Bahan medikamen saluran akar dalam perawatan endodontik yaitu : 1. Essential Oil (Eugenol) Eugenol berasal dari minyak cengkeh. Aksi antimikroba di bagian apikal akar dan di dalam tubulus dentinalis bergantung pada penguapan medikamen. Oleh sebab itu, bahan ini harus diubah ke fase penguapan dan berpenetrasi ke seluruh sistem saluran akar agar dapat berkontak langsung dengan mikroorganisme. Bahan ini sering dipakai dalam endodontik dan pemakaiannya lebih bersifat sedatif, sehingga sering di pakai setelah pulpektomi. Di samping itu eugenol dipakai juga sebagai bagian dari sealer saluran akar dan sebagai campuran dari tambalan sementara. Eugenol memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental. Eugenol merupakan golongan minyak esensial. Masa aktif selama 3 hari. Kekurangab bahan ini yakni dapat menyebabkan kematian sel dan resorpsi initerna. 2. Phenol Compound a. Phenol Fenol (C6H5OH) adalah salah satu medikamen yang pertama digunakan dalam bidang endodontik. Karena toksisitasnya yang cukup berat maka dikembangkan derivatnya yang lebih banyak digunakan misalnya paramonokhlorofenol (C6H4OHCl), timol (C6H3OHCH3C3H7) dan kresol (C6H4OHCH3). Fenol adalah racun protoplasma nonspesifik yang efek antibakteri optimalnya pada 1 – 2 %. Sediaan untuk kepentingan kedokteran gigi berkisar 30%. Pengaplikasiin medikamen ini bisa pada kapas butir (cotton pellet) yang diletakkan di dalam kamar pulpa atau pada paper point yangditempatkan di dalam saluran akar dengan harapan yang digunakan adalah oleh uapnya. Pemilihan bahan ini adalah sifatnya sebagai disinfekta, namun bahan ini mempunyai toksisitas yang tinggi dan kemungkinan. dikembangkan derivatnya (Mattulada, 2010). Oleh karena itu mulai yang lebih bisa diterima tubuh b. Paramonochlor c. Camphorated Phenol/ camphorated monoparachlorophenol (CMCP) - CHKM (chlorphenol kamfer menthol) Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKm) adalah campuran dari 27% 4-klorofenol, 71% kamfer rasemik, dan 1,6% levomentol. Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptic aktif dan disinfektan yang baik untuk saluran akar. Senyawa ini memiliki spektrum antibakteri yang luas. Bahan utamanya yaitu paraklorofenol dapat memusnahkan berbagai mikroorganisme yang ada dalam saluran akar. Penambahan disinfektan berupa kamfer berfungsi sebagai bahan pelarut dan dapat mengurangi efek iritasi yang terdapat dalam paraklorofenol yang akan menghasilkan larutan yang stabil dalam suhu ruang. Kamfer digunakan sebagai pengencer serta mengurangi efek iritasi akibat klorophenol murni, kamfer juga dapat memperpanjang efek antibakterial. Menthol dalam Chkm mampu mengurangi iritasi yang disebabkan oleh chlorophenol serta dapat mengurangi rasa sakit hal tersebut karena mentol bersifat vasokonstriksi sehingga memperkecil hiperemi yang disebabkan oleh kamfer. Daya desinfektan dan sifat mengiritasi bahan ini lebih kecil daripada formocresol. Memiliki spektrum antibakteri yang luas dan juga efektif terhadap jamur. CHKM dapat dipakai pada semua macam perawatan endodontik, terutama pada gigi yang apexnya masih terbuka, dan juga pada gigi dengan kelainan periapikal. CHKM mempunyai antibakteri spektrum luas. Masa aktif selama 1 hari. - Chresophene Cresophene merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang banyak digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar sebelum obturasi. Cresophen mengandung parachlorophenol, dexamethasone, thymol dan camphor. Parachlorophenol memiliki sifat bakterisid kuat; Dexamethasone sebagai antiinflamasi; thymol dan camphor berfungsi sebagai antiseptik. Disamping sebagai bahan sterilisasi saluran akar, cresophene digunakan pula untuk sterilisasi kavitas