Uploaded by User26010

03 PAPARAN Akhir minapolis

advertisement
Muntok, Desember 2017
TINJAUAN UMUM DAN KEBIJAKAN DAERAH
ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS PERIKANAN
ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN TERPILIH
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLIS BAKIT
MASTERPLAN KAWASAN MINAPOLIS BAKIT
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLIS
1
TINJAUAN UMUM DAN
KEBIJAKAN DAERAH
KEBIJAKAN DAERAH
KABUPATEN BANGKA BARAT
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANGKA BARAT
Misi
Misi 2
Membangun
Perekonomian
yang Berbasis
Sumber Daya
Lokal dan
Berdaya Saing
Tinggi
Tujuan
Sasaran
Mengembangkan Meningkatnya
agribisnis/
nilai produksi
agroindustri
perikanan
Strategi
Peningkatan kemampuan
dan Kapasitas nelayan
dalam usaha perikanan
tangkap
Peningkatan kemampuan
dan Kapasitas
pembudidaya Sebagai
wirausaha dalam usaha
budidaya Perikanan Air
Tawar
Peningkatan kemampuan
dan kapasitas
pembudidaya sebagai
wirausaha dalam usaha
budidaya perikanan air
laut
Peningkatan kuantitas dan
kualitas SDM yang
memahami masalah pada
sub-sub system agribisnis
perikanan
Kebijakan
Memperluas jangkauan
penangkapan di laut
Meningkatkan kualitas
SDM usaha budidaya
perikanan air tawar
Meningkatkan kualitas
SDM usaha budidaya
perikanan air laut
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM kelautan
dan perikanan
4
KEBIJAKAN DAERAH
KABUPATEN BANGKA BARAT DALAM
RTRW Kabupaten Bangka Barat 2014 - 2034

Kota Muntok sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW)
Dengan fungsi Utama sebagai pusat
pemerintahan Kab. Bangka Barat,
perdagangan dan jasa, pendidikan,
kesehatan,
kebudayaan,
dan
pariwisata.

Kota Kelapa dan Kota Parittiga sebagai
Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

Pelangas, Airputih, Jebus, Tempilang,
Bakit,
dan
Ibul
sebagai
Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK); dan

Airnyatoh,
Kundi,
Rukam,
Kapit,
Cupat, Kacung, Pusuk, Kayuarang,
Penyampak, dan Sangku sebagai Pusat
Pelayanan Lokal (PPL).
5
KEBIJAKAN DAERAH
KABUPATEN BANGKA BARAT DALAM
RTRW Kabupaten Bangka Barat 2014 - 2034
 Kawasan perikanan di kabupaten
Bangka Barat terbagi 2 jenis, yaitu
kawasan perikanan tangkap dan
kawasan budidaya perikanan.
 zonasi potensi perikanan tangkap
terletak di sepanjang pantai di
Kecamatan
Muntok,
Jebus,
Simpangteritip,
dan
Tempilang
dengan total luas kurang lebih
31.352,91 ha.
 Lokasinya
kawasan
budidaya
perikanan
adalah
tersebar
di
seluruh
kecamatan,
dengan
menggunakan
media
kolong,
sungai, dan air payau, terdiri dari:
1) Budidaya perikanan air tawar
dan payau denngan luas kurang
lebih 16.164,03 ha; dan
2) Budidaya perikanan laut, yaitu
seluas kurang lebih 46.661,57
ha.
 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
dikembangkan
di
Teluk
Rubiah
Kelurahan Tanjung.
6
KEBIJAKAN DAERAH
KABUPATEN BANGKA BARAT DALAM
RTRW Kabupaten Bangka Barat 2014 - 2034



Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
yaitu kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT)
Tanjung Ular di Kecamatan Muntok meliputi :
 Kawasan kegiatan ekonomi berbasis budidaya
perkebunan yang terletak di Kecamatan Kelapa,
Kecamatan
Simpangteritip,
Kecamatan
Tempilang, Kecamatan Jebus dan Kecamatan
Parittiga;
 Kawasan Perkotaan Muntok, yang meliputi
Muntok Lama dan Muntok Baru dengan fungsi
sebagai
pusat
pelayanan
utama
wilayah
(ekonomi, sosial, pemerintahan), perdagangan
dan jasa, wisata budaya, dan transportasi;
 Kawasan Tanjung Kalian dan sekitarnya,
dengan
fungsi
Pelabuhan
Penyeberangan,
Terminal, Kawasan Wisata, dan Kawasan
Industri
Kawasan strategis berdasarkan kepentingan sosial
dan budaya yaitu kawasan konservasi budaya
”Muntok Lama” di Kecamatan Muntok.
Kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup yaitu :
 Kawasan suaka alam (KSA)/kawasan pelestarian
alam (KPA) Bukit Menumbing dan Jering
Menduyung.
 Kawasan kritis di sekitar kolong (tersebar)
Kecamatan
Muntok,
Kecamatan
Jebus,
Kecamatan Parittiga, dan Kecamatan Tempilang.
7
2
ANALISA PENGEMBANGAN
WILAYAH BERBASIS
PERIKANAN
Identifikasi Potensi dan Masalah
Wilayah Ekonomi
1)
Zona Pengembangan I,
Zona
ini
meliputi
Dusun
Sukal
dan
Dusun Tanjung Punai
Desa
Belo
Laut
Kecamatan Muntok,
2)
Zona Pengembangan II,
Zona ini meliputi Desa
Air Nyatoh Kecamatan
Simpang Teritip.
3)
Zona
Pengembangan
III, Zona ini meliputi
Desa Cupat dan Desa
Bakit
Kecamatan
Parittiga
ZONA III
ZONA II
ZONA I
Potensi dan Masalah Sektor
Perikanan Zona Pengembangan I
Potensi dan Masalah Sektor
Perikanan Zona Pengembangan II
Potensi dan Masalah Sektor
Perikanan Zona Pengembangan III
Analisis Pemanfaatan Ruang Wilayah
Kedudukan Wilayah Perencanaan
Minapolitan
Kawasan Andalan
Laut Bangka
Berdasarkan
penetapan
pola
ruang
nasional di sektor kemaritiman, Kabupaten
Bangka
ditetapkan
sebagai
Kawasan
Andalan Laut Bangka dan sekitarnya,
dengan sektor unggulan berupa perikanan
dan pariwisata, yang mencakup kawasan
laut di Kabupaten Bangka Barat (di Laut
Natuna,
Selat
Bangka, dan
TELUK
KELABAT).
Analisis Penetapan Kawasan
Dasar pertimbangan dalam menentukan lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Bangka Barat melalui penelaahan ciri, karakteristik dan persyaratan kawasan
minapolitan sebagaimana termaktub dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan serta Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan, juga Peraturan
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 – 2034 Pasal 34 huruf
b, Pasal 50 ayat 4.
Tabel Pertimbangan Penentuan Lokasi Pengembangan
Kawasan Minapolitan Kabupaten Bangka Barat
3
ANALISIS PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN
TERPILIH
Penetapan Komoditas Unggulan
DESA BAKIT
KECAMATAN
PARITTIGA
Komoditas Unggulan
Produksi Budidaya Perikanan Ikan Kerapu Cantik
Kecamatan
Parittiga
Nama
Desa
Luas Areal
Pembesaran
(M2)
Bakit
594,0
Jumlah Total
Jumlah
RTP
25
Sumber : Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bangka Barat, 2017
Produksi
Produksi Tahun
Tahun
2017 s/d Bulan
2016
September
Produksi
Produksi Kerapu
Kerapu
(Kg)
(Kg)
400,00
850,00
1.250,00
Rantai Pasokan (Supply Chain)
Pada sistem rantai pasok komoditas kerapu untuk keperluan ekspor dan domestik terdiri
dari dua aktor yang terlibat yaitu produsen (nelayan/pembudidaya) dan pedagang
(pedagang pengumpul dan eksportir). Pasokan ikan kerapu seluruhnya 100% berasal dari
nelayan dan pembudidaya yang ada di Desa Bakit kemudian dijual seluruhnya 100%
kepada pedagang pengumpul besar (supplier).
Sistem Rantai Pasok Komoditas Ikan
Kerapu Pasar Ekspor
Sistem Rantai Pasok Komoditas Ikan
Kerapu Pasar Lokal
Rantai Nilai (Value Chain)
Salah satu teori mengenai Value Chain : Konsep Value Chain diperkenalkan oleh Porter
(1985) yang menyebutkan dalam perkembangan suatu perusahaan perlu peningkatan
kinerja di setiap Rantai Nilai dari input sampai ke pelayanan pasca penjualan. Peningkatan
dan perbaikan kinerja tersebut bertujuan meningkatkan Marjin dari produk perusahaan.
