar jalur 2 m. 3. H2 : Pengendalian total Penyemprotan keseluruhan rumput signal dengan herbisida dalam plot percobaaan Berikut disajikan gambar ilustrasi dari kegitan pengendalian jalur. Jalur 2 m Lubang tanam Gambar 1 Ilustrasi penyemprotan herbisida jalur (Ambodo 2007) 3.3.1.3 Persiapan Lubang Tanam Setelah rumput signal mengering, tahapan berikutnya yakni penandaan lubang tanam dengan ajir agar memudahkan dalam penggalian lubang tanam yang akan dilakukan. Jarak antara lubang tanam adalah 5 m. Setelah semua lubang tanam selesai diberi tanda dengan ajir, selanjutnya dilakukan penggalian lubang tanam. Pada penelitian ini penggalian lubang tanam akan dilakukan dengan menggunakan traktor dengan hole digger sebagai penggali lubang. Lubang yang dihasilkan dari alat ini berukuran diameter 60 cm dengan kedalaman 60 cm . Hal tersebut didasarkan dengan standar pembuatan lubang yang di jalankan PT. INCO dalam usaha revegetasi lahan pasca tambang yang telah dilakukan. Setelah lubang tanam dibuat, dibiarkan selama tujuh hari agar gas-gas yang mengganggu pertumbuhan tanaman keluar dan pupuk sudah meresap ke tanah. 3.3.1.4 Pemupukan Tahapan pemupukan dilakukan setelah lubang tanam selesai dibuat. Pada tahapan ini juga dilakukan pengapuran yang ditabur pada dasar dan dinding lubang tanam. Jenis pupuk dan dosis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : Urea 400 g : KCl 400 g : Sulfomag 400 g : Ostindo 300 g. Dosis tersebut didasarkan pada standar pemupukan yang dilakukan dalam kegiatan penanaman PT. INCO. Dalam penelitian ini ada dua teknik pemupukan yang akan diterapkan, yaitu : 1. Pemupukan langsung (semua jenis pupuk yang digunakan langsung di campur dan diaplikasikan secara bersamaan ke dalam lubang tanam) 2. Pemupukan bertahap (pupuk Urea dan KCl diaplikasikan secara bertahap). Tahap 1 : pada awal penanaman masing-masing 100 g tiap lubang tanam Tahap 2 : setelah satu bulan penanaman masing-masing 300 g tiap lubang tanam. 3.3.1.5 Persiapan Bibit Tanaman Tahapan selanjutnya yang dilakukan yaitu seleksi bibit tanaman melochia dan casuarina yang akan ditanam. Seleksi bibit dilakukan terlebih dahulu di persemaian. Hanya bibit berkualitas yang baik yang dipilih untuk ditanam untuk menjamin kesuksesan tumbuhnya. Bibit yang baik adalah bibit sudah berkayu dengan tinggi lebih dari 40 cm, bentuk batang dan percabangan baik, sehat, hijau dan segar serta bebas dari hama dan penyakit. Umur bibit yang akan ditanam berumur 3 bulan. Pada saat meyeleksi dan selama pengangkutan harus dihindari memegang bibit pada batangnya karena bisa tercabut (melainkan dipegang pada polybag-nya). Sebelum dibawa ke lapangan bibit disiram terlebih dahulu untuk menjamin persediaan airnya. 3.3.2 Penanaman Penanaman dilakukan setelah tahapan persiapan terpenuhi. Pada saat hendak menanam padatkan media dalam polybag agar perakaran bibit dan medianya kompak dan tidak terhambur. Ilustrasi penanaman yang akan dilakukan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ajir-ajir Bibit Tanah yang bercampur pupuk 60 cm 60 cm Gambar 2 Ilustrasi penanaman bibit di lapangan (Ambodo 2007) 3.3.3 Pemulsaan Pemulsaan dilakukan setelah rumput signal yang disemprot dengan herbisida melapuk. Pemulsaan dilakukan kurang lebih setelah tiga bulan penanaman pada plot pengendalian total. Diharapkan dengan adanya pemulsaan ini dapat membantu pertumbuhan tanaman. Ilustrasi kegiatan pemulsaan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. Pohon Proyeksi tajuk sekitar 10 cm dari pangkal pohon tidak diberi mulsa Tumpukan mulsa Gambar 3 Ilustrasi kegiatan pemulsaan yang dilakukan (Ambodo 2007) 3.4 Pengumpulan Data Untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan, diperlukan parameter pertumbuhan yang diamati dan diukur. Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi parameter tinggi dan diameter serta persentase hidup tanaman. Pengukuran akan dilakukan setiap bulan sekali selama lima bulan, sehingga dapat dilihat pertambahan tumbuh melochia dan casuarina per satuan waktu pengamatan untuk setiap kombinasi perlakuan. Parameter pertumbuhan yang diamati dan diukur yaitu : 1. Diameter batang Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper pada ketinggian 5 cm di atas leher akar. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, maka bagian batang terukur ditandai dengan selotip berwarna. Pengukuran dilakukan mulai dari awal penanaman hingga akhir pengamatan (5 bulan). 2. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan meteran ukur. Anakan diukur mulai dari leher akar (batas antara batang dengan akar di atas permukaan tanah) hingga pucuknya. 3. Persentase Hidup Tanaman (PHT) Untuk mengetahui daya hidup tanaman setiap perlakuan, maka perlu dihitung persentase hidup tanaman. Perhitungan persentase hidup tanaman ini dilakukan pada akhir pengamatan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : PHT (%) = Jumlah tanaman hidup x 100 % Jumlah tanaman yang ditanam 3.5 Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Split Plot pola faktorial 3 x 2 dengan 3 kelompok ulangan dan masingmasing kelompok ulangan terdapat 6 unit tanaman contoh. Dalam penelitian ini terdapat dua faktor perlakuan, yaitu : Faktor H : Faktor Pengendalian 1. H0 : Tanpa pengendalian 2. H1 : Pengendalian jalur rumput signal Penyemprotan rumput signal dengan herbisida di sepanjang jalur tanam dengan lebar jalur 2 m. 3. H2 : Pengendalian total Penyemprotan keseluruhan rumput signal dengan herbisida dalam plot percobaaan Faktor P : Faktor Pemupukan 1. P1 : Pemupukan langsung (semua jenis pupuk dicampur dan dan diaplikasikan secara bersamaan ke dalam lubang tanam). 2. P2 : Pemupukan bertahap ( pupuk Urea dan KCl diaplikasikan secara bertahap). Berdasarkan Gasperz (1991), model statistika untuk percobaan 2 faktor yaitu pengendalian (H) sebagai petak utama dan cara pemupukan (P) sebagai anak petak dengan menggunakan RPT dalam RAK dapat diformulasikan sebagai berikut: Yijkl = µ + Kk + Hi + δik + Pj + (HP)ij + εijk Dimana: Yijkl = Nilai pengamatan (respons) pada ulangan kelompok ke k yang memperoleh taraf ke i dari faktor Pengendalian dan taraf ke j dari faktor Pemupukan. µ = Rataan umum Kk = Pengaruh aditif dari kelompok ke-k Hi = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor Pengendalian δij = Pengaruh galat yang timbul pada taraf ke-i dari faktor Pengendalian dalam kelompok ke-k, sering disebut galat petak utama (galat a). Pj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor Pemupukan (HP)ij = Pengaruh interaksi antara taraf Pengendalian ke-i, serta taraf Pemupukan ke-j εijk = Pengaruh galat yang timbul pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf Pengendalian ke-i serta taraf Pemupukan ke-j, sering disebut sebagai galat anak petak (galat b). Data penelitian diolah menggunakan program microsoft excel dan dianalisis menggunakan piranti lunak statistik Costat. BAB IV KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 4.1. Letak dan Posisi Geografis Secara geografis, lokasi konsesi awal PT INCO terletak pada posisi 120o45' - 123o30' BT (Sua-Sua s/d Torokulu) dan 6o30' - 5o30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Soroako merupakan daerah pertambangan nikel di sebelah Utara Teluk Bone Sulawesi Selatan, tepatnya 60 km dari pantai Malili (Anonim 1996, diacu dalam Ruchiat 1999). Secara umum, wilayah kontrak karya PT Inco dibagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Lokasi Sorowako Project Area (SPA), dengan luas daerah sekitar 10.010,22 ha. 2. Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), dengan luas daerah sekitar 108.377,25 ha, meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia, Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha, Matano, Larona, dan Malili. 3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), dengan luas daerah sekitar 100.141,54 ha, meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah) dan daerah Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomala, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta Matarape (Sultra). Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah Blok Timur (East Block) dan Blok Barat (West Block), lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant Site) dan secara umum berbatasan dengan: 1. Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano. 2. Bagian Timur dengan Danau Mahalona. 3. Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti. 4. Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha (Akbar 2007) 4.2. Keadan Vegetasi Menurut Marpaung et. al (1994) yang diacu dalam Ruchiat (1999). vegetasi hutan alami di daerah penambangan nikel Soroako Sulawesi Selatan secara umum sama dengan formasi hutan hujan tropika dataran rendah di Indonesia. 4.3. Jenis Tanah dan Topografi Jenis tanah di lokasi pertambangan nikel Soroako Sulawesi Selatan yaitu tanah lateritik. Daerah penambangan nikel Soroako dibagi menjadi dua bagian yaitu blok Barat dan blok Timur. Pembagian blok didasarkan pada kondisi geologi daerah tersbut dimana blok Barat lebih banyak mengandung batuan keras yang berbanding lurus dengan kandungan nikel yang banyak. Sedangkan blok Timur berkadar nikel yang lebih rendah dengan lapisan tanah yang lebih sedikit mengandung batuan keras (Akbar 2007) Rata-rata kemiringan lahan di Soroako yaitu 9 sampai 30%. dengan ketinggian diatas permukaan laut rata-rata yaitu 600 mdpl. Perbukitan di blok Timur memiliki kemiringan 40° (83,9%). Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan ketinggian antara 290 m – 900 m di atas permukaan laut (Anonim 1996, diacu dalam Ruchiat 1999). 4.4. Iklim Menurut Schmidt-Fergusson dalam Pomeroy and Service (1992), daerah Soroako termasuk tipe iklim A dengan curah hujan yang cukup tinggi mencapai rata-rata 3000 mm/tahun. Curah hujan berlangsung sepanjang tahun yaitu pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Suhu udara berkisar antara 25-26°C dengan kelembaban rata-ratanya 80%. Lokasi penambangan PT INCO terletak didaerah Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan, yang dapat ditempuh melalui jalur darat maupun udara. 4.5. Kondisi Geologi 1. Lapisan Tanah Penutup (Over Burden). Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan lunak dan berwarna coklat kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel 1,3%. 2. Lapisan Limonit Berkadar Menengah (Medium Grade Limonit). Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup, berwarna kuning kecoklatan, agak lunak, berkadar air antara 30% sampai 40%, kadar nikel 1,5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2 11,5%. Lapisan ini mempunyai ketebalan rata-rata 3 meter. 3. Lapisan Bijih (Ore). Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolit. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih. 4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock/ Blue Zone). Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum mengalami pelapukan dengan kadar Ni 1,3%. Pada umumnya batuan ini berupa bongkah-bongkah massive, berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Secara lokal batuan dasar ini disebut Blue Zone. Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin menipis, di samping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan (Akbar 2007). 4.6. Kegiatan Operasional PT INCO Menurut Ambodo (2007) kegiatan operasional PT INCO meliputi 3 kegiatan utama, yaitu penambangan, pengolahan dan kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang. Secara ringkas, proses penambangan yang dilakukan meliputi langkah-langkah berikut: 1. Pemboran dan uji sample (Test Pit) 2. Pembersihan lahan (Land Clearing) 3. Pengupasan lapisan penutup (Striping) 4. Pengambilan bijih (Ore Mining) 5. Penyaringan (Screening) Pada gambar 4 disajikan diagram alur ringkas penambangan nikel PT.INCO Sorowako. •Penambangan (Pembersihan hutan, •Pembuatan jalan •Pengupasan tanah penutup) •Eksploitasi bijih •Eksplorasi & •Perencanaan Tanah penutup ROM/Bijih Penyaringan Bijih telah tersaring Material off grade Pasca Tambang Penyimpanan REHABILITASI Pengolahan Aliran bijih Aliran material off grade Gambar 4 Alur ringkas penambangan nikel PT. INCO (Ambodo 2007) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Pertumbuhan Melochia umbellata Parameter yang diukur terhadap pengaruh pengendalian dan cara pemupukan terhadap pertumbuhan melochia yaitu diameter dan tinggi melochia. Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan melochia. Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan Melochia umbellata Perlakuan Diameter Tinggi Pengendalian (H) * * Pemupukan (P) * ** Blok (Ulangan) tn tn Interaksi H*P tn tn Keterangan : * = Pengaruh perlakuan berbeda nyata pada taraf nyata 5 % ** = Pengaruh perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf nyata 5 % tn = Pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata Dari tabel analisis ragam terlihat bahwa kedua faktor yang dicobakan tidak menunjukan adanya interaksi, hal ini menunjukan bahwa faktor pemupukan (P) dan faktor pengendalian (H) masing-masing mempengaruhi respons pertumbuhan melochia secara bebas atau secara sendiri-sendiri. Selain itu blok atau kelompok ulangan tidak menunjukan adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi melochia. Untuk faktor pengendalian (H) memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi pada taraf nyata 5 %. Sedangkan faktor pemupukan (P) memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi pada taraf 5 %. Dengan demikian berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat ada perbedaan nyata pertumbuhan diameter dan tinggi melochia diantara cara pemupukan yang dilakukan dan diantara pengendalian yang dilakukan. Untuk itu dilakukan uji lanjutan untuk masingmasing faktor tersebut secara terpisah (hal ini dikarenakan tidak ada interaksi antar faktor). Pengujian yang dilakukan yaitu uji perbandingan berganda Duncan. 5.1.1.1 Pertumbuhan diameter Melochia umbellata Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa faktor pengendalian (H) menunjukan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter pada taraf nyata 5 %. Sedangkan faktor pemupukan (P) memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter pada taraf 5 %. Berikut merupakan hasil uji perbandingan berganda Duncan untuk menentukan faktor pengendalian dan cara pemupukan yang paling signifikan mempengaruhi pertumbuhan diameter melochia. Tabel 2 Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan diameter Melochia umbellata Perlakuan Rata-rata Hasil uji Pengendalian total (H2) 3,63 a Pengendalian jalur (H1) 2,50 ab Tanpa Pengendalian (H0) 1,38 b Keterangan : Hasil uji dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata Untuk hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan diameter melochia menunjukan bahwa pengendalian jalur tidak memberikan perbedaan pertumbuhan diameter melochia bila dibandingkan dengan pengendalian total dan tanpa pengendalian. Akan tetapi pengendalian total memberikan pertumbuhan diameter melochia tertinggi dan berbeda nyata dengan tanpa pengendalian. Tabel 3 Hasil pengujian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan diameter Melochia umbellata Perlakuan Rata-rata Pemupukan langsung (P1) 2,80 Pemupukan bertahap (P2) 2,20 Keterangan Hasil uji a b : Hasil uji dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata Sedangkan hasil pengujian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan diameter melochia menunjukan bahwa pemupukan langsung memberikan hasil pertumbuhan diameter tertinggi melochia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemupukan bertahap. Pengamatan pertumbuhan diameter melochia dilakukan selama lima bulan setelah tanam. Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan dan histogram pertambahan rata-rata diameter melochia selama masa pengamatan. Diameter (cm) 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0 1 2 3 4 5 H0P1 0.51 0.70 1.22 1.72 1.88 1.99 H0P2 0.51 0.52 1.15 1.50 1.67 1.79 H1P1 0.50 0.74 1.69 3.04 3.36 3.51 H1P2 0.49 0.51 1.13 2.00 2.34 2.48 H2P1 0.51 0.61 1.48 2.77 3.68 4.44 H2P2 0.50 0.51 1.15 2.16 3.11 3.83 Bulan Setelah Tanam Gambar 4 Grafik pertumbuhan diameter Melochia umbellata Dari grafik tersebut nampak bahwa pada tiga bulan pertama pengamatan, pengamatan pengendalian jalur dengan cara pemupukan langsung memiliki dia diameter meter tertinggi yakni sebesar 3,04 04 cm. Akan tetapi setelah lima bulan pengamatan diameter tertinggi dimiliki oleh pengendalian total dengan pemu pemupukan pukan langsung yaitu sebesar 4,44 cm. 4.00 Diameter (cm) 3.50 3.00 2.50 2.00 P1 1.50 P2 1.00 0.50 0.00 H0 H1 H2 Pengendalian Gambar 5 Histogram ppengaruh engaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata rata-rata pertambahan diameter Melochia umbellata Dari Gambar 5 tersebut terlihat bahwa pengendalian total (H2) dan pemupukan langung (P1) memberikan hasil pertambahan diameter tertinggi yakni sebesar 3,933 cm. Sedangkan pertambahan diameter terendah dimiliki oleh perlakuan kontrol (H0) dan pemupuk pemupukan bertahap (P2) dengan nilai 1,29 29 cm. 5.1.1.2 Pertumbuhan tinggi Melochia umbellata. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa faktor pengendalian (H) memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi pada taraf nyata 5 %. Sedangkan faktor pemupukan (P) memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi pada taraf 5 %. Berikut merupakan hasil uji perbandingan berganda Duncan untuk menentukan faktor pengendalian yang paling signifikan mempengaruhi pertumbuhan tinggi melochia. Tabel 4 Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan tinggi Melochia umbellata Perlakuan Rata-rata Hasil uji Pengendalian total (H2) 100,97 a Pengendalian jalur (H1) 91,50 a Tanpa pengendalian (H0) 65,81 Keterangan b : Hasil uji dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata Hasil pengujian menunjukan bahwa pengendalian jalur tidak memberikan perbedaan pertumbuhan tinggi melochia secara nyata bila dibandingkan dengan pengendalian total. Akan tetapi pengendalian total dan jalur memberikan perbedaan secara nyata terhadap pertumbuhan diameter melochia bila dibandingkan dengan tanpa pengendalian. Nilai rata-rata pertambahan tinggi yang tertinggi dimiliki oleh perlakuan pengendalian total yakni sebesar 100,97 cm. Tabel 5 Hasil pengujian pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tinggi Melochia umbellata Perlakuan Rata-rata Pemupukan langsung (P1) 97,22 Pemupukan bertahap (P2) 74,96 Keterangan Hasil uji a b : Hasil uji dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata Hasil pengujian menunjukan bahwa pemupukan langsung memberikan hasil pertumbuhan tinggi melochia yang tertinggi dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemupukan bertahap. Pengamatan pertumbuhan diameter melochia dilakukan selama lima bulan setelah tanam. Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan dan histogram pertambahan rata-rata diameter melochia selama masa pengamatan. Tinggi (cm) 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 0 1 2 H0P1 3 56.22 61.61 83.61 107.11 116.83 126.89 H0P2 57.11 58.22 76.11 93.44 H1P1 56.44 61.56 88.44 119.78 143.22 166.50 H1P2 56.22 57.42 77.50 100.50 115.72 129.17 H2P1 54.78 59.78 86.94 115.72 140.89 165.72 H2P2 59.39 60.89 77.83 97.56 Bulan setelah Tanam 4 5 106.06 118.06 123.94 150.39 Gambar 6 Grafikk pertumbuhan tinggi Melochia umbellata 120.00 Tinggi (cm) 100.00 80.00 P1 60.00 P2 40.00 20.00 0.00 H0 H1 H2 Pengendalian Gambar 7 Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata rata-rata pertambahan tinggi Melochia umbellata Dari Gambar ambar 6 dan 7 nampak bahwa sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan, pengendalian total (H2) dan pengendalian jalur (H1) menunjukan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan tinggi melochia bila dibandingkan dengan tanpa pengendalian (H0). Akan tetapi pengendalian total (H2) tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pengendalian jalur (H1). Pertambahan tingi terbesar dimiliki soleh oleh perlakuan pengendalian total (H2) dengan cara pemupukan langsung (P1) yaitu sebesar 110 110,94 cm. Sedangkan nilai terendahnya dimiliki oleh perlakuan tanpa pengendalian (H0) dengan pemupukan bertahap (P2) yaitu sebesar s 60,94 cm. 5.1.2 Pertumbuhan Casuarina junghuhniana Parameter yang diukur terhadap pengaruh pengendalian dan cara pemupukan terhadap pertumbuhan casuarina yaitu diameter dan tinggi casuarina. Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan casuarina. Tabel 6 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan Casuarina junghuhniana Perlakuan Diameter Tinggi Pengendalian(H) tn ** Pemupukan (P) tn tn Interaksi H*P tn tn Keterangan : * = Pengaruh perlakuan berbeda nyata pada taraf nyata 5 % ** = Pengaruh perlakuan sangat berbeda nyata pada taraf nyata 5 % tn = Pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata Dari hasil analisis ragam, terlihat bahwa tidak ada interaksi antara pengendalian dengan pemupukan, demikian pula pengaruh pemupukan tidak menunjukan adanya pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi. Hanya faktor pengendalian yang menunjukan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan tinggi dari casuarina. Sedangkan untuk pertumbuhan diameter, ternyata pengendalian yang dicobakan tidak menunjukan pengaruh yang nyata. Pengujian lanjutan dengan uji perbandingan berganda Duncan hanya dilakukan terhadap faktor pengendalian saja karena hanya faktor tersebut yang menunjukan adanya beda nyata terhadap pertumbuhan tinggi casuarina. 