Uploaded by Reza Kusumaidi Pratama

PBK

advertisement
PROGRAM KEAKSARAAN, TAMAN BACAAN MASYARAKAT,
DAN KEPEMUDAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Program S 1 PGSD UT adalah merupakan salah satu program pendidikan yang
khusus mendidik para mahasiswanya untuk menjadi tenaga guru,khusunya guru sekolah
dasar.Dengan demikian diketahui bahwa tujuan pendidikan S 1 kependidikan adalah
bahwa nantinya para mahasiswa setelah menyelesaikan kegiatan perkuliahannya dapat
bertugas sebagai guru sekolah dasar (SD).
Salah satu mata kuliah yang tertera di kurikulum S1 PGSD yaitu Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan.Ini merupakan mata kuliah yang dilakukan mahasiswa
dalam
rangka
pengabdian
kepada
masyarakat,yang
berupa
praktek-praktek
lapangan.Salah satu contohnya dalam bidang “program keaksaraan, Taman Bacaan
Masyarakat, Dan Kepemudaan”
Dalam hal ini Keaksaraan merupakan hal atau keadaan mengenal aksara yang
meliputi membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang
memungkinkan seseorang secara terus menerus mengembangkan kompentesinya
sehingga dapat meningkatkan mutu dan tarap kehidupannya. Sementara itu pendidikan
keaksaraan adalah usaha untuk membimbing dan membelajarkan pengetahuan
mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan yang saat ini terjadi
di indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang disebabkan oleh
kurangnya kesempatan belajar yang dapat diperoleh karena tingkat kemiskinan yang
cukup tinggi sehingga warga tidak mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar. Dan saat
ini masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya
buta huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung ( baca, tulis dan berhitung ).
Untuk memotivasi pembelajaran mereka maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai
dengan karater dan kultur yang ada dalam masyarakat agar tingkat buta aksaara dapat
diperkecil.
Dan Taman Bacaan Masyarakat salah satu program pendidikan sebagai tindak lanjut
dan implementasi program pemerintah yang turut mendukung keberhasilan pembangunan
dunia pendidikan adalah adanya pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) adalah salah satu program pemerintah yang mengacu pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
NasionaL, pasal 26 ayat (4), tcrcantum bahwa satuan pendidikan non formal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Dalam hal ini Pemuda adalah modal dasar dalam pembangunan dan pelaksaan
program pemberantasan buta aksara dan motor penggerak taman bacaan masyarakat,
sehingga perlu dihimpun dan dibina agar mereka mampu mengambil peran aktif dalam
berbagai kegiatan di masyarakat. Untuk itu, diperlukan berbagai konsep yang tepat
dalam pembinaan lembaga kepemudaan agar keberadaannya benar-benar dapat
menumbuh kembangkan motivasi dan kreativitas pemuda.
Selama ini peran Lembaga Kepemudaan belum berperan aktif dan belum
menampakkan hasil yang nyata berupa prestasi-prestasi baik di tingkat daerah maupun
nasional, padahal pemuda adalah generasi penerus dan berpotensi besar karena usianya
yang produktif.
Apabila lembaga kepemudaan itu dapat dikelola dan dikembangkan dengan
baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kemajuan daerah.
Namun, apabila lembaga itu tidak dikelola dengan baik dan diarahkan, maka potensi
besar dari pemuda tidak akan memberikan arti apa-apa.
Pembinaan pemuda pada saat ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik
oleh instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun organisasi masyarakat
(Ormas) dengan berbagai program kepemudaan sehingga diihasilkan para pemuda yang
berkualitas, yang memanfaatkan produktifitas mereka untuk mendapatkan berbagai
prestasi dan membangun daerah.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk mengaji dan mengetahui program buta aksara, Taman bacaan Masyarakat
dan kepemudaan maka diperlukan sub pokok yang saling berhubungan. Sehingga
penulis membuat rumusan sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud Buta Aksara,?
2. Apa Yang menjadi faktor - faktor penyebab buta Aksara dan bagaimana mengatasi buta
aksara,?
3.
Apa Yang dimaksud dengan Taman Bacaan Masyarakat dan bagaimana membentuk
dan Menjalankan Taman Bacaan Masyarakat,?
4.
Bagaimana Peran kepemudaan dalam menyingkapi program buta aksara dan Taman
Bacaan
1.3
Masyarakat?
Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalahProgram Buta Aksara, Taman Bacaan
Masyarakat Dan kepemudaan.serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Berwawasan
kemasyarakatan semester 1 jurusan PGSD tahun 2017.dan menjawab pertanyaan yang
ada pada rumusan masalah. Dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk
memahami cara Pemberantasan Buta Aksara, membentuk dan mengembangkanTaman
Bacaan Masyarakan Serta Peran Kepemudaan dalam hal tersebut.
