Uploaded by Miftakhur Rohman

jurnal dadi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman serealia banyak dikonsumsi manusia sebagai makanan seharihari karena merupakan sumber yang baik untuk karbohidrat, serat pangan,
protein, lemak, dan mineral. Selain itu tanaman serealia diketahui sangat baik
untuk kesehatan karena kesesuaian mutunya dengan sereal dalam
pencegahan penyakit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2,
obesitas, dan juga kanker kolon. Dalam pengolahan tanaman serealia, masalah
yang sering ditemui antara lain adalah tingginya komponen antinutrisi seperti
tripsin inhibitor, asam fitat, tanin, dan oligosakarida penyebab flatulensi
sehingga daya cernanya menjadi rendah. Oleh sebab itu diperlukan adanya
sebuah proses pengolahan yang dapat mengurangi jumlah komponen
antinutrisi tersebut sehingga dapat meningkatkan daya cernanya.
Karbohidrat merupakan suatu nutrisi makronutrien yang sangat di
perlukan oleh tubuh. Karbohidrat dibutukan oleh tubuh sebagai sumber
energi. Karbohidrat dapat di temukan pada tanaman serealia ataupun umbi
umbian. Selain karbohidrat, tubuh juga memerlukan nutrisi yang lain untuk
tumbuh seperti vitamin, protein dan lain-lain. Kebutuhan karbohidrat dan
nutrisi lain nya juga bergantung pada usia maupun faktor tumbuh kembang
lain dimana semakin dewasa maka kebutuhan nya akan meningat.
Di Indonesia sangat mudah menemukan tanaman-tanaman yang
mengandung karbohidrat. Hal tersebut dikarenakan iklim yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman tersebut. Gandum merupakan salah satu komoditi
yang sering impor dari negara lain dikarenakan banyaknya kebutuhan dan
ketidak cocokan tanaman tersebut dengan iklim Indonesia. Selain gandum
masih banyak tanaman lain yang menghasilkan karbohidrat. Penelitian tentang
kebutuhan karbohidrat terus diakukan untuk memenuhi permintaan dan
kebutuhan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara melakukan identifikasi dan pengujian sifat-sifat
komoditas yang mengandung karbohidrat
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melakukan identifikasi dan pengujian sifat-sifat komoditas
yang mengandung karbohidrat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan
kering dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat
dalam biji, buah dan akar tumbuhan. Zat tersebut terbentuk oleh proses
fotosintesis, yang melibatkan kegiatan sinar matahari terhadap hijauan daun.
Hijauan daun merupakan zat fotosintetik aktif pada tumbuh-tumbuhan.
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dalam sumber tenaga yang
terdapat dalam tumbuhan dan hewan. Karbohidrat menyediakan kebutuhan
dasar yang diperlukan tubuh. Penyusun karbohidrat adalah C, H, dan O yang
terbentuk dari peristiwa fotosintesis pada tumbuhan. Karbohidrat memiliki
peran sebagai sumber energi utama, setiap 1 gram karbohidrat mengandung
4,1 kalori, membentuk senyawa – senyawa organik seperti lemak dan protein,
menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh. Manusia tidak dapat terlepas
dari peranan karbohidrat dalam melaksanakan aktivitasnya (Sulistyo A. 2014)
2.1.1 Singkong
Singkong atau yang dikenal juga dengan nama ubi kayu merupakan
tumbuhan tahunan tropika dari keluarga Euphorbiaceae. Singkong merupakan
tanaman berumur panjang yang tumbuh di daerah tropika dengan
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, tetapi sensitif
terhadap suhu rendah. Tanaman singkong mempunyai adaptasi yang luas. Hal
inilah yang menyebabkan singkong dapat ditanam dimana-mana setiap waktu
sepanjang tahun dengan resiko kegagalan kecil. Mudahnya proses penanaman
singkong mengakibatkan banyaknya produksi singkong di Indonesia. Saat ini
produksi singkong di Indonesia telah mencapai kurang lebih 20 juta ton per
tahun. Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm. Daging umbinya
berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong tidak tahan disimpan
meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan yang timbul
ditandai dengan keluarnya warna biru gelap (Parida Y. 2015).