Kegiatan dari setiap rantai nilai bisa menjadi faktor yang sangat vital bagi perusahaan
untuk meningkatkan Keunggulan Persaingan (Competitive Advantage). Konsep Value
Chain bisa digunakan untuk menganalisis berbagai potensi maupun kendala tidak hanya
dalam unit- unit di satu perusahaan, namun juga dalam entitas-entitas yang terangkai
dalam suatu klaster industri
Model Mata Rantai Value
Chain Komoditas Ikan dan
Stakeholders
Tahapan Mata Rantai Value Chain
1)
Rantai Nilai pertama yang disebut Inbound Logistic meliputi seluruh kegiatan mulai dari pengadaan dan
seterusnya hingga pendistribusian Bahan Baku untuk disiapkan dan dimasukkan ke dalam Rantai Nilai Kedua
yaitu Operation.
2)
Rantai Nilai kedua Operation, merupakan seluruh kegiatan atau proses transformasi mengubah faktor Input
menjadi Produk atau Barang Jadi atau Jasa Pelayanan.
3)
Rantai Nilai Ketiga, adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari penyimpanan, hingga pemenuhan terhadap
permintaan konsumen
4)
Rantai Nilai keempat, adalah seluruh kegiatan marketing dengan berbagai strategi yang diawali dengan
identifikasi kebutuhan Konsumen hingga menghasilkan Penjualan atas Produk atau Barang Jadi.
5)
Rantai Nilai kelima, adalah seluruh kegiatan After Sales Service atau Layanan Pasca Penjualan agar Konsumen
merasa puas dan Produk dari perusahaan tersebut bisa menjadi leader dan mempunyai pangsa pasar yang luas.
Tahapan Mata Rantai Value Chain
Ikan Kerapu
Proses Input dan Produksi pada komoditas unggulan Budidaya Ikan Kerapu adalah : Penyiapan dan
penebaran benih => Pemilihan Induk (7,5 – 10 Kg/m3) => Pemijahan => Penetasan Telur =>
Pemeliharaan Larva Telur => Perkembangan Larva Ikan Kerapu (umur 31 hari).
•
Pakan ikan rucah segar berkadar lemak rendah atau pellet.
•
Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim
pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember - Januari. Bila diketahui
telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak
pemeliharaan larva.
•
Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 28°C dan kadar
garam 30 - 32 %.
Dalam pengembangan produk olahan
turunan berbahan ikan (diversifikasi)
maka akan memberikan nilai tambah
yang baik bagi produk. Diversifikasi
atau penganekaragaman produk olahan
merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan daya serap pasar atau
meningkatkan
permintaan.
Produk
olahan dapat berupa produk inovatif,
produk modifikatif, dan produk imitatif.
Penganekaragaman jenis produk olahan hasil perikanan
dari bahan baku yang belum/sudah dimanfaatkan harus
tetap memperhatikan faktor mutu dan gizi, sebagai usaha
penting bagi peningkatan konsumsi produk perikanan
baik kualitas maupun kuantitas dan peningkatan nilai jual.
Sedangkan hasil samping produk perikanan merupakan
bagian-bagian dari komoditi hasil perikanan yang tidak
digunakan sebagai bahan baku dalam proses pengolahan,
contohnya kulit, sisik, tulang, pancreas, hati, kepala,
gonad, gelembung enang, carapace, dll. Diagram berikut
merupakan diagram inovasi pemanfaatan pengolahan
ikan kerapu.
Lanjutan...
Proses Pengolahan Ikan
Potensi Industri Pengolahan Ikan
Lanjutan...
Tabel Estimasi Pertambahan Nilai Olahan
Komoditas Unggulan Ikan Kerapu
Peningkatan nilai tambah akan berefek positif
dalam miningkatkan profit usaha, Memperluas
konsumsi,
Merubah
pola
hidup
dan
Meningkatkan konsumsi gizi. Dalam memilih
produk olahan ikan yang memiliki potensi yang
baik bagi penambahan nilai jual, maka dilakukan
analisis
pertambahan
nilai
dengan
membadingkan harga jual ikan utuh (belum
diolah) dengan harga jual produk olahan ikan
sebagai berikut :
No
1
2
3
Rantai Nilai
Pembenihan/Bibit
Harga Ikan Utuh/Segar
Diversifikasi:
a Ikan Kalengan
b Ikan Asap
c Fillet
d Nugget
e Bakso
f Sosis
g Kaki Naga
h Abon
i Kerupuk
Ikan/Kulit
Ikan
J Kecap Ikan
K Dendeng
L Ikan Asin
m Tepung Ikan
Estimasi Harga
500/ekor atau
70.000/Kg
60.000 – 300.000/Kg
Sumber: Hasil Estimasi dan Analisis, 2017
80.000/kaleng
150.000/ekor
180.000/Kg
64.000/Kg
120.000/Kg
80.000/Kg
80.000/Kg
320.000/Kg
60.000/Kg
100.000/Kg
100.000/Kg
70.000/Kg
150.000/Kg
Analisis Peluang Usaha-Investasi
Tabel Estimasi Usaha Budidaya Kerapu Cantik Sistem KJA
Peluang usaha budidaya ikan
kerapu masih sangat terbuka
lebar, hal ini dapat ditinjau
dari aspek pasar. Aspek pasar
dapat
dianalisis
dengan
melihat potensi permintaan
dan penawaran di pasar.