1.4
Metode Penulisan Masalah
penulisan mengunakan metode literature dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Refensi makalah ini bersumber dari Buku dan jejaring internet serta
dengan pendalaman analisis mengenai informasi yang didapat bukan hanya langsung
dimasukan dalam makalah ini.
1.5
Sistematis Penulisan Makalah
makalah ini disusun menjadi 3 bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan,
dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematis penulisan.
Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan sub sub yang berkaitan dengan Program
Buta Aksara, Taman Bacaan Masyarakat dan Kepemudaan .
BAB II
PEMBAHAS
2.1 Apa yang dimaksud dengan buta Aksara
Buta aksara terdiri dari dua kata yakni buta dan aksara. Buta diartikan sebagai
tidak dapat melihat, mengenali sesuatu dalam bentuk dan warna dengan cara melihat.
Sedangkan aksara adalah sistem tanda grafis atau sistem tulisan yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi. Dengan sistem tulisan ini, manusia dapat menyimpan
kekayaan akal budinya serta mengingat berbagai peristiwa. Karena daya ingat manusia
terbatas, dapat dikatakan bahwa tulisan memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam pencatatan sejarah dan berbagai macam peristiwa dalam kehidupan manusia.
Tanda-tanda grafis yang digunakan untuk pencatatan tersebut adalah huruf.
Aksara dapat terdiri dari huruf-huruf, angka dan aksara khusus. Aksara yang
meliputi huruf-huruf adalah:
a.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
b.
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
c.
Aksara yang meliputi angka-angka ialah: 0123456789, dan
d.
Aksara khusus yakni +:-*/()=,.’[]<>;{}
UNESCO mendefinisikan bahwa buta aksara adalah:
“ability to identify, understand, interpret, create, communicate and compute, using
printed and written materials associated with varying contexts. Literacy involves a
continuum of learning in enabling individuals to achieve their goals, to develop their
knowledge and potential, and to participate fully in their community and wider
society”.
Artinya: kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan,
membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan material tercetak dan tertulis
terkait dengan konteks yang bervariasi. Literasi melibatkan kontinum belajar dalam
memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan
pengetahuan dan potensi mereka, dan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitas
mereka dan masyarakat yang lebih luas.
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Buta Aksara
Beberapa penyebab buta aksara dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kemiskinan penduduk.
Sejak lama, kemiskinan, buta aksara, ketertinggalan dan keterbelakangan, serta
ketidakberdayaan masyarakat, memang sudah menjadi bagian dari masalah sosial yang
kompleks dan multidimensional.
Adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga saat ini sangat
mempengaruhi usaha pemerintah dan masyarakat untuk mensukseskan wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun. Banyak anak Indonesia yang terancam buta aksara,
yang diakibatkan oleh faktor kemiskinan dan ekonomi keluarga.
b. Putus sekolah dasar (SD)
Ancaman besar lain yang selalu menghantui dan menjadi penyebab timbulnya
calon – calon buta aksara adalah masih besarnya anak – anak SD/MI yang putus
sekolah. Belum lagi anak – anak yang belum memiliki kesempatan masuk sekolah
dikarenakan berbagai hal, misalnya karena orang tua dan keluarganya tidak mampu.
c. Drop out program PLS
Salah satu yang kurang diperhatikan penyebab terjadinya buta aksara di
Indonesia adalah DO program PLS yang selama ini dilaksanakan baik melalui program
Paket A, yang dibiayai proyek OBAMA, UNICEF, PPLS, Pemda dan lainya yang tidak
diperhitungkan angka DO-nya, termasuk Paket A setara dengan SD dan Paket B setara
SLTP.
d. Kondisi sosial masyarakat
1) Kesehatan dan gizi masyarakat.
Kondisi kesehatan dan gizi masyarakat yang kurang baik, jika tidak diperhatikan
dengan seksama akan berpengaruh pada menurunya angka partisipasi sekolah, terutama
pada tingkat sekolah dasar.
2) Demografis dan geografis
Dilihat dari segi demografis dan geografis bagian terbesar dari jumlah penduduk
tinggal di pedesaan, sekitar 70-80% penduduk dunia terutama di Negara-negara miskin
dan yang sedang berkembang termasuk Indonesia bermukim di pedesaan. Tenaga
pendidik masih sangat kurang karena sebagian penduduk pedesaan berpendidikan
rendah.
3) Aspek sosiologis.