Singkong juga merupakan salah satu sumber karbohidrat dengan
persentase karbohidrat yang tinggi. Kandungan karbohidrat yang terdapat
pada 100g singkong adalah 36,8 gram. Selain karbohidrat singkong juga
memiliki kandungan lain seperti protein, lemak, kalsium, dan fosfor. Singkong
juga memiliki kandungan vitamin B1 dan vitamin C meski dalam jumlah yang
sedikit. Singkong juga memiliki beberapa keunggulan seperti kadar gizi makro
(selain protein) dan mikro yang tinggi, kadar glikemik dalam darah saat
mengonsumsi singkong yang rendah, kadar serat pangan pada singkong
cukup tinggi (Indah V. 2017)
2.1.2 Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu umbi penting di
seluruh dunia dengan produksi lebih dari 133 juta ton, dikonsumsi oleh berjuta
manusia, serta termasuk ke dalam tujuh tumbuhan penting sumber
karbohidrat setelah gandum, beras, jagung, kentang, barley dan singkong. Ubi
jalar juga merupakan salah satu tanaman yang mudah beradaptasi dengan
lingkungan disekitarnya. Ubi jalar juga sangat berfungsi untuk banyak hal
seperti pangan, pakan ternak, dan bahan dasar industri. Ubi jalar juga memiliki
kandungan nutrisi yang cukup untuk menjadi bahan makanan pokok. Analisis
kandungan nutrisi umbi meliputi kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar,
energi, karbohidrat, pati, gula reduksi, thiamin, riboflavin, vitamin A, vitamin C,
vitamin E, ß-Caroten, kadar Fe, dan K. Kandungan pati terdapat di dalam
beberapa bahan diantaranya dapat berasal dari singkong, garut, sukun,
jagung. Kadar pati yang dimiliki ubi Cilembu relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar pati ubi jalar yang lainnya. Kandungan amilosa ubi jalar berkisar
antara 20 persen sampai 33 persen. Kebanyakan varietas ubi jalar mempunyai
kandungan pati di bawah 30 persen. Kandungan dalam 100 gram ubi jalar
terdapat 20 gram karbohidrat dengan sisanya terbagi dalam kandungan
lainnya (Mahmudatussa’adah A. 2014)
2.1.3 Gandum
Gandum (Triticum aestivum L) adalah salah satu serealia dari familia
Graminae yang merupakan salah satu bahan makanan pokok manusia selain
beras. Gandum bukan merupakan tanaman yang mudah ditanam di Indonesia,
tapi digemari oleh masyarakat Indonesia. Sulitnya penanaman gandum di
indonesia dikarenakan sulitnya tanaman gandum beradaptasi dengan iklim
tropis.Banyaknya konsumsi gandum di Indonesia berkaitan dengan di
mulainya budidaya gandum di Indonesia. Pengembangan gandum dalam
negeri dilakukan untuk mengurangi impor gandum. Gandum adalah sumber
karbohidrat, sama halnya dengan nasi, sagu, singkong, ubi, talas dan lainlainnya. Gandum juga memiliki potensi untuk menggantikan beras karena
kadar gizi yang cukup baik. Selain itu, gandum utuh memiliki kandungan gizi
karbohidrat 60% - 80%, protein 6%-17%, lemak 1,5%-2,0%, mineral 1,5%-2,0% dan
sejumlah vitamin. Selain digunakan untuk bahan makanan manusia gandum
juga dapat di gunakan untuk pakan ternak dan fermentasi dari bijinya akan
menghasilkan beberapa minuman beralkohol. Gandum tidak tergantikan
sebagai bahan baku tepung terigu karena memiliki kandungan gluten yang
memberikan daya kembang adonan (Nur S. 2015)
2.1.4 Talas
Terigu merupakan hasil pengolahan biji gandum yang umum digunakan
sebagai bahan baku berbagai produk panganseperti mie, roti, cookies, dan
lain-lain. Akan tetapi kebutuhan terigu yang terus meningkat mengharuskan
Indonesia memperolehnya dengan cara mengimpor. Menurut Ketua Asosiasi
Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), kebutuhan rata-rata tepung
terigu Indonesia adalah sebanyak 3,9 juta ton/tahun. Salah satu solusi bahan
pengganti tepung terigu adalah dengan menggunakan tepung talas
(Colocasia esculenta L.Schoott). Komposisi kimia umbi talas bergantung pada
varietas ,iklim, kesuburan tanah dan umur panen. Kandungan gizi dari talas
/100 g berat bahan mengandung protein 1,2 gr,lemak 0,4gr, karbohidrat 34,2
gr, kalsium 26 gr, fosfor 54 mg, besi 1,4 mg, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 2 mg,
air 63,1 g, abu 1 gr.Kandungan pati merupakan kandungan tertinggi yang
dimiliki oleh talas, tergantung pada jenis talas. Salah satu kelemahan umbi
talas adalah Umbi talas mengandung kalsium oksalat sehingga setelah
memakan talas ada rasa gatal yang tertinggal mulut, tetapi rasa gatal pada
talas dapat dihilangkan dengan perendaman menggunakan NaCl (Indrayati D.
