5. Bab IV : Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar

advertisement
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
141
BAB IV
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
A. PENDAHULUAN.
Situasi Ekonomi Internasional.
Setelah menderita krisis moneter dan pertumbuhan produksi
yang amat lamban yang diikuti oleh kecenderungan-kecenderungan inflasi, pembatasan-pembatasan perdagangan dan aliran
modal didalam tahun 1970 dan tahun 1971, maka didalam tahun
1972 ekonomi dunia mengalami masa ekspansi kembali.
Kenaikan produksi dan perdagangan dunia ini terutama disebabkan oleh kenaikan produksi dinegara-negara Amerika Serikat, Kanada, Jerman Barat, Inggris dan Jepang. Khusus untuk
Amerika Serikat kenaikan pengeluaran barang-barang persediaan yang sudah mulai menipis sejak tahun 1970 dan kenaikan
pada pengeluaran anggaran belanja Pemerintah telah mengakibatkan pertumbuhan produksi nasional Amerika Serikat sebesar 6% pada semester I tahun 1972. Tidak dapat disangsikan
bahwa perluasan kegiatan ekonomi Amerika Serikat tersebut
telah menjadi titik tolak dari titik balik kegiatan ekonomi dunia
tahun 1972, yakni dari masa-masa resesi tahun 1970 dan 1971
kemasa ekspansi tahun 1972. Masa ekspansi kegiatan ekonomi
dunia tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga
tahun 1973.
Sebagai akibat dari perluasan produksi negara-negara maju
tersebut maka perdagangan dunia juga mengalami perluasan
yang cukup pesat. Pertumbuhan nilai perdagangan dunia untuk
dasa warsa 1960 — 1970 adalah 9,5%. Untuk tahun 1971 nilai
tersebut meningkat menjadi 11,6% dimana pertumbuhan nilai
perdagangan untuk negara-negara berkembang adalah 12,4%.
Pada semester I tahun 1972 pertumbuhan nilai perdagangan
143
dunia tersebut meningkat lagi menjadi 18,4%, dengan perincian
18,9% untuk negara-negara maju dan 16,4% untuk negaranegara berkembang.
Perkembangan-perkembangan yang menggembirakan untuk
negara-negara berkembang tersebut sebagian telah dinetralisir
oleh akibat-akibat negatif dari kegoncangan moneter internasional dan terutama oleh penyesualan-penyesuaian nilai paritas
valuta asing negara-negara maju yang mengakibatkan turunnya
nilai tukar perdagangan dari banyak negara-negara berkembang.
Keadaan moneter internasional hanya menunjukkan kete nangan sementara setelah diadakan Smithsonian Agreeme nt
pada tanggal 18 Desember 1971 yang antara lain telah disetujui
untuk mengadakan perubahan dalam paritas valuta -valuta dari
negara-negara Kelompok Sepuluh.
Sebagai kelanjutan daripada resolusi Dewan Gubernur dalam
sidang tahunan Dana Moneter Internasional 1971 mengenai persoalan yang menyangkut masalah moneter internasional, pada
tanggal 27 Juli 1972 oleh Dewan Gubernur telah disetujui
suatu resolusi mengenai pembentukan „Kelompok 20” yang
bersifat ad hoc dengan tugas memberikan saran -saran dan menyampaikan laporan kepada Dewan Gubernur mengenai segala
aspek yang berhubungan dengan pembaharuan sistim moneter
internasional. „Kelompok 20” beranggotakan Menteri -menteri
Keuangan dari 11 negara maju dan 9 negara berkembang yang
mewakili seluruh negara anggauta Dana Moneter Internasional.
Seperti diketahui Menteri Keuangan Indonesia menjabat sebagai
Ketua „Kelompok 20”.
Pada permulaan tahun 1973, US dollar mengalami tekanan tekanan lagi. Pada tanggal 13 Pebruari 1973, Presiden Amerika
Serikat mengumumkan devaluasi US dollar dengan 10%, yang
berarti penurunan nilai dari US. $. 1 = SDR. 0,921053 menjadi
US. $. = SDR. 0,828948 atau dinyatakan dalam emas, dari
US. $. 38 menjadi US. $. 42,2222 per troy ounce emas murni.
Untuk membicarakan krisis dollar tersebut , pada tanggal 16
144
Maret 1973 di Paris telah diadakan pertemuan antara negaranegara anggauta Masyarakat Ekonomi Eropa (M.E.E.), Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Swedia dan Swiss. Sebagai hasil
dari pertemuan tersebut telah diputuskan bahwa negara-negara
M.E.E. secara bersama akan mengambangkan nilai mata uangnya terhadap dollar, sedangkan diantara mereka sendiri dianut
sistim paritas tetap. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
mengakhiri ruang gerak para spekulan uang panas yang merupakan salah satu penyebab utama dari terjadinya krisis dollar tersebut.