Ditinjau dari segi sosiologis, sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa
harkat dan martabat seseorang akan meningkat apabila memiliki “ijazah” yang
diperoleh melalui jalur pendidikan formal, dengan orientasi ingin menjadi pegawai
negeri atau bekerja di perusahaan – perusahaan atau bekerja pada sektor – sektor formal.
4)
Issue gender.
Jika ditinjau dari isu gender, berbagai pendapat menyatakan keberatan yang
dinyatakan dengan terus terang maupun hanya sekedar menggerutu di belakang.
Pendapat ini tidak sekedar di kalangan aktivis pembangunan, tetapi juga di kalangan
orang – orang yang berkecimpung di bidang pengembangan masyarakat utamanya di
bidang pendidikan. Isu yang berkembang tahun – tahun belakangan ini yaitu adanya
pola hubungan pembagian peran dan tugas antara laki – laki dan perempuan yang
seimbang, setara dan saling melengkap
e.
Penyebab struktural
1)
Skala makro
Secara struktural pengambilan kebijakan diberbagai level dan bidang, termasuk
bidang pendidikan didominasi oleh laki – laki dibanding perempuan, sehingga
keputusan yang dihasilkan pun adalah berdasarkan kacamata (kepentingan) laki – laki.
2)
Skala Mikro
Dalam skala keluarga misalnya, hampir semua keputusan yang berkaitan dengan
keuangan, akan didominasi oleh figur laki – laki (ayah), termasuk keputusan
pembiayaan pendidikan bagi anak – anaknya.
3)
Aspek kebijakan
Masalah klasik lainya adalah program – program yang diluncurkan oleh
pemerintah termasuk pendidikan, masih belum seluruhnya berpihak untuk kepentingan
pengentasan bagi masyarakat yang memerlukannya. Banyak program – program
pendidikan yang hanya bersifat “tawaran” dari atas yang belum tentu masyarakat
membutuhkannya. Hal ini pun terjadi pada program pendidikan keaksaraan atau
pemberantasan buta aksara, sehingga warga belajar yang menjadi sasaran didiknya tidak
memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility) untuk mensukseskannya, karena
bukan berangkat dari apa yang dibutuhkan
Dari beberapa faktor di atas, kemiskinan adalah faktor utama yang membuat
seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi
untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Faktor struktural juga merupakan faktor cukup memiliki andil
dalam menciptakan masyarakat buta huruf karena layanan pendidikan yang jauh juga
menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau
daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan.
Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi
karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh. Selain itu orang tua menganggap
bahwa sekolah itu tidak penting.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak
penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak,
berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka
untuk mengemis atau ngamen di jalan.
2.3 Cara Pemberantasan Buta Aksara
Pelaku atau subyek dari Pengembangan Masyarakat salah satunya adalah
pemerintah. Program Pengembangan Masyarakat dari pemerintah merupakan program
yang sudah terencana secara khusus sebagai indikator keberhasilan suatu program
pemerintahan. Oleh karena itu, Pengembangan Masyarakat di sini adalah sesuatu hal
yang telah terencana sejak awal. Salah satu program Pengembangan Masyarakat oleh
pemerintah adalah pemberantasan buta aksara atau biasa disebut dengan buta huruf.
Dari sebuah surat kabar menginformasikan bahwa kondisi penduduk dunia yang
861 juta diantaranya masih mengalami buta huruf atau buta aksara. Ironisnya, 15,04 juta
diantaranya berada di Indonesia. Hal ini sempat membuat sejumlah badan dunia seperti
UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank dan Human Right Watch sangat prihatin
dengan kondisi seperti ini. Pasalnya, masalah buta huruf atau buta aksara sangat terkait
dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketidakberdayaan masyarakat.
Atas
dasar
inilah
badan-badan
internasional
gencar
mengkampanyekan
dan
mensosialisasikan pentingnya pemberantasan buta aksara di dunia khususnya negara
seperti Indonesia.
Kondisi yang demikian menuntut terciptanya individu-individu yang tidak hanya
mampu beradaptasi, akan tetapi juga dapat berperan penting di dalamnya. Untuk itu,
kita harus sadar bahwa pemberantasan buta huruf merupakan tanggung jawab bersama.
Dalam hal ini pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, dan masyarakat harus
mempunyai kemauan untuk keluar dari lingkaran buta huruf yang menyengsarakan.
Upaya penanggulangan kemungkinan buta huruf dapat dilakukan sejak dini yaitu
dengan sekolah. Melalui bangku sekolah, anak dapat belajar untuk membaca agar
nantinya tidak menambah daftar panjang permasalahan di Indonesia melalui
penambahan angka penyandang buta aksara.
Berdasarkan sebuah penelitian, orang-orang yang menyandang buta aksara lebih
tertinggal dan lebih terbelakang daripada orang-orang yang pandai dan bisa membaca.