5.1.2.1 Pertumbuhan diameter Casuarina junghuhniana Dari Tabel 6 terlihat bahwa pengaruh pengendalian maupun pemupukan yang dicobakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dari casuarina. Begitu halnya dengan interaksi kedua faktor tersebut juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter casuarina. Berikut ini disajikan grafik pertumbuhan casuarina selama lima bulan dan histogram rata-rata pertambahan tinggi dari perlakuan yang dicobakan. Diameter (cm) 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 0 1 2 3 4 5 H0P1 0.49 0.60 0.79 1.06 1.25 1.46 H0P2 0.50 0.61 0.83 1.14 1.35 1.60 H1P1 0.51 0.63 0.83 1.13 1.30 1.48 H1P2 0.53 0.65 0.89 1.20 1.35 1.51 H2P1 0.53 0.63 0.82 1.07 1.28 1.49 H2P2 0.52 0.62 0.81 1.09 1.35 1.61 Bulan Setelah Tanam Gambar 8 Grafikk pertumbuhan diameter Casuarina junghuhniana 1.20 Diameter (cm) 1.00 0.80 P1 0.60 P2 0.40 0.20 0.00 H0 H1 H2 Pengendalian Gambar 9 Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata rata pertambahan diameter Casuarina junghuhniana Dari Gambar 8 nampak bahwa pola pertumbuhan dari casuarina dar dari setiap perlakuan yang dicobakan umumnya relatif sama. Hal tersebut menunjukan bahwa perlakuan yang dicobakan tidak mempengaruhi pertumbuhan casuarina. Hal tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 9 dimana perbedaan rata-rata rata pertambahan tinggi casuarina ttiap iap perlakuan tidak jauh berbeda. Selang pertambahan yang dihasilkan dari set setiap perlakuan berkisar antara 0,96 cm – 1,10 cm. Nilai rata-rata rata pertambahan diameter terendah dimiliki oleh perlakuan pengendalian total dan pemupukan langsung, sedangkan nilai ttertinggi ertinggi dimiliki oleh perlakuan tanpa pengendalian dengan pemupukan bertahap. 5.1.2.2 Pertumbuhan Tinggi Casuarina junghuhniana Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 6 terlihat bahwa faktor pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dari casuarina. Akan tetapi untuk faktor pengendalian ternyata menunjukan adanya pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Berikut merupakan hasil dari uji perbandingan berganda Duncan untuk mengetahui faktor pengendalian mana yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan tinggi casuarina. Tabel 7 Hasil pengujian pengaruh pengendalian terhadap pertumbuhan tinggi Casuarina junghuhniana Perlakuan Rata-rata Hasil uji Tanpa pengendalian (H0) 96,44 a Pengendalian jalur (H1) 87,86 a Pengendalian total (H2) 76,33 Keterangan b : Hasil uji dengan huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata Hasil pengujian menunjukan bahwa perlakuan tanpa pengendalian (H0) dengan pengendalian jalur (H1) tidak memberikan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan tinggi casuarina. Akan tetapi tanpa pengendalian (H0) dan pengendalian jalur (H2) memberikan perbedaan secara nyata terhadap pertumbuhan tinggi casuarina bila dibandingkan dengan pengendalian total (H2). Berikut ini disajikan grafik pertumbuhan casuarina selama lima bulan dan Tinggi (cm) histogram rata-rata pertambahan tinggi dari perlakuan yang dicobakan. 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 0 1 2 3 H0P1 55.11 73.56 89.94 107.44 125.11 145.72 H0P2 53.94 71.89 93.44 113.94 133.50 156.22 H1P1 56.44 71.72 90.22 110.00 128.17 147.89 H1P2 55.94 71.81 90.78 111.17 126.39 140.22 H2P1 56.00 70.75 85.39 101.17 111.07 134.17 H2P2 57.00 72.33 85.00 97.44 Bulan Setelah Tanam 4 5 113.39 131.50 Gambar 10 Grafik pertumbuhan tinggi Casuarina junghuhniana 120.00 Tinggi (cm) 100.00 80.00 P1 60.00 P2 40.00 20.00 0.00 H0 H1 Pengendalian H2 Gambar 11 Histogram pengaruh pengendalian dengan cara pemupukan terhadap rata-rata rata pertambahan tinggi Casuarina junghuhniana Pada Gambar 10 terlihat pertumbuhan tinggi casuarina pada berbagai perlakuan yang dicobakan selama lima bulan pengamatan. Sementara itu dari d Gambar 11 nampak bahwa perlakuan tanpa pengendalian (H0) dan pemupukan bertahap (P2) memberikan hasil pertambahan diame diameter ter tertinggi yakni sebesar 102,28 28 cm. Sedangkan pertambahan diameter terendah diha dihasilkan silkan oleh perlakuan pengendalian total (H2) dan pemupukan bertahap (P2) dengan nilai 74,50 50 cm. 5.1.3 Persentase hidup Hasil pengukuran persentase hidup melochia dan casuarina disajikan dalam bentuk histogram yang dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13 berikut ini. Persen (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P1 P2 H0 H1 H2 Pengendalian Gambar 12 Histogram pengaruh pengendalian dengan pemupukan terhadap persentase hidup Melochia umbellat Persen (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P1 P2 H0 H1 Pengendalian H2 Gambar 13 Histogram pengaruh pengendalian dengan pemupukan terhadap persentase hidup Casuarina junghuhniana Dari gambar tersebut nampak bahwa persentase hidup tanaman melochia berkisar antara 86,11 11 % sampai 97 97,22 %. Sedangkan untuk tanaman an casuarina ca berkisar antara 88,89 89 % sampai 100 %. 5.2 Pembahasan Penanaman tanaman penutup tanah dalam rehabilitasi lahan pasca tambang memegang peranan penting pada tahap awal proses perbaikan lahan pasca tambang. Hal tersebut dikar dikarenakan tanaman penutup tanah ah berperan penting dalam pengendalian laju erosi lahan pasca tambang. Selain itu tanaman penutup tanah juga dapat menstabilkan permukaan tanah dari energi kinetis air hujan, membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dari serasahnya yang jatuh dan terdekomposisi, erdekomposisi, serta merangsang kehidupan organisme tanah yang berpera berperan penting dalam siklus nutrisi. Pemilihan jenis nis tanaman penutup tanah yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan revegetasi lahan pasca tambang. Pemilihan jenis tanaman penutup yyang kurang g tepat dapat berakibat pada tingkat keberhasilan rehabilitasi. . Brachiaria decumben decumbens (rumput signal) nal) merupakan salah satu jenis tanaman penutup tanah yang pernah digunakan untuk kegiatan tehabilitasi lahan pasca tambang PT INCO. Pertumbuhan je jenis tersebut cepat dan agresif sehingga sukar dikendalikan dan mengganggu pertumbuhan tanaman revegetasi (berperan sebagai gulma). Dari segi ekologis tanaman tersebut dapat berdampak buruk bagi jenis-jenis rumput alami karena sifatnya yang mendominasi suatu lahan. Proses rekolonisasi jenis lokal juga terhambat karena kondisi yang kurang kondusif bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih-benih yang jatuh ke areal rumput signal. Kondisi kurang kondusif tersebut antara lain diakibatkan oleh tingginya kepadatan dari rumput signal yang mendominasi suatu areal sehingga benih-benih yang jatuh ataupun ada dalam tanah tidak berkecambah. Luas areal dengan kepadatan rumput signal tinggi dan kepadatan pohon yang jarang di PT. INCO mencapai lebih dari 1000 ha. Hal tersebut menjadi salah satu permasalahan yang cukup serius mengingat tujuan dari rehabilitasi tersebut adalah mengembalikan lahan tersebut ke peruntukan awalnya yang sebagian besar merupakan kawasan hutan. Untuk itu perlu dilakukan usaha reforestasi areal tersebut agar proses alam yang terjadi di areal tersebut mengarah pada terwujudnya tujuan yang diharapkan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu revegetasi kembali areal tersebut. Untuk itu penelitian ini dimaksudkan sebagai usaha revegetasi areal rumput signal yang umumnya memiliki kerapatan pohon rendah dan pertumbuhan tanaman pionirnya kurang baik. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis tanaman pionir yang digunakan untuk revegetasi areal rumput signal, tanaman tersebut yaitu Melochia umbellata dan Casuarina junghuhniana. Faktor yang dicobakan yaitu mengenai pengendalian rumput signal dan cara pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman yang diujicobakan untuk penanaman di areal rumput signal. Berikut ini akan dibahas pengaruh perlakuan yang dicobakan terhadap pertumbuhan masing-masing tanaman yang dicobakan dilihat dari parameter tinggi dan diameter tanaman tersebut. 