2012)
2.1.5 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang penting di Indonesia dan sumber karbohidrat ke empat di
dunia setelah gandum, beras dan jagung.Kentang merupakan tumbuhan yang
sangat rentan dengan kondisi lingkungan terutama pada suhu tanah. Kentang
juga merupakan salah satu komoditi yang mudah rusak baik secara mekanis,
kimia, maupun mikrobiologis yang berkaitan dengan kadar air yang tinggi
serta tidak tahan lama disimpan karena akan tumbuh tunas. Kentang juga
mengandung cukup banyak nutrisi di antaranya protein, mineral dan asam
amino, dan beberapa vitamin seperti vitamin A, vitamin B komplek serta
vitamin C. Kentang banyak mengandung senyawa karbohidrat salah satunya
adalah senyawa pati. Nilai kandungan gizi kentang per 100 gram yaitu energi
sebesar 77 kkal, karbohidrat sebesar 19 g, pati sebesar 15 gram, lemak sebesar
0,1 gram, protein sebesar 2 gram, dan air sebesar 75 gram. Kentang memiliki
pati yang dapat digunakan sebagai olahan pangan. Kentang juga merupakan
salah satu bahan penghasil pati. Pati kentang dapat diperoleh dengan cara pati
alami maupun dengan cara pati termodifikasi. Pati alami diperoleh dari
pemisahan sari pati yang terdapat pada tanaman baik yang dari umbi, biji
maupun batang (Eka K. 2018)
2.1.6 Kacang Merah
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) merupakan jenis tanaman kacangkacangan yang biasanya dikosumsi sebagai sayur, campuran salad ataupun
aneka kue. Kacang merah hanya dimakan dalam bentuk biji yang sudah tua,
baik dalam bentuk segar maupun yang telah dikeringkan. Kacang merah
merupakan jenis sayuran kacang yang berbuah dan sangat kaya dengan
kandungan protein dan karbohidrat. Kacang merah tidak hanya dikenal
sebagai sumber protein nabati tetapi juga sumber energi, karbohidrat, serat,
serta mineral yang cukup tinggi. Selain itu kacang merah juga memiliki kadar
lemak dan juga kadar serat yang lebih rendah dari kacang lainnya. Kandungan
karbohidrat dalam 100 gram kacang merah mencapai 56,2 g. Kacang merah
adalah satu dari sekian banyak sayuran yang digemari karena rasanya yang
enak dan gurih. Perbedaan antara kacang merah dan kacang lainnya terlihat
pada kandungan nya dimana kacang yang satu ini kaya akan vitamin A, vitamin
B, dan vitamin C, terutama pada bagian bijinya (Meila D, 2013).
2.1.7 Tepung Terigu
Gandum (Titricum aesticum L.) merupakan komoditas seralia yang berasal
dari daerah subtropik dan merupakan bahan dasar dalam pembuatan berbagai
makanan yang penting di dunia dan sebagian besar gandum diolah menjadi
tepung terigu. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia hingga saat ini terus
mengalami peningkatan. Kualitas tepung terigu dapat diketahui melalui
beberapa pengujian diantaranya, sifat kimia tepung terigu, fisik (reologi)
adonan tepung terigu, aplikasinya dalam proses pembuatan produk, serta sifat
fisik dan sensori produk. Komponen penyusun tepung terigu dari kandungan
yang terbesar hingga yang terkecil terdiri dari pati, protein, lemak, serat,
mineral dan vitamin. Pada tepung terigu kadar air merupakan hal yang paling
penting karena jika kadar air melebihi 14,5% maka akan memikat jamur, bakteri
dan serangga untuk hidup di dalamnya, sehingga mengakibatkan penurunan
kualitas tepung terigu selama penyimpanan. Pada setiap 100 gram tepung
terigu terdapat kandungan karbohidrat sebesar 76 gram (Fitasari E, 2009).
2.1.8 Tepung Beras
Padi (Oryza sativa, L.) memiliki bentuk dan warna yang beragam, baik
tanman maupun berasnya. Beras merupakan makanan sumber energi yang
memiliki kandungan karbohidrat tinggi namun proteinny rendah. Kandungan
gizi beras per 100 gr bahan adalah 360 kkal energy, 6,6 gr protein, 0,58 gr
lemak, dan 79,34 gr karbohidrat. Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan
bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Kandungan gizi
beras per 100 g bahan adalah 360 kkal energi, 6,6 g protein, 0,58 g lemak dan
79,34 g karbohidrat. Tepung merupakan salah satu bentuk produk setengah
jadi dari beras merah atau beras putih yang dapat disimpan lebih lama, mudah
dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk dan
lebih cepat dimasak sesuai kebutuhan kehidupan yang serba praktis.
Pengembangan modifikasi tepung beras digunakan untuk menciptakan
tepung yang rendah gluten dan kaya akan gizi (Aulia S, 2019).
2.1.9 Tepung Maizena
Jagung merupakan bahan pangan kaya akan sumber karbohidrat yang
dapat menjadi bahan baku aneka produk pangan. Tingkat produktivitas jagung
di Indonesia sudah cukup tinggi. Komponen kimia terbesar dalam biji jagung
adalah karbohidrat (72% dari berat biji) yang sebagian besar berisi pati dan
terdapat pada bagian endosperm. Pati jagung mengandung amilosa sekitar 2530% dan amilopektin sekitar 70-75% sedangkan gulanya berupa sukrosa.