Oleh karena itu, apabila masyarakat suatu bangsa makin tertinggal dari bangsa lain,
maka bisa dikatakan pembangunan negara tersebut juga masih tertinggal dari negara
lain. Buta aksara yang ada di Indonesia sebenarnya telah ada sejak zaman penjajahan.
Dari pihak negara penjajah memang telah disengaja agar rakyat Indonesia menjadi lebih
terbelakang dan bodoh-bodoh agar nantinya tidak merugikan mereka yang menjajah.
Pada masa tersebut, tidak ada sekolah untuk rakyat yang bukan keturunan “ningrat”,
sehingga rakyat Indonesia yang miskin sama sekali tidak ada kesempatan untuk
mengenyam pendidikan dan terjadilah buta aksara. Hal ini sama sekali tidak
menguntungkan rakyat Indonesia sendiri, karena menjadikan penjajah makin lama
menduduki Indonesia.
Menurut pengamat sosial kemasyarakat Universitas Sebelas Maret, Prof Dr
Sodiq A Kuntoro menegaskan disamping faktor kemiskinan baik struktural dan absolut,
penyebab buta aksara juga dipengaruhi oleh masih tingginya angka putus sekolah di
Indonesia. Maka Untuk Memberantas Buta Aksara kita Harus tahu Metode Dan Upaya
pemerintah Pemberantasan Buta Aksara serta kendala Yang akan dihadapi adalah
Sebagai Berikut :
a. Metode yang Digunakan dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara
Melalui Pendekatan Pengembangan Masyarakat
Pemberantasan buta aksara tidak dapat langsung dilaksanakan. Namun memerlukan
waktu dan perancangan program yang tepat. Dalam Pengembangan Masyarakat,
program biasanya dikembangkan untuk menyediakan pelayanan sosial yang secara
langsung menyentuh klien atau sasaran perubahan. Dalam kasus pemberantasan buta
aksara ini, perancangan program dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Merumuskan nama program atau intervensi. Nama program bisa mengacu pada tujuan
umum (goal) program yang berfungsi memberikan fokus pada rencana atau usaha
perubahan, serta pedoman bagi maksud atau alasan-alasan mengapa program
Pengembangan Masyarakat perlu dilakukan.
2.
Menyatakan tujuan-tujuan hasil. Menjelaskan hasil-hasil yang ingin dicapai sebuah
program secara terukur dalam kurun waktu tertentu dan dengan indikator atau ukuran
yang ditetapkan. Misal: menetapkan kerangka waktu, mendefinisikan populasi sasaran,
merumuskan hasil yang ingin dicapai, menyatakan indikator atau kriteria untuk
mengukur pencapaian hasil.
3.
Menyatakan tujuan-tujuan proses. Misal: menetapkan kerangka waktu bagi proses
pencapaian tujuan, mendefinisikan populasi sasaran, merumuskan hasil dari proses
pencapaian tujuan, menyatakan indikator atau kriteria yang dapat dijadikan dokumen
4.
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Membuat format kegiatankegiatan untuk memudahkan pemantauan (monitoring), merumuskan kegiatan atau
tugas yang harus selesai dilakukan untuk mencapai tujuan.
5.
Mengembangkan rencana aksi. Merancang manajemen logistik, memilih dan melatih
para partisipan.
6. Memonitor proses kegiatan. Memonitor kegiatan-kegiatan teknis, memonitor kegiatankegiatan interpersonal.
7.
Mengevaluasi hasil intervensi. Membuat laporan-laporan evaluasi secara periodik
berdasarkan hasil monitoring.
b. Upaya Pemerintah untuk Memberantas Buta Aksara di Indonesia
Indonesia dapat dikatakan Negara yang tergolong cepat dalam pemberantasan
buta aksara. Bahkan hal ini telah diakui oleh badan-badan dunia seperti UNESCO,
UNICEF, serta WHO. Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi pemerintah
Indonesia khususnya. Oleh karena itu, setiap tahunnya pemerintah mempunyai target
sendiri dalam upaya memberantas buta aksara. Pada tahun 2009 ini, pemerintah
mentargetkan penurunan angka buta aksara sebanyak 5% dari tahun 2008.
Akan tetapi, pada dasarnya agak susah memang untuk dapat memberantas buta aksara
secara tuntas karena buta aksara yang masih tersisa merupakan kelompok yang paling
sulit diberantas. Sebab, sebagian besar dari mereka berusia di atas 44 tahun yang
umumnya berasal keluarga kurang mampu, penglihatannya sudah terganggu dan
kebanyakan tinggal di daerah terpencil.
