Uploaded by User26249

Pedoman Kamar Operasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi perlindungan terhadap
keselamatan pasien ( Patient Safety ), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
sumber daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Perawatan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di seluruh dunia dengan
perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap tahunnya. Pembedahan dilakukan di setiap komunitas
masyarakat yang kaya maupun yang miskin, masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kejadian yang
membahayakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan diantaranya adalah prosedur
pembedahan..
Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada dirumah sakit dan termasuk
sebagai fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan
untuk pasien pasien yang membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk tindakan
operasi besar.
B. Ruang Lingkup
Instalasi kamar operasi adalah instalasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pada pasien yang dibutuhkan untuk tindakan operasi secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multi disiplin.
Persiapan operasi terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan pasien, persiapan medis,
dan persiapan administrasi. Pelayanan di instalasi kamar operasi meliputi 3 tahap yaitu
pre-operatif, intra-operatif dan post-operatif.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
1
Wawasan anestesiologi meliputi;
1.
Penatalaksanaan yang bertujuan agar pasien tidak merasa nyeri dan
mengurangi stress emosi ketika dilakukan pembedahan dan prosedur medis
tertentu
2.
Bantuan terhadap fungsi kehidupan akibat pengaruh obat anestesi dan
manipulasi bedah
3.
Membantu penatalaksanaan klinis pasien tidak sadar
4.
Penatalaksanaan problem menghilangkan nyeri
5.
Penatalaksanaan problem resusitasi jantung, paru dan otak
6.
Penatalaksanaan metode spesifik terapi inhalasi
7.
Penatalaksanaan klinik pada pasien kegawatan atau ancaman kegawatan
pada fungsi respirasi sirkulasi berbagai gangguan cairan, elektrolit dan
metabolisme.
C. Batasan Operasional
Instalasi kamar operasi di RS Kurnia menyelenggarakan pelayanan kamar operasi
kepada masyarakat secara terus menerus selama 24 jam dan 7 hari kerja.
Jenis pelayanan di kamar operasi meliputi :
-
Pelayanan Bedah Obstetri dan Ginekologi
-
Pelayanan Bedah Umum
-
Pelayanan Bedah Orthopedi
-
Pelayanan Bedah THT
-
Pelayanan Bedah Mata
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan kamar operasi yang optimal, terarah, dan terpadu
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan berfokus pada
keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
-
Mencegah kematian dan kecacatan
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
2
-
Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien atau melakukan rujukan baik
secara horizontal (setingkat) maupun vertical (ke tingkat yang lebih tinggi)
-
Melakukan penanggulangan kasus “true emergency” maupun “false
emergency”
-
Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan
penderita kamar operasi melalui pendidikan dan menyelenggarakan berbagai
kasus yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan bantuan
hidup dasar (Basic Life Support) maupun bantuan hidup lanjut (Advanced Life
Support)
E. Landasan Hukum
1. PERMENKES
RI
No.519/MENKES/PER/III/2011
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif di Rumah Sakit
2. PERMENKES RI No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
3. PERMENKES RI No.1438/MENKES/PER/X/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
4. PERMENKES RI No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
5. PERMENKES RI No.129/MENKES/SK/III/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pelayanan instalasi kamar operasi di RS Kurnia dilaksanakan dengan pendekatan
tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi sebagai koordinator pelayanan
anestesi dibantu oleh perawat anestesia/perawat terlatih, adapun Staf Medis
Fungsional (SMF) anestesiologi dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi.
Kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi kamar operasi Kurnia Hospital adalah
sebagai berikut :
1. Dokter anestesi merupakan lulusan dokter Spesialis Anestesi
2. Dokter jaga spesialis meliputi spesialis obgyn, bedah, THT, dan mata
3. Perawat anestesi, telah menyelesaikan program D3 anestesiologi atau perawat
terlatih yang memiliki sertifikat pelatihan anestesi, perawatan intensif minimal 6
bulan dan mempunyai sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD), Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS), telah membantu pelayanan
anestesi minimal 2 tahun
4. Perawat Ruang Pulih / Recovery Room (RR), lulusan D3 keperawatan memiliki
sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD), dan atau Basic
Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
Apabila dalam peyananan Anestesi dokter Anestesi mendadak berhalangan hadir
maka mekanisme penggantian dokter Anestesi dari luar atau penggunaan sumber dari
luar didasarkan atas rekomendasi dari direktur dan atau Ka Instalasi Anestesi dan
Terapi Intensif yang bertanggung jawab terhadap pelayanan Anestesi. Sumber dari luar
atau dokter Anestesi pengganti telah memenuhi undang-undang dan peraturan yang
berlaku dengan mutu yang dapat diterima maupun keselamatan pasien yang memadai,
dan petunjuk teknis dijabarkan dalam SPO dokter anestesi pengganti bila dokter yang
bertugas berhalangan hadir.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
4
PEDOMAN KOMPETENSI PETUGAS ANESTESI
NO
JABATAN
KOMPETENSI
STANDAR KOMPETENSI
1
Ka. Instalasi
Dokter
Dokter umum/ Spesialis Anestesi
2
Ka. Ruang
D3 Keperawatan
D3
Keperawatan,
Manajemen
Keperawatan
3
Pelaks. Adm
SLTA
SLTA
4.
Perawat
D3 Anestesi
D3 Anestesi
Anestesi
S1 Keperawatan dan S1
Keperawatan
Pelatihan anestesi dan anestesi
perawatan
dan
dan
Pelatihan
perawatan
Intensif,BTCLS/PPGD
Intensif,BTCLS/ PPGD D3 Keperawatan, PPGD
D3
Keperawatan,
PPGD
5
Perawat RR
D3 Anestesi
D3 Anestesi
S 1 Keperawatan dan S1
Keperawatan
Pelatihan anestesi dan anestesi
dan
dan
perawatan
Intensif,BTCLS/PPGD
Intensif,BTCLS/PPGD
D3Keperawatan, PPGD
Pelatihan
perawatan
D3Keperawatan,
PPGD
B. Distribusi ketenagaan
1. Dokter Spesialis bertugas sesuai dengan jadwal praktek yang telah ditentukan
sesuai dengan jadwal praktek di Poliklinik
2. Kepala Instalasi bertugas 1 shift dari jam 08.00-16.00
3. Kepala Perawat bertugas 1 shift dari jam 08.00-16.00
4. Perawat Pelaksana bertugas 24 jam terbagi dalam 3 shift, yaitu :
-
Shift Pagi
: 07.00-14.00
-
Shift Sore
: 14.00-21.00
-
Shift Malem
: 21.00-07.00
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
5
C. Pengaturan Jaga
-
Jadwal jaga dokter spesialis disusun oleh Manajer Pelayanan Medis. Jadwal
disusun dan ditanda tangani oleh manajer Yanmed.
-
Pengaturan jaga untuk koordinator pelayanan dokter spesialis anestesiologi
terjadwal on call 24 jam.
-
Jadwal jaga perawat kamar operasi disusun oleh kepala perawat kamar operasi
setiap bulan dan di tanda tangani oleh kepala perawat kamar operasi dan
diketahui oleh kepala instalasi kamar operasi dan manajer keperawatan.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang Instalasi kamar Operasi terletak di lantai 1. Kamar operasi terdiri dari
ruangan pre-op, kamar operasi, kamar post operasi (RR), ruang ganti dan kamar dokter
B.Standar Fasilitas
-
Sumber Air
Pengadaan air bersih di RS Kurnia mengalir secara terus menerus adalah mutlak
bagi instalasi kamar operasi, oleh karena itu RS Kurnia juga memiliki sumber
cadangan air selain PAM
-
Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dan aman, diperlukan aliran listrik
yang cukup dengan tegangan yang konstan dan tidak ada aliran yang terputus,
cadangan sumber listrik dari generator sehingga dapat tetap memberikan
pelayanan
C. ALAT DAN OBAT

Standarisasi Alat
NO.
