PRAKATA Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas rahmat dan berkahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Penyusunan Kisi-kisi dan Penulisan Butir-butir Tes, yang penyusun sajikan berdasarkan dari berbagai buku-buku yang didapat. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk penyusun dan pembaca pada umumnya. Makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan penyusun mohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya. Terima kasih. Singaraja, April 2015 Penulis ii DAFTAR ISI PRAKATA ........................................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2. RumusanMasalah ...................................................................................... 2 1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kisi-Kisi ................................................................................. 3 2.2. Pengertian Penulisan ................................................................................ 4 2.3. Pengertian Penyusunan ............................................................................ 4 2.4. Kegunaan dan Fungsi Kisi-Kisi ............................................................... 4 2.5. Syarat Kisi-Kisi yang Baik ...................................................................... 5 2.6. Komponen Kisi-Kisi ................................................................................ 5 2.7. Langkah-Langkah Penyusunan Tes ......................................................... 8 2.8. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar ................... 11 2.9. PerencanaanTes ........................................................................................ 12 BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan .................................................................................................. 17 3.2. Saran ....................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative. Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisikisi soal ujian akan memberikan bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan). Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur. Banyak jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya di dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya nanti. Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakukan tes, karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Dalam penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal tersebut. Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi. 1 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari kisi-kisi ? 2. Apa pengertian dari penyusunan ? 3. Apa pengertian dari penulisan ? 4. Apa kegunaan dan fungsi dari kisi-kisi ? 5. Bagaimana syarat kisi-kisi yang baik ? 6. Apa saja komponen dari kisi-kisi ? 7. Bagimana langkah-langkah penyusunan tes ? 8. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar ? 9. Bagaimana perencanaan sebuah tes ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Agar mengetahui pengertian dari kisi-kisi. 2. Agar mengetahui pengertian dari penyusunan. 3. Agar mengetahui pengertian dari penulisan. 4. Agar mengetahui keguunaan dan fungsi dari kisi-kisi. 5. Agar mengetahui bagaimana syarat pembuatan kisi-kisi yang baik. 6. Agar mengetahui komponen dari kisi-kisi. 7. Agar mengetahui langkah-langkah penyusunan tes. 8. Agar mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar. 9. Agar mengetahui bagimana perencanaan tes. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kisi-Kisi Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Dengan demikian dapat diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes ulangan umum juga beerbeda dengan kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun tes ujian akhir nasional. Hal yang harus diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan semua tes. (Surapranata, 2005 : 50) Contoh Format Kisi-Kisi Penulisan Soal : FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah Mata Pelajaran Kurikulum Penulis : ........................... Alokasi Waktu : ...................... : ............................ Jumlah soal : ....................... : ............................ 1. .................... 2. .................... 3 2.2 Pengertian Penulisan Penulisan atau Kegiatan menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) dengan menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan guna penyampaian pesan (ide, pikiran, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Orang yang melakukan pekerjaan menulis disebut Penulis. 2.3 Pengertian Penyusunan Penyusunan adalah kombinasi partisipasif atau usulan dari bawah (bottom up) dengan kebijakan dari atas (top down).Menurut Ardios (2006:315) mengemukakan bahwa pengertian penyusunan yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : ”Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun yang artinya kelompok atau kumpulan yang tidak beberapa banyak, sedangkan pengertian dari Penyusunan adalah merupakan suatu kegiatan atau kegiatan memproses suatu data atau kumpulan data yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perorang secara baik dan teratur”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan adalah suatu kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan oleh suatu organisasi perusahaan atau perorang secara baik dan teratur. 