yang dalam. Cresophene merupakan agen antimikroba yang digunakan untuk perawatan saluran akar yang terinfeksi. Cresophene memiliki aktivitas antibakteri terutama pada golongan bakteri gram positif. Cresophene memiliki efek antibakteri paling kuat melawan bakteri Prevotela spp, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus aureus. Cresophene dapat membuat pertumbuhan Enterococcus faecalis tiga kali lebih lemah. Cresophen digunakan terutama pada gigi dengan periodontitis apikalis tahp awal akibat penggunaan instrumentasi yang berlebihan. Bahan ini memiliki efek iritasi yang rendah, serta kandungan dexamethasone yang dipakai mengandung kortikosteroid sehingga efektif untuk mengurangi inflamasi. Chresophene merupakan antiphlogisticum, sangat baik untuk kasus dengan permulaan periodontitis apikalis akut yang dapat terjadi pada peristiwa overinstrumentasi. Masa aktifnya antara 3-5 hari. d. Cresatin (metacresylacetate) Sifatnya mengiritasi jaringan periapikal lebih kecil daripada ChKM. Sifat anodyne pada cresatin terhadap jaringan vital sangat baik, sehingga sering dipakai pada perawatan pulpektomi. Mattulada, I.K., 2010, Pemilihan medikamen intrakanal antar kunjungan yang rasional, Dentofasial, Volume 9 (1) : 63-68 e. Aldehydes - Formocresol Kombinasi formalin : kresol = 1:2 atau 1:1. Desinfektan kuat yabg bergabung dengan albumin membentuk substansi tidak dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk. Memiliki efek iritatif, maka gunakan konsentrasi rendah. Medikamen bakterisidal yang tidak spesifik & sangat efektif terhadap m.o aerobik & anaerobik dalam saluran akar. Dressing pulpotomi untuk memfiksasi jaringan pulpa - Paraformaldehyde Bentuk polimer dari formaldehyde merupakan komponen material obturasi (seperti endomethason). Memiliki sifat mirip dengan formaldehyde. - Glutaraldehyde Minyak tanpa warna, agak larut dalam air. Seperti formalin, merupkan desinfektan kuat dan fiksatif. Digunakan dalam konsentrasi rendah (2%). 3. Calsium hydroxide (Ca(OH)2) Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) adalah medikamen intrakanal yang populer dan telah digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun 1920. Sampai saat ini masih merupakan medikamen intrakanal yang paling umum digunakan diseluruh dunia. Memiliki spektrum yang baik dari aktifitas antimikrobanya dan memiliki durasi kerja yang panjang, relatif aman digunakan, mudah dan kombinasi dengan natrium hipoklorit dapat membantu melarutkan bahan organik yang tersisa. Kalsium hidroksida mempunyai efek antimikroba terutama karena pHnya yang tinggi sekitar 12,5 dan bekerja dengan merusak dinding sel bakteri dan struktur protein (Gulabivala, 2004). Kalsium hidroksida, ketika ditempatkan dalam saluran akar selama minimal 7 hari, telah terbukti efektif membunuh sebagian besar bakteri yang ditemukan di dalam saluran akar. Kemampuan membunuh bakteri dari kalsium hidroksida berkaitan dengan beberapa mekanisme yaitu secara mekanis dan secara fisik. Aksi mekanis berlangsung melalui cara merusak membran sitoplasma mikroba dengan aksi langsung ion hidroksil, menekan aktifitas enzim dan mengganggu metabolisme seluler serta menghambat replikasi DNA dengan memisahkan DNA. Sedangkan secara fisik bertindak sebagai barrier yang mengisi rongga dalam kanal dan mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran dan membunuh mikroorganisme yang tersisa dengan menahan substrat untuk pertumbuhan dan membatasi tempat untuk multiplikasi. Tetapi kalsium hidroksida memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan efek yang kurang baik pada jaringan periodontal bila digunakan sebagai medikamen intrakanal mempengaruhi selama penyembuhan terapi