ALKES
JUMLAH
1
Ambubag Bayi
1
2
Ambubag Dewasa
1
3
Bak Instrumen 17 x 10 x 4 cm
4
4
Brancar Dorong
3
5
Canule Oxygen Dewasa
5
6
X-Ray Viewer Single
1
7
Dressing Jar 12,5 x 16,25 cm (u/ duk bolong)
3
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
7
8
Dressing Jar 7,5 x 10 cm (u/ Kasa & Kapas)
3
9
Guedel Air Ways semua ukuran (1 set = 8 pcs)
1
10
Korentang + Tempat + Tutup
2
12
Kursi Roda
2
13
Laryngoscope Bayi Lurus
1
14
Laryngoscope Dewasa Bengkok
1
15
Lemari Obat / Instrumen
2
16
Mandrin ETT Dewasa
2
17
Meteran / Medline
1
19
Masker Oxygen Anak (non/re-breathing)
1
20
Masker Oxygen Dewasa (non/re-breathing)
4
21
Nierbeken 23 cm
12
22
Oxygen Dorong (Humidifier + Flowmeter + Trolly)
1
23
Patient Monitor
3
24
Penlight / senter
1
25
Pispot
1
26
Reflex Hammer (Segitiga)
1
27
Stetoscope Bayi
1
28
Stetoscope Dewasa
2
29
Suction Pump Portable
1
30
Tempat Tidur KAMAR OPERASI
2
31
Termometer digital
1
32
Tiang Infus Kaki 5
5
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
8
33
Timbangan Dewasa Manual
1
34
Trolly ECG
1
36
Trolly Emergency
1
37
Trolly instrument
6
38
Tromol Diam. 27 T. 22 cm
3
39
Urinal
1
KEBUTUHAN PER-TEMPAT TIDUR
1.
Wall outlet + humidifier
6
 Standarisasi Obat-obatan di kamar operasi
a. Penyimpanan Obat
1. Obat life saving harus diletakkan di trolley emergency.
2. Obat lain-lain diletakkan di rak obat (jenis dan jumlah obat
disesuaikan dengan kebutuhan).
b. Isi Trolley Emergency
NO
Alat Medis/Obat
Jumlah
.
Bagian paling atas/bagian luar
1.
Defibrilator dengan monitor
1
2.
Monitor
1
3.
Daftar Obat isi trolley
1
Laci Pertama (obat-obatan emergency)
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
9
1.
Adrenalin/Epinefrin inj.
10
2.
Aminophilin inj.
1
3.
Cordaron inj.
1
4.
Atropin sulfas inj.
10
5.
Calcium Glukonas inj.
1
6.
Dextrose 40%
2
7.
Dopamet 250 mg.
2
8.
Diazepam inj.
1
9.
Dexamethason
1
10.
Lasix/Furosemide inj.
1
11.
Lidokain inj.
5
12.
Magnesium Sulfat 40% inj.
2
13.
Aqua for Injection 25 cc
5
14.
Midazolam inj.
1
15.
Natrium Bikarbonat inj.
1
16.
Phenobarbital inj.
1
17.
Stesolid supp 5 mg dan 10 mg
18.
ISDN tab
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
@2
2
10
19.
Nifediphine 10 mg
4
Laci Kedua
1.
Infus Set (TSPA)
1
2.
Blood Set
1
3.
Abbocath no. 18-24
@2
4.
Needle intra osseus
1
5.
Syringe 1 cc – 50 cc
@1
6.
Alkohol swab
7
Blue sensor EKG anak dan dewasa
@3
8.
Sarung tangan steril uk. 6.5 – 7.5
@1
5
Laci Ketiga (Airway and Breathing Management Support)
1.
Laringoskop bayi
2.
Laringoskop anak dan dewasa
3.
Ambubag bayi
1
4.
Ambubag anak
1
5.
Ambubag dewasa
1
6.