2.4 Kegunaan dan Fungsi Kisi-Kisi Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.berikut perbandingan fungsi tes : 1. Fungsi untuk Kelas : a. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa b. Mengevaluasi celah antra bakat dengan pencapaian. 4 c. Menaikkan tingkat prestasi. d. Mengelompokan siswa di kelas pada waktu metode kelompok. e. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa siswa secra perseorngan. f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus. g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak. 2. Fungsi untuk Bimbingan : a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka. b. Membantu siswa dalam menentukan plihan. c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan. d. Memberi kesempatan kepada pembingbin, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak. 3. Fungsi untuk Administrasi a. Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa. b. Penempatan siswa baru c. membantu siswa memilih kelompok. d. Menilai kurkulum. e. Memperluas hubungan masyarakat (public relation). f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah. 2.5 Syarat Kisi-Kisi yang Baik Dengan adanya berbagai variasi kisi-kisi yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1. Mewakili isu kurikulum yang akan diujikan. 2. Komponen-komponennya rinci, jelas, mudah dan mudah dipahami. 3. Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang ditetapkan. 2.6 Komponen Kisi-Kisi Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi 5 dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks. Kelompok identitas dicantumkan dibagian atas matriks, sedangkan kelompok matriks dicantumkan dalam kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes. Komponen-komponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1. Jenis sekolah/jenjang sekolah. 2. Mata pelajaran. 3. Tahun ajaran. 4. Kurikulum yang diacu. 5. Alokasi waktu. 6. Jumlah soal. 7. Bentuk Soal. 8. Standar kompetensi. 9. Kompetensi dasar. 10. Indikator. 11. Bahan kelas. 12. Jumlah soal. 13. Nomor urut soal. 14. Bentuk soal. Idealnya semua kompetensi dasar dan indicator yang ada dalam kurikulum, yang tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan di kelas. Namun demikian, dari berbagai komponen tersebut di atas, khusus untuk tes ulangan umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir nasional komponen kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu komponen yang perlu dipilih secara mendalam. Hal ini dikarenakan menyangkut pemilihan yang akan diujikan. Pemilihan ini dilakukan karena didalam suatu tes, tidak mungkin semua kompetensi dasar dan indikato yang terdapat dalam kurikulum dapat diujikan dalam waktu singkat. Oleh karena itu, perlu dipilih kompetensi dasar dan indicator yang penting-penting saja. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: 6 1. Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indicator yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai oleh peserta didik. 2. Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indicator lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang. 3. Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indicator terpilih harus merupakan kompetensi dasar atau indicator yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang studi lain. 4. Keterpakaian, kompetensi dasar dan indicator harus merupakan kompentasi dasar dan indicator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk pemilihan kompetensi dasar dan indicator, selain perlu diperhatikan kriteria pemilihan di atas, perlu pula diperhatikan bahwa penguasaan materi kompetensi dasar dan indikator terpilih harus dapat diukur dengan menggunakan bentuk soal yang sudah ditetapkan. Misalnya kalau sudah ditetapkan untuk membuat tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi dasar dan indicator yang dapat diukur dengan menggunakan pilihan ganda. Sebaliknya kalau sudah ditetapkan untuk membuat tes uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang terpilih juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian. Semua kompenen kisi-kisi yang disebutkan terdahulu adalah komponenkomponen yang diperlukan dalam pennyusunan kisi-kisi. Namun demikian, tidak ada tuntunan atau keharusan untuk menggunakan semua komponen tersebut. Penggunaan komponen tersebut disesuaikan dengan keperluan berdasarkan jenis dan tujuan tes yang akan disusun. Setelah ditentukan komponen-komponen yang perlu dimasukan ke dalam kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah memasukan semua komponen tersebut ke dalam suatu format atau matriks. 7 2.7 Langkah-Langkah Penyusunan Tes 1. Langkah- Langkah Penyusunan Tes Dalam penysusnan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-langkah penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur, berikut langkahlangkah penyusunan tes : a. Menentukan tujuan utama. b. Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang hendak diukur untuk menentukan domain. c. Menyiapkan spesifikasi tes, menetapkan proporsi butir yang harus terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang di tentukan pada langkah 2. d. Menyusun proposal awal butir. e. Mengadakan penelaah kembali terhadap butuir-butir yang diperoleh pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu. f. Melakukan uji coba butir pendahuluan dan melakukan bila perlu. g. Melaksanakan uji-lapangan terhadap butir-butir hasil langkah 6 pada sampel yang besar yang mewwakili populasi untuk siapa tes dimaksudkan h. Menentukan ciri-ciri statistic skor butir, dan apabila perlu, sisihkan butir-butir yang di tetapkan. i. Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan validitas untuk bentuk akhir tes. j. Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan penafsiran skor tes (sebagai missal, siapkan table norma, prestasi standar, dan sebagainya.) Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan soal-soal tes yaitu: 1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. 2. Suatu soal tidak ganda/membingungkan. 8 boleh mengandung penafsiran 3. Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. 4. Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang dikehendaki guru. 5. Untuk memperoleh sebuah tes yang standar, harus dilakukan uji coba (try out) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, maka akan memperoleh manfaat yaitu: pengalaman menggunakan tes tersebut, mengetahui kesukaran bahasa, mengetahui variasi jawaban siswa, mengetahui waktu yang dibutuhkan, dan lain-lain. 2. Tabel Spesifikasi Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih profesional dalam menyusun tes. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi. Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blueprint. Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal (Suhasimi, 2007:185). Contoh: Aspek yang diungkap Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah Pokok Materi (I) (P) (A) Bagian I ............ ................ ............. ............. Bagian II ............ ................. ............. ............ Bagian n(terakhir) ............ ................. ............. ............ Jumlah ........... ................ .............. ............ 9 Dalam pembuatan tabel spesifikasi ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Contoh: Akan membuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah; a. Pengertian (2) b. Fungsi Efaluasi (3) c. Macam-macam cara evaluasi (5) d. Persyaratan evaluasi (4) Angka-angka yang tertera dalam kurung merupakan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Langkah kedua yaitu memindahkan pokokpokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase. TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI Aspek yang diungkap Ingatan pemahaman Aplikasi Jumlah Pokok materi Pengertian evaluasi 7 (14%) Fungsi evaluasi (20%) 10 Macam-macam cara 18 evaluasi 15 evaluasi (36%) Persyaratan (30%) Jumlah 50 butir soal Langkah ketiga yaitu merinci banyaknya butir soal untuk tiap pokok-pokok materi, dan angka ini ditulis pada kolom paling kanan. Caranya yaitu dengan 10 membagi jumlah butir soal (disini ada 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai persentase. Dalam contoh ini dimisalkan akan disusun tes berbentuk obyektif dengan jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 75 menit, maka sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa untuk mengerjakan satu buah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk tes, maka dapat disusun butir soal sejumlah: 50 buah soal berbentuk objektif (50 menit), dan 5 buah soal berbentuk uraian (25 menit). Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia dan bentuk soal. Tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu: a. Memnentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan. b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. 2.8 Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam penyusunan tes belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah di ajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang di harapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Berikut prinsip- prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar : 1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang di tetapkan sesuai tujuan instruksional. 2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah dijarakan,sehingga dapat dianggap mewakili seluruh perpormance yang telah di peroleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pelajaran. 11 3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. 4. Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes. 5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yag dapat di andalakan, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang sama hasilnya selalu sama dan relatif sama. 6. Tes hasil belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur keberasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. 2.9 Perencanaan Tes 2.9.1 Perencanaan Tes Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara representative. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam pengujian menjadi sangat penting. Tes tanpa rencana yang dapat dipertanggung jawabkan dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tes : 1. Pengambilan sample dan pemilihan butir soal 2. Tipe tes yang akan digunakan 3. Aspek yang akan diujikan 4. Format butir soal 5. Jumlah butir soal 6. Distribusi tingkat kesukaran butir soal. 12 2.9.2 Pengambilan sample dan pemilihan butir soal Tes hasil belajar ( achievemen te) haruslah disusun atas butir-butir soal yang terpilih, yang secara akademik dapat dipertanggung-jawabkan sebagai sample yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan perangkat tes tersebut. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak mungkin dapat dilakukan secara acak (random). Hanya seorang ahli dalam bidang studi yang tahu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup respresentatif atau tidak. Pemilihan itu dilakukan atas dasar pertimbangan pentingnya konsep, generalisasi, dalil, atau teori yang diuji dalam hubungannya dengan peranannya terhadap bidang studi tersebut secara keseluruhan. Karena itu tidak mungkin pemilihan itu dilakukan oleh awam dalam bidang studi tersebut. Untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang penting dalam suatu bidang studi, biasanya bidang studi itu dipilah-pilah menjadi beberapa pokok bahasan (major content areasi) dan sub pokok bahasan (specific content areas). Tentu saja tidak perlu ada jumlah butir soal yang sama untuk setiap pokok bahasan. Jumlah soal dalam setiap pokok bahasan atau subpokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahasan atau sub-pokok bahasan tersebut. Sebagai pedoman tentang tingkat kepentingan dari kontribusinya terhadap keseluruhan bidang studi itu atau, untuk mudahnya, keluasan pembahasan pokok bahasan dan atau subpokok bahasan atau suatu subpokok bahasan itu. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk satu pokok bahasan atau suatu subpokok bahasan. 2.9.3 Tipe tes yang digunakan Ebel dan frisble membagi tiga tipe soal : (1) esai, (2) objektif, dan (3) problem matemattika. Disamping itu masih juga dikenal soal-soal penampilan dan soal lisan. Ada keslahfahaman yang umum terjadi dikalangan pengguna tes, yaitu anggapan yang menyatakan suatu tipe tes lebih baik dari tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian telah menunjukkan perbedaan yang berarti dalam mengukur level ranah kognitif yyang sama. Soal esai yang baik dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat rangking subyek yang tidak berbeda. 13 Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penusunan tes dari pada kemampuan peserta tes aspek yang ingin diukur. 2.9.4 Aspek kemampuan yang diuji Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu aspek yang diujipun haruslah yang berbeda pula. Disinilah aspek ranah kognitif yang mana yang akan diuji harus sinkron dengan kemampuan yang ditentukan oleh tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Dalam hubungan inilah kita mengenal adanya 6 tingkatan kemempuan yang diuji, yaitu lazim siberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Disamping itu tentu juga harus diperhatikan kemampuan dari ranah lain seperti afektif dan psikomotor. Jumlah soal untuk setiap ranah atau untuk setiap level dalam ranah kognitif juga tiak perlu sama. Pada umumnya tes hasil belajar lebih berorentasi kepada pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan kemampuan yang disebut terdahulu. Hal ini tentu saja berarti bahwa jumlah soal yang mewakili tiga level yang pertama diharapkan lebih banayk dari jumlah soal untuk tiga level berikutnya. 2.9.5 Format butir soal Baik tes objektif maupun tes esai mengenal berbagai format biasa. Misalnya, dalam tes objektif, acapkali dipilih format A (pilihan ganda biasa), format B (pilihan ganda analisis hubungan antar hal), format C (pilihan ganda analisis kasus), atau format D (pilihan ganda kompleks) dan E (pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, garis, atau tabel). Berbagai penelitian juga telah menunjukan bahwa berbagai format butir soal ini tidak menunjukan perbedaan efektifitas yang berarti untuk mengukur berbagai level ranah kognitif, asalkan dikonstruksikan sama baiknya. Bahkan format butir soal B-S pun dapat mengukur level ranah kognitif yang tinggi, asalkan dikonstruksinya secara cermat oleh ahli bidang studi dan ahli konstuksi tes. Perbedaab antar format butir soal tersebut tidak terletak pada efektifitasnya mengukur level kemampuan, tetapi lebih banyak pada penekanannya ( dalah hal peserta tes kurang mengusasai bahan tes dites). 14 2.9.6 Jumlah butir soal Jumlah butir soal tentu saja ada ketentuan yang asli. Tetapi yang harus diingat ialah jumlah butir soal berhubungan alngsung dengan reabilitas tes dan reprensi isi bidang studi yang dites, makin besar jumlah butir soal yang digunakan dalam suatu tes maka kemungkinan akan makin tinggi reabilitasnya, baik dalam arti stabilitas maupun internal konsistensinya. Dilihat dari segi jumlah inilah maka tes objektif mempunyai kekuatan yang lebih dari tes esai. Karena tugas yang harus diselesaikan dalam tes objektif itu sangat singkat, maka kemungkinan untuk menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi lebih besar pula. Sedangkan tes esai tidak memungkinkan menggunakan jumlah item yang banyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan reabilitas tes objektif akan lebih baik dari tes esai. Jumlah butir soal itu haruslah direncanakan: a. Jumlah keseluruhan b. Jumlah untuk setiap pokok bahasa/ topic/ conten area c. Jumlah untuk setiap format d. Jumlahj untuk tiap katehori tingkat kesukaran e. Jumlah untuk setiap level ranah kognitif Tentu saja dalam menentukan jumlah ini harus mempertimbangkan waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang dituntut oleh tes, dan waktu ujian diadakan. 