Sukrosa merupakan disakarida terbanyak dalam biji jagung (2-3 mg per
endosperm). Lemak jagung terdapat dalam lembaga yaitu 85% dari total lemak
jagung. Kadar protein pada biji jagung bervariasi dari 6-18%. Protein tersebut
meliputi albumin, globulin, prolamin (zein). Tepung jagung adalah tepung
yang diproduksi dari jagung pipil kering dengan cara menggiling halus bagian
endosperm jagung yang mengandung pati sekitar 86-89%. Pada saat
penggilingan jagung pemisahan kulit, endosperm, lembaga dan tip cap sangat
penting. Endosperm merupakan bagian dari biji jagung yang digiling menjadi
tepung dan memiliki kadar karbohidrat yang tinggi (Riahtasari M, 2016)
2.1.10 Tepung Tapioca
Tepung tapioka merupakan salah satu produk hasil olahan singkong yang
banyak digunakan sebagai bahan baku utama maupun bahan penolong dalam
beberapa produk pangan baik di rumah tangga maupun industri. Tepung
tapioka juga merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Pada tepung
tapioka terdapat beberapa macam senyawa kimia yang terkandung seperti
serat 0,5%, kadar air 15%, karbohidrat 85%, protein 0,5-0,7%, dan lemak 0,2%.
Kehalusan tepung juga penting untuk menentukan mutu tepung tapioka.
Tepung tapioka yang baik adalah tepung yang tidak menggumpal dan memiliki
kehalusan yang baik. Tepung tapioka dibuat dengan mengekstrak bagian
umbi singkong. Proses ekstraksi umbi kayu relatif mudah, karena kandungan
protein dan lemaknya yang rendah. Jika proses pembuatannya dilakukan
dengan baik, pati yang dihasilkan akan berwarna putih bersih (Muhammad A,
2007).
2.2 Sakarida
Sakarida merupakan rantai yang menyusun suatu karbohidrat.
Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur
utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan atom-atom
tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan yang lainnya,
sehingga ada karbohidrat yang masuk kelompok struktur sederhana seperti
monosakarida dan disakarida dan dengan struktur kompleks atau polisakarida
seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa. Karbohidrat sederhana
(Simple carbohydrate) monosa, atau monosakaridaadalah karnohidrat yang
molekulnya lebih kecil dan susunannya lebih sederhanadibandingkan dengan
molekul karbohidrat yang lain. Penentuan karbohidrat yang termasuk
polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu
dihidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Sakarida bisa
didapat dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut air panas untuk
melarutkan kandungan gula dalam sampel karena sifat gula yang larut dalam
air (Kusbandari A, 2015).
2.3 Sifat Fungsional Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang sangat penting bagi makhluk
hidup dikarenakan kandungan energi yang disimpannya. Selain itu, beberapa
karbohidrat berfungsi juga sebagai komponen struktural dari sel. Karbohidrat
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karbohidrat terlarut dan
polisakarida. Komponen karbohidrat terlarut terdiri dari monosakarida dan
disakarida, α-galaktosida, dan siklitol. Polisakarida terdiri dari pati (amilosa dan
amilopektin), serat (selulosa, hemiselulosa, pektin), dan komponen lainnya
(lignin, saponin). Karbohidrat yang berasal dari kacang-kacangan umumnya
mudah dicerna pada saluran intestinal atas, namun koefisien daya cernanya
masih lebih rendah daripada serealia. Daya cerna yang rendah ini berhubungan
dengan rendahnya kandungan monosakarida dan disakarida serta tingginya
kandungan karbohidrat lain seperti α-galaktosida, pati resistan, dan
polisakarida lain yang tidak larut (Anita S, 2009)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan Uji Penampakan
3.1.1
Alat
Berikut alat yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Pisau
2. Mistar
3. Jangka sorong
4. Timbangan
3.1.2
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Bahan
Berikut bahan yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Jagung
2. Singkong
3. Ubi jalar
4. Gabah
5. Talas
6. Kentang
3.2
Alat dan Bahan Uji Penampakan Tepung / Pati
3.2.1
Alat
Berikut alat yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
3.2.2
Mikroskop
Gelas objek
Kaca penutup
Spatula besi
Pipet tetes
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Bahan
Berikut bahan yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tepung terigu protein tinggi
Tepung terigu protein rendah
Tepung maizena
Tepung beras
Tepung hungkuwe
Tepung tapioka
3.3
Alat dan Bahan Uji Penentuan Suhu Gelatinisasi
3.3.1
Alat
Berikut alat yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.3.2
Gelas beaker 250 ml
Gelas ukur
100 ml
Pemanas
Spatula besi
Pengaduk kaca
Thermometer
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Bahan