Begitu pula pada tanggal 26 dan 27 Maret 1973 oleh Komisi
20 Dana Moneter Internasional telah diadakan sidang tingkat
Menteri Keuangan bertempat di Washington D.C. untuk mencari
cara pemecahan yang tepat terhadap krisis moneter dunia tersebut. Komisi berpendapat bahwa sistim moneter yang baru nanti
harus tetap didasarkan pada nilai paritas yang stabil tetapi
yang dapat disesuaikan. Hal ini dipandang sebagai jalan yang
lebih baik daripada kurs-kurs yang terus mengambang. Sidang
juga berpendapat bahwa peranan mata uang sebagai cadangan
moneter harus dikurangi dan digantikan dengan peningkatan
peranan Special Drawing Rights sebagai cadangan pokok dalam
sistim moneter dunia.
Unsur positif dari pertemuan tersebut bagi negara-negara
yang sedang berkembang adalah seruannya agar pembatasanpembatasan perdagangan demi kepentingan Neraca Pembayaran harus dibatasi dan sedapat mungkin negara-negara berkembang dikecualikan dari pembatasan-pembatasan perdagangan
yang ditetapkan oleh suatu negara.
Disamping usaha-usaha untuk mengadakan pembaharuan
sistim moneter internasional, oleh dunia internasional juga dirasakan perlunya untuk mengadakan perundingan perdagangan
multilateral (multilateral trade negotiation) dalam rangka
GATT. Adapun tujuan perundingan perdagangan multilateral
tersebut adalah untuk meningkatkan taraf hidup dari masyarakat dunia melalui peningkatan dan liberalisasi dari perda-
145
gangan dunia. Bagi negara-negara berkembang perundingan
tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan tambahan
dalam perdagangan internasional, khususnya peningkatan dan
diversifikasi ekspor negara-negara berkembang. Dalam rangka
menjajagi kemungkinan diadakannya perundingan perdagangan
multilateral tersebut akan diselenggarakan pertemuan tingkat
menteri di Tokyo pada tanggal 12 — 14 September 1973.
Sementara itu perkembangan baru telah terjadi didalam tubuh
Masyarakat Ekonomi Eropa (M.E.E.) dengan masuknya Inggeris, Irlandia dan Denmark, terhitung mulai tanggal 1 Januari
1973. Dalam hubungan ini negara-negara ASEAN telah mengambil langkah-langkah bersama untuk menghadapi pengaruh
perluasan Masyarakat Ekonomi Eropa tersebut, khususnya mengenai masalah hambatan dan diskriminasi dalam perdagangan.
B. NERACA PEMBAYARAN.
1. Kebijaksanaan Perdagangan dan Keuangan Luar Negeri.
Sasaran kebijaksanaan Pemerintah selama tahun anggaran
1972/73 adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat dengan perkembangan tingkat harga yang relatif stabil serta memupuk cadangan devisa pada suatu tingkat
yang lebih wajar. Dalam rangka pemupukan cadangan devisa
tersebut, pemerintah telah berusaha untuk mendorong ekspor,
memanfaatkan modal dari luar negeri dan mengendalikan serta
mengarahkan impor.
Dibidang ekspor, langkah yang telah diambil untuk memperkuat kedudukan bersaing Indonesia dipasaran internasional
adalah usaha untuk meningkatkan penerimaan eksportir per
unit dollar. Usaha tersebut meliputi penurunan pajak ekspor
untuk barang-barang tertentu dan pembebasan pajak ekspor
untuk barang-barang ekspor hasil kerajinan dan hasil-hasil industri dalam negeri. Usaha meningkatkan ekspor ini masih tetap mendapat prioritas yang tinggi karena fungsinya yang
strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
146
Kebijaksanaan dibidang impor diarahkan untuk menjamin
kebutuhan pangan serta mendorong produksi dalam negeri dengan menjamin kelancaran arus pemasukan bahan baku dan
barang-barang modal. Hal ini tercermin dalam komposisi impor
menurut golongan ekonomi yang telah bergeser dari barangbarang konsumsi ke bahan baku dan barang modal.
2. Perkembangan Perdagangan Internasional.
Nilai ekspor selama tahun 1972/73 menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Dalam tahun ini nilai seluruh
ekspor berjumlah US. S. 1.939 juta, yang berarti adanya kenaikan sebesar 41,1% bila dibandingkan dengan nilai seluruh ekspor
tahun 197172 yang berjumlah US. S. 1.374 juta. Kenaikan ekspor tersebut terdiri dari kenaikan ekspor minyak bumi sebesar
US. $. 375 juta atau 63,6% dan kenaikan ekspor diluar minyak
bumi sebesar US. $. 190 juta atau 24,2%( (lihat tabel IV -1).
