PROGRAM KEAKSARAAN, TAMAN BACAAN MASYARAKAT, DAN KEPEMUDAAN BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Program S 1 PGSD UT adalah merupakan salah satu program pendidikan yang khusus mendidik para mahasiswanya untuk menjadi tenaga guru,khusunya guru sekolah dasar.Dengan demikian diketahui bahwa tujuan pendidikan S 1 kependidikan adalah bahwa nantinya para mahasiswa setelah menyelesaikan kegiatan perkuliahannya dapat bertugas sebagai guru sekolah dasar (SD). Salah satu mata kuliah yang tertera di kurikulum S1 PGSD yaitu Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.Ini merupakan mata kuliah yang dilakukan mahasiswa dalam rangka pengabdian kepada masyarakat,yang berupa praktek-praktek lapangan.Salah satu contohnya dalam bidang “program keaksaraan, Taman Bacaan Masyarakat, Dan Kepemudaan” Dalam hal ini Keaksaraan merupakan hal atau keadaan mengenal aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang secara terus menerus mengembangkan kompentesinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan tarap kehidupannya. Sementara itu pendidikan keaksaraan adalah usaha untuk membimbing dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan yang saat ini terjadi di indonesia adalah tingginya tingkat warga buta aksara yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat diperoleh karena tingkat kemiskinan yang cukup tinggi sehingga warga tidak mampu memfasilitasi dirinya untuk belajar. Dan saat ini masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf dan berkeinginan kuat untuk belajar calistung ( baca, tulis dan berhitung ). Untuk memotivasi pembelajaran mereka maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai dengan karater dan kultur yang ada dalam masyarakat agar tingkat buta aksaara dapat diperkecil. Dan Taman Bacaan Masyarakat salah satu program pendidikan sebagai tindak lanjut dan implementasi program pemerintah yang turut mendukung keberhasilan pembangunan dunia pendidikan adalah adanya pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu program pemerintah yang mengacu pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionaL, pasal 26 ayat (4), tcrcantum bahwa satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Dalam hal ini Pemuda adalah modal dasar dalam pembangunan dan pelaksaan program pemberantasan buta aksara dan motor penggerak taman bacaan masyarakat, sehingga perlu dihimpun dan dibina agar mereka mampu mengambil peran aktif dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Untuk itu, diperlukan berbagai konsep yang tepat dalam pembinaan lembaga kepemudaan agar keberadaannya benar-benar dapat menumbuh kembangkan motivasi dan kreativitas pemuda. Selama ini peran Lembaga Kepemudaan belum berperan aktif dan belum menampakkan hasil yang nyata berupa prestasi-prestasi baik di tingkat daerah maupun nasional, padahal pemuda adalah generasi penerus dan berpotensi besar karena usianya yang produktif. Apabila lembaga kepemudaan itu dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kemajuan daerah. Namun, apabila lembaga itu tidak dikelola dengan baik dan diarahkan, maka potensi besar dari pemuda tidak akan memberikan arti apa-apa. Pembinaan pemuda pada saat ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun organisasi masyarakat (Ormas) dengan berbagai program kepemudaan sehingga diihasilkan para pemuda yang berkualitas, yang memanfaatkan produktifitas mereka untuk mendapatkan berbagai prestasi dan membangun daerah. 1.2 Rumusan Masalah Untuk mengaji dan mengetahui program buta aksara, Taman bacaan Masyarakat dan kepemudaan maka diperlukan sub pokok yang saling berhubungan. Sehingga penulis membuat rumusan sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud Buta Aksara,? 2. Apa Yang menjadi faktor - faktor penyebab buta Aksara dan bagaimana mengatasi buta aksara,? 3. Apa Yang dimaksud dengan Taman Bacaan Masyarakat dan bagaimana membentuk dan Menjalankan Taman Bacaan Masyarakat,? 4. Bagaimana Peran kepemudaan dalam menyingkapi program buta aksara dan Taman Bacaan 1.3 Masyarakat? Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini adalahProgram Buta Aksara, Taman Bacaan Masyarakat Dan kepemudaan.serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Berwawasan kemasyarakatan semester 1 jurusan PGSD tahun 2017.dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami cara Pemberantasan Buta Aksara, membentuk dan mengembangkanTaman Bacaan Masyarakan Serta Peran Kepemudaan dalam hal tersebut. 