Berikut bahan yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tepung terigu protein tinggi
Tepung terigu protein rendah
Tepung maizena
Tepung beras
Tepung hungkuwe
Tepung tapioka
3.4
Alat dan Bahan Uji Yod
3.4.1
Alat
Berikut alat yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Plat tetes
2. Pipet tets
1 buah
1 buah
3.4.2
Bahan
Berikut bahan yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Sukrosa
Susu cair
Glukosa cair
Maltodekstrin
Bubur beras
3.5
Cara Kerja
3.5.1
Uji Penampakan
1. Mengiris bahan – bahan secara melintang dan membujur untuk
mengamati morfologi dan menggambar penampangnya
2. Mengamati keadaan fisik bahan (warna, bentuk, aroma)
3. Menghitung neraca massa bahan
a. Menimbang berat awal bahan
b. Mengkupas bagian kulit
c. Menimbang masing – masing bagian
d. Menghitung presentase dari masing – masing bagian
4. Menghitung densitas bahan dengan cara
a. Menimbang berat awal bahan
b. Memasukkan bahan ke dalam gelas ukur yang telah berisi air dan
menghitung kenaikan volume air
c. Menghitung densitas bahan
3.5.2
Uji Penampakan Tepung / Pati
1. Membuat preparat dengan cara meneteskan air pada gelas objek
kemudian memberi sedikit mungkin tepung kemudian diratakan
2. Menutup gelas objek dengan kaca penutup, selanjutnya mengamati
dan menggambar bentuk granula dari masing – masing tepung dan pati
tersebut
3.5.3
Uji Penentuan Suhu Gelaatinisasi
1. Memasukkan tepung sebanyak 10 gram ke dalam gelas beaker dan
menambahkan 100 ml air
2. Memanaskan sampai terjadi proses glatinisasi (ditandai timbulnya
warna serupa kabut)
3. Menghentikan pemanasan setelah mengental dan mengamati suhu
pada saat terjadinya gelatinisasi
3.5.4
Uji Yod
1. Memasukkan sedikit bahan ke dalam lekukar papan uji
2. Menambahkan satu tetes larutan yod encer
3. Memperhatikan warna biru yang terjadi
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Uji Penampakan
4.1.1 Uji Organoleptik
Adapun hasil uji organoleptic berdasarkan hasil praktikum
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptik
Organoleptik
No
Bahan
Aroma
Warna
Bentuk
Jagung
Jagung / pati /
sedikit asam
Kuning
Oval
2.
Singkong
Bau tanah
setelah hujan
Kulit : coklat
kering
Daging : putih
Bulat
lonjong
3.
Kacang merah
Seperti
kacang
Daging : putih
Kulit : merah
Oval
melengkung
4.
Kentang
Seperti
kentang
Coklat
kekuningan
Bulat
1.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi
subyektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap
disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian
subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh
pelaku atau yang melakukan pengukuran (Susiwi S, 2009).
Pada hasil uji jagung oleh kelompok 1 didapatkan berdasarkan sifat fisik
jagung pada umumnya. Jagung yang di teliti memiliki aroma seperti jagung
pada umumnya dengan sedikit aroma asam. Jagung juga memiliki warna
kuning dan berbentuk oval seperti jagung pada umumnya. Tidak terdapatnya
perubahan dikarenakan tidak terdapat perlakuan fisik yang dilakukan pada
jagung sebelum di pakai praktikum.
Pada hasil uji singkong oleh kelompok 2 didapatkan berdasarkan sifat
fisik ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata
bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubi kayu
yang ditanam. Bau dari singkong juga seperti singkong pada umumnya tanpa
adanya perubahan warna maupun tekstur. Kulit luar singkong memiliki tekstur
keras namun rapuh.
Pada hasil uji kacang merah oleh kelompok 3 didapatkan bau kacang
merah seperti kacang pada umumnya, dengan warna kulit merah dan warna
dari daging putih. Bentuk dari kacang merah yang dipakai seperti kacang
merah pada umumnya yaitu oval melengkung tanpa adanya kecacatan
maupun bau busuk dikarenakan perlakuan yang baik pada saat sebelum
praktikum.
Pada hasil uji kentang oleh kelompok 4 didapatkan aroma kentang
seperti kentang pada umumnya. Kentang yang dipakai untuk percobaan juga
memiliki warna kekuningan seperti kentang pada umumnya, dan berbentuk
oval dengan lekukan yang tidak rata tanpa adanya kecacatan pada bahan.
4.1.2 Neraca Massa dan Densitas
Adapun hasil uji neraca massa dan densitas berdasarkan hasil
praktikum sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Uji Neraca Massa dan Densitas
No
Bahan
Massa
Densitas
1.
2.
Jagung
Singkong
Jagung 1 = 280,3 gr
Prosentase = 79,6%
Jagung 2 = 294,2 gr
Prosentase = 75,56%
Kulit 1 = 71,6 gr
Prosentase = 20,4%
Kulit 2 = 95,2 gr
Prosentase = 24,44%
Berat total jagung 1 = 351,9 gr
Berat total jagung 2 = 389,4 gr
Berat bahan = 383 gr
Berat kulit = 53,5 gr
Berat daging = 309,2 gr
Massa bahan =
10,25 gr
Volume bahan =
10 ml
Densitas =
1,02 gr/ml
Massa bahan =
10 gr
Volume bahan =
8 ml
Densitas =
1,25 gr/ml
3.