Nilai impor dalam tahun 1972/73 berjumlah US. $. 1.795 juta,
yang berarti suatu kenaikan sebesar US. S. 508 /juta atau
39,5 bila dibandingkan dengan nilai impor tahun 1971/72 se besar US.$. 1.287 juta. Kenaikan impor tersebut, yang sekali gus disertai adanya. perubahan komposisi impor, yakni turun nya prosentase impor barang konsumsi dari 18,8 % dalam
tahun 1971 menjadi 13,9% dalam tahun 1972, dan meningkat nya impor bahan baku dan barang modal dari 81,2% dalam
tahun 1971 menjadi 86,1% dalam tahun 1972, mencerminkan
adanya suatu peningkatan kegiatan ekonomi (lihat Tabel IV-8).
Pengeluaran netto untuk jasa-jasa menunjukkan kenaikan
sebesar US. $. 254 juta, yakni dari US. $. 552 juta dalam tahun
1971/72 menjadi US. $. 806 juta pada tahun 1972/73.
Kenaikan pengeluaran untuk impor dan jasa-jasa netto yang
melebihi kenaikan penerimaan dari ekspor tersebut mengakibatkan defisit dalam transaksi berjalan pada tahun 1972/73 lebih
besar dari tahun sebelumnya. Dalam tahun anggaran 1972/73,
transaksi berjalan mengalami defisit sebesar US. $. 662 juta ,
147
TABEL IV — 1
RINGKASAN NERACA PEMBAYARAN 1970/71 — 1972/73
( dalam jutaan US. $ )
1970/71
A. Barang dan Ja sa :
1. Ekspor (f.o.b.)
Minyak
bukan minyak
2. Impor (f.o.b)
minyak
bukan minyak
3. Jasa-jasa (netto)
minyak
bukan minyak
4. Transaksi yang berjalan
minyak
bukan minyak
—
—
-—
-----
1.204
443
761
1.102
94
1.008
469
214
1.255
367
135
502
B. Modal dan pinjaman resmi :
1. Bantuan program
2. Bantuan proyek
369
283
86
1)
1971/72
-—
—
----
1)
1.374
590
784
1.287
132
1.155
552
254
298
--465
204
--669
1972/73 2)
-—
------—
1.939
965
974
1.795
159
1.636
806
407
399
662
399
1.061
420
306
114
507
362
145
190
173
13
4
--
527
262
6
9
250
C. Modal lain-lain
1. Investasi langsung
2. DICS
3. Suppliers/Trade credit
4. Lainnya
115
88
16
-- 30
41
D. Pelunasan hutang-hutang :
1. Hutang-hutang sebelum
Juli 1966
2. Hutang-hutang setelah
Juli 1966
— 68
— 107
-- 106
39
69
57
E. Cadangan moneter :
1. Penggunaan kredit IMF
2. Hutang jangka pendek
3. Piutang jangka pendek
--
F. Alokasi SDR :
G. Selisih yang tidak diperhitungkan:
1)
2)
148
Realisasi
Realisasi sementara.
29
--
21
29
50
—
—
—
+
—
38
—
49
25
17
40
48
—
—
-—
348
29
32
237
28
30
56
— 43
P.M.
+ 82
atau suatu kenaikan sebesar US. $. 197 juta dibandingkan dengan tahun 1971/72.
Meskipun transaksi berjalan menunjukkan defisit sebesar
US. $.662 juta akan tetapi secara keseluruhan Neraca Pembayaran dalam tahun 1972/73 mengalami surplus yang cukup besar yakni US. $. 348 juta, dibandingkan dengan surplus tahun
1971/72 sebesar US. $. 25 juta. Diantaranya piutang jangka
pendek mengalami kenaikan sebesar US. $. 239 juta, yakni dari
US. $. 48 juta pada tahun 1971/72 menjadi US. $. 287 juta pada
tahun 1972/73. Kenaikan dari surplus Neraca Pembayaran
tersebut terutama disebabkan kenaikan pada lalu lintas modal
swasta dan pinjaman resmi.
Seperti dapat dilihat pada Tabel IV-1, lalu lintas modal swasta tahun anggaran 1972/73 menunjukkan pemasukan modal
bersih sebesar US. $. 527 juta yang berarti kenaikan sebesar
US. $. 337 juta bila dibandingkan dengan tahun 1971/72. Diantaranya pemasukan dari penanaman modal asing telah meningkat dari US. $. 173 juta pada tahun 1971,72 menjadi US.