Sungkup muka
1
7.
Suction catheter
1
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
1
11
@1
8.
ETT no. 2 sampai 7.5
@1
9.
Nasal Canule Oksigen
1
10.
Oropharingeal Airway (Guedel)
1
11.
Stylet ukuran besar kecil
12.
Magyl Forcep
@1
1
Laci keempat (Special procedure trays)
1.
Suction portable
1
2.
NaCl 0.9% 500 cc
1
3.
Ringer Lactat 500 cc
2
4.
Asering
2
5.
Dextrose 5% 500 cc
1
6.
Dextrose 10% 500 cc
1
7.
Gelofusin
1
Catatan:
1. Defibrilator ditempatkan pada trolley khusus karena dikhawatirkan
akan jatuh bila ditempatkan pada bagian atas trolley emergensi.
2. Monitor diletakkan pada walldock khusus monitor agar lebih dekat
dengan pasien
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
12
c. Standar Cairan dan Obat KAMAR OPERASI
No.
Nama Cairan atau Obat
I. Cairan
1.
Ringer Lactate
2.
NaCl 0.9%
3.
Dextrose 5%
4.
Asering
5.
Gelofusal
II. Obat-obatan
1.
Aminophylin inj.
2.
Lidokain inj.
3.
Midazolam inj.
4.
Pethidin inj.
5.
Ranitidine inj.
6.
Sulfas Atropin inj.
7.
Tramadol inj.
Keterangan:
1. Kebutuhan persediaan cairan atau obat dihitung berdasarkan MinMax.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
13
d. Standar Alat implant yang digunakan di Kamar operasi
Rumah sakit kurnia serang telah bekerja sama dengan distributor/produsen
yang telah tersertifikasi secara resmi dalam pengadaan implant. Pemakaian alat
implant tersebut diwajibkan mengikuti standar dan kaidah pengendalian infeksi
yang berlaku di RS Kurnia Cilegon.
Alat implant yang digunakan di Instalasi Bedah sentral RS kurnia cilegon
antara lain :
1. IOL (Intra Ocular Lens) pada operasi katarak.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Alur Pelayanan
1. Alur pelayanan dari poliklinik
2. Alur pelayanan dari rawat inap
3. Alur pelayanan dari IGD
4. Alur pelayanan dari kamar bersalin
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
14
POLIKLINIK
IGD
R.INAP
R.Bersalin
RUANG PERSIAPAN
KAMAR OPERASI
R.PEMULIHAN
R.INAP
PULANG
MENINGGAL
B. Tahapan Pelayanan di Instalasi Kamar Operasi
1
2
Pre Operatif
-
Persiapan Administrasi
-
Persiapan Pasien
-
Persiapan Medis
-
Penjadwalan operasi
Intra Operatif
-
Sebelum Induksi (Sign In)
Dilakukan sebelum induksi anastesi, minimal dihadiri oleh perawat dan dokter
anastesi. Dibacakan oleh perawat sirkulasi.
a. Pembacaan nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang (tanda-tanda vital,
laboratorium, dan lain-lain)
b. Pasien dikonfirmasi identitas, area operasi dan lembar persetujuan
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
15
c. Pengecekan penandaan area operasi
d. Pengecekan mesin anastesi, obat-obatan dan kelengkapan alat-alat operasi
termasuk, pulse oxymetri.
e. Menanyakan riwayat alergi pada pasien
f.
Apakah ada penyulit atau risiko aspirasi pada pasien
g. Kemungkina risiko kehilangan darah > 500 ml atau 7 cc/kgBB (anak)
h. Mengisi formulir check list keselamatan operasi dan diperiksa oleh DPJP
anastesi
-
Sebelum Incisi (Time Out)
Dilakukan sebelum incisi kulit, diisi oleh perawat, dokter anastesi dan operator,
didahului oleh doa. Dibacakan perawat sirkulasi.
a. Mengkonfirmasi/ membacakan tim operasi sudah lengkap (contoh untuk
operasi sectio caesaria : dokter operator, asisten, dokter anak, dan anastesi.
b. Mengkonfirmasi / membacakan nama pasien, jenis tindakan dan area yang
akan di operasi
c. Mengkonfirmasi pemberian antibiotik profilaksis sudah diberikan minimal 60
menit sebelum tindakan.
d. Antisipasi kejadian kritis :
1. Dokter operator : tindakan darurat adalah prosedur diluar standar operasi
yang akan dilakukan, waktu operasi, dan antisipasi kehilangan darah.
