KELAINAN PLASENTA 2.1 KELAINAN BENTUK PLASENTA Bentuk plasenta yang normal ialah pipih dan bulat dengan diameter 15-20 cm dan tebal 1,5-3 cm, plasenta pada cukup bulan beratnya 1/6x berat anak atau ±500 gr. Terkadang ditemukan plasenta yang kecil pada wanita dengan tekanan darah diastolik 100 mmHg seperti pada preeklamsi yang berat. (https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQQJeXUUB1ZqlqfT3SohT7prvsWqm3Z_noYEAcZKUbqZAxjAd r3) 1. Fenestrata Adalah plasenta yang bergelombang di tengah-tengahnya (http://nanoscienz.blogspot.com/2013/08/placenta-fenestrata.html) 2. Membranacea Adalah plasenta yang lebar adan tipis meliputi hampir seluruh permukaan chorion. Sepertinya pemberian darah sedemikian baiknya, sehingga jonjot-jonjot chorion dalam decidua capsularis tidak mati tapi tumbuh terus. Plasenta membranasea dapat menimbulkan perdarahan antepartum dan memberi kesulitan pada kala III karena plasenta yang tipis ini sukar terlepas. 3. Suksenturiata Disamping plasenta terapat plasenta tambahan yang kecil yang dihubungkan dengan plasenta yang sebenarnya oleh pembuluh-pembuluh darah. Plasenta tambahan ini mungkin tertinggal pada pelepasan plasenta dan menyebabkan perdarahan. Kita dapat mengetahui tertinggalnya plasenta tambahan dengan memeriksa selaput janin dengan teliti. Kalau terdapat lubang pada selaput dekat pinggir plasenta, dan pada pinggir lubang ini terdapat pembuluh-pembuluh darah yang terkoyak maka plasenta tambahan harus diduga. (https://sonoworld.com/fetus/page.aspx?id=181) 4. Sirkumvalata Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari villi yang timbul ke samping di bawah decidua, jadi bukan vilus pancang. Diduga bahwa chorion frondosum trlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam decidua diluar permukaan chorion frondosum. Gejala klinis dari plasenta sirkumvalata ini belum jelas. Menurut beberapa penelitian dapat menimbulkan perdarahan dan abortus. (http://www.fetalultrasound.com/online/text/33-022_files/image026.jpg) 2.2 KELAINAN INSERSI Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat pada fundus. Jonjotjonjot mendekat kedalam dinding rahim hanya sampai ke lapisan atas dari stratumspongiosum. Jika implantasi plasenta rendah, adalah pada sekmen bawah rahim dan menutup sebagian atau seluruh ostium internum maka plasenta itu disebut plasenta previa (prae= di depan ; vias = jalan ; jadi artinya didepan jalan lahir atau menghalangi jalan lahir) jika jonjot-jonjot chorion mendekati dinding rahim lebih dalam daripada semestinya, maka plasentanya disebut plasenta accreata. Menurut dalamnya pelekatan pada dinding rahim oleh jonjot-jonjot plasenta akreta dibagi sebagai berikut : 1. Plasenta akreta Yaitu jonjot menembus decidua sampai berhubungan myometrium. 2. Plasenta inkreta Yaitu jonjot-jonjot sampai kedalam lapisan myometrium 3. Plasenta perkreta Yaitu jonjot-jonjot menembus myometrium hingga mencapai perimetrium dan kadang-kadang juga menembus perimetrium dan menimbulkan ruputa uteri. (https://www.jawapos.com/kesehatan/12/06/2016/tindakan-minim-pendarahan-untuk-atasiplasenta-perkreta) Plasenta akreta ada yang komplit, dimana seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada yang parsiil dimana plasenta dibeberapa tempat saja melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta menimbulkan penyulit pada kala III karena sukar lepas dari dinding rahim. Plasenta akreta tidak boleh dilepas secara manual karena mudah menimbulkan perporasi (lubang). Terapi yang lazim adalah hysterektomi. 2.3 Penyakit plasenta 1. Infark Infark putih plasenta ialah bagian-bagian yang lebih pucat dari permukaan maternal plasenta. Infalkt ini ditimbulkan oleh degenerasi trofoblast(degenerasi fibrinoid) Infark merah, karena syncytium mengalami degenerasi dan kemudian melepaskan diri maka jaringan ikat vilus langsung berhubungan dengan darah sehingga pada tempat ini timbul pembekuan darah. Infalkt merah ini akhirnya menjadi putih karena diorganisasi. 2. Kalsifikasi Sebagai manifestasi proses penuaan dari plasenta terjadi panimbunan garam-garam kalsium seperti kalsium karbonat, kalsium phosphat bercampur degan magnesium phosphat pada pemukaan basal dari plasenta. Klasifikasi tersebut terletak pada bagian atas decidua basalis terutama sekitar tertanamnya villi yang sebelumnya telah mengalami degenerasi fibrine. Kelainan ini tidak mempunyai arti klinik, hanya dapat digunakan sebagai penentuan lokasi plasenta secara radiologi. 3. Insufiensi plasenta Insufiensi plasenta atau disfungsi plasenta adalah keadaan dimana plasenta, baik secara anatomik maupun fisiologi tidak mampu untuk memberi makan dan oksigen kepada fetus juga untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal dismaturity atau intrauterine growth fetaldation sehingga menghasilkan small for date baby atau kematian intrauteri. Bayi small for dates tidak mempunyai vernix caseosa sehingga tampak kering, kurus berkeriput dan lapisan lemak yang tipis. Karena kekurangan O2 terjadi pengeluaran mekonium sehingga tampak warna kuning pada kulit, tali pusat dan selaput janin. Disfungsi plasenta pada umumnya terjadi pada kehamilan dengan resiko tinggi seperti diabetes, hipertensi pada kehamilan, penyakit jantung, serotinus. Pada kelompok ini perlu diadakan pemantuan janin dalam uterus dengan pemeriksaan ekstriol, HCG, HPL, USG,Stress Test, Non stress test, cardiotopo gravi, dll. Hubungan serotinus dan disfungsi plasenta masih kontroversi. Sebagian besar serotinus lahir normal tetapi di Inggris dianggap berbahaya karena berkurangnya pasokan oksigen bagi janin secara cepat. Mereka melakukan induksi persalinan dan bila tidak berhasil dilakukan persalinan SC. Green hill menyarankan partus spontan dengan pemantauan yang ketat.