$. 262 juta pada tahun 1972/73, atau suatu kenaikan sebesar
51,4%. Sektor-sektor penanaman modal asing yang mengalami
kemajuan pesat adalah sektor Pertambangan, Kehutanan, Industri dan Perhotelan/Pariwisata.
Realisasi penerimaan pinjaman luar negeri yang berupa bantuan program dan bantuan proyek juga mengalami kenaikan sebesar US. $. 87 juta, yakni dari US. $. 420 juta pada tahun
1971/72 menjadi US. $. 507 juta pada tahun 1972/73.
Pembayaran hutang-hutang luar negeri tahun 1972/73 adalah sebesar US. $. 106 juta, dengan perincian pelunasan hutanghutang sebelum Juli 1966 sebesar US. $. 57 juta dan pelunasan
hutang-hutang setelah Juli 1966 sebesar US. $. 49 juta.
C. EKSPOR.
Dalam tahun anggaran 1972/73 kebijaksanaan ekspor ditekankan kepada usaha untuk meningkatkan ekspor dengan
memperbesar penerimaan eksportir per unit dollar. Hal ini
149
dilaksanakan dengan penurunan pajak ekspor, untuk barangbarang tertentu dan pembebasan pajak ekspor untuk barangbarang ekspor hasil kerajinan dan hasil-hasil industri dalam
negeri.
Perkembangan nilai ekspor yang diperinci menurut semester dan triwulan dapat dilihat pada Tabel IV — 2 dan IV — 3.
Nilai seluruh ekspor pada semester I tahun 1972/73 adalah
US $ 883 juta yang berarti suatu kenaikan sebesar US $ 229
juta bila dibandingkan dengan semester I tahun sebelumnya.
Pada semester II 1972/73 nilai seluruh ekspor mencapai
US $ 1.056 juta yang berarti suatu kenaikan sebesar US $ 336
juta dibandingkan dengan semester II 1971/72. Nilai ekspor
per triwulan juga menunjukkan perkembangan yang selalu
meningkat. Dalam periode Januari — Maret 1973 nilai ekspor
di luar minyak bumi adalah sebesar US $ 283 juta yang berarti kenaikan sebesar US $ 94 juta atau 49,7% bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan nilai ekspor di luar minyak bumi terutama disebabkan karena kenaikan harga-harga yang terjadi di pasaran
internasional dan . kenaikan volume barang yang diekspor.
Kenaikan terbesar terjadi pada tembakau, kayu dan kopi.
Sedangkan untuk beberapa barang ekspor yang lainnya seperti kopra, biji sawit, lada dan karet mengalami penurunan
yang cukup banyak. Nilai ekspor kayu selama tahun 1972
meningkat sebanyak 36,7% yakni dari US $ 168,6 juta pada
tahun 1971 menjadi US $ 230,4 juta. Dengan demikian kayu
menduduki tempat yang terpenting sesudah minyak dalam
urut-urutan barang-barang ekspor, menggantikan kedudukan
karet. Nilai ekspor karet untuk tahun 1972 mengalami penurunan lagi sebesar 12%, yakni dari US $ 222,2 juta pada tahun
1971 menjadi US $ 195,8 juta. Hal ini terutama disebabkan
karena menurunnya volume ekspor. Nilai ekspor kopi untuk
tahun 1972 mengalami kenaikan kembali dengan 30,3% setelah mengalami penurunan sebesar 15,8% pada tahun sebelumnya. Dengan demikian maka kopi menduduki tempat ke-
150
T A B E L I V — 3.
N I L A I EKSPOR DILUAR M I N Y A K BUMI, 1970/71 — 1972/73
(Dalam jutaan US $)
Triwulan
1970/71
1971/72
Prosentase
Kenaikan/Penurunan
1970/71—1971/72
1972/73
Prosentase
Kenaikan/Penurunan
1971/72—1972/73
I (April — Juni)
176
203
15,3
221
8,9
II (Juli — September)
189
200
5,8
227
13,5
III (Oktober - Desember)
199
IV (Januari — Maret)
197
192
189
243
283
26,6
49,7
761
784
J u m 1 a h:


3,5
4,1
3,0
97
153
tiga menurut urutan barang-barang ekspor , di luar minyak
bumi sesudah kayu dan karet, sedangkan timah menduduki
tempat yang ke empat lagi dengan nilai sebesar US $ 66,5
juta yang berarti kenaikan sebesar 4,2%. Kenaikan nilai
ekspor timah ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
harga timah di pasaran internasional sebesar 4,7%. Perkembangan nilai ekspor untuk barang-barang ekspor lainnya beserta pergeseran urutan ekspor yang diukur menurut nilai
devisa yang dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel IV - 4.