2. Dokter anastesi : hal-hal khusus yang harus diperhatikan pada pasien
saat pembiusan.
3. Perawat : memastikan alat sudah disterilisasi, apakah ada perhatian
khusus pada alat-alat.
-
Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi (sign out)
Dilakukan sebelum pasien meninggalkan OK, diisi oleh perawat, dokter anastesi
dan operator, dibacakan oleh perawat sirkulasi.
a. Perawat sirkulasi membacakan :
1. Nama pasien
2. Jenis tindakan
3. Kecocokan jumlah instrumen, kassa, jarum, sebelum dan sesudah operasi
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
16
4. Label dan spesimen (membacakan identitas pasien, jenis spesimen,
register, ruangan yang tertera pada label)
5. Masalah pada alat-alat yang digunakan
b. Pendapatan apakah ada yang menjadi perhatian khusus pada saat
pemulihan (recovery)
3
Post Operatif
Kegiatan post-operatif adalah memantau status fisiologis pasien selama masa
pemulihan pasca anestesi sampai pasien pindah ruangan atau pasien pulang.
Kriteria penilaian pasien pasca anestesi :
Aldrete Score adalah penilaian pemulihan pasien saat dipindahkan dari ruang
pemulihan ke ruang rawat inap setelah memenuhi criteria Aldrete Score ≥ 9
untuk pasien dewasa.
C. Penatalaksanaan pasien pulih sadar dari anestesi
1. Setelah pengakhiran anestesi pasien dikirim kekamar pulih untuk pemantauan
semua parameter fisiologis yang diperlukan oleh tenaga yang terlatih
2. Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih dibuat oleh dokter yang
bertugas
3. Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim keruang khusus/ICU
4. Penatalaksanaan terapi nyeri
D. Pengelolaan Pasien di Ruang RR/Ruang Pulih Sadar
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi
yang dilakukan di ruang RR atau ruang pulih sadar. Recovery Room atau ruang
pemulihan adalah sebuah ruangan di rumah sakit, dimana pasien dirawat setelah
mereka menjalani operasi dan pulih dari efek anestesi dimana keadaan vital sign
pasien (tensi, nadi, suhu dan saturasi oksigen) diawasi ketat setelah efek dari obat
anestesi menghilang.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
17
Pasien yang belum sadar diberikan oksigen dengan kanul nasal atau masker
sampai sadar betul, lembar monitoring di RR harus ditulis dengan jelas, sehingga dapat
dibaca bila pasien kembali ke bangsal. Tingkat perawatan pasca anestesi pada setiap
pasien tidak selalu sama tergantung pada kondisi fisik pasien, tehnik anestesi dan jenis
operasi, monitoring lebih ketat dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi seperti :
1. Kelainan organ
2. Syok yang lama
3. Dehidrasi berat
4. Trauma multiple
5. Trauma kapitis
6. Gangguan organ penting
E. Kriteria pasien keluar dari RR
Kriteria pulih sadar dari anestesi regional (bromage score)
Tabel 4.1
No
Kriteria
Score/Nilai
1
Gerakan penuh dari tungkai
0
2
Tak mampu ekstensi tungkai
1
3
Tak mampu ekstensi lutut
2
4
Tak mampu fleksi pergelangan kaki
3
Score
boleh pindah ruangan
Kriteria pulih sadar dari anestesi umum (Aldrete Score)
Tabel 4.2
No
Kriteria
1
Aktivitas Motorik
Skala
a. Mampu menggerakkan ekstremitas dengan perintah
2
b. Mampu menggerakkan 2 ekstremitas dengan perintah
1
c. Tidak mampu menggerakkan semua ekstremitas
0
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
18
Nilai
2
Respirasi
3
a. Nafas adequat dan dapat batuk
2
b. Nafas kurang adequat/hipoventilasi/usaha bernafas
1
c. Apneu
0
Sirkulasi
4
a. TD berbeda
20 % dari semula preanestesi
2
b. TD berbeda
20 % - 50 % dari semula preanestesi
1
c. TD berbeda
50 % dari semula preanestesi
0
Kesadaran
5
a. Sadar penuh
2
b. Bangun jika dipanggil
1
c. Tidak ada respon/belum sadar
0
Warna kulit
a. Kemerahan
2
b. Pucat