Kelangsungan
usaha
budidaya ikan kerapu sangat
tergantung oleh keberhasilan
memasarkan produk hasil
dari budidaya tersebut. Pasar
ekspor kerapu dunia pada
umumnya adalah China,
Hongkong,
Taiwan,
Singapura, dan Jepang. Pasar
terbesar ikan kerapu adalah
Hongkong.
Proyeksi Rugi Laba
Analisis ini menggambarkan proyeksi arus
penerimaan/penjualan dan arus pengeluaran dari
usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA.
Dengan asumsi 1 Unit KJA menghasilkan ikan
kerapu sebanyak 2.000 kg dan Harga per kg Rp.
120.000, maka untuk total 6 unik KJA adalah 6
Unit x 2.000 kg = 12.000 kg, Harga per kg Rp.
120.000 x 12.000 kg = Rp. 1.440.000.000,-.
Selanjutnya perhitungan keuntungan diperoleh
dari hasil penjualan dikurangi total biaya tetap,
maka jumlah keuntungan yang diperoleh adalah
Rp. 1.440.000.000 - Rp. 1.107.021.000 = Rp.
332.979.000, sedangkan B/C ratio dihitung dari
hasil penjualan dibagi dengan total biaya tetap
maka
besar
B/C
Ratio
adalah
Rp.
1.440.000.000/Rp. 1.107.021.000 = 1,33.
Lanjutan...
Break Even Point (BEP)
1) Break Even Point Produksi
Analisis ini dimaksudkan untuk
berapa produksi dihasilkan dari
dibagi dengan harga penjualan,
diperoleh Rp. 1.107.021.000/Rp.
9.225,175 kg/Siklus.
mengetahui
biaya tetap
maka dapat
120.000 =
2) Break Even Point Nilai (Rupiah)
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui
berapa jumlah biaya tetap dibagi dengan total
produksi yang dihasilkan, maka dapat diperoleh
Rp. 1.107.021.000/12.000 Kg = Rp. 92.252,/Kg.
Pay Back Period (PBP)
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
kembali dana atau biaya yang telah diinvestasikan untuk usaha budidaya ikan kerapu. PBP diperoleh
dari biaya investasi dibagi dengan (nilai keuntungan + nilai penyusutan) dikali siklus, maka diperoleh
Rp. 1.829.600.000,-/(Rp. 332.979.000,-+ Rp. 9.621.000,-) x siklus = 5,43 siklus. Artinya dana akan
kembali atau biaya yang telah diinvestasikan untuk usaha budidaya ikan kerapu diperkirakan akan
kembali pada siklus ke 5 atau pada tahun ke 5.
Potensi Pengembangan Investasi
Ikan Kerapu Sistem KJA
Peta Lokasi KJA di Perairan Sekitar Pulau Nanas
Sumber: Intisari DED Budidaya Ikan Air Laut Sekitar Pulau Nanas
Asumsi
produktivitas
optimal
perairan
7
Ton/Ha/tahun, maka kawasan budidaya dengan luas
0,68 Km2 (lebih kurang 68 Ha) dapat memproduksi
ikan sebanyak 476 Ton/Tahun. Jika rerata produksi 1
unit KJA yang berukuran 3 x 3 x 3 m3 menghasilkan
ikan kerapu ukuran konsumsi sebanyak 504
Kg/Tahun maka jumlah KJA yang dapat ditampung
di kawasan budidaya kerapu di perairan sekitar
Pulau Nanas adalah sebanyak 944 unit KJA.