TABEL IV - 4.
NILAI BEBERAPA BAHAN EKSPOR DILUAR MINYAK BUMI
1970 - 1972
(dalam juta US $)
Bahan Ekspor
Prosentase
Kenaikan/
penurunan
1970 - 1971
1971
1970
1972
Prosentase
Kenaikan/
penurunan
1971 - 1972
Kayu
117,4
(2)*) 168,6
(2)*)
+
43,6
Karet
290,1
(1)
(1)
-
23,4
195,8 (2)
Kopi
65,8
(2)
55,4 (4)
-
15,8
72,2 (3)
+
30,3
Timah
62,2 (4)
63,8 (3)
2,6
66,5 (4)
+
4,2
+ 22,5
42,2 (5)
-
8,9
Minyak sawit 36,9
222,2
+
230,4 (1)*)
+
-
36,7
11,9
(5)
46,3 (5)
Teh
18,7 (7)
28,7 (6)
+
53,5
31,9 (6)
+
11,1
Tembakau
12,5 (8)
19,9 (8)
+
59,2
29,6 (7)
+
48,7
+ 723,3
20,5 (8)
-
17,0
Lada
Bungkil kopra
Kopra
Biji sawit
3,0
(11)
6,3 (9)
32,1 (6)
5,3
(]0)
24,7 (7)
11,4
(10) +
14,7 (9)
5,5 (11)
80,9
13,3 (9) +
16,7
- 54,2
3,9 (10) -
73,5
7,8
3,7 (11) -
32,7
*) Nomer dalam kurung adalah urutan menurut nilai eksp or pada tahun bersangkutan.
154
Perkembangan harga beberapa jenis barang ekspor di pasaran internasional dapat dilihat pada Tabel IV — 5. Harga
karet telah meningkat dengan 0,2% pada tahun 1972 bila dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 1971. Akan tetapi
tanda-tanda menaik ini Baru mulai nampak pada triwulan ke
IV tahun 1972, sehingga belum cukup untuk dapat menetralisir kelesuan ekspor karet pada tiga triwulan pertama. Harga
karet masih menunjukkan tanda-tanda kenaikan lagi dalam
triwulan I tahun 1973 ini. Hal ini terutama disebabkan oleh
adanya kenaikan pada harga karet sintetis dan meningkatnya
permintaan akan karet alam sebagai akibat dari pulihnya industri Amerika Serikat dari resesi.
Harga timah juga mengalami kenaikan untuk tahun 1972,
yakni sebesar 4,7% bila dibandingkan dengan harga rata-rata
tahun 1971. Harga timah tersebut masih mengalami kenaikan
lagi dalam triwulan I tahun 1973. Dikhawatirkan dengan adanya kenaikan harga timah tersebut akan memperkuat keinginan Pemerintah Amerika Serikat untuk melepaskan stockpile timahnya guna menekan harga timah dipasaran internasional. Perlu diketahui bahwa hingga akhir tahun 1972
Pemerintah Amerika Serikat masih menangguhkan rencananya untuk melepas surplus timah.
Harga-harga kopi, kopra dan lada masing-masing telah
turun dengan 1,7%, 25,5% dan 10,5,% Akan tetapi seperti
halnya dengan harga karet dan timah, harga-harga kopi, kopra
dan lada juga mengalami kenaikan-kenaikan pada triwulan I
tahun 1973 ini.
Ekspor minyak bumi dalam tahun 1972/73 telah meningkat
dengan 63,6%, jakni dari US. $. 590 juta pada tahun 1971/72
menjadi US $ 965 juta pada tahun 1972/73. Kenaikan ini selain disebabkan oleh kenaikan harga minyak di pasaran internasional juga karena produksinya mengalami kenaikan,
terutama produksi perusahaan-perusahaan minyak asing yang
bekerja atas dasar bagi hasil.
157
TABEL IV - 5.
HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR DIPASARAN
INTERNASIONAL
1969 - 1973 (Maret)
Bulan
Karet 1)
Kopi 2)
Kopra 3)
Lada 4)
Januari 1969
Januari 1970
Januari 1971
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Ju1i
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
20,81
23,93
16,99
16,41
17,08
17,22
17,74
16,54
15,58
15,84
15,38
14,85
14,67
15,23
28,68
34,55
38,16
38,95
39,28
38,72
38,49
37,93
37,20
37,90
38,00
38,94
37,00
37,00
210,60
235,84
230,56
214,91
208,55
203,60
195,69
196,48
201,78
180,63
174,15
160,60
161,39
156,54
35,60
57,55
53,52
54,35
55,60
58,00
55,54
51,90
47,00
47,48
43,00
43,33
43,95
45,35
1.367
1.599
1.443
1.443
1.472
1.487
1.464
1.436
1.440
1.420
1.416
1.403
1.413
1.422
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
15,92
15,91
16,01
15,10
15,64
15,43
15,50
15,22
15,09
16,90
18,16
19,12
37,00
36,68
36,43
36,23
36,00
35,38
38,26
46,33
37,48
37,02
36,35
36,34
15'0,42
137,69
141,84
147,71
144,58
140,06
134,54
136,02
137,64
141,68
140,09
157,48
46,00
45,69
45,00
45,88
46,94
46,00
45,04
42,15
41,45
43,30
44,50
44,50
1.411
1.416
1.478
1.494
1.463
1.452
1.528
1.532
1.557
1.570
1.576
1.591
Januari 1973
Pebruari
Maret
21,92
23,58
26,40
36,50
38,30
42,28
177,60
219,60
221,21
46,20
49,44
52,25
1.610
1.659
1.737
Rata-rata 1972
Rata-rata 1971
Perobahan
16,17
16,13
+ 0,2
37,47
38,13
- 1,7
142,48
191,32
- 25,5
44,70
49,92
- 10,5
1.506
1.438
+ 4,7
K e t e r a n g a n :
1)
2)
3)
4)
5)
Karet RSS III, New York dalam US$ ct/lb.
Kopi Robusta ex Palembang, New York dalam US$ ct/lb.
Kopra, Philippine Copra, London dan US$ per long ton.
Lada, lada hitam ex Lampung, New York dalam USA; ct/lb.
Timah, London dalam -/long ton.
158
Timah 5)
D. IMPOR.
Kebijaksanaan impor dalam tahun anggaran 1972/73 tetap
diarahkan untuk menunjang kegiatan produksi didalam negeri.
Kebijaksanaan tersebut tercermin, dalam usaha-usaha untuk
mendorong impor bahan baku/penolong dan barang modal yang
diperlukan untuk produksi dalam negeri. Disamping itu dalam
rangka mengatasi kesulitan pangan yang diakibatkan oleh
musim kemarau yang panjang, kebijaksanaan impor juga diarahkan untuk menjamin lancarnya arus impor pangan, terutama beras. Hasil kebijaksanaan yang telah diambil oleh Pemerintah selama tahun 1972 dapat dilihat dalam Tabel IV — 6,
Tabel IV — 7 dan Tabel IV — 8.
TABEL IV — 6.
N I L A I IMPOR 1970,71 — I972/ 73
(dalam jutaan US. $.)
Prosentase
Impor
Minyak Bumi
94
Minyak Bumi 1.008
Jumlah
1.102
1971/72
1970/71
132
1.155
1.287
Kenaikan
1972/73
1970 — 1971173
40,4
14,6
159
1.636
16,8
1.795
20,4
41,6
Prosentase
Kenaikan
1971/72 —
1972173
Diluar
39,5
Nilai seluruh impor dalam tahun 1972/73 berjumlah US. $. 1.795
juta yang berarti suatu kenaikan sebesar US. S. 508 juta atau 39,5%
bila dibandingkan dengan tahun 1971/72. Impor tanpa minyak bumi
telah meningkat dari US $ 1.155 juta dalam tahun 1971/72 menjadi
US $ 1.636 juta dalam tahun 1972/73. Dihitung dalam prosentase,
kenaikan impor diluar minyak bumi tersebut adalah sebesar 41,6%.
Impor perusahaan minyak bumi telah meningkat dari US $ 132 juta
dalam tahun 1971/72 menjadi US $ 159 juta dalam tahun 1972/73.
Dihitung dalam prosentase kenaikan impor perusahaan minyak
tersebut adalah sebesar 20,4% (Lihat Tabel IV — 6).
160
162
TABEL IV - 7
IMPOR MENURUT GOLONGAN EKONOMI 1970-1972 (C
& dalam jutaan US $)
1970
Jenis barang
1
Nilai
3
234,3
20,6
111,2
59,1
04,1
H. TEKSTIL DAN SANDANG
133,9
Kapas kasar
Benang tenun
Tekstil jadi
Lain-lain
I I I . HASIL-HASIL KIMIA
1. P u p u k
2. Lain-lain
IV. KERTAS BUKU dsb.
% dari
Jumlah
2
I. BAHAN MAKANAN DAN
MINUMAN
1. B e r a s
2. Tepung terigu
3. Lain-lain
1.
2.
3.