1
c. Sianosis
0
TOTAL
Score 8 boleh pindah ruangan
BAB V
LOGISTIK
A. Ruang Lingkup Logistik di Kamar Operasi
Logistik di kamar operasi meliputi penunjang medis dan penunjang umum yang terdiri
dari obat-obatan, alat kesehatan, instrumen bedah, gas medis dan penunjang umum
lainnya.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
19
B. Kelompok Logistik di Instalasi Kamar Operasi
1.
Perbekalan farmasi yang terdiri dari obat oral, injeksi, gas inhalasi.
2.
Alat kesehatan yang terdiri dari instrumen bedah, autoclave, meja operasi, lampu
operasi, monitor pasien, mesin anestesi, suction, infant warmer, couter dan
standar infus.
3.
Penunjang umum yang terdiri dari AC, lemari, meja, kursi, telepon dan kulkas.
C. Jenis Persediaan Logistik
Jenis persediaan logistik di kamar operasi terdiri dari :
1. Bahan Habis Pakai (BHP) adalah bahan yang digunakan untuk tindakan keperluan
pasien di luar pembiayaan komponen yang sudah termasuk dalam biaya tindakan.
2. Persediaan Non Bahan Habis Pakai
a. Obat Emergency
b. Obat Anestesi
c. Cairan Infus
d. Alat kesehatan disposible
Persediaan perbekalan farmasi di instalasi kamar operasi ditentukan berdasarkan
jumlah kebutuhan rata-rata perhari dengan mengacu pada stock minimal maximal dari
farmasi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit memberikan
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
20
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien
adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi
Adapun dalam keselamatan pasien ada indikator sasaran keselamatan pasien,
yaitu untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan sasaran keselamatan pasien.
Indikator keselamatan pasien yang dipantau di instalasi kamar operasi RS Kurnia
adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien. Insiden terdiri dari :
1.
Kejadian Potensial Cedera (KPC), adalah kondisi di rumah sakit yang
berpotensi menimbulkan cedera pada pasien, karyawan atau lingkungan.
2.
Kejadian Tidak Cedera (KTC), adalah suatu kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil yang dapat mencederai pasien tapi cedera serius tidak terjadi.
3.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
4.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya.
5.
Sentinel adalah KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera serius
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
21
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit dan terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien di rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun
kesadaran
akan
nilai
keselamatan
pasien,
menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko, mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan resiko serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah
cedera
melalui
implementasi
sistem
keselamatan
pasien,
menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan
kerja bagi petugas yang
memberikan
pelayanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif dan Instalasi Bedah Sentral
di Instalasi
sangatlah penting
diperhatikan, guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan , yang dapat
berakibat fatal bagi petugas. Kejadian tidak diinginkan yang menyangkut keselamatan
kerja di Instalasi kamar operasi dapat diminimalisir dengan adanya sarana dan pra
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
23
saranana yang mendukung, baik ketersediaan sarana Alat Perlindungan Diri, maupun
desain ruang yang memudahkan mobilisasi petugas sehingga tidak terganggu dengan
kabel-kabel listrik dan peralatan lainnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai arde dan stabilisator.
2. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
3. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien
Alat perlindungan diri merupakan suatu alat yang digunakan untuk melindungi diri
terhadap kontak atau paparan yang diakibatkan oleh pasien, alat atau limbah, terhadap tim
bedah, anestesi, petugas di Instalasi Bedah Sentral maupun petugas Cleaning Service.
Alat perlindungan diri meliputi penutup kepala, penutup badan (apron), kacamata, sarung
tangan, sepatu boot dan masker, sedangkan bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan ,
petugas segera melapor kepada kepala ruang IBS untuk selanjutnya berkoordinasi dengan
Tim K3 Kurnia Hospital. Adapun penggunaan Alat Perlindungan Diri dan Penanganan K3
sudah diatur dalam SPO Penggunaan Alat Pelindung Diri dan SPO Penangan K3.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kegiatan pengendalian mutu di Instalasi Kamar Operasi dilakukan dengan kegiatam
evaluasi yang meliputi :
1. Evaluasi Internal
Evaluasi Internal di instalasi kamar operasi dilakukan dalam rapat dan pertemuan tim
kamar operasi yang membahas permasalahan pelayanan (termasuk informed consent,
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
24
komplain/ keluhan pasien, komplikasi tindakan, efisiensi dan efektivitas layanan),
pertemuan ini dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja keseluruhan pelayanan
instalasi kamar operasi, selain itu dari intern RS melalui Unit Pengendali Mutu juga
melakukan Audit Internal baik mengenai ISO maupun Akreditasi RS yang dilakukan
secara berkala juga.
2. Evaluasi eksternal
3. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Kamar Operasi yang juga
dilaksanakan secara berkala
Karena pelayanan anestesiologi berada di dalam satu lokasi dengan Instalasi Bedah
Sentral maka indikator mutu pelayanan Anestesi melekat dengan IBS yaitu :
1. Waktu Tunggu Operasi Elektif
Dimensi mutu
Efektivitas, kesinambungan, efisiensi
Tujuan
Tergambarnya
kecepatan penanganan antrian
pelayanan bedah (operasi)
Definisi Operasional
Waktu tunggu operasi elektif adalah tenggang
waktu mulai dokter memutuskan untuk operasi
yang terencana sampai dengan operasi mulai
dilaksanakan
Frekuensi
pengumpulan Satu bulan
data
Periode analisa
Tiga bulan
Numerator
Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang
terencana dari seluruh pasien yang di operasi
dalam satu bulan
Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam bulan tersebut
Sumber data
Rekam medik
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
25
Standar / target
<2 hari
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
2. Kejadian Kematian di Meja Operasi
Dimensi mutu
Keselamatan, efektivitas
Tujuan
Tergambarnya efektivitas pelayanan bedah sentral
dan
anestesi
serta
kepedulian
terhadap
keselamatan pasien
Definisi operasional
Kematian di meja operasi adalah kematian yang
terjadi di atas meja operasi pada saat operasi
berlangsung yang diakibatkan oleh tindakan
anestesi maupun tindakan pembedahan
Frekuensi
pengumpulan Tiap bulan dan sentinel event
data
Periode analisa
Tiap bulan dan sentinel event
Numerator
Jumlah pasien yang meninggal di meja operasi
dalam satu bulan
Denominator
Jumlah
pasien
yang
dilakukan
pembedahan (operasi) dalam satu bulan
Sumber data
Rekam medik, laporan kematian pasien
Standar / target
<1%
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
26
tindakan
Dimensi mutu
Keselatan pasien
Tujuan
Tergambarnya kepedulian dan ketelitian IBS
terhadap keselamatan pasien
Definisi Operasional
Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana
pasien di operasi pada sisi yang salah
Frekuensi
pengumpulan Satu bulan dan sentinel event
data
Periode Analisa
Satu bulan dan sentinel event
Numerator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan dikurangi jumlah pasien yang di operasi
salah sisi dalam waktu satu bulan
Denominator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan
Sumber data
Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Standar / target
100 %
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