Lokasi yang pertama terletak di 1ᵒ44’17,04”
- 1ᵒ44’45,39” LS dan 105ᵒ42’20,52” 105ᵒ43’05,20” BT. Luasan lokasi untuk
budidaya ini mencapai 0,33 Mil Laut persegi
atau 0,62 km2. Dari dermaga Pusuk, lokasi
ini berjarak 3,47 Mil Laut dan dapat
ditempuh dengan kapal nelayan selama 20
menit.
Lokasi Budidaya yang kedua terletak pada
koordinat 1ᵒ40’40,87” - 1ᵒ41’24.28” LS dan
105ᵒ43’06,43” - 105ᵒ42’49,04” BT berada
di sebelah barat laut Pulau Nanas dengan
luas 0,37 Mil Laut persegi atau 0,68 Km2.
Lokasi ini berjarak 7,69 Mil Laut dari Pusuk
Kecamatan Kelapa atau sekitar 2.29 Mil Laut
dari Desa Bakit Kecamatan Paritiga.
4
KONSEP PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLIS BAKIT
27
Konsep Struktur Ruang Kawasan
Prinsip dan Pertimbangan Konsep Pengembangan Kawasan Minapolis Bakit
1) Alokasi ruang dari kegiatan yang dikembangkan mempertimbangkan : (1) keterkaitan
aktivitas utama dengan aktivitas pendukungnya, (2) keragaman tata guna lahan yang
seimbang, saling menunjang dan terintegrasi dnegan tidak menimbulkan dampak
terhadap fungsi utama lingkungan, (3) pengaturan zonasi dalam rangka
mempermudah pengaturan distribusi persentase peruntukan lahan, dan (4)
pengaturan intensitas ruang yang sesuai dengan daya dukung dan karakter kawasan.
2) Struktur ruang yang terbentuk mempertimbangkan skala ruang yang berorientasi pada
keseimbangan lingkungan alami dan binaan, serta kepentingan orang banyak.
3) Struktur ruang dibangun dalam penciptaan keseimbangan kawasan perencanaan
dengan kawasan sekitar, yaitu dengan melakukan harmonisasi dengan kegiatan yang
sudah ada di sekitarnya.
4) Struktur ruang yang dibangun diarahkan untuk penciptaan keseimbangan antara daya
dukung lingkungan dengan peruntukkan lahan.
28
Konsep Struktur Ruang Kawasan
29
Konsep Pola Ruang Kawasan
Prinsip Pengembangan Pola Ruang Kawasan Minapolis Bakit
1) Hijau - harus mengatur lingkungan alamnya dan sangat sensitif dalam melindungi
sumberdaya alam yang menjadi dasar untuk standar kehidupan yang lebih baik. Air
bersih, udara bersih, dan sumberdaya alam yang terlindungi harus menjadi sasaran
yang tidak boleh dihindari.
2) Kompetitif – mampu memberikan ruang yang menarik bagi pengembangan : a)
investasi, dalam bidang : perdagangan dan jasa perkotaan, perumahan, industri,
pariwisata yang mampu bersaing dan mampu memberikan pelayanan bagi kawasankawasan sekitarnya; b) mampu memberi kesempatan bagi komunitas harus sehat
secara ekonomi dan memiliki sejumlah berbagai peluang lapangan kerja yang luas, c)
harus mengembangkan lingkungan buatan yang berkualitas dimana pengembangan
dibangun untuk skala manusia dan standar estetika yang tinggi untuk meningkatkan
standar kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa desain lingkungan buatan
seperti bangunan, jalan, taman dan lingkungan, dan prioritas harus diberikan untuk
keamanan, kenyamanan, dan kualitas hidup; d) harus membangun lingkungn budaya
yang kuat, dengan mempertimbangkan keragaman seni, kemanusiaan, dan budaya
komunitasnya.
3) Terpadu – mampu memberikan pelayanan struktur ruang yang dapat diakses oleh
seluruh kawasan, memberikan pelayanan secara regional, mempu meningkatkan peran
kawasan prioritas, dan mampu meningkatkan dan memeratakan nilai lahan bagi
bagian kawasan yang produktif.
30
Konsep Pola Ruang Kawasan
31
Konsep Pola Ruang Kawasan
Konsep Pengembangan Kawasan Lindung
Konsep Pengembangan Kawasan Budidaya
Konsep pengembangan kawasan lindung di
Kawasan Minapolis Bakit bertujuan untuk
menjaga kelestarian dan keseimbangan alam.