4.
Kacang
merah
Kentang
Berat bahan = 10,05 gr
Daging = 9,03 gr
Kulit = 2,106
Massa bahan =
9,03 gr
Volume bahan =
7 ml
Densitas =
1,29 gr/ml
Berat bahan = 163,9 gr
Daging = 160,5 gr
Kulit = 10,32 gr
Massa bahan =
10,9 gr
Volume bahan =
9 ml
Densitas =
1,21 gr/ml
Hasil pengujian yang dilakukan oleh masing-masing kelompok untuk
mengetahui densitas dengan menggunakan rumus massa dibagi volume.
Massa yang dihitung merupakan massa bahan yang telah diperkecil hingga
menjadi 10 gr atau kurang. Pada kelompok 1 hasil penimbangan berat jagung
secara keseluruhan jagung 1 351,9 gr dan jagung 2 389,4 gr. Dari berat total
didapatkan berat jagung tanpa kulit, jagung 1 280,3 gr dengan persentase
79,6% dan jagung 2 294,2 gr dengan persentase 75,56%. Kemudian pada kulit
jagung 1 dengan berat 71,6 gr dengan prosentase 20,4% dan kulit jagung 2
dengan berat 92,5 gr dengan prosentase 24,44%. Kemudian untuk berat total
jagung 1 adalah 351,9 gr dan jagung 2 adalah 389,4 gr. Pada percobaan ini
perbedaan berat antara 2 jagung dapat dikarenakan proses penanaman atau
perlakuan setelah penanaman.
Pada kelompok 2 didapatkan hasil penimbangan dari bahan singkong
dengan berat bahan 383 gr dan berat dari kulit yaitu 53,5 gr. Kemudian
didapatkan berat daging singkong adalah 309,2 gr. Adanya kandungan bahan
yang sangat banyak dikarenakan kulitnya yang tipis.
Pada kelomok 3 didapatkan hasil penimbangan dari bahan kacang
merah dengan berat bahan 10,05 gr dan berat dari kulit yaitu 2,106 gr.
Kemudian didapatkan berat daging singkong adalah 9,03 gr. Adanya
kandungan bahan yang sangat banyak dikarenakan kulitnya yang tipis.
Pada kelompok 4 didapatkan hasil penimbangan dari bahan kentang
dengan berat bahan 163,9 gr dan berat dari kulit yaitu 10,32 gr. Kemudian
didapatkan berat daging singkong adalah 160,5 gr. Adanya kandungan bahan
yang sangat banyak dikarenakan kulitnya yang tipis. Adanya kandungan bahan
yang sangat banyak dikarenakan kulitnya yang tipis
4.2 Uji Granula
Adapun hasil uji granula berdasarkan hasil praktikum sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Granula
Gambar
No
Bahan
Deskripsi
Granula kecil dan
jelas, ukuran
1.
Tepung maizena
granula hampir
sama semua
Granula kecil
2.
Tepung beras
bertumpukan
Ukuran granula
3.
Tepung terigu
tidak merata
Granula kecil dan
4.
Tepung kanji
ukurannya
merata
Karakteristik sifat fisik pati diantaranya adalah ukuran dan bentuk granula
pati. Karakteristik sifat fisik meliputi morfologi granula pati dilakukan dengan
menggunakan mikroskop. Granula pati yang belum mengalami proses
modifikasi akan memiliki permukaan yang halus dan utuh. Perbedaan
karakteristik granula mengakibatkan perbedaan sifat fungsional dari pati.
Granula pati juga dapat hancur apabila terdapat aktivitas enzim sellulolitik dan
peknolitik yang mulai intensif dalam mendegradasi sellulosa dinding sel,
sehingga dinding sel rusak dan granula pati mengalami liberasi (Fardiaz D,
2014).
Pada pengujian pada kelompok 1 dengan menggunkan bahan tepung
maizena dilakukan percobaan sebanyak 3 kali hingga menemukan granula
yang terdapat dalam tepung maizena. Percobaan dilakukan berkali-kali
dikarenakan terdapat kegagalan pada percobaan sebelumnya karena terlalu
banyak air atau faktor yang lain. Granula yang terdapat dalam tepung maizena
berbentuk kecil dan terlihat jelas melalui mikroskop dengan ukuran yang
hampir sama.
Pada pengujian kelompok 2 dengan menggunakan bahan menggunakan
tepung beras melakukan percobaan sebanyak 3 kali hingga berhasil
menemukan granula yang terdapat di dalam tepung beras. Percobaan
dilakukan beberapa kali karena terdapat kesalahan kadar air atau kadar
tepung yang terlalu banyak sehingga granula tidak terlihat. Granula dalam
tepung bereas berbentuk kecil dan bertumpukan.