5.2.1 Pertumbuhan Melochia umbellata (Houtt.) Stapf. Parameter yang diamati dari pertumbuhan melochia yaitu diameter dan tinggi. Dari hasil rekapitulasi sidik ragam yang disajikan pada Tabel 1 terlihat bahwa faktor pengendalian rumput signal memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter dari melochia. Hasil uji Duncan pada Tabel 2 dan Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan pengendalian total (H2) memberikan pertumbuhan diameter dan tinggi terbesar setelah lima bulan pengamatan. Hal ini berarti bahwa perlakuan pengendalian total (H2) merupakan perlakuan yang paling tepat untuk penanaman jenis melochia di areal rumput signal. Dari tiga perlakuan pengendalian rumput signal yang dicobakan, perlakuan tanpa pengendalian (H0) memberikan pertumbuhan melochia terendah. Hal tersebut dimungkinkan karena tingginya kepadatan rumput signal disekitar tanaman melochia mengakibatkan terjadinya kompetisi antara tanaman melochia dan rumput signal. Mercado (1979) dalam Utomo (2006) menyebutkan bahwa periode terjadinya kompetisi terberat tergantung pada tingkat kepadatan, kecepatan relatif pertumbuhan, dan saat kritis kebutuhan unsur hara, air, dan unsur-unsur penunjang pertumbuhan lainnya. Makin tinggi kepadatan gulma makin besar kompetisi yang ditimbulkan dan makin besar pula penurunan produksi yang diakibatkan. Menurut Odum (1975) respons nyata akibat terjadinya kompetisi adalah tertekannya pertumbuhan, terjadinya klorosis atau kondisi kekurangan makan, dan habitus yang seolah mati. Di samping itu juga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah dan atau ukuran organ tanaman. Gambar mengenai adanya kompetisi dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini. Gambar 14 Persaingan rumput signal dengan tanaman melochia dalam memperebutkan unsur hara Selain hal tersebut dugaan adanya zat alelopati yang dikeluarkan oleh rumput signal juga menjadi penyebab pertumbuhan dari tanaman melochia terhambat. Sastroutomo (1990) menyebutkan bahwa tumbuhan mengahasilkan berbagai jenis metabolit yang tidak diketahui kegunaannya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu adanya dugaan bahwa tumbuhtumbuhan dapat menghasilkan senyawa kimia yang beracun untuk jenis tumbuhan lain adalah sangat wajar. Berdasarkan sifat kimiawi yang dimilkinya, senyawasenyawa alelopati tersebut dapat meracuni biji-biji yang berada disekitarnya sewaktu masih kecambah ataupun saat dewasa jika konsentrasinya cukup tinggi. Disamping itu ditambahkan pula bahwa telah lama diketahui oleh para peneliti akan adanya pengaruh-pengaruh yang merugikan yang ditimbulkan oleh suatu jenis tumbuhan terhadap jenis lainnya. Sementara itu perlakuan pengendalian total memberikan respon pertumbuhan tertinggi melochia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan pengendalian jalur dan tanpa pengendalian. Hal tersebut dimungkinkan karena kepadatan rumput signal dieliminir, sehingga tidak terjadi kompetisi dengan rumput signal. Selain itu pemanfaatan rumput signal yang sudah melapuk untuk dijadikan mulsa juga merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perlakuan ini memiliki pertumbuhan tertinggi diantara perlakuan pengendalian lainnya. Rumput signal yang telah melapuk tersebut dapat menjadi suplai bahan organik yang berguna bagi pertumbuhan melochia. Umboh (2000) menyatakan bahwa mulsa organik memiliki efek untuk menurunkan suhu tanah, mengkonservasi tanah dengan menekan erosi serta menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu. Peran mulsa dalam pertumbuhan melochia dapat dilihat pada Gambar 1. Pada grafik pertumbuhan diameter melochia terlihat bahwa pada tiga bulan pertama pengamatan pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh perlakuan pengendalian jalur (H1), akan tetapi setelah dilakukan pemulsaan setelah bulan ketiga pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh pengendalian total (H2). Faktor cara pemupukan juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi dari melochia. Berdasarkan uji Duncan yang dilakukan, pemupukan langsung (P1) memberikan hasil pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan cara pemupukan bertahap (P2). Hal tersebut dikarenakan pada awal pertumbuhan kebutuhan unsur N dan K untuk pertumbuhan sangat dibutuhkan. Pemupukan bertahap dimana pupuk urea dan KCl diaplikasikan setelah satu bulan penanaman ternyata tidak lebih baik jika dibandingkan dengan pemupukan langsung. Gejala kekurangan N pada tanaman dapat mengakibatkan tanaman kerdil diikuti daun-daun kuning dan gugur. Hal tersebut terjadi pada awal pertumbuhan tanaman melochia. Selain itu, pemupukan bertahap juga memiliki kekurangan karena kemungkinan pupuk tercuci oleh air lebih besar bila dibandingkan dengan pemupukan langsung. Hal tersebut dikarenakan sifat pupuk urea yang bekerjanya cepat dan mudah tercuci oleh air (Hardjowigeno 1995). Selain itu jika pengaplikasian di sekitar tanaman kurang dalam akan menambah besar peluang tercucinya pupuk tersebut. Perbedaan ketinggian kelompok lahan pengamatan tidak menunjukan perbedaan nyata. Hal tersebut dikarenakan lahan tersebut mendapat perlakuan yang serupa saat penataan lahan. Presentase tumbuh melochia dari berbagai perlakuan yang dilakukan sudah baik yaitu berkisar antara 86,11 % sampai 97,22 %. Tingginya persen hidup tersebut menandakan proses pembuatan lubang tanam, pemupukan dan penanaman sudah berhasil. Umumnya perlakuan pemupukan langsung memberikan persen hidup melochia yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemupukan bertahap. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 yang disajikan pada Sub Bab 5.1. Akan tetapi ada beberapa catatan mengenai pertumbuhan dari melochia tersebut salah satunya dari penampakan fisik tanaman tersebut. Walaupun memiliki persen tumbuh yang tidak jauh berbeda, penampilan fisik perlakuan tanpa persiapan lahan (H0) cenderung terhambat pertumbuhannya. Hal tersebut dapat dilihat dari penampakan fisik tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan tanpa pengendalian memiliki ciri : daunnya menguning, diikuti dengan rontoknya daun. Selain itu pertumbuhan diameter dan batangnya juga lambat. Jika terus dibiarkan hal tersebut dapat berakibat pada kematian tanaman tersebut. 5.2.2 Pertumbuhan Casuarina junghuhniana Miq. Parameter yang diamati dari pertumbuhan melochia yaitu diameter dan tinggi. Dari hasil rekapitulasi sidik ragam yang disajikan pada Tabel 6 terlihat bahwa faktor pengendalian rumput signal tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter casuarina akan tetapi berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi casuarina. Hasil uji Duncan pada Tabel 7 menunjukan perlakuan tanpa pengendalian (H0) memiliki pertumbuhan tinggi yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan pengendalian jalur (H1) dan pengendalian total (H2). Hal tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan diameter tanaman casuarina tidak dipengaruhi oleh perlakuan pengendalian yang dicobakan, artinya baik tanpa pengendalian maupun dengan pengendalian pertumbuhan casuarina tidak berbeda nyata. Seperti yang disajikan pada Gambar 5 grafik pertumbuhan diameter casuarina, pertumbuhan antara perlakuan tidak menunjukan adanya perbedaaan yang nyata. Ini menandakan bahwa tanaman casuarina dapat tumbuh dan mampu beradaptasi di areal rumput signal. Soerianegara dan Djamhuri (1979) menyatakan bahwa perbedaan kecepatan tumbuh dalam suatu jenis pohon biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan, tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor genetik, dimana kemampuan beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Disamping itu pertumbuhan tinggi casuarina tertinggi ternyata dimiliki oleh perlakuan tanpa pengendalian. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya persaingan tanaman casuarina dan rumput signal dalam memperebutkan cahaya sehingga merangsang pertumbuhan tinggi casuarina. Moenandir (1988) menyebutkan bahwa persaingan untuk cahaya merupakan bentuk persaingan dalam komunitas tanaman, terjadi apabila satu daun menutupi cahaya yang akan mengenai daun lainnya dalam satu atau lain tanaman. Selain itu kemungkinan senyawa alelopati yang menghambat pertumbuhan melochia, ternyata tidak menghambat pertumbuhan casuarina. Hal ini dimungkinkan karena sifat dari senyawa alelopati yang spesifik baik jenis maupun waktu pengaruhnya. Hal tersebut memungkinkan senyawa alelopati menghambat pertumbuhan melochia dan tidak menghambat pertumbuhan casuarina. Sementara itu faktor pemupukan yang dicobakan ternyata juga tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan casuarina. Hal tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 6 dan 8. Dari histogram tersebut baik pemupukan langsung maupun pemupukan bertahap tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dapat dikarenakan sifat dari tanaman casuarina terutama dalam hal penggunaan unsur hara (nutrient utilization) untuk pertumbuhannya. Menurut Hardjowigeno (1995) jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman berbeda untuk setiap jenis tanaman. Selain itu kemungkinan adanya simbiosis tanaman casuarina dengan frankia yang mampu menambat N2 juga dapat menjadi penyebab tanaman tersebut mampu beradaptasi di areal rumput signal. Pohon casuarina mempunyai bintil akar (nodule) sehingga tidak tergantung dengan nitrogen tanah untuk pertumbuhannya. Penambatan nitrogen merupakan proses alam yang memungkinkan tanaman inang dapat hidup pada kondisi tanah yang miskin hara nitrogen, membantu mempertahankan kesuburan tanah dan memungkinkan tanaman lain dapat tumbuh pada kondisi bekas tanaman inang atau hidup bersama-sama (Setiadi 1989). Menurut Evans (1981) casuarina adalah salah satu vegetasi yang dapat hidup di tanah yang miskin unsur hara, khususnya nitrogen. Bahkan para ahli telah membuktikan bahwa casuarina akan tumbuh lebih baik pada kondisi yang miskin hara dibandingkan pada kondisi tanah yang subur, mengandung banyak nitrogen dan berkadar air tinggi (NAS 1981 dalam Ruchiat 1999). Selain itu Casuarina junghuhniana merupakan jenis tanaman pionir dari lahan deforestasi hutan seperti daerah miring berbatu dan daerah yang tidak terganggu serta areal padang rumput (NAS 1984, diacu dalam Pinyopusarerk dan Boland 1995). Hal tersebut di atas juga didukung oleh data persentase hidup dari casuarina. Dari beberapa perlakuan yang dicobakan, persentase hidup casuarina berkisar dari 88,89 % sampai 100 %. Ini menandakan daya adaptasi dari tanaman tersebut tinggi pada berbagai perlakuan yang dicobakan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pengendalian rumput signal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi Casuarina junghuhniana. Perlakuan tanpa pengendalian memberikan respon tertinggi pertumbuhan tinggi casuarina. 2. Pengendalian rumput signal memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman Melochia umbellata. Perlakuan pengendalian total memberikan respon tertinggi pertumbuhan diameter dan tinggi melochia. 3. Cara pemupukan memberikan pengaruh nyata bagi pertumbuhan Melochia umbellata dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Casuarina junghuhniana. Cara pemupukan langsung memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan pemupukan bertahap untuk pertumbuhan Melochia umbellata. 6.2 Saran 1. Tanaman casuarina dapat tumbuh baik di areal rumput signal walaupun tanpa pengendalian, sehingga tanaman ini cocok untuk revegetasi areal rumput signal. Penggunaan tanaman tersebut juga dapat mengefisienkan biaya rehabilitasi karena dapat ditanam tanpa pengendalian terlebih dahulu. 2. Jika ingin menanam melochia untuk revegetasi areal rumput signal perlu dilakukan perlakuan pengendalian total dan pemupukan langsung agar tidak terhambat pertumbuhannya. 3. Perlu dilakukannya penelitian untuk dosis pupuk untuk setiap jenis yang ditanam untuk lebih mengefisenkan penggunaan pupuk. 4. Perlu dilakukan penelitian lain untuk menguji jenis lain yang dapat beradaptasi baik di areal rumput signal, sehingga dapat mengurangi penggunaan herbisida dan otomatis mengefisienkan biaya rehabilitasi 5. Rumput signal merupakan tanaman pastura untuk peternakan sehingga hal ini memunculkan ide untuk dilakukan studi silvopastural di areal rumput signal untuk memanfaatkan rumput signal sekaligus memperoleh manfaat dari adanya peternakan. DAFTAR PUSTAKA Akbar J. 2007. Analisa Quality Assurance and Quality Control pada Sample Endapan Nikel Laterit di Daerah “Bule” PT. International Nickel Indonesia Tbk. Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. Yogyakarta: [Skripsi] Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Ambodo A. 2007. Pedoman Teknis Rehabilitasi Lahan. PT.International Nickel Indonesia (INCO). Tidak dipublikasikan. Ashby WC. 1997. Status of Reforestation Technology in Southtern Illionis. http://www.mcrcc.osmre.gov/PDF/Forums/Reforestation/Session%203/3-2. pdf. [18 Juni 2008]. Ashton FM, Monaco TJ. 1991. Weed Science: Principles and Practice. Third edition. John Wiley and Sons. Canada. [BPLHD] Jawa Barat. Daftar Nama Tanaman yang Dimanfaatkan Masyarakat Kampung Naga sebagai Obat. http://www.bplhdjabar.go.id/emplibrary/ etnobotani_kamp_naga.doc. [24 Juni 2008]. Booth D, Murphy SD, Swanton CJ. 2003. Weed Ecology in Natural and Agricultural Systems. London: CABI Publishing. [DITR] Departement of Industry Tourism and Resources. 2006. Mine Rehabilitation Leading Practice Sustainable Development Program for The Mining Industry. Canberra : Commonwealth of Australia. [DNR DMRM] Departement of Natural Resources Division of Mineral Resources Management Ohio. 2001. Mined Land Technical Reforestation Guidance and Recomendation. http://www.dnr.state.oh.us/Portals/11/publications/pdf/ minedland_reforestation.pdf. [19 Juni 2008]. [FAO] Food Agricultural Organization. 2008. List of Wood Density for Tree Species from Tropical America, Africa and Asia. http://www.fao.org/docrep/ w4095e/w4095e0c.htm. [24 Juni 2007]. [FAO] Food Agricultural Organization. 2008. Forest Fallows. http://www.fao.org/ forestry/6475/en/slb/. [24 Juni 2007]. Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Bandung: Armico. Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan. Huxtable C. 2003. Rehabilitation of Open Cut Coal Mines Using Native Grasses: Management Guidelines. NSW: Departement of Sustainable Natural Resources. http://www.naturalresources.nsw.gov.au/care/soil/soil_pubs/pdfs/ coal_mine_rehab.pdf. [19 Juni 2008]. Leiwakabessy F M, Sutandi A. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. . Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Little EL dan Skolmen RG. 2003. Melochia. Manoa: College of Tropical Agriculture and Human Resources, University of Hawaii. http:// www.ctahr.hawaii.edu/forestsry/data/CommonTreesHI/CFT_Melochia_umbe llata.pdf. [24 Juni 2008]. Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press. Moenandir J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta : CV. Rajawali. Motooka P. 2003. Melochia umbellata. http://www.ctahr.hawaii.edu/forestry/ Data/WeedsHI/W_Melochia_umbellata.pdf Noor ES. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Odum EP. 1975. Ecology. New York : Holt, Rinehort and Winston. Pinyopusarerk KA dan Boland DJ. 1995. Casuarina junghuhniana-Higly Adaptable Tropical Casuarina. NFTA 95 (01). http://www.winrock.org/fnrm/ factnet/factpub/FACTSH/C_jung.html. [20 Juni 2008]. Pomeroy DE, MW Service.1992. Tropical Ecology. Longman Scientific and Technical. Hongkong. Rohsid I. 2006.Kajian Aplikasi Campuran Herbisida Glifosat dengan Metsulfuron Metil dalam Pengendalian Beberapa Gulma Pertanian. Bogor : [Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ruchiat Y. 1999. Pengaruh Top soil, Pupuk dan Bionature terhadap pertumbuhan Casuarina equisetifolia Forst. & Forst. di Lahan Pasca Tambang PT. International Nickel Indonesia Sorowako Sulawesi Selatan. Bogor : [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ruijter J dan Agus F. 2004. Mulsa : Cara Mudah untuk Konservasi Tanah. World Agroforestry Center. www.worldagroforestrycentre.org/SEA/Publications/ files/leaflet/LE0023-04.pdf. [29 April 2008]. Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Setiadi Y. 2006. Pengetahuan Dasar Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Tidak dipulikasikan. Setiadi Y. 1989. Penggunaan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen P&K Ditjen Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Shelton M. 2007. Brachiaria decumbens. http://www.fao.org/AG/AGP/agpc/doc/ Gbase/DATA/pf000188/html.[26 Des 2007]. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Soerianegara I dan Djamhuri E. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Bogor : Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Starr F, Starr K, Loope L. 2003. Melochia umbellata. www.hear.org/starr/ hiplants/reports/pdf/melochia_umbellata.pdf. [24 Juni 2007]. Sukman Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Ed ke-2 Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Supardi D. 2001. Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria decumbens Stapf. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Sutedjo M M.1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Umboh AH. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Utomo B. 2006. Peran Seed Bank terhadap Regenerasi Hutan kaitannya dengan Invasi Tumbuhan Eksotik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [disertasi]. Bogor : Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. [WAC] World Agroforestry Center. 2008. Casuarina junghuhniana. http://www. worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?Sp ID=481. [20 Juni 2008]. LAMPIRAN Lampiran 4 Analisis Costat diameter Melochia umbellata HOMOGENEITY OF VARIANCES - RAW DATA 2008-05-06 12:34:38 Using: C:\Documents and Settings\user\My Documents\irin\clipboard.dt Data Column: 4) diameter Broken Down By: 2) Pemupukan 1) Pengendalian 3) Ulangan Keep If: Bartlett's Test tests the homogeneity of variances, an assumption of ANOVA. Bartlett's Test is known to be overly sensitive to non-normal data. A resulting probability of P<=0.05 indicates the variances may be not homogeneous and you may wish to transform the data before doing an ANOVA. For ANOVA designs without replicates (notably most Randomized Blocks and Latin Square designs), there is not enough data to do this test. There is not enough data to do the test. ANOVA 2008-05-06 12:34:38 Using: C:\Documents and Settings\user\My Documents\irin\clipboard.dt .AOV Filename: SP.AOV - Split Plot Y Column: 4) diameter Subplot Factor: 2) Pemupukan Main Plot Factor: 1) Pengendalian Blocks: 3) Ulangan Keep If: Rows of data with missing values removed: 0 Rows which remain: 18 Source df Type III SS MS ------------------------- -------- ----------- --------Main plots Blocks 2 0.252211111 0.1261056 Pengendalian 2 15.21034444 7.6051722 Main Plot Error 4 2.043922222 0.5109806<Pemupukan 1 1.62 1.62 Pemupukan * Pengendalian 2 0.520833333 0.2604167 Error 6 1.040866667 0.1734778<------------------------- -------- ----------- --------Total 17 20.68817778 F P --------- ----- --- Model 10.295954 .0048 ** 11 19.64731111 1.7861192 0.2467913 .7924 ns 14.883487 .0140 * 9.3383719 .0223 * 1.5011529 .2961 ns --------- ----- --- R^2 = SSmodel/SStotal = 0.94968785178 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 0.41650663593 Mean Y = 2.50111111111 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 16.652864% Compare Means Factor: 2) Pemupukan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.17347777778 Degrees of Freedom: 6 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 0.48043428549 Rank ----1 2 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------P1 2.80111111111 9 a P2 2.20111111111 9 b Compare Means Factor: 1) Pengendalian Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.51098055556 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 1.14585760348 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------H2 3.63 6 a H1 2.495 6 ab H0 1.37833333333 6 b Compare Means Factor: 3) Ulangan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.51098055556 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 1.14585760348 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------2 2.625 6 a 1 2.53666666667 6 a 3 2.34166666667 6 a Lampiran 5 Analisis Costat tinggi Melochia umbellata HOMOGENEITY OF VARIANCES - RAW DATA 2008-05-06 12:39:46 Using: C:\clipboard.dt Data Column: 4) tinggi Broken Down By: 2) Pemupukan 1) Pengendalian 3) Ulangan Keep If: Bartlett's Test tests the homogeneity of variances, an assumption of ANOVA. Bartlett's Test is known to be overly sensitive to non-normal data. A resulting probability of P<=0.05 indicates the variances may be not homogeneous and you may wish to transform the data before doing an ANOVA. For ANOVA designs without replicates (notably most Randomized Blocks and Latin Square designs), there is not enough data to do this test. There is not enough data to do the test. ANOVA 2008-05-06 12:39:46 Using: C:\clipboard.dt .AOV Filename: SP.AOV - Split Plot Y Column: 4) tinggi Subplot Factor: 2) Pemupukan Main Plot Factor: 1) Pengendalian Blocks: 3) Ulangan Keep If: Rows of data with missing values removed: 0 Rows which remain: 18 Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- --Main plots Blocks 2 177.6367444 88.818372 0.4511939 .6657 ns Pengendalian 2 3973.279878 1986.6399 10.092054 .0274 * Main Plot Error 4 787.4075556 196.85189<Pemupukan 1 2230.006806 2230.0068 18.756145 .0049 ** Pemupukan * Pengendalian 2 574.4376778 287.21884 2.4157408 .1700 ns Error 6 713.3683667 118.89473<------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- --Total 17 8456.137028 Model 11 7742.768661 703.88806 5.920263 .0200 * R^2 = SSmodel/SStotal = 0.91563897743 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 10.9038859026 Mean Y = 86.0938888889 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 12.66511% Compare Means Factor: 2) Pemupukan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 118.894727778 Degrees of Freedom: 6 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 12.5774721954 Rank ----1 2 