4
1971
11,8
189,1
5
17,1
155,9
12,1
176,5
29,4
6
325,3
% dari
Jumlah
7
22,8
14,1
178,8
12,5
16,0
46,6
69,1
22,0
41,1
223,5
15,7
2,7
65,9
157,6
29,2
2,0
34,0
142,5
3,0
Nilai
189,9
4,3
131,1
45,1
53,3
37,3
20,2
44,0
16,3
33,9
4
% dari
Jumlah
85,5
37,8
65,8
28,5
45,1
137,0
22,4
114,6
Nita'
1972
1
V. HASIL-HASIL MINERAL
1. S e m e n
2. Lain-lain
2
32,7
3
2,9
4
40,1
5
3,6
43,1
7
3,0
16,4
12,5
27,6
14,3
18,4
6
26,7
203,9
17,9
199,4
18,0
262,6
18,4
VII. ALAT-ALAT PENGANGKUTAN
1. Traktor, truk, bis
2
Alat-alat pengangkutan
udara
3. Lain-lain
167,6
14,7
155,9
14,1
146,5
10,3
VIII . BARANG-BARANG LOGAM
120,9
VI. MESIN-MESIN DAN
PESAWAT
1. Besi dan baja
2. Lain-lain
IX. LAIN-LAIN
JUMLAH
52,1
62,2
57,6
25,7
89,8
5,2
88,5
17,9
71,0
10,6
69,6
51,3
111,3
10,1
69,3
42,0
145,2
10,2
90,0
55,2
73,1
6,4
47,6
4,3
73,1
5,1
1.137,4
100,0
1.105,2
100,0
1.472,3
100,0
Komposisi impor menurut golongan ekonomi dapat dilihat pada Tabel IV — 7 dan Tabel IV — 8. Pada Tabel IV - 7 nampak
bahwa impor beras telah meningkat dari US. $. 189,1 juta pada
tahun 1971 menjadi US $ 325,3 juta pada tahun 1972. Kenaikan
impor beras tersebut mencerminkan usaha Pemerintah untuk mengatasi kesulitan pangan didalam negeri sebagai akibat
musim kemarau, yang panjang. Meskipun impor beras telah
meningkat dengan pesat dalam tahun 1972 namun prosentase
impor barang konsumsi sebagai keseluruhan telah menurun
dari 18,8% dalam tahun 1971 menjadi 13,9% dalam tahun 1972.
Hal ini sesuai dengan langkah-langkah yang telah diambil oleh
Pemerintah guna menghemat penggunaan devisa dan khususnya dalam rangka mendorong produksi dalam negeri. Nilai
impor bahan baku dinyatakan sebagai prosentase dari seluruh
impor, telah meningkat dari 38,7% pada tahun 1971 menjadi
38,9% pada tahun 1972. Demikian pula impor barang modal
baik secara absolut maupun relatif nilainya telah meningkat.
yakni dari 42,5% pada tahun 1971 menjadi 47,2% pada tahun
1972.
TABEL IV — 8
PENGEMBANGAN IMPOR M E N U R U T G O L O N G A N
EKONOMI
1970 — 1972
(Dalam Prosentase)
Golongan Ekonomi
1970
1971
1972*)
1. Barang Konsumsi
25,0
18,8
13,9
2. Bahan Baku
37,6
38,7
38,9
3. Barang Modal
37,4
42,5
47,2
100,0
100,0
100,0
Jumlah
* ) Sampai dengan bulan September 1972.
164
Kenaikan nilai impor sebesar 39,5% beserta komposisi impor
yang telah bergeser dari impor barang konsumsi kebahan baku
dan barang modal tersebut mencerminkan perluasan kegiatan
ekonomi didalam negeri yang cukup tinggi.
E. BANTUAN LUAR NEGERI.
Bantuan luar negeri yang telah disetujui untuk tahun anggaran 1972/73 berjumlah US .$ 799,9 juta yang terdiri dari bantuan devisa kredit sebesar US $ 245,6 juta, bantuan pangan sebesar US $ 146,6 juta dan bantuan proyek sebesar US $ 407,7
juta. Dibandingkan dengan tahun 1971/72 jumlah ketiga jenis
bantuan tersebut meningkat masing-masing dengan 22,2% , 8,7%
dan 39,3% (Lihat Tabel IV — 9).
Bantuan proyek yang disetujui dari tahun ketahun selalu
meningkat dengan pesat. Nilai bantuan proyek untuk tahun
1972/73 adalah US $ 407,7 juta yang berarti kenaikan, sebesar
39,3% bila dibandingkan dengan tahun 1971/72, sehingga untuk
tahun ini bantuan proyek merupakan 51,0% dari seluruh bantuan luar negeri. Hal ini mencerminkan disatu pihak kepercayaan luar negeri kepada kemampuan Indonesia untuk menyerap
bantuan proyek yang lebib banyak dan dilain pihak mencerminkan kemampuan yang meningkat untuk menyediakan devisa
untuk keperluan-keperluan lainnya.