1.4 Metode Penulisan Masalah penulisan mengunakan metode literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Refensi makalah ini bersumber dari Buku dan jejaring internet serta dengan pendalaman analisis mengenai informasi yang didapat bukan hanya langsung dimasukan dalam makalah ini. 1.5 Sistematis Penulisan Makalah makalah ini disusun menjadi 3 bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematis penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan sub sub yang berkaitan dengan Program Buta Aksara, Taman Bacaan Masyarakat dan Kepemudaan . BAB II PEMBAHAS 2.1 Apa yang dimaksud dengan buta Aksara Buta aksara terdiri dari dua kata yakni buta dan aksara. Buta diartikan sebagai tidak dapat melihat, mengenali sesuatu dalam bentuk dan warna dengan cara melihat. Sedangkan aksara adalah sistem tanda grafis atau sistem tulisan yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan sistem tulisan ini, manusia dapat menyimpan kekayaan akal budinya serta mengingat berbagai peristiwa. Karena daya ingat manusia terbatas, dapat dikatakan bahwa tulisan memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pencatatan sejarah dan berbagai macam peristiwa dalam kehidupan manusia. Tanda-tanda grafis yang digunakan untuk pencatatan tersebut adalah huruf. Aksara dapat terdiri dari huruf-huruf, angka dan aksara khusus. Aksara yang meliputi huruf-huruf adalah: a. ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ b. Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz c. Aksara yang meliputi angka-angka ialah: 0123456789, dan d. Aksara khusus yakni +:-*/()=,.’[]<>;{} UNESCO mendefinisikan bahwa buta aksara adalah: “ability to identify, understand, interpret, create, communicate and compute, using printed and written materials associated with varying contexts. Literacy involves a continuum of learning in enabling individuals to achieve their goals, to develop their knowledge and potential, and to participate fully in their community and wider society”. Artinya: kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi dan menghitung, menggunakan material tercetak dan tertulis terkait dengan konteks yang bervariasi. Literasi melibatkan kontinum belajar dalam memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, dan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitas mereka dan masyarakat yang lebih luas. 2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Buta Aksara Beberapa penyebab buta aksara dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Kemiskinan penduduk. Sejak lama, kemiskinan, buta aksara, ketertinggalan dan keterbelakangan, serta ketidakberdayaan masyarakat, memang sudah menjadi bagian dari masalah sosial yang kompleks dan multidimensional. Adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga saat ini sangat mempengaruhi usaha pemerintah dan masyarakat untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Banyak anak Indonesia yang terancam buta aksara, yang diakibatkan oleh faktor kemiskinan dan ekonomi keluarga. b. Putus sekolah dasar (SD) Ancaman besar lain yang selalu menghantui dan menjadi penyebab timbulnya calon – calon buta aksara adalah masih besarnya anak – anak SD/MI yang putus sekolah. Belum lagi anak – anak yang belum memiliki kesempatan masuk sekolah dikarenakan berbagai hal, misalnya karena orang tua dan keluarganya tidak mampu. c. Drop out program PLS Salah satu yang kurang diperhatikan penyebab terjadinya buta aksara di Indonesia adalah DO program PLS yang selama ini dilaksanakan baik melalui program Paket A, yang dibiayai proyek OBAMA, UNICEF, PPLS, Pemda dan lainya yang tidak diperhitungkan angka DO-nya, termasuk Paket A setara dengan SD dan Paket B setara SLTP. d. Kondisi sosial masyarakat 1) Kesehatan dan gizi masyarakat. Kondisi kesehatan dan gizi masyarakat yang kurang baik, jika tidak diperhatikan dengan seksama akan berpengaruh pada menurunya angka partisipasi sekolah, terutama pada tingkat sekolah dasar. 2) Demografis dan geografis Dilihat dari segi demografis dan geografis bagian terbesar dari jumlah penduduk tinggal di pedesaan, sekitar 70-80% penduduk dunia terutama di Negara-negara miskin dan yang sedang berkembang termasuk Indonesia bermukim di pedesaan. Tenaga pendidik masih sangat kurang karena sebagian penduduk pedesaan berpendidikan rendah. 3) Aspek sosiologis. Ditinjau dari segi sosiologis, sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa harkat dan martabat seseorang akan meningkat apabila memiliki “ijazah” yang diperoleh melalui jalur pendidikan formal, dengan orientasi ingin menjadi pegawai negeri atau bekerja di perusahaan – perusahaan atau bekerja pada sektor – sektor formal. 