Pada pengujian kelompok 3 dengan menggunakan bahan menggunakan
tepung beras melakukan percobaan sebanyak 5 kali hingga berhasil
menemukan granula yang terdapat di dalam tepung terigu. Percobaan
dilakukan beberapa kali karena terdapat kesalahan kadar air atau kadar
tepung yang terlalu banyak sehingga granula tidak terlihat. Granula dalam
tepung terigu berbentuk spons dengan rongga yang tidak merata.
Pada pengujian kelompok 4 dengan menggunakan bahan menggunakan
tepung kanji melakukan percobaan sebanyak 5 kali hingga berhasil
menemukan granula yang terdapat di dalam tepung beras. Percobaan
dilakukan beberapa kali karena terdapat kesalahan kadar air atau kadar
tepung yang terlalu banyak sehingga granula tidak terlihat. Granula dalam
tepung kanji berbentuk kecil seperti serbuk dan merata.
4.3 Uji Gelatinisasi
Adapun hasil uji gelatinisasi berdasarkan hasil praktikum sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Gelatinisasi
No
Bahan
Wujud
Perubahan suhu &
waktu
1.
2.
3.
4.
Tepung maizena
Putih keruh,
kental
66 ⁰C dan 14 menit 03
detik
Tepung beras
Putih keruh,
kental
72 ⁰C dan 43 menit 19
detik
Tepung terigu
Putih keruh,
kental
60,8 ⁰C dan 50 menit 34
detik
Tepung kanji
Putih keruh,
kental
75 ⁰C dan 10 menit 31
detik
Gelatinisasi terjadi ketika pati alami dipanaskan dengan kandungan air
yang mencukupi. Selanjutnya, granula pati akan menyerap air kemudian
mengembang, dan struktur kristalinnya terganggu . Proses gelatinisasi
menyebabkan granula pati semakin mengembang dan terjadi pelepasan
amilosa. Jumlah amilosa yang terlarut dalam karbohidrat semakin banyak
ketika suhu gelatinisasi semakin meningkat. Suhu gelatinisasi mencapai 82 C
dengan rasio pati terhadap air 1:1,50 menghasilkan kadar pati resisten tidak
berbeda nyata dibandingkan kadar pati resisten tanpa perlakuan gelatinisasi
dan retrogradasi (Putu G, 2013)
Pada uji gelatinisasi pada kelompok 1 menggunakan bahan tepung
maizena di dapatkan hasil dengan wujud putih keruh dan kental pada suhu 66
⁰C dan waktu 14 menit 03 detik. Perbedaan waktu yang di dapatkan dari tiap
kelompok dapat dikarenakan perbedaan bahan baku tepung atau tingkat
gelatinisasi dari tepung itu sendiri.
Pada uji gelatinisasi pada kelompok 2 menggunakan bahan tepung
beras di dapatkan hasil dengan wujud putih keruh dan kental pada suhu72 ⁰C
dan waktu 43 menit 19 detik. Perbedaan waktu yang di dapatkan dari tiap
kelompok dapat dikarenakan perbedaan bahan baku tepung atau tingkat
gelatinisasi dari tepung itu sendiri.
Pada uji gelatinisasi pada kelompok 3 menggunakan bahan tepung
terigu di dapatkan hasil dengan wujud putih keruh dan kental pada suhu 60,8
⁰C dan waktu 50 menit 34 detik. Perbedaan waktu yang di dapatkan dari tiap
kelompok dapat dikarenakan perbedaan bahan baku tepung atau tingkat
gelatinisasi dari tepung itu sendiri.
Pada uji gelatinisasi pada kelompok 4 menggunakan bahan tepung
kanji di dapatkan hasil dengan wujud putih keruh dan kental pada suhu 75 ⁰C
dan waktu 10 menit 31 detik. Perbedaan waktu yang di dapatkan dari tiap
kelompok dapat dikarenakan perbedaan bahan baku tepung atau tingkat
gelatinisasi dari tepung itu sendiri.
4.4 Uji Iod
Adapun hasil uji gelatinisasi berdasarkan hasil praktikum sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Gelatinisasi
Warna Awal
Perubahan Warna
No
Bahan
1.
Tepung maizena
Putih
Biru pekat
2.
Tepung beras
Putih
Hitam keunguan
3.
Tepung terigu
Putih
Biru kehitaman
4.
Tepung kanji
Putih
Biru gelap
5.
Susu cair
Putih
Putih kekuningan
6.
Sukrosa
Putih
Kuning
7.