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------P1 97.2244444444 9 a P2 74.9633333333 9 b Compare Means Factor: 1) Pengendalian Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 196.851888889 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 22.4904557967 Rank ----1 2 3 Mean Name --------H2 H1 H0 Mean n Non-significant ranges ------------- ------- ---------------------------------------100.973333333 6 a 91.5016666667 6 a 65.8066666667 6 b Compare Means Factor: 3) Ulangan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 196.851888889 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 22.4904557967 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------2 90.53 6 a 1 84.085 6 a 3 83.6666666667 6 a Lampiran 6 Analisis Costat diameter Casuarina junghuhniana HOMOGENEITY OF VARIANCES - RAW DATA 2008-05-06 19:50:29 Using: C:\clipboard.dt Data Column: 4) diameeter Broken Down By: 2) Pemupukan 1) Pengendalian 3) Ulangan Keep If: Bartlett's Test tests the homogeneity of variances, an assumption of ANOVA. Bartlett's Test is known to be overly sensitive to non-normal data. A resulting probability of P<=0.05 indicates the variances may be not homogeneous and you may wish to transform the data before doing an ANOVA. For ANOVA designs without replicates (notably most Randomized Blocks and Latin Square designs), there is not enough data to do this test. There is not enough data to do the test. ANOVA 2008-05-06 19:50:29 Using: C:\clipboard.dt .AOV Filename: SP.AOV - Split Plot Y Column: 4) diameeter Subplot Factor: 2) Pemupukan Main Plot Factor: 1) Pengendalian Blocks: 3) Ulangan Keep If: Rows of data with missing values removed: 0 Rows which remain: 18 Source df Type III SS MS ------------------------- -------- ----------- --------Main plots Blocks 2 0.051033333 0.0255167 Pengendalian 2 0.012133333 0.0060667 Main Plot Error 4 0.047333333 0.0118333<Pemupukan 1 0.040138889 0.0401389 Pemupukan * Pengendalian 2 0.013644444 0.0068222 Error 6 0.160566667 0.0267611<------------------------- -------- ----------- --------Total 17 0.32485 F P --------- ----- --- Model 0.5580803 .8098 ns 11 0.164283333 0.0149348 2.156338 .2315 ns 0.5126761 .6336 ns 1.4998962 .2666 ns 0.2549305 .7830 ns --------- ----- --- R^2 = SSmodel/SStotal = 0.50572058899 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 0.16358823647 Mean Y = 1.01166666667 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 16.170172% Compare Means Factor: 2) Pemupukan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.02676111111 Degrees of Freedom: 6 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 0.18869662743 Rank ----1 2 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------P2 1.05888888889 9 a P1 0.96444444444 9 a Compare Means Factor: 1) Pengendalian Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.01183333333 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 0.17437411361 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------H0 1.03166666667 6 a H2 1.02833333333 6 a H1 0.975 6 a Compare Means Factor: 3) Ulangan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 0.01183333333 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 0.17437411361 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------2 1.055 6 a 3 1.04333333333 6 a 1 0.93666666667 6 a Lampiran 7 Analisis Costat tinggi Casuarina junghuhniana HOMOGENEITY OF VARIANCES - RAW DATA 2008-05-06 20:04:56 Using: C:\Documents and Settings\user\My Documents\irin\clipboard.dt Data Column: 4) tinggi Broken Down By: 2) Pemupukan 1) Pengendalian 3) Ulangan Keep If: Bartlett's Test tests the homogeneity of variances, an assumption of ANOVA. Bartlett's Test is known to be overly sensitive to non-normal data. A resulting probability of P<=0.05 indicates the variances may be not homogeneous and you may wish to transform the data before doing an ANOVA. For ANOVA designs without replicates (notably most Randomized Blocks and Latin Square designs), there is not enough data to do this test. There is not enough data to do the test. ANOVA 2008-05-06 20:04:56 Using: C:\Documents and Settings\user\My Documents\irin\clipboard.dt .AOV Filename: SP.AOV - Split Plot Y Column: 4) tinggi Subplot Factor: 2) Pemupukan Main Plot Factor: 1) Pengendalian Blocks: 3) Ulangan Keep If: Rows of data with missing values removed: 0 Rows which remain: 18 Source df Type III SS MS ------------------------- -------- ----------- --------Main plots Blocks 2 430.8248778 215.41244 Pengendalian 2 1221.899511 610.94976 Main Plot Error 4 129.9810889 32.495272<Pemupukan 1 0.347222222 0.3472222 Pemupukan * Pengendalian 2 301.0277778 150.51389 Error 6 245.9545 40.992417<------------------------- -------- ----------- --------Total 17 2330.034978 F P --------- ----- --- Model 4.6218759 .0364 * 11 2084.080478 189.46186 6.6290394 .0537 ns 18.801189 .0092 ** 0.0084704 .9297 ns 3.6717496 .0909 ns --------- ----- --- R^2 = SSmodel/SStotal = 0.89444171339 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 6.4025320512 Mean Y = 86.8788888889 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 7.3694912% Compare Means Factor: 2) Pemupukan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 40.9924166667 Degrees of Freedom: 6 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 7.38522665895 Rank ----1 2 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------P2 87.0177777778 9 a P1 86.74 9 a Compare Means Factor: 1) Pengendalian Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 32.4952722222 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 9.13773488433 Rank ----1 2 3 Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- ---------------------------------------H0 96.4433333333 6 a H1 87.86 6 a H2 76.3333333333 6 b Compare Means Factor: 3) Ulangan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 32.4952722222 Degrees of Freedom: 4 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 9.13773488433 Rank ----1 2 3 Mean Name --------3 2 1 Mean n Non-significant ranges ------------- ------- ---------------------------------------91.9716666667 6 a 88.3883333333 6 ab 80.2766666667 6 b Lampiran 8 Letak dan posisi PT.INCO Sorowako Lampiran 9 Gambar proses persiapan lahan (a) (b) (c) (d) Keterangan : a) Kondisi lahan sebelum dilakukan pengendalian b) Kegiatan penyemprotan herbisida c) Hasil pengendalian jalur (H1) d) Hasil pengendalian total (H2) Lampiran 10 Gambar pembuatan lubang tanam dan pencampuran pupuk (a) (b) (c) Keterangan : a) Pembuatan lubang tanam dengan hole digger dan traktor b) Pembuatan lubang tanam dengan hole digger dan traktor c) Pencampuran pupuk sebelum diapliksikan ke lubang tanam Lampiran 11 Pertumbuhan tanaman (a) (b) (c) (d) Keterangan (e) (f) : a) Awal pertumbuhan melochia 1 BST pada perlakuan P1 b) Awal pertumbuhan melochia 1 BST pada perlakuan P2 c) Pertumbuhan casuarina 5 BST (Bulan Setelah Tanam) d) Pertumbuhan melochia 5 BST pada perlakuan H2 e) Pertumbuhan melochia 5 BST pada perlakuan H1 f) Pertumbuhan melochia 5 BST pada perlakuan H0 Lampiran 12 Gambar kegiatan pemulsaan pada plot pengendalian total (a) (b) Keterangan : a) Kegiatan pemulsaan rumput signal yang telah mati dan lapuk b) Hasil dari kegiatan pemulsaan pada plot pengendalian total Lampiran 13 Peta areal pertambangan PT. INCO Sorowako Lampiran 14 Peta lokasi penelitian Keterangan : Penelitian dilakukan di lokasi yang dilingkari dengan warna hitam