4) Issue gender. Jika ditinjau dari isu gender, berbagai pendapat menyatakan keberatan yang dinyatakan dengan terus terang maupun hanya sekedar menggerutu di belakang. Pendapat ini tidak sekedar di kalangan aktivis pembangunan, tetapi juga di kalangan orang – orang yang berkecimpung di bidang pengembangan masyarakat utamanya di bidang pendidikan. Isu yang berkembang tahun – tahun belakangan ini yaitu adanya pola hubungan pembagian peran dan tugas antara laki – laki dan perempuan yang seimbang, setara dan saling melengkap e. Penyebab struktural 1) Skala makro Secara struktural pengambilan kebijakan diberbagai level dan bidang, termasuk bidang pendidikan didominasi oleh laki – laki dibanding perempuan, sehingga keputusan yang dihasilkan pun adalah berdasarkan kacamata (kepentingan) laki – laki. 2) Skala Mikro Dalam skala keluarga misalnya, hampir semua keputusan yang berkaitan dengan keuangan, akan didominasi oleh figur laki – laki (ayah), termasuk keputusan pembiayaan pendidikan bagi anak – anaknya. 3) Aspek kebijakan Masalah klasik lainya adalah program – program yang diluncurkan oleh pemerintah termasuk pendidikan, masih belum seluruhnya berpihak untuk kepentingan pengentasan bagi masyarakat yang memerlukannya. Banyak program – program pendidikan yang hanya bersifat “tawaran” dari atas yang belum tentu masyarakat membutuhkannya. Hal ini pun terjadi pada program pendidikan keaksaraan atau pemberantasan buta aksara, sehingga warga belajar yang menjadi sasaran didiknya tidak memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility) untuk mensukseskannya, karena bukan berangkat dari apa yang dibutuhkan Dari beberapa faktor di atas, kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Faktor struktural juga merupakan faktor cukup memiliki andil dalam menciptakan masyarakat buta huruf karena layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh. Selain itu orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting. Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan. 2.3 Cara Pemberantasan Buta Aksara Pelaku atau subyek dari Pengembangan Masyarakat salah satunya adalah pemerintah. Program Pengembangan Masyarakat dari pemerintah merupakan program yang sudah terencana secara khusus sebagai indikator keberhasilan suatu program pemerintahan. Oleh karena itu, Pengembangan Masyarakat di sini adalah sesuatu hal yang telah terencana sejak awal. Salah satu program Pengembangan Masyarakat oleh pemerintah adalah pemberantasan buta aksara atau biasa disebut dengan buta huruf. Dari sebuah surat kabar menginformasikan bahwa kondisi penduduk dunia yang 861 juta diantaranya masih mengalami buta huruf atau buta aksara. Ironisnya, 15,04 juta diantaranya berada di Indonesia. Hal ini sempat membuat sejumlah badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank dan Human Right Watch sangat prihatin dengan kondisi seperti ini. Pasalnya, masalah buta huruf atau buta aksara sangat terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan ketidakberdayaan masyarakat. Atas dasar inilah badan-badan internasional gencar mengkampanyekan dan mensosialisasikan pentingnya pemberantasan buta aksara di dunia khususnya negara seperti Indonesia. Kondisi yang demikian menuntut terciptanya individu-individu yang tidak hanya mampu beradaptasi, akan tetapi juga dapat berperan penting di dalamnya. Untuk itu, kita harus sadar bahwa pemberantasan buta huruf merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal ini pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, dan masyarakat harus mempunyai kemauan untuk keluar dari lingkaran buta huruf yang menyengsarakan. Upaya penanggulangan kemungkinan buta huruf dapat dilakukan sejak dini yaitu dengan sekolah. Melalui bangku sekolah, anak dapat belajar untuk membaca agar nantinya tidak menambah daftar panjang permasalahan di Indonesia melalui penambahan angka penyandang buta aksara. Berdasarkan sebuah penelitian, orang-orang yang menyandang buta aksara lebih tertinggal dan lebih terbelakang daripada orang-orang yang pandai dan bisa membaca. Oleh karena itu, apabila masyarakat suatu bangsa makin tertinggal dari bangsa lain, maka bisa dikatakan pembangunan negara tersebut juga masih tertinggal dari negara lain. Buta aksara yang ada di Indonesia sebenarnya telah ada sejak zaman penjajahan. Dari pihak negara penjajah memang telah disengaja agar rakyat Indonesia menjadi lebih terbelakang dan bodoh-bodoh agar nantinya tidak merugikan mereka yang menjajah. Pada masa tersebut, tidak ada sekolah untuk rakyat yang bukan keturunan “ningrat”, sehingga rakyat Indonesia yang miskin sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan terjadilah buta aksara. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia sendiri, karena menjadikan penjajah makin lama menduduki Indonesia. Menurut pengamat sosial kemasyarakat Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Sodiq A Kuntoro menegaskan disamping faktor kemiskinan baik struktural dan absolut, penyebab buta aksara juga dipengaruhi oleh masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Maka Untuk Memberantas Buta Aksara kita Harus tahu Metode Dan Upaya pemerintah Pemberantasan Buta Aksara serta kendala Yang akan dihadapi adalah Sebagai Berikut : a. Metode yang Digunakan dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara Melalui Pendekatan Pengembangan Masyarakat Pemberantasan buta aksara tidak dapat langsung dilaksanakan. Namun memerlukan waktu dan perancangan program yang tepat. Dalam Pengembangan Masyarakat, program biasanya dikembangkan untuk menyediakan pelayanan sosial yang secara langsung menyentuh klien atau sasaran perubahan. Dalam kasus pemberantasan buta aksara ini, perancangan program dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Merumuskan nama program atau intervensi. Nama program bisa mengacu pada tujuan umum (goal) program yang berfungsi memberikan fokus pada rencana atau usaha perubahan, serta pedoman bagi maksud atau alasan-alasan mengapa program Pengembangan Masyarakat perlu dilakukan. 2. Menyatakan tujuan-tujuan hasil. Menjelaskan hasil-hasil yang ingin dicapai sebuah program secara terukur dalam kurun waktu tertentu dan dengan indikator atau ukuran yang ditetapkan. Misal: menetapkan kerangka waktu, mendefinisikan populasi sasaran, merumuskan hasil yang ingin dicapai, menyatakan indikator atau kriteria untuk mengukur pencapaian hasil. 3. Menyatakan tujuan-tujuan proses. Misal: menetapkan kerangka waktu bagi proses pencapaian tujuan, mendefinisikan populasi sasaran, merumuskan hasil dari proses pencapaian tujuan, menyatakan indikator atau kriteria yang dapat dijadikan dokumen 4. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Membuat format kegiatankegiatan untuk memudahkan pemantauan (monitoring), merumuskan kegiatan atau tugas yang harus selesai dilakukan untuk mencapai tujuan. 5. Mengembangkan rencana aksi. Merancang manajemen logistik, memilih dan melatih para partisipan. 6. Memonitor proses kegiatan. Memonitor kegiatan-kegiatan teknis, memonitor kegiatankegiatan interpersonal. 7. Mengevaluasi hasil intervensi. Membuat laporan-laporan evaluasi secara periodik berdasarkan hasil monitoring. b. Upaya Pemerintah untuk Memberantas Buta Aksara di Indonesia Indonesia dapat dikatakan Negara yang tergolong cepat dalam pemberantasan buta aksara. Bahkan hal ini telah diakui oleh badan-badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, serta WHO. Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi pemerintah Indonesia khususnya. Oleh karena itu, setiap tahunnya pemerintah mempunyai target sendiri dalam upaya memberantas buta aksara. Pada tahun 2009 ini, pemerintah mentargetkan penurunan angka buta aksara sebanyak 5% dari tahun 2008. Akan tetapi, pada dasarnya agak susah memang untuk dapat memberantas buta aksara secara tuntas karena buta aksara yang masih tersisa merupakan kelompok yang paling sulit diberantas. Sebab, sebagian besar dari mereka berusia di atas 44 tahun yang umumnya berasal keluarga kurang mampu, penglihatannya sudah terganggu dan kebanyakan tinggal di daerah terpencil. Pemerintah tidak dapat hanya tinggal diam dengan keadaan seperti ini. Tingkat buta aksara di Indonesia yang masih tergolong tinggi akan mengakibatkan kurang produktifnya masyarakat, sehingga dapat dikatakan, hal ini digunakan sebagai indikator keberhasilan Pengembangan Masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemerintah sangatlah kuat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi: 1. Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebesar Rp 600 miliar pada tahun 2007 untuk program pemberantasan buta aksara. Dan jumlah dana ini berbeda tiap tahunnya. 2. Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta ormas-ormas lain untuk keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang semaksimal mungkin. Diharapkan dengan adanya bantuan dari ormas lain, angka buta aksara dapat berkurang lebih cepat dan lebih terarah. 3. Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya pemberantasan buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan: (pertama) para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga mempunyai idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan dibebankan. (kedua) mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga belajar karena berada di lingkungan warga belajar. (ketiga) dengan pendekatan ini diharapkan waktu untuk pemberantasan akan empat kali lebih cepat dibanding dengan yang ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan organisasi lain. (keempat) adanya sebuah fakta bahwa nilai mahasiswa di mata masyarakat masih sangat tinggi sehingga diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini juga meningkat. 4. Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. 5. Pemerintah menerapkan strategi untuk pemberantasan buta aksara seperti yang diusulkan oleh UNESCO, yaitu (pertama) pemetaan jumlah penyandang buta aksara secara tepat. (kedua) perluasan informasi dan sosialisasi pentingnya melek aksara. (ketiga) pemberdayaan sekolah formal dan nonformal bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM). (keempat) program pendidikan membaca secara inovatif melalui kegiatan di luar sekolah. (kelima) menjalin kemitraan dengan UNESCO. Contoh nyata upaya pemerintah dalam program pengentasan buta aksara ini antara lain pada tahun 2005, Depdiknas telah menyusun Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan Nasional; (Renstra Depdiknas) untuk tahun 2005 -2009 yang menitik beratkan kepada terwujudnya kehidupan masyarakat, Bangsa dan Negara yang aman, bersatu, rukun dan damai, terwujudanya masyarakat Bangsa dan Negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia serta terwujudnya perekonomian yang ampuh menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang dilandasi keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Guna mewujudkan itu, Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2006 sampai 2009 ini telah menetapkan 3 pilar kebijakan pembangunan pendidikan agar setiap pengambil keputusan dan operator pendidikan di pusat maupun daerah memiliki komitmen bersama tentang pemerataan dan perluasan akses yang diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia agar dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka pemenuhan hak warga Negara terhadap pendidikan. Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan sangatlah diutamakan, demi terwujudnya esensi dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sangat jelas di sini bahwa Pemerintah Indonesia sangat menjunjung tinggi pendidikan dan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan buta aksara, mulai dari Wajib Belajar 9 tahun hingga sekolah gratis dan program pemberantasan buta aksara yang diperuntukkan warga yang bukan anak-anak lagi. Namun Pemberantasan buta aksara tidak lagi cukup pada membuat warga yang belum melek huruf mampu membaca dan menulis. Program itu mesti diarahkan dan diintegrasikan untuk memberdayakan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Upaya pemberantasan buta aksara diintegrasikan juga untuk membuat warga berdaya dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan kehidupan berbangsa. Tantangan sekarang bukan sekadar buta aksara hilang, tapi membuat warga berdaya untuk memperbaiki taraf hidup. Pemerintah telah menetapkan fokus pemberantasan buta aksara. Fokus pemberantasan buta aksara tersebut terutama di daerah transmigrasi, pesisir, sekitar hutan, dan kepulauan. Selain itu, sasaran juga diperkuat bagi masyarakat perbatasan, masyarakat perkotaan yang belum terlayani, santri/pesantren tradisional, serta komunitas adat terpencil. Hal ini dikarenakan, masyarakat yang tinggal di daerah ini belum mampu secara ekonomi untuk menuntaskan belajar formal mereka, serta kurangnya tenaga pengajar yang ada di daerah ini. Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan manusia di tiap-tiap daerah. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. c. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pemberantasan Buta Aksara Tidak ada gading yang tak retak. Semua program pasti mempunyai kendala. Demikian juga dengan program pemberantasan buta aksara ini. Meskipun Indonesia mampu mengurangi angka penyandang buta aksara, namun ternyata dibalik itu semua para subjek pelaksana teknis menghadapi banyak kendala. Diantaranya adalah: 1. Banyak masyarakat penyandang buta aksara sudah terlalu tua sehingga kemampuan menyerap ilmu lebih lambat, belum lagi yang menderita gangguan pebgluhatan karena usia mereka yang sudah tidak muda lagi. 2. Adanya data yang tidak valid atau peserta fiktif. Hal ini dikarenakan mungkin karena tidak ada peminat untuk mengikuti diklat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Mereka yang tidak ikut kebanyakan telah mempunyai kesibukan sendiri seperti bekerja di saawah ataupun menjadi ibu rumah tangga. 