2.9.7 Distribusi Tingkat Kesukaran Pada umumnya semua ahli kontruksi tes sependapat bahwa tes yang terbaik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat ketitik itu makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang belajar dan kelompok yang kurang belajar. Tetap tentu saja itu bukanlah satu-satunya pertimbangan untuk mentukan distribusi tingkat kesukaran. Penentuan harus lebih mengarah kepada yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Tetapi yang harus diingat adalah tes yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang baik. 15 Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini juga harus diperhatikan bahwa tes yang mempunyai tingkat kesukaran rendah sebaiknya diletakan di awal tes dalam yang tinggi pada akhir perangkap tes ketentuan ini tidaklah menunjukan perbedaan yang berarti pada “ power tes “. Perbedaan iu lebih bersifat memberi motif untuk lebih terdorong mengerjakan seluruh butir soal. 16 BAB III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan Kisi-Kisi adalah Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Penulisan atau Kegiatan menulis adalah kegiatan membuat huruf (angka) dengan menggunakan alat tulis di suatu sarana atau media penulisan guna penyampaian pesan (ide, pikiran, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Orang yang melakukan pekerjaan menulis disebut Penulis. Penyusunan adalah suatu kegiatan untuk memproses data-data yang dilakukan oleh suatu organisasi perusahaan atau perorang secara baik dan teratur. Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan, Komponenkomponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: Jenis sekolah/jenjang sekolah,Mata pelajaran,Tahun ajaran, Kurikulum yang diacu, Alokasi waktu, Jumlah soal, Bentuk Soal, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Bahan kelas, Jumlah soal, Nomor urut soal, Bentuk soal. Dalam penysusnan sebuah tes, harus mengikuti sebuah langkah-langkah penyusunan tes agar penyusunan tes menjadi terstruktur, berikut langkah-langkah penyusunan tes : Menentukan tujuan utama, Menentukan tingkah laku yang menggambarkan konstruk yang hendak diukur untuk menentukan domain., Menyiapkan spesifikasi tes, menetapkan proporsi butir yang harus terpusat pada setiap jenis tingkah laku yang di tentukan pada langkah 2, Menyusun proposal awal 17 butir, Mengadakan penelaah kembali terhadap butuir-butir yang diperoleh pada langkah 4 dan melakukan revisi bila perlu, Melakukan uji coba butir pendahuluan dan melakukan bila perlu, Melaksanakan uji-lapangan terhadap butir-butir hasil langkah 6 pada sampel yang besar yang mewwakili populasi untuk siapa tes dimaksudkan, Menentukan ciri-ciri statistic skor butir, dan apabila perlu, sisihkan butir-butir yang di tetapkan, Merencanakan dan melaksanakan pengkajian reliabilitas dan validitas untuk bentuk akhir tes, Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan penafsiran skor tes (sebagai missal, siapkan table norma, prestasi standar, dan sebagainya.) Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih profesional dalam menyusun tes. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi. Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam penyusunan tes belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah di ajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang di harapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Berikut prinsip- prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar :Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang di tetapkan sesuai tujuan instruksional, Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah dijarakan,sehingga dapat dianggap mewakili seluruh perpormance yang telah di peroleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pelajaran, Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betulbetul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri, Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes, Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yag dapat di andalakan, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkalikali terhadap subjek yang sama hasilnya selalu sama dan relatif sama, Tes hasil 18 belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur keberasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. Perencanaan Tes : Perencanaan Tes, Pengambilan Sampel dan pemilihan Butir Soal, Tipe Tes yang Digunakan, Aspek Kemampuan yang diuji, Format Butir Soal, Jumlah Butir Soal. 3.2 Saran Pada pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan serta kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini dan makalah yang dibuat selanjutnya. 19 DAFTAR PUSTAKA Akhadiah Sabarti. 1988. Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: bumi aksara. Basroi & Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karyaputra Darwati. Penulisan.pdf. 2015. Tersedia di Wikipedia.org (Diakses tanggal 22 Maret 2015) Penyusunan.pdf. 2015 . Tersedia di Felib.unikom.ac.id (Diakses tanggal 22 Maret 2015) Sudijono Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. Syrapranata Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Inplementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.