jaringan endodontik lunak rutin marginal dan serta menghambat perlekatan sel-sel fibroblas gingiva (Gulabivala, 2004). Beberapa spesies Candida juga resisten terhadap kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida adalah antibakteri yang bekerja lambat dan diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak serta memerlukan waktu minimal satu minggu untuk efektif.1 Kalisum hidroksida (Ca(OH)2) tidak efektif terhadap semua bakteri, resisten terhadap Enterococcus faecalis (Gulabivala, 2004). Secara garis besar Ca(OH)2: a. Efek secara fisik - Sebagai barier fisik terhadap masuknya bakteri - Membunuh bakteri dengan cara menutup ruang untuk multiplaksi dan menghambat pemberian nutrisi pertumbuhan bakteri b. Efek secara kimia pH tinggi (basa) Antimikroba Ca(OH)2 tersedia dalam 3 bentuk sediaan, yaitu bentuk pasta (Single paste atau dikombinasi barium sulfat), bentuk powder yang dicampur larutan saline dan sediaan pasta yang dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan jarum lentulo. Terakhir sediaan dalam bentuk point. Kelebihan dari Ca(OH)2 ini ialah mudah dimasukkan ke dalam saluran akar, waktu kerja dalam saluran akar 7 hari, dan mudah dibuang dari saluran akar dengan cara diirigasi. 4. Halogens a. Chlorine b. Iodine Iodine adalah agen bakterial yang ampuh dan memiliki toksisitas yang rendah, tetapi sedikit bukti yang menunjukkan keefektifitasannya sebagai medikamen intra kanal dan memiliki waktu kerja yang pendek serta dapat menyebabkan alergi pada beberapa pasien. Golongan fenol dapat menyebabkan alergi dan memiliki bau yang menyengat dan rasa yang tidak enak. Golongan fenol memiliki potensi mutagenik dan karsinogenik dan jika berkontak dengan cairan membuatnya menjadi tidak aktif. Penggunaan bahan dari golongan ini tidak lagi dianjurkan (Himel, 2006). Iodine pada Potassium iodide memiliki sifat: - Berupa larutan iodine 2% dalam potassium iodida - Sangat reaktif, berkombinasi dengan protein dalam ikatan longgar sehingga penetrasi tidak terganggu - Sebagai agen oksidasi, inaktivasi sistem enzim seluler bakteri - Efek antibakteri sebentar, paling sedikit mengiritasi - Beberapa pasien alergi terhadap iodine compound 5. Chlorhexidine Klorheksidin diglukonat umumnya digunakan sebagai larutan irigasi selama atau pada akhir instrumentasi (Haapasalo, 2008). Sebagai medikamen intrakanal dipakai dalam bentuk gel 2%. Dapat digunakan sendiri atau dicampur dengan kalsium hidroksida. Kombinasi kalsium hidroksida dengan khlorheksidin akan menyebabkan aktivitas antimikroba lebih besar dibanding bila dicampur dengan salin. Selain itu penyembuhan periradikuler juga lebih baik. Kekurangannya adalah tidak menghilangkan smear layer (Johnson, 2009). Kombinasi ini efektif dalam saluran akar yang terinfeksi E. faecalis dan jamur C. Albicans (Haapasalo, 2008). 6. Corticosteroid Kortikosteroid merupakan suatu bahan yang dapat mengontrol rasa nyeri dan inflamasi. Digunakan sebagai medikamen intrakanal karena berpotensi menurunkan nyeri gigi. Pemberian sediaan ini pada pasien penderita pulpitis ireversibel dan periodontitis apikalis akut akan sangat membantu (Johnson, 2009). Kombinasi triamsinolon 1% (glukokortikoid) dengan antibiotik, demeklosiklin 3%, dapat berdifusi melalui tubulus dentinalis dan sementum untuk mencapai jaringan periodonsium dan periapikal. Kombinasi ini mengurangi jumlah S. aureus dalam tubulus dentinalis maupun setelah rekontaminasi. Karena kortikosteroid merupakan suatu bahan biokompatibel, penempatan dalam intrakanal merupakan standar protokol untuk tindakan darurat pada trauma yang diprediksi dapat terjadi resorpsi akar, atau infeksi pulpa, sepanjang sumber infeksi sudah dihilangkan (Chen, 2008).