3. Dalam pelaksanaan program, terlalu memakan waktu sehingga tidak efisien bagi mahasiswa yang mempunyai kesibukan sendiri. 2.4 Apa Yang dimaksud dengan Taman Bacaan Masyarakat Salah satu program pembangunan pendidikan adalah Program pengembangan Budaya Baca dan Perpustakaan. Program ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca serta penyediaan, bahan bacaan yang berguna bagi aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan untuk, memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan serta produktivitas masyarakat. TBM sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif dan kebutuhan masyarakat sekitar dan minat baca yang baik aksaran baru, peserta didik jalur Pendidikan Formal dan Non-Formal (warga belajar), dan masyarakat umum tanpa batas usia. Taman bacaan masyarakat adalah untuk melayani kepentingan penduduk yang tinggal disekitarnya. Mereka terdiri atas semua lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, agama, adatistiadat, tingkat pendidikan, umur dan lain sebagainya. Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 9) Taman Bacaan Masyarakat adalah sebuah tempat / wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar TBM Menurut Sutarno NS (2006: 19)Taman Bacaan Masyarakat mempunyai tanngung jawab, wewenang, dan hak masyarakat setempat dalam membangunnya, mengelola dan mengembangkannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa untuk ikut memiliki (sense of belonging), ikut bertanggung jawab.Menurut Amrin (2011: 04)Taman bacaan Masyarakat adalah sebuah lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan dan berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat di desa atau diwilayah TBM berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat berbudaya baca Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga atau unit layanan yang menyediakan bahan bacaan untuk sekelompok masyarakat di suatu wilayah dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat. Masyarakat menyadari dan menghayati bahwa taman bacaan sangat diperlukan oleh masyarakat. Minat masyarakat terhadap TBM harus terus dibina dan dikembangkan sehingga masyarakat memperoleh informasi yang mereka perlukan 2.5 Tujuan, Manfaat, Fungsi Dan Peran Taman Bacaan Masyarakat Dalam pengelompokan perpustakaan, taman bacaan masyarakat tergolong dalam Perpustakaan Umum. Perpustakaan Umum menurut Reitz (2004) adalah “A library Or library system that provides unrestricted acces and services free of channge to all the resident of given community, distric, or goegrapic region, supported wholly or in part by publics fund”. Pengertian sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat didaerah atau wilayah tertentu, yang didukung oleh sebagian dari dana masyarakat (pajak). Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 1), a. Tujuan taman bacaan masyarakat adalah : b. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga terciptamasyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat d. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam e. pembrantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali. Dari uraian diatas, terlihat keberadaan TBM sebagai sumber pembelajaran yang sangat penting, karena TBM tidak hanya sebagai tempat membaca, namun juga untuk tempat mencari informasi. b. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat Untuk meningkatkan kualitas TBM dalam rangka merealisasikan masyarakat budaya baca, TBM juga mempunyai manfaat sebagai medium pengembangan budaya baca masyarakat demi ercapainya masyarakat berbudaya baca yang berpengalaman, kritis, beradab, maju, dan mandiri yang dapat dicapai oleh masyarakat itu sebdiri. Menurut Buku pedoman Pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 1),manfaat taman bacaan masyarakat adalah : 1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca. 2. Memperkaya pengalaman belajar bagi warga. 3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri 4. Mempercepat proses penguasaan proses penguasaan teknik 5. Membantu pengembangan kecakapan membaca 6. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7. Melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan 8. Membantu kelancaran penyelesaian tugas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat taman bacaan masyarakat adalah menumbuhkan minat baca kecintaan membaca untuk memperkaya pengalaman belajar bagi warga dan menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca. Apabila melaksanakan fungsinya dengan baik c. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, TBM mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan mencari informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik mengenai masalah yang langsung berhubungan dengan masalah pendidikan maupun tidak berhubungan dengan pendidikan. Menurut Buku pedoman pengelolaan Taman bacaan Masyarakat (2006: 2), fungsi taman bacaan masyarakat adalah 1. Sarana pembelajaran bagi masyarakatuntuk belajar mandiri, dan sebagai penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan. 2. Sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. 3. Sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan Iainnya dalam studi kepustakaan. 4. Sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran dan kegiatan akademik Iainnya. 5. Sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bahan-bahan bacaan yang sifatnya rekreatif untuk memamfaatkan waktu senggang untuk memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermamfaat. Dari uraian diatas TBM menjalankan beberapa fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan dan informasi. TBM melaksanakan kegiatan pelayanannya bervariasi. Ada banyak nama yang digunakan TBM, misalnya Rumah baca, pondok baca, perahu baca, Warung baca, namun pada hakikatnya kesemua lembaga atau organisasi tersebut , melakukan fungsi yang sama dengan TBM. d. Peran Taman Bacaan masyarakat Peran sebuah TBM adalah bagian dari tugas yang pokok yang harus dijalankan di dalam taman bacaan masyarakat. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya Visi dan Misi yang hendak dicapai. Setiap taman bacaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan peranannya dengan sebaik-baiknya, peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsinya. Agar dapatmeningkatkan minat dan budayabaca, TBM memiliki peran sebagai berikut : Menurut Muhammad, Hamid (2010: 81), peran taman bacaan masyarakat adalah : TBM berperan sebagai tempat informasi Agar dapat dikunjungi masyarakat sekitar TBM harus menjadi tempat layanan informasi yang dibtuhkan oleh masyarakat sekitar melalui media bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual gerak, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar TBM. Dengan demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang menjanjikan informasi umum yang sangat dibutuhkan masyarakat sekitar TBM. TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan Sesuai dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan pengetahuan yaitu bahan bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otogiografi, kamus, ensiklopedia, buku tentang berbagai nusantara, dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki bahan bacaan ilmu pengetahuan praktis ( yang bersifat aplikatif ), serta buku pelajaran untuk membantu anak-anak sekolah tetapi tidak memiliki buku TBM berperan sebagai tempat hiburan edukatif Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan nyaman. Oleh karena itu, TBM juga menyediakan bahan bacaan yang humoris atau bahan bacaan yang bersifat cerita, novel, komik, dan sebagainya TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi bahan bacaan yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis, agama, sejarah, otobiografi tokoh/artis dan pengalaman hidup seseorang. Berperan sebagai tempat berperan keterampilan Untuk memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan TBM perlu menyediakan bahan bacaan baik berbagai eterampilan yang bersifat praktis baik pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa peran taman bacaan masyarakat merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi pengetahuan dan sebagai sarana untuk membangun omunitas antara sesama pngguna taman baca masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat dapat juga berperan sebagai pembimbing dan memberikankonsultasi kepada pengguna dan pembinaan serta menanamkan pentingnya taman bacaan masyarakat bagi orang banyak. 