Pengembangan kawasan lindung juga mengacu
pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang
pengelolaan kawasan lindung serta dikuatkan
oleh peraturan-peraturan pendukung lainnya.
Selain itu adanya ketentuan pada UU RI No 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan
Minapolis Bakit diarahkan untuk dapat
mempertahankan kecukupan luas kawasan ruang
terbuka hijau sekurang-kurangnya 10 % seluruh
kawasan.
1) Pengembangan sistem kegiatan industri
yang dilakukan dengan menetapkan
pembagian blok-blok unit lingkungan.
2) Pengembangan taman-taman kawasan dan
sarana lapangan olah raga terbuka sebagai
sarana rekreasi dan paru-paru kota.
3) Pengembangan jalur hijau dan lahan
terbuka disela-sela bangunan dan jalur jalan
primer sebagai paru-paru kota dan estetika
lingkungan.
4) Pemanfaatan
ruang
dalam
kawasan
terbangun eksisting (yang sudah ada)
dilakukan secara intensif dengan tetap
memperhatikan daya dukung dan kendala
pengembangan yang ada.
5) Pemanfaatan
ruang
dalam
kawasan
terbangun pada masa mendatang diarahkan
secara proporsional ke bagian barat, utara
dan selatan kawasan untuk mewadahi
kegiatan industri yang akan dikembangkan.
32
Konsep Pengembangan Sarana
Pertimbangan Dasar Dalam Pengembangan Sarana
Kawasan Minapolis Bakit
1)
Pengembangan sarana memperhatikan kebutuhan
kegiatan industri yang mengacu pada standar
pelayanan yang telah ditentukan.
2)
Pelayanan sarana bersifat lintas wilayah dan lokal
harus terintegrasi dengan pengembangan kawasan
lainnya.
3)
Sistem Jaringan Drainase Di Kawasan Minapolis Bakit
1)
Jaringan Primer, yaitu saluran drainase yang
mengikuti hirarki jaringan jalan primer, dengan arah
aliran menuju ke laut dan mengikuti kontur (dari
kontur yang tinggi menuju ke kontur yang lebih
rendah).
2)
Jaringan Sekunder, yaitu saluran drainase yang
mengikuti jaringan jalan sekunder (jaringan jalan
cabang). Di beberapa tempat, saluran drainase
sekunder ini dapat berperan sebagai pengumpul
aliran drainase dari saluran drainase tersier. Setelah
mengumpulkan dari jaringan tersier, secara langsung
saluran drainase ini akan mengalir menuju ke laut
dengan mengikuti kontur, dari kontur yang lebih
tinggi menuju kontur yang lebih rendah.
3)
Jaringan Tersier, yaitu saluran drainase yang
mengumpulkan aliran drainase langsung dari petakpetak kecil pada blok peruntukan, ada yang bersifat
sebagai pengumpul, namun ada pula yang
mengalirkan
langsung
mengikuti
topografi
(kemiringan) lahan. Jika letaknya dekat dengan laut,
maka aliran drainase langsung mengarah ke laut.
Sementara saluran drainase tersier di tempat yang
letaknya jauh dari laut akan mengarah masuk ke
saluran sekunder untuk kemudian mengarah ke laut.
Pengembangan pada Kawasan Minapolis Bakit
harus mampu memberikan efek multiplier bagi
kawasan di luar Kawasan baik dalam bentuk nilai
ekonomi, maupun nilai lain yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, di
antaranya melalui pelayanan sarana publik yang
tersedia di Kawasan Minapolis Bakit.
Tipikal Saluran Drainase
33
Konsep Pengembangan Sarana
Konsep Sistem Jaringan Energi
Konsep Sistem Jaringan Air Bersih
Sebagai sebuah kawasan industri, listrik merupakan
komponen yang sangat vital harus disediakan untuk
mendukung kegiatan industri, selain telekomunikasi dan
IT. Pelayanan listrik 24 jam merupakan hal yang mutlak
dan menjadi keunggulan Kawasan Minapolis Bakit.
Konsep sistem penyediaan sistem jaringan air bersih
di Kawasan Minapolis Bakit diarahkan melalui
upaya-upaya:
1)
Untuk itu, upaya peningkatan kebutuhan akan listrik
diarahkan melalui:
Peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air
(IPA).
2)
1)
Pengembangan
sumber-sumber
energi
baru
terbaharukan, terutama sumber energi non-fosil,
seperti diesel, gas, dan uap.
Pengembangan alternatif sumber-sumber air
baku baru.