4. Tidak adanya Kejadian Operasi Salah Orang
Dimensi mutu
Keselamatan pasien
Tujuan
Tergambarnya kepedulian dan ketelitian Instalasi
Bedah Sentral
Definisi Operasional
Kejadian operasi salah orang adalah kejadian
dimana pasien di operasi pada orang yang salah
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
27
Frekuensi
pengumpulan Satu bulan dan sentinel event
data
Periode analisa
Satu bulan dan sentinel event
Numerator
Jumlah pasien yang di operasi dalam satu bulan
dikurangi jumlah pasien yang di operasi salah
orang dalam waktu satu bulan
Denominator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan
Sumber data
Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Standar / target
100 %
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi
Dimensi mutu
Keselamatan pasien
Tujuan
Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanan operasi
dan kesesuaian tindakan operasi dengan rencana
yang telah direncanakan
Definisi Operasional
Kejadian salah tindakan pada operasi adalah
kejadian dimana pasien mengalami tindakan
operasi
yang
tidak
sesuai
direncanakan
Frekuensi
pengumpulan Satu bulan dan sentinel event
data
Periode analisa
Satu bulan dan sentinel event
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
28
dengan
yang
Numerator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan dikurangi jumlah pasien yang dioperasi salah
tindakan operasi dalam waktu satu bulan
Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu
bulan
Sumber data
Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Standar / target
100 %
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
6. Tidak Adanya Kejadian Tertinggalnya Benda Asing pada Tubuh pasien setelah
Operasi
Dimensi mutu
Keselamatan pasien
Tujuan
Tergambarnya ketelitian dan kecermatan dokter
bedah dalam melaksanakan tindakan operasi
Definisi Operasional
Kejadian tertinggalnya benda asing seperti kapas,
gunting, peralatan operasi dalam tubuh pasien
akibat suatu tindakan pembedahan
Frekuensi
Pengumpulan Satu bulan dan sentinel event
data
Periode Analisa
Satu bulan dan sentinel event
Numerator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan dikurangi jumlah pasien yang mengalami
tertinggalnya benda asing dalam tubuh akibat
operasi dalam waktu satu bulan
Denominator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
29
bulan
Sumber Data
Rekam medik, laporan keselamatam pasien
Standar / Target
100 %
Penanggung Jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral/komite medik
7. Surgical safety checklist
Dimensi mutu
Keselamatan pasien dan efektivitas
Tujuan
Tergambarnya
ketelitian
operasi,kesesuaian
dalam
tindakan
pelaksanan
operasi
dengan
rencana yang telah direncanakan, dan menjaga
keselamatan pasien dari kesalah tindakan operasi
Definisi Operasional
Sebuah
daftar
periksa
untuk
memberikan
pembedahan yang aman dan berkualitas pada
pasien, serta sebagai alat komunikasi untuk
keselamatan pasien yang digunakan oleh tim
profesional di ruang operasi.
Frekuensi
pengumpulan Satu bulan
data
Periode analisa
Satu bulan
Numerator
Jumlah pasien yang di operasi dalam waktu satu
bulan.
Denominator
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu
bulan
Sumber data
Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
30
Standar / target
100 %
Penanggung jawab
Kepala Instalasi Bedah Sentral
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Instalasi Kamar Operasi ini dibuat untuk menjadi pedoman/ acuan bagi
petugas di Instalasi kamar oeprasi di Kurnia dalam memberikan asuhan dan pelayan
anestesi kepada pasien dimana pelayanannya adalah berfokus pada pasien dan sebagai
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
31
acuan juga dalam pengelolaan, penyelenggaraan dan penyusunan Standar Prosedur
Operasional pelayanan kamar operasi.
Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan Rumah Sakit untuk
tercapainya pelayanan anestesiologi yang mengutamakan keselamatan pasien, sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang anestesiologi.
Pedoman Instalasi Kamar Operasi 2017
32
Download