2.6 Peran Kepemudaan Terhadap program buta aksara dan Taman Bacaan Masyarakat. Sebelum kita membahas peran kepemudan terhadap program Buta Aksara dan taman Bacaan Masyarakat maka Kita akan mengupas tentang kepemudaaan adalah sebagai berikut : A. Latar Belakang Perlunya Lembaga kepemudaan Setelah diberlakukannya undang undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah, terjadinya perubahan yang mendasar dalam bidang pemerintahan dari pemerintahan yang bersifat sentralistik ke desentarlistik. Dengan perubahan tersebut, maka pemerintah daerah memiliki peran yang sangat besar, sehingga memerlukan sumber daya yang berkualitas, agar sumber daya yang disuatu disuatu adaerah dapat dikelolah dengan baik. Pemuda sebagai salah satu modal dasar pembagunan perlu dihimpun dan dibina agar mereka benar benar mampu mengambil peran aktif dalam pembagunan di daerah.untuk itu, diperlukan konsep yang tepat dalam pembinaan lembaga kepemudaan agar keberadaan benar benar dapat menumbuh kembangkan motivasi dan kreativitas pemuda. Apabila lembaga kepemudan tersebut dapat dikelolah dan dikembangkan dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kemajuan daerah. B. Peran Mahasiswa dalam Memberantas Buta Aksara Upaya dalam memberantas buta aksara tak hanya dilakukan oleh Departemen Pendidikan saja, tetapi mahasiswa pun ikut berkontribusi dalam pemberantasan buta aksara. Berdasarkan Inpres No.5 tahun 2006 yang dituangkan dalam jurnal aksara, menyatakan bahwa memang kita terus menggalang kerjasama dengan berbagai lembaga stakeholder untuk membantu pemberantasan buta aksara. Kehadiran para mahasiswa melalui institusi yang bergerak dalam pendidikan luar sekolah, dengan semangat dan idealisme mudanya menjadi penyegar dalam dunia pendidikan keaksaraan. Berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2006 yang di tuangkan dalam jurnal aksara juga menyebutkan bahwa kalangan akademisi ini memang layak dibidik menjadi mitra untuk mengurangi penduduk buta aksara di Indonesia. Apalagi, selain perguruan tinggi yang notabene bergelut di dunia pendidikan, kehadiran mereka juga dapat memberi sumbangsih yang cukup berarti dengan berbagai pendekatan dan inovasi pemberantasan yang mereka lakukan. Kontribusi yang mereka berikan sebagai wujud pengabdian masyarakat memang sangat membantu Departemen Pendidikan karena hanya mahasiswa lah yang bisa memberikan metode, dan cara-cara inovatif lewat pemikiran-pemikiran yang cerdas, sehingga warga belajar yang buta aksara di Indonesia bisa sedikit berkurang. Menurut Pahala Simanjuntak (2008) dalam jurnal aksara menyatakan bahwa “presentasi yang dilakukan perguruan tinggi itu menunjukkan performa keseriusan mereka dalam pemberantasan buta aksara yang menggembirakan untuk membantu kita. Meskipun bantuan dari kita jumlahnya kecil dibanding bantuan dari Dirjen Dikti atau yang lain”. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa kini bukanlah sebagai kepompong belaka yang siap menjadi kupu-kupu, tetapi mahasiswa adalah intelektual (bermodal dan berpotensi) serta bibit perubahan yang diharapkan oleh banyak orang untuk bisa merubah masyarakat yang hidup dalam keterpurukan untuk bangkit dan menjadi masyarakat yang memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Pahala Simanjuntak (2008) dalam jurnal aksara juga menyatakan bahwa, “Disamping itu mereka juga diharapkan dapat memfasilitasi penyelenggaraan dan pelaksanaan program pemberantasan buta aksara (PBA) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat”. Maka, peran peran mahasiswa sangatlah dibutuhkan sekali dalam program keaksaraan fungsional ini dan mahasiswa pun tentunya bisa mengambil manfaat untuk sekedar mencari pengalaman yang banyak diperoleh ketika berada di masyarakat BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam program pemerintah tentang pemberantasan buta aksara, ternyata penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar sangatlah penting sekali di gunakan untuk meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan oleh tutor, karena ternyata kebanyakan warga belajar yang telah berusia lanjut banyak yang tidak paham akan penggunaan bahasa Indonesia. Serta, walaupun banyak sekali kendala-kendala yang mungkin dihadapi oleh pemerintah bisa sedikit diatasi oleh peran mahasiswa yang ikut berupaya mensukseskan program dari pemerintah tentang pemberantasan buta aksara dengan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif mahasiswa sebagai intelektual muda yang bisa diharapkan agar buta aksara di Indonesia ini bisa berkurang. Pemuda juga berperan dalam menciptakan dan mengeloah taman bacaan masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas dan tarap hidup masyarakat dengan banyak menbaca dan mengali informasi dari Taman Bacaan Masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Oleh sebab itu maka pemuda sangat diharapkan bisa benar benar berperan dalam membangun daerahnya yang dibantu oleh pemerinta daera itu sendiri. Bukan sekedar menjadi penonton dalam membangun daerahnya.