3)
2)
Pengembangan jaringan pada kawasan-kawasan
yang telah berkembang.
Pengembangan Water Treatment Plant (WTP)
atau IPA baru, dengan memanfaatkan sumbersumber air baku yang baru.
4)
Pengembangan sistem jaringan air bersih
didukung pula oleh pengembangan hidran
kebakaran, untuk mendukung pelayanan utilitas
pemadam kebakaran. Lokasi hidran kebakaran
ditentukan oleh luas daerah yang akan dilayani,
Prinsip Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
Prinsip Sistem Jaringan Air Bersih
34
Konsep Pengembangan Sarana
Konsep Sistem Jaringan Air Buangan (Limbah)
Konsep Sistem Jaringan Persampahan
Air limbah yang dihasilkan di Kawasan Minapolis Bakit
diperkirakan dapat berupa 1) limbah domestik yang
dihasilkan oleh kawasan non industri, seperti komersial
maupun fasilitas umum, serta 2) limbah pabrik yang
dihasilkan oleh blok peruntukan industri. Seiring dengan
peningkatan aktivitas di Kawasan Minapolis Bakit, maka
dibutuhkan perencanaan dan pengembangan sistem
jaringan air buangan (limbah) yang terintegrasi dengan
sistem jaringan air buangan (limbah),
Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan
Minapolis Bakit direncanakan dan dikembangkan
secara dengan pengelolaan persampahan di masingmasing kawasan dalam lingkup yang lebih luas. Konsep
utama pengelolaan persampahan difokuskan pada
kegiatan pengurangan jumlah sampah yang dibuang ke
TPA dengan upaya pemilahan, daur ulang dan ataupun
pemanfaatan kembali (re-cycle dan re-use) serta
komposting. Konsep ini diterapkan karena luas lahan
yang tersedia untuk TPA sangat terbatas. Kegiatan
pengurangan ini didukung pula oleh sistem
pengangkutan dan pengumpulan sampah dilingkungan
masyarakat dan dimasing-masing blok peruntukan.
Contoh Proses Pengolahan Air Limbah Terpadu/WWTP
Prinsip Sistem Teknik Operasional Sampah
35
5
MASTERPLAN
KAWASAN MINAPOLIS BAKIT
36
37
Rencana Pola Ruang Kawasan Minapolis Bakit
Zona Industri
• zona industri yang terdiri atas industri kapal dan alat penangkapan serta industri
rumah tangga seluas 2,61 Ha
Zona Fasilitas Penunjang
• Perkantoran dan pergudangan luasan totalnya sebesar 8,72 Ha.
• Terminal Mina Bisnis luasan sebesar 2,20 Ha.
• Dermaga luasan total sebesar 0,47 Ha.
• Pelabuhan Perikanan luasan total sebesar 4,15 Ha.
• Tempat Pelelangan Ikan luasan total sebesar 1,25 Ha.
• Pos Jaga luasan total sebesar 0,33 Ha.
• Fasilitas dan Prasana Kawasan luasan total sebesar 2,43 Ha
Zona Ruang Terbuka
• Ruang Parkir dan jalan luasan total sebesar 10,92 Ha.
• Penjemuran luasan total 1,46 Ha
• RTH/Buffer/Taman luasan total 13,90 Ha.
38
Rencana Jaringan Prasarana
Kawasan Minapolis Bakit
Rencana jaringan prasarana dikategorikan pada fasilitas
penunjang yang terdiri atas sarana olah raga, peribadatan,
sekolah dan medical center, pemadam kebakaran, power
station, fuel station. pengolahan air bersih, ipal, jalan dan
saluran drainase.
39
Siteplan Kawasan Minapolis
Bakit
40
Siteplan Sistem Jaringan Kawasan Minapolis
Bakit
41
Siteplan Sistem Jaringan Kawasan Minapolis
Bakit
42
Siteplan Sistem Jaringan Kawasan Minapolis
Bakit
43
Siteplan Sistem Jaringan Kawasan Minapolis
Bakit
44
Siteplan Sistem Jaringan Kawasan Minapolis
Bakit
45
Ilustrasi 3D Kawasan Minapolis Bakit
Laut
46
Ilustrasi 3D Kawasan Minapolis Bakit
Laut
47
Ilustrasi 3D Kawasan Minapolis Bakit
Laut
48
6
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLIS BAKIT
49
Strategi Pusat Kegiatan Minapolis Bakit
PERAN dan FUNGSI utama kegiatan inti
adalah :
Penetapan Pusat Kegiatan Minapolis adalah
merujuk pada kriteria sebagai berikut :
a. Pusat Kota Mina dan Outlet
a. Sesuai arahan dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah
b. Pusat Pengumpulan, Pemasaran dan
Distribusi Produk Segar dan Olahan.
c.