Dari seluruh bantuan luar negeri yang telah disetujui untuk
tahun 1972/73, 30% berasal dari Amerika Serikat, 26% dari
Jepang, 11% dari IDA, 7% dari ADB dan sisanya dari negaranegara lainnya (Lihat. Tabel IV — 10).
Seperti halnya dengan tahun-tahun yang sebelumnya, untuk
menjaga agar pembayaran kembali hutang-hutang luar negeri
ini tidak akan menimbulkan beban yang berat bagi Neraca
Pembayaran Indonesia dikemudian hari, maka bantuan yang
diterima oleh Pemerintah hanyalah bantuan yang berbentuk
pinjaman dengan syarat-syarat yang sangat ringan dan berbentuk pemberian (grant).
166
TABEL IV - 9
KOMPOSISI BANTUAN LUAR NEGERI 1970/71 - 1972/73
Macam Bantuan
Juta
1970/71
Prosentase
Juta
1971/72
Prosentase
US. $
US. $
Prosentase
Kenaikan/
Penurunan
1970/71
1971/72
1972/73
Juta
Prosentase
US. $
Prosentase
Kenaikan/
Penurunan
1971/72
1972/73
Devisa Kredit
(Termasuk Bantuan
Kapas dan Benang
Tenun)
201,8
33,5
201,0
32,0
— 0,4
245,6
30,7
22,2
Bantuan Pangan
151,1
25,1
134,9
21,5
— 12,0
146.6
18,3
8,7
Bantuan
249,2
41,4
292,7
46,5
17,5
407,7
51,0
39.3
602,1
100,0
628,6
100,0
799,9
100,0
Proyek
167
GRAFIK N - 6
KOMPOSISI BANTUAN WAR NEGERI
1970/71 - 1972/73
799,9
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1970, x 71
1971/72
1972/73
Devisa Kredit
Bantuan Pangan
Bantuan Proyek
T A B E L IV - 10.
P E R S E T U J U A N B A N T U A N L U A R N E G E R I 1972/73
(Dalam jutaan US $)
D.K.I
Pangan
Proyek
11,5
110,0
11,1
65,0
6,4
68,0
29,0
243,0
Belanda
Belgia
21,3
3,2
21,3
45,8
2,8
1,1
2,2
6,1
Jepang
55,2
57,5
94,8
207,5
Jerman Barat
20,6
2,0
24,4
47,0
18,2
26,0
Australia
Amerika Serikat
-
Jumlah
Inggeris
7,8
Italia
Kanada
6,0
5,0
8,0
19,0
9,4
1,7
14,3
25,4
Perancis
Selandia Baru
1,0
I. D. A.
-
A. D. B.
-
Denmar
k
J u m l a h :
245,6
146,6
0,8
1,8
87,7
87,7
57,3
57,3
4,3
4,3
407,7
799,9
F. MASALAH HUTANG-HUTANG LUAR NEGERI.
Sampai dengan akhir tahun anggaran 1971/72 telah dapat
diselesaikan persetujuan-persetujuan bilateral perihal penundaan pembayaran kembali hutang-hutang lama berdasar prinsipprinsip yang telah dicapai dalam apa yang disebut dengan
"Paris Club" dengan Amerika Serikat, Negeri Belanda, Jerman
Barat, Jepang, Perancis, Italia, Uni Soviet, Republik Demokrasi
Jerman, Cekoslowakia, Polandia, Rumania dan Bulgaria.
Dalam tahun anggaran 1972/73 ini telah dapat dicapai persetujuan-persetujuan dengan Inggris dan Hongaria.
Negara-negara yang masih belum mencapai kata sepakat
dalam penundaan pembayaran kembali hutang-hutang lama
adalah Yugoslavia, Republik Arab Mesir, India, Pakistan dan
169
Tanzania. Berbagai usaha telah dan masih akan dilaksanakan
untuk mencapai persetujuan dengan negara-negara tersebut
dengan tetap berpegang teguh pada prinsip Pertemuan Paris
tahun 1970.
Dengan selesainya sebagian besar dari persetujuan penundaan pembayaran kembali hutang-hutang lama tersebut maka
beban pembayaran kembali hutang-hutang tersebut dapat diperhitungkan secara lebih pasti setiap tahunnya. Disamping
itu jumlah pelunasan setiap tahunnya menjadi lebih ringan.
Keringanan ini sangat besar artinya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dimasa-masa mendatang.
170
Download