Bubur beras
Putih
Biru pekat
Sumber utama karbohidrat yang sangat sering kita tahu seperti beras,
jagung, kentang, ubi, sagu. Analisa karbohidrat dapat dilakukan secara
kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa
jumlah karbohidrat didalam bahan pangan. Contoh analisa kuantitatif adalah
metode lowry. Analisa kualitatif di gunakan untuk menganalisa ada tidaknya
karbohidrat dalam bahan pangan. Contoh analisa kualitatif adalah metode
iodin. Analisa karbohidrat secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya karbohidrat dalam bahan pangan. Metode iodin dapat digunakan
untuk menganalisa karbohidrat secara kualitatif. Jenis karbohidrat yang di uji
dengan metode karbohidat adalah karbohidrat jenis polisakarida. Polisakarida
ditambahkan iodin akan membentuk warna berbeda sesuai dengan jenis
karbohidratnya (Togatorop E, 2014)
Pada uji iod menggunakan bahan bahan yang telah di tentukan
didapatkan hasil pada tepung maizena dengan warna awal putih menjadi biru
pekat, kemudian pada tepung beras dengan warna awal putih berubah
menjadi hitam keunguan, kemudian pada tepung terigu dengan warna awal
putih berubah menjadi biru kehitaman, kemudian pada tepung kanji dengan
warna awal putih berubah menjadi warna biru gelap, kemudian pada susu cair
dengan warna awal putih berubah menjadi warna putih kekuningan, kemudian
pada sukrosa dengan warna awal putih berubah menjadi warna kuning,
kemudian pada bubur beras dengan warna awal putih berubah menjadi warna
biru pekat. Hasil yang menunjukkan adanya kandungan karbohidrat adalah
hasil yang meiliki perubahan warna biru atau ungu kehitaman.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Percobaan pertama dilakukan penghitungan neraca massa dan densitas
dari bahan, dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa massa isi,
daging, dan kulit dari tiap bahan adalah berbeda beda dan densitasnya
juga berbeda pada tiap bahan.
2. Pada percobaan kedua dilakukan uji granula dimana tiap tepung meiliki
karakteristik granula yang berbeda beda tergantung dari bahan yang
dipakai untuk pembuatan tepung tersebut.
3. Pada percobaaan ketiga dilakukan uji gelatinisasi, pada uji gelatinisasi
didapatkan hasil yaitu tingkat suhu yang diperlukan dan tingkat
gelatinisasi dari tiap tepung berbeda beda
4. Pada percobaan keempat dilakukan uji iod , pada uji iod didapatkan hasil
bahwa tiap bahan memiliki kadar kandungan karbohidrat yang berbeda
beda
DAFTAR PUSTAKA
Anita S. 2009. Studi Sifat Fisiko-Kimia, Sifat Fungsional, Dan Aktivitas
Antioksidan Tepung Kecambah Kacang Komak. Bogor. Institut Pertanian
Bogor
Aulia S. 2019. Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Merah (Oriza Sativa)
Dengan Tepung Beras Putih (Oriza Sativa L.) dan Suhu Pemanggangan
Terhadap Karakteristik Cookies Coklat. Bandung. Universitas Pasundan
Eka K. 2018. Sifat Fisikokimia Pati Kentang (Solanum Tuberosum L) Varietas
Medians Termodifikasi CROSS-LINKING Yang Dipengaruhi Variasi Konsentrasi
Monosodium Phosphate (MSP) dan Ketinggian Penanaman Yang Berbeda.
Bandung. Universitas Pasundan
Fitasari E. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu Terhadap Kadar
Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organleptik Keju
Gouda Olahan. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Indah V. 2017. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma.
Indrayati D. 2012. Pemanfaatan Umbi Talas Sebagai Bahan Subtitusi Tepung
Terigu Dalam Pembuatan Cookies Yang Di Suplementasi Dengan Kacang Hijau.
Bogor. Institut Pertanian Bogor
Kusbandari A. 2015. Analisa Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung dan
Pati Umbi Ganyong. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan
Mahmudatussa’adah A. 2014. Komposisi Kimia Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
Cilembu pada Berbagai Waktu Simpan sebagai Bahan Baku Gula Cair.
Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Meila D. 2013. Pengaruh Substitusi Kacang Merah terhadap Kandungan Gizi dan
Uji Hedonik pada Tortilla Chips. Jakarta. Universitas Indonesia
Muhammad A. 2007. Mempelajari Sifat Kimia dan Fisik Tepung Tapioka dan
Mocal (Modified Cassava Flour) Sebagai Penyalut Kacang Pada Produk Kacang
Salut. Bogor. Institut Pertanian Bogor
Nur S. 2015. Karakteristik Fisikokimia Dan Fungsional Tepung Gandum Yang
Ditanam Di Sumatra Utara. Medan. Uniersitas Sumatra Utara
Parida Y. 2015. Penentuan Kadar Karbohidrat, Air, dan HCN Hasil Fermentasi Kulit
Singkong Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae. Palembang. Politeknik
Negri Sriwijaya
Riahtasari M. 2016. Komposisi Tepung Jagung (Zea Mays L.) dan Tepung
Tapioka Dengan Penambahan Daging Ikan Patin (Pangasius sp.) Terhadap
Karakteristik Mi Jagung. Bandung. Universitas Pasundan
Sulistyo A. 2014. Penentuan Jenis Karbohidrat dengan Uji
Menggunakan Reagen pada Sampel Mie Instan. Surabaya. Unair
Kualitatif
Download