Pusat Pengolahan Perikanan
b. Terdapat komoditas unggulan;
c.
Merupakan pusat distribusi dan konsentrasi
komoditas perikanan dan kelautan; dan
d. Memiliki tingkat kepentingan minimal tingkat
regional.
Perwujudan Desa Bakit sebagai Pusat Kegiatan
Minapolis adalah sebagai berikut:
Pembangunan gudang penyimpanan;
Pembangunan Fasilitas penunjang (Pos
Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
Kesehatan, Pos Jaga, Parkir, Mushola, MCK,
Mess dan Rumah Karyawan);
Pembangunan Sarana Perkantoran;
k. Pembangunan Docking Kapal;
Pembangunan Gedung Pengepakan;
l. Pembangunan Unit Pengolahan Ikan (UPI);
Pembangunan Sarana Penjemuran;
dan
Pembangunan Gedung Karantina Ikan;
m. Pembangunan Terminal Minabisnis.
n. Program prioritas diarahkan di Pusat Kegiatan
Pembangunan Pabrik Es dan Cold Storage;
Minapolitan untuk menciptakan aliran
Pembangunan pasar ikan dan perlatan
investasi yang lebih efektif dan efisien.
tangkap/budidaya ikan;
a. Pembangunan Pelabuhan Perikanan Bakit;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
50
Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan
Strategi pengembangan komoditas unggulan antara lain :
a. Pengaturan usaha baik sistem budidaya maupun sistem penangkapan yang baik
dan sesuai dengan ketersediaan sumberdaya.
b. Memacu pembangunan infrastruktur dalam peningkatan produksi perikanan.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Memfasilitasi regulasi dan pengaturan.
Melakukan kerjasama perdagangan secara langsung dengan wilayah lain.
Peningkatan investasi dari luar.
Penguatan armada lokal.
Memaksimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang ada.
Pengembangan pengolahan hasil perikanan.
Memanfaatkan cold storage, pabrik es dan pengadaan teknologi tepat guna
Pendidikan dan pelatihan pengelolaan usaha perikanan berkelanjutan,
51
Strategi Pengembangan Kawasan
Strategi pengembangan Kawasan Minapolitan sebagai strategi lintas dimensi dan
terpadu :
a. Mempertahankan fungsi lindung terkait, kawasan konservasi, serta sempadan
pantai sebagai habitat ikan;
b. Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya melalui ketersediaan benih dan
bibit;
c. Optimalisasi sistem pembudidayaan terpadu;
d. Meningkatkan infrastruktur yang didukung oleh penetapan tata ruang dan
ketersediaan data dan peta komoditas di kawasan minapolitan;
e. Meningkatkan daya saing produk primer dan nilai tambah diversifikasi olahan;
f. Menciptakan sistem pemasaran dan mengembangkan perdagangan produk;
g. Membentuk lembaga penyuluhan perikanan;
h. Mendorong investasi dan permodalan usaha petani (nelayan);
i. Mengembangkan kemitraan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta;
j. Memperkuat lembaga keuangan daerah; dan
k. Memperkuat keberadaan dan posisi nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan
pemasar hasil perikanan sebagai stakeholder utama pengembangan kawasan
minapolitan.
52
Ketentuan Operasional Kawasan
Ketentuan Perijinan
• Izin Prinsip, Izin Lokasi, Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah, IMB, Izin/Persetujuan ke BPN
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Arahan Sanksi
53
Kelembagaan
KELEMBAGAAN HORIZONTAL
POLA KERJASAMA LANGSUNG
KELEMBAGAAN VERTIKAL
Tugas tim adalah :
1.
pengkajian, perencanaan, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan, pemantauan dan pemantapan kawasan
minapolitan;
2.
perumusan kebijakan, pemantapan kawasan minapolitan,
3.
pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi; dan
4.
sinkronisasi dan koordinasi pihak terkait untuk
mensukseskan pelaksanaan program pada kawasan
minapolitan.
POLA KERJASAMA MELALUI KOPERASI
54
Penetapan Indikator Keberhasilan
PRINSIP PEMBANGUNAN MINAPOLITAN
55
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan
Kawasan Minapolis Bakit
56
Muntok, Desember 2017
Download