Pemerintah tidak dapat hanya tinggal diam dengan keadaan seperti ini. Tingkat buta
aksara di Indonesia yang masih tergolong tinggi akan mengakibatkan kurang
produktifnya masyarakat, sehingga dapat dikatakan, hal ini digunakan sebagai indikator
keberhasilan Pengembangan Masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemerintah sangatlah
kuat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi:
1.
Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebesar Rp 600 miliar pada tahun 2007
untuk program pemberantasan buta aksara. Dan jumlah dana ini berbeda tiap tahunnya.
2.
Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta ormas-ormas lain
untuk keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta aksara di Indonesia dapat
berkurang semaksimal mungkin. Diharapkan dengan adanya bantuan dari ormas lain,
angka buta aksara dapat berkurang lebih cepat dan lebih terarah.
3. Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya pemberantasan
buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa. Hal ini
dikarenakan: (pertama) para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah
mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga
mempunyai idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan
dibebankan. (kedua) mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga belajar karena
berada di lingkungan warga belajar. (ketiga) dengan pendekatan ini diharapkan waktu
untuk pemberantasan akan empat kali lebih cepat dibanding dengan yang ditangani oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan organisasi lain. (keempat) adanya sebuah fakta
bahwa nilai mahasiswa di mata masyarakat masih sangat tinggi sehingga diharapkan
kepercayaan masyarakat terhadap program ini juga meningkat.
4.
Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara.
5.
Pemerintah menerapkan strategi untuk pemberantasan buta aksara seperti yang
diusulkan oleh UNESCO, yaitu (pertama) pemetaan jumlah penyandang buta aksara
secara tepat. (kedua) perluasan informasi dan sosialisasi pentingnya melek aksara.
(ketiga) pemberdayaan sekolah formal dan nonformal bekerjasama dengan lembaga
swadaya masyarakat (LSM). (keempat) program pendidikan membaca secara inovatif
melalui kegiatan di luar sekolah. (kelima) menjalin kemitraan dengan UNESCO.
Contoh nyata upaya pemerintah dalam program pengentasan buta aksara ini
antara lain pada tahun 2005, Depdiknas telah menyusun Rencana Strategis
Pembangunan Pendidikan Nasional; (Renstra Depdiknas) untuk tahun 2005 -2009 yang
menitik beratkan kepada terwujudnya kehidupan masyarakat, Bangsa dan Negara yang
aman, bersatu, rukun dan damai, terwujudanya masyarakat Bangsa dan Negara yang
menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia serta terwujudnya
perekonomian yang ampuh menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak
serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang
dilandasi keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.
Guna mewujudkan itu, Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2006 sampai
2009 ini telah menetapkan 3 pilar kebijakan pembangunan pendidikan agar setiap
pengambil keputusan dan operator pendidikan di pusat maupun daerah memiliki
komitmen bersama tentang pemerataan dan perluasan akses yang diarahkan pada upaya
memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta
memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari golongan masyarakat
yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat
kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan tersebut ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia agar dapat belajar sepanjang hayat dalam
rangka pemenuhan hak warga Negara terhadap pendidikan.
Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan sangatlah diutamakan, demi
terwujudnya esensi dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sangat jelas di sini bahwa Pemerintah Indonesia
sangat menjunjung tinggi pendidikan dan selalu berupaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan buta aksara, mulai dari Wajib
Belajar 9 tahun hingga sekolah gratis dan program pemberantasan buta aksara yang
diperuntukkan warga yang bukan anak-anak lagi.
Namun Pemberantasan buta aksara tidak lagi cukup pada membuat warga yang
belum melek huruf mampu membaca dan menulis. Program itu mesti diarahkan dan
diintegrasikan untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Upaya
pemberantasan buta aksara diintegrasikan juga untuk membuat warga berdaya dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan kehidupan berbangsa. Tantangan sekarang bukan
sekadar buta aksara hilang, tapi membuat warga berdaya untuk memperbaiki taraf
hidup.
Pemerintah telah menetapkan fokus pemberantasan buta aksara. Fokus
pemberantasan buta aksara tersebut terutama di daerah transmigrasi, pesisir, sekitar
hutan, dan kepulauan. Selain itu, sasaran juga diperkuat bagi masyarakat perbatasan,
masyarakat perkotaan yang belum terlayani, santri/pesantren tradisional, serta
komunitas adat terpencil. Hal ini dikarenakan, masyarakat yang tinggal di daerah ini
belum mampu secara ekonomi untuk menuntaskan belajar formal mereka, serta
kurangnya tenaga pengajar yang ada di daerah ini.
Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki
indeks pembangunan manusia di tiap-tiap daerah. Berhasilnya program pemberantasan
buta aksara akan membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan
dan keterbelakangan.
c. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara
Tidak ada gading yang tak retak. Semua program pasti mempunyai kendala. Demikian
juga dengan program pemberantasan buta aksara ini. Meskipun Indonesia mampu
mengurangi angka penyandang buta aksara, namun ternyata dibalik itu semua para
subjek pelaksana teknis menghadapi banyak kendala. Diantaranya adalah:
1.
Banyak masyarakat penyandang buta aksara sudah terlalu tua sehingga kemampuan
menyerap ilmu lebih lambat, belum lagi yang menderita gangguan pebgluhatan karena
usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
2. Adanya data yang tidak valid atau peserta fiktif. Hal ini dikarenakan mungkin karena
tidak ada peminat untuk mengikuti diklat dalam upaya pemberantasan buta aksara.
Mereka yang tidak ikut kebanyakan telah mempunyai kesibukan sendiri seperti bekerja
di saawah ataupun menjadi ibu rumah tangga.
3.
Dalam pelaksanaan program, terlalu memakan waktu sehingga tidak efisien bagi
mahasiswa yang mempunyai kesibukan sendiri.
2.4 Apa Yang dimaksud dengan Taman Bacaan Masyarakat
Salah satu program pembangunan pendidikan adalah Program pengembangan
Budaya Baca dan Perpustakaan. Program ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya
masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta
penyediaan, bahan bacaan yang berguna bagi aksarawan baru, maupun anggota
masyarakat pada umumnya yang membutuhkan untuk, memperluas pengetahuan dan
keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat. TBM sebagai
medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan
bacaan: seperti buku pelajaran, buku
keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya
sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif dan kebutuhan
masyarakat sekitar dan minat baca yang baik aksaran baru, peserta didik jalur
Pendidikan Formal dan Non-Formal (warga belajar), dan masyarakat umum tanpa batas
usia.
Taman bacaan masyarakat adalah untuk melayani kepentingan penduduk yang
tinggal disekitarnya. Mereka terdiri atas semua lapisan masyarakat tanpa membedakan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adatistiadat, tingkat pendidikan, umur
dan lain sebagainya. Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan
Masyarakat (2006: 9) Taman Bacaan Masyarakat adalah sebuah tempat / wadah yang
didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses
layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur
hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar TBM Menurut
Sutarno NS (2006: 19)Taman Bacaan Masyarakat mempunyai tanngung jawab,
wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangunnya, mengelola dan
mengembangkannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa untuk ikut memiliki
(sense of belonging), ikut bertanggung jawab.Menurut Amrin (2011: 04)Taman bacaan
Masyarakat adalah sebuah lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan
yang dibutuhkan dan berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat
di desa atau diwilayah TBM berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan
mewujudkan masyarakat berbudaya baca
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Taman Bacaan Masyarakat adalah
lembaga atau unit layanan yang menyediakan bahan bacaan untuk sekelompok
masyarakat di suatu wilayah dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat.
Masyarakat menyadari dan menghayati bahwa taman bacaan sangat diperlukan oleh
masyarakat. Minat masyarakat terhadap TBM harus terus dibina dan dikembangkan
sehingga masyarakat memperoleh informasi yang mereka perlukan
2.5 Tujuan, Manfaat, Fungsi Dan Peran Taman Bacaan
Masyarakat
Dalam pengelompokan perpustakaan, taman bacaan masyarakat tergolong dalam
Perpustakaan Umum. Perpustakaan Umum menurut Reitz (2004) adalah “A library Or
library system that provides unrestricted acces and services free of channge to all the
resident of given community, distric, or goegrapic region, supported wholly or in part
by publics fund”. Pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan
umum adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang
tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga
masyarakat didaerah atau wilayah tertentu, yang didukung oleh sebagian dari dana
masyarakat (pajak). Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(2006: 1),
a. Tujuan taman bacaan masyarakat adalah :
b. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga terciptamasyarakat
yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat
d. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam
e.
pembrantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.
Dari uraian diatas, terlihat keberadaan TBM sebagai sumber pembelajaran
yang sangat penting, karena TBM tidak hanya sebagai tempat membaca, namun juga
untuk tempat mencari informasi.
b. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
Untuk meningkatkan kualitas TBM dalam rangka merealisasikan masyarakat
budaya baca, TBM juga mempunyai manfaat sebagai medium pengembangan budaya
baca masyarakat demi ercapainya masyarakat berbudaya baca yang berpengalaman,
kritis, beradab, maju, dan mandiri yang dapat dicapai oleh masyarakat itu sebdiri.
Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 1),manfaat
taman bacaan masyarakat adalah :
1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.
2. Memperkaya pengalaman belajar bagi warga.
3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
4. Mempercepat proses penguasaan proses penguasaan teknik
5. Membantu pengembangan kecakapan membaca
6. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan
8. Membantu kelancaran penyelesaian tugas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat taman bacaan masyarakat
adalah menumbuhkan minat baca kecintaan membaca untuk memperkaya pengalaman
belajar bagi warga dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang dibutuhkan
masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk menumbuhkembangkan
minat dan kegemaran membaca.
Apabila melaksanakan fungsinya dengan baik
c. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat memfasilitasi
pembelajaran seumur hidup, TBM mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan
mencari informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik mengenai masalah yang langsung
berhubungan dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan dengan
pendidikan. Menurut Buku pedoman pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 2),
fungsi taman bacaan masyarakat adalah
1.
Sarana pembelajaran bagi masyarakatuntuk belajar mandiri, dan sebagai penunjang
kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan.
2.
Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya yang sesuai
dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
3.
Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan Iainnya dalam
studi kepustakaan.
4.
Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran dan kegiatan
akademik Iainnya.
5.
Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan yang sifatnya
rekreatif
untuk
memamfaatkan
waktu
senggang
untuk
memperoleh
pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermamfaat.
Dari uraian diatas TBM menjalankan beberapa fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi
pembelajaran, hiburan dan informasi. TBM melaksanakan kegiatan pelayanannya
bervariasi. Ada banyak nama yang digunakan TBM, misalnya Rumah baca, pondok
baca, perahu baca, Warung baca, namun pada hakikatnya kesemua lembaga atau
organisasi tersebut , melakukan fungsi yang sama dengan TBM.
d. Peran Taman Bacaan masyarakat
Peran sebuah TBM adalah bagian dari tugas yang pokok yang harus dijalankan
di dalam taman bacaan masyarakat. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan itu
ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya Visi dan Misi yang hendak dicapai.
Setiap taman bacaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan
peranannya dengan sebaik-baiknya, peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan,
tugas dan
fungsinya. Agar dapatmeningkatkan minat dan budayabaca, TBM memiliki peran
sebagai berikut :
Menurut Muhammad, Hamid (2010: 81), peran taman bacaan masyarakat adalah :

TBM berperan sebagai tempat informasi Agar dapat dikunjungi masyarakat sekitar
TBM harus menjadi tempat layanan informasi yang dibtuhkan oleh masyarakat sekitar
melalui media bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut TBM harus berisi
berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual gerak, booklet, atau bahan bacaan
praktis lainnya yang dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar
TBM. Dengan demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang
menjanjikan informasi umum yang sangat dibutuhkan masyarakat sekitar TBM.

TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan Sesuai
dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan pengetahuan yaitu bahan
bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otogiografi, kamus, ensiklopedia, buku
tentang berbagai nusantara, dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki
bahan bacaan ilmu pengetahuan praktis ( yang bersifat aplikatif ), serta buku pelajaran
untuk membantu anak-anak sekolah tetapi tidak memiliki buku

TBM berperan sebagai tempat hiburan edukatif
Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan dibuat sedemikian rupa
sehingga orang yang belajar merasa senang dan nyaman. Oleh karena itu, TBM juga
menyediakan bahan bacaan yang humoris atau bahan bacaan yang bersifat cerita, novel,
komik, dan sebagainya

TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral
TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi bahan bacaan
yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis, agama, sejarah,
otobiografi tokoh/artis dan pengalaman hidup seseorang.

Berperan sebagai tempat berperan keterampilan
Untuk memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan TBM perlu
menyediakan bahan bacaan baik berbagai eterampilan yang bersifat praktis baik
pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa peran taman bacaan masyarakat
merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi pengetahuan dan sebagai sarana
untuk membangun omunitas antara sesama pngguna taman baca masyarakat. Taman
Bacaan
Masyarakat
dapat
juga
berperan
sebagai
pembimbing
dan
memberikankonsultasi kepada pengguna dan pembinaan serta menanamkan pentingnya
taman bacaan masyarakat bagi orang banyak.
2.6 Peran Kepemudaan Terhadap program buta aksara dan
Taman Bacaan Masyarakat.
Sebelum kita membahas peran kepemudan terhadap program Buta Aksara dan
taman Bacaan Masyarakat maka Kita akan mengupas tentang kepemudaaan adalah
sebagai berikut :
A. Latar Belakang Perlunya Lembaga kepemudaan
Setelah diberlakukannya undang undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan daerah, terjadinya perubahan yang mendasar dalam bidang pemerintahan
dari pemerintahan yang bersifat sentralistik ke desentarlistik. Dengan perubahan
tersebut, maka pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar, sehingga
memerlukan sumber daya yang berkualitas, agar sumber daya yang disuatu disuatu
adaerah dapat dikelolah dengan baik.
Pemuda sebagai salah satu modal dasar pembagunan perlu dihimpun dan dibina
agar mereka benar benar mampu mengambil peran aktif dalam pembagunan di
daerah.untuk itu, diperlukan konsep yang tepat dalam pembinaan lembaga kepemudaan
agar keberadaan benar benar dapat menumbuh kembangkan motivasi dan kreativitas
pemuda. Apabila lembaga kepemudan tersebut dapat dikelolah dan dikembangkan
dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kemajuan
daerah.
B.
Peran Mahasiswa dalam Memberantas Buta Aksara
Upaya dalam memberantas buta aksara tak hanya dilakukan oleh Departemen
Pendidikan saja, tetapi mahasiswa pun ikut berkontribusi dalam pemberantasan buta
aksara. Berdasarkan Inpres No.5 tahun 2006 yang dituangkan dalam jurnal aksara,
menyatakan bahwa memang kita terus menggalang kerjasama dengan berbagai lembaga
stakeholder untuk membantu pemberantasan buta aksara.
Kehadiran para mahasiswa melalui institusi yang bergerak dalam pendidikan
luar sekolah, dengan semangat dan idealisme mudanya menjadi penyegar dalam dunia
pendidikan keaksaraan. Berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2006 yang di tuangkan dalam
jurnal aksara juga menyebutkan bahwa kalangan akademisi ini memang layak dibidik
menjadi mitra untuk mengurangi penduduk buta aksara di Indonesia. Apalagi, selain
perguruan tinggi yang notabene bergelut di dunia pendidikan, kehadiran mereka juga
dapat memberi sumbangsih yang cukup berarti dengan berbagai pendekatan dan inovasi
pemberantasan yang mereka lakukan.
Kontribusi yang mereka berikan sebagai wujud pengabdian masyarakat memang
sangat membantu Departemen Pendidikan karena hanya mahasiswa lah yang bisa
memberikan metode, dan cara-cara inovatif lewat pemikiran-pemikiran yang cerdas,
sehingga warga belajar yang buta aksara di Indonesia bisa sedikit berkurang. Menurut
Pahala Simanjuntak (2008) dalam jurnal aksara menyatakan bahwa “presentasi yang
dilakukan perguruan tinggi itu menunjukkan performa keseriusan mereka dalam
pemberantasan buta aksara yang menggembirakan untuk membantu kita. Meskipun
bantuan dari kita jumlahnya kecil dibanding bantuan dari Dirjen Dikti atau yang lain”.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa kini bukanlah sebagai
kepompong belaka yang siap menjadi kupu-kupu, tetapi mahasiswa adalah intelektual
(bermodal dan berpotensi) serta bibit perubahan yang diharapkan oleh banyak orang
untuk bisa merubah masyarakat yang hidup dalam keterpurukan untuk bangkit dan
menjadi masyarakat yang memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Pahala Simanjuntak (2008) dalam jurnal aksara juga menyatakan
bahwa, “Disamping itu mereka juga diharapkan dapat memfasilitasi penyelenggaraan
dan pelaksanaan program pemberantasan buta aksara (PBA) sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik masyarakat setempat”. Maka, peran peran mahasiswa sangatlah
dibutuhkan sekali dalam program keaksaraan fungsional ini dan mahasiswa pun
tentunya bisa mengambil manfaat untuk sekedar mencari pengalaman yang banyak
diperoleh ketika berada di masyarakat
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam program pemerintah tentang pemberantasan buta aksara, ternyata
penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar sangatlah penting sekali di
gunakan untuk meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan oleh tutor, karena
ternyata kebanyakan warga belajar yang telah berusia lanjut banyak yang tidak paham
akan penggunaan bahasa Indonesia. Serta, walaupun banyak sekali kendala-kendala
yang mungkin dihadapi oleh pemerintah bisa sedikit diatasi oleh peran mahasiswa yang
ikut berupaya mensukseskan program dari pemerintah tentang pemberantasan buta
aksara dengan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif mahasiswa sebagai
intelektual muda yang bisa diharapkan agar buta aksara di Indonesia ini bisa berkurang.
Pemuda juga berperan dalam menciptakan dan mengeloah taman bacaan
masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas dan tarap hidup
masyarakat dengan banyak menbaca dan mengali informasi dari Taman Bacaan
Masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat tersebut.
Oleh sebab itu maka pemuda sangat diharapkan bisa benar benar berperan dalam
membangun daerahnya yang dibantu oleh pemerinta daera itu sendiri. Bukan sekedar
menjadi